Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Peralatan gali tambang terbuka yang bersifat menerus adalah Bucket Wheel
Excavator (BWE) berbagai tipe dari Surface Miner (SM) seperti, Dosco
TB3000, Wirtgen Surface Miner, Voest Alpine Surface Miner, Huron Easi
Miner, Paurat C-Miner dan Krupp Surface Miner (Fowell et al., 1986; Bordia,
1987; Klaus Janecke, 1988; Rolf Sagner, 1990). Ujung tombak dari peralatan
gali ini sebetulnya adalah alat potongnya yang bentuk dan mutu bahannya
berbeda tergantung dari jenis material yang akan digali. Alat potong ini
berfungsi sebagai penerus daya dari motor penggerak ke material galian.
Peralatan angkut yang sering dipakai dalam tambang terbuka yang bersifat
menerus adalah belt conveyor. Sedangkan penggaruan, pemboran,
peledakan dan pemuatan oleh shovel k e truk adalah peralatan yang dipakai
dalam sistem penambangan tidak menerus. Peralatan seperti road header,
underground continuous miner, drum shearer dan TBM adalah khas
peralatan penggalian bawah tanah.
Jelas disini bahwa ada 4 (empat) faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
analisis penggalian :
a. Karakteristik batuan utuh dan massa batuan.
b. Produksi penggalian penambangan yang diharapkan
c. Geometeri dan ukuran tambang
d. Karakteristik alat gali seperti kapasitas, daya terpasang serta macam alat
potong.
Beberapa sifat fisik batuan utuh yang erat kaitannya dengan proses
penggalian dapat dilihat pada Tabel 1, dan pengujiannya mengikuti prosedur
yang ada.
PARAMETER MEKANIK :
Kuat Tekan = sc
Gaya Pecah = Fp = sc x A
Regangan Pecah = ep
Perpindahan Pecah = Dl
Batas Elastik = sE
Modulus Young =
Poisson's Ratio =
Gambar 1. Kurva tegangan regangan Uji UCS
Walaupun UCS sebagai kriteria pemilihan jenis alat gali sudah sering
digunakan, beberapa faktor lainnya seperti Kekerasan, Toughness Index,
Energi Fraktur dan Abrasivitas perlu diperhatikan. Salah satu contoh
pemilihan macam alat gali berdasarkan UCS diberikan oleh Durst & Vogt
(1988) dan Hagan (1990) yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemilihan macam alat gali menurut UCS (Durst & Vogt, 1988 &
Hagan, 1990)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari
percontoh batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang
digunakan adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan (lihat
Gambar 3).
Kuat Tarik = st =
dimana,
st = Kuat tarik tak langsung, MPa. F = Beban, N.
D = Diameter percontoh, mm. t = Tebal percontoh, mm.
Gambar 3. Uji Kuat Tarik Brazilian
Nilai kuat tarik (UTS) selalu jauh lebih kecil daripada nilai kuat tekan (UCS).
Perbandingan antara UCS terhadap UTS, sering disebut Toughness Ratio
atau Brittleness Index, dan telah diakui bermanfaat untuk memperkirakan
kinerja suatu alat gali. Sebab besaran ini memberikan nilai indeks brittle
suatu batuan utuh. Hagan (1990) dan Gehring (1992) menyatakan bahwa
kinerja alat potong dapat meningkat beberapa kali lipat bila nisbah tersebut
semakin besar. Dalam beberapa persamaan empirik untuk menghitung
produksi suatu alat gali seringkali nisbah tersebut dipakai.
Selain sifat mekanik menurut uji baku ada juga yang menurut uji indeks.
Berikut ini adalah uji indeks yang sudah banyak dipakai dan terbukti handal
untuk dipergunakan sesuai dengan kepentingan penggalian :
sc = 23 Is
untuk diameter percontoh = 50 mm.
Jika Is = 1 MPa maka Index tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga
disarankan untuk menggunakan pengujian lain dalam penentuan kekuatan
(strength) batuan.
