Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Tomat

Gambar 1. Tanaman tomat

Klasifikasi dari tumbuhan Lycopersicum esculentum Mill menurut

(Tugiyono, 2005) :

Divisio : Spermatophyta

Subivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Tubiflorae
6

Family : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Species : Lycopersicum esculentumMill

2.1.2 Nama-Nama Tanaman Tomat

Tanaman tomat banyak terdapat diberbagai daerah bahkan

diberbagai negara, maka dari itu tanaman tomat memiliki berbagai

macam nama-nama serta memiliki sinonim (Dalimartha, 2007), yaitu :

1. Sinonim