Gambar 4. Uji Point Load Index
3
PLI-AX = x 10 (MPa)
2.3.2. O&K Wedge Test
Uji wedge ini mulanya dikembangkan oleh Oreinstein dan Koppel (O&K) dari
Lübeck (Jerman, Rasper, 1975) untuk menentukan tahanan gali (digging
resistance) batuan keras dan kompak (lihat Gambar 5). Uji ini dipakai untuk
menganalisa kemampugalian suatu BWE. Namun perlu diingat bahwa jenis
pengujian ini kurang sesuai sebagai uji indeks bilamana BWE sudah tidak
menggunakan gigi tipe pahat pipih (wedge). Jadi, bila giginya sudah diganti
dengan tipe point pick. Point Load Index m
ungkin lebih layak untuk dijadikan
alat pengukurnya. Uji ini dipublikasikan dalam O&K Publication Soil testing
equipment operating instructions No. 834 601-12.
Gambar 5. edge
Uji O&K W
FL =
FA =
dimana,
-1
FL = Tahanan gali per unit panjang, kNm .
-2
FA = Tahanan gali per unit luas, kNm = kPa.
F = Beban belah, N.
L = Panjang total bagian yang terbelah, m.
2
A = Luas total bagian yang terbelah, m .
Gambar 6. Susunan pengujian O&K Wedge pada percontoh kubus
2.3.3. Voest-Alpine Rock Cuttability Index VA-RCI
Uji ini terdiri dari pemotongan parit selebar 12.7 mm dengan kedalaman 5
mm sepanjang kurang lebih 25 cm di atas permukaan percontoh batuan
o
silinder (lihat Gambar 9). Percontoh diputar sebesar 180 agar diperoleh
pemotongan ulang yang sama dan sejajar. Bila percontoh masih bisa diuji
lagi maka akan diperoleh 4 kali pemotongan dan total panjang pemotongan
menjadi 1 m.
Gambar 9. Tampak muka dan sisi dari parameter utama uji core cuttability
(Roxborough, 1987)
Setiap satu set pengujian (4 kali) menggunakan sebuah pick baru atau yang
sudah diperbaiki lagi. Pick ini adalah berbentuk sebuah chisel dengan lebar
o o
12.7 mm dan mempunyai front rake angle 0 dan back clearance angle 5 .
Impact Strength Index - ISI (Evans & Pomeroy, 1966) dan Protodyakonov
test adalah sejenis. Uji indeks ini sering dilakukan pada masa silam untuk
menguji kemampupotongan batubara. Baru kira-kira satu dekade orang
mulai memperhatikan kegunaan Protodyakonov test sebagai uji indeks
dalam menduga kemampugalian suatu BWE (Durst & Vogt, 1988). Bahkan
Durst & Vogt telah membuat korelasi antara besaran Prodyakonov test
dengan UCS.
Gambar 9. Peralatan Uji Impact Strength Index
2.3.6. Abrasivitas
Kerusakan pick atau gigi peralatan gali atau potong sangat berhubungan erat
dengan tingkat abrasivitas batuan yang digali. Maka uji abrasivitas
bermaksud menduga jumlah keausan pick bila kontak dengan batuan.
Penentuan abrasivitas batuan beku dan metamorf biasanya diperoleh dari uji
Cerchar Abrasivitas Index, sedangkan uji Schimazek Factor diperuntukan
bagi penentuan abrasivitas batuan sedimen (Gehring 1992-b).
Penjelasan singkat mengenai prodsedur uji CAI diberikan berikut ini. CAI
ditentukan dengan cara menggoreskan sebuah pin besi-baja yang sudah
diperkeras kepermuka batuan segar. Pin ini dengan kualitas tertentu (kuat
2
tarik 200 kg/ mm , Rockwell hardness 54 - 56) dibentuk konus dengan sudut
90° dan tajam oleh mesin bubut. Valantine pada tahun 1973 mendefinisikan
CAI sebagai berikut ; selama satu detik pin dibawah beban statik 7 kg
digoreskan ke permukaan batuan segar sepanjang 1 cm. Diameter pin yang
sudah rusak akibat goresan diukur dibawah mikroskop dengan satuan
1/10 mm, dan ini menyatakan nilai CAI (lihat Gambar 10).
Jumlah goresan yang diperlukan satu percontoh adalah lima kali (lima pin),
dan ini dianggap cukup respresentatif untuk memberikan nilai CAI. Besaran
0
W diukur sebanyak 4 kali dengan memutar pin tsb setiap 90 secara
Tabel 7. Hasil pengukuran lebar rusak ujung pin pada batu pasir
No W mm No W mm
1 173-349-115-280 11 661-475-551-404
2 284-203-279-285 12 382-313-404-303
3 176-181-175-188 13 255-528-213-548
4 254-262-244-336 14 134-181-150-295
5 167-237-200-262 15 386-311-246-384
6 501-781-469-748 16 297-308-279-297
7 663-475-551-404 17 173-206-225-197
8 443-340-444-437 18 173-206-225-197
9 440-559-653-571 19 189-246-100-376
10 110-302-176-288 20 309-274-190-260
F=
dimana :
F = Schimazek F (N/mm)
st =
Kuat tarik tak langsung (MPa)
Ukuran butir rata-rata dari kuarsa pada pengamatan sayatan tipis adalah
0.16 mm. Maka Abrasivitas Schimazek dengan st (UTS) = 10.2 MPa dapat
dihitung sebagai berikut,
F = = = 1.17
Keausan alat gali/potong atau pick oleh abrasi biasanya diakibatkan oleh
gerakan gesek dari material abrasive dan juga oleh sobekan akibat beban
dinamik. Kedua gerakan ini membuat pick menjadi tumpul, sehingga
mengurangi efisiensi daya gali atau potong. Keausan abrasiv juga
disebabkan oleh peningkatan temperatur lokal selama gerakan potong.
Kenaikan temperatur lokal pada mata potong mengurangi kekerasan material
mata potong hingga dibawah kekerasan kuarsa.
1. Laju keausan akibat abrasiv merupakan kehilangan berat dari alat potong
atau pick dan akan naik sesuai dengan pangkat dua kandungan
kuarsanya. Batu pasir berbutir kasar dapat menyebabkan keausan alat
potong sebanyak 50 kali lebih besar daripada batu pasir yang berbutir
halus. Menurut Gehring (1992-b) hanya kuarsa berbutir lebih kecil
daripada 0.025 mm yang tidak berpengaruh terhadap abrasivitas.
Sedangkan menurut Roxborough & Phillips (1981) kandungan kuarsa
60% sangat berpengaruh terhadap keausan alat potong mekanik.
2. Laju keausan ini akan meningkat dengan pesat pada besi daripada
tungsten carbide, karena kekerasan kedua material tersebut berbeda.
Dengan memperhatikan bobot isi besi (7.8 gr/cc) dan tungsten carbide
(14.0 gr/cc), maka keausan besi sebesar 4 kali lebih cepat daripada
tungsten carbide bukanlah menjadi hal yang tidak mungkin.
Gambar 12. Pengaruh kandungan kuarsa pada keausan pick
(Roxborough, 1987)
Salah satu cara menduga keausan alat potong, atau kebutuhan alat potong
seperti point attack pick, khususnya tipe U47, adalah dengan mengetahui
besarnya nilai Schimazek abrasivitas dan UCS batuan. Cara ini
dikembangkan oleh Voest Alpine dan ditunjukkan pada Gambar 13.
Keausan pick BWE di Air Laya pada awalnya ditentukan dengan mengukur
panjang kehilangan pick akibat gesekan pada proses penggalian. Namun
cara ini dianggap kurang universal, maka penentuan laju keausan ditentukan
dengan mengetahui kehilangan beratnya dalam gram/jam. Perlu diketahui
bahwa BWE di Air Laya menggunakan pick tipe Rothe Erde 34D95 sebagai
pengganti pick konvesional yang berbentuk baji (lihat Gambar 14).
Gambar 13. Grafik penentuan kebutuhan alat potong yang bekerja pada
suatu batuan dengan nilai UCS dan Schimazek abrasivitas
tertentu (Voest Alpine Bergtechnik)
Monitoring keausan pick BWE hanya dilakukan pada pick nomor 3 dan 4
(lihat Gambar 15) karena pick-pick inilah yang sering terpakai untuk proses
penggalian. Berat asli pick adalah 4000 gram dan kalau keausan sudah
sangat parah beratnya bisa menjadi 2300 gram.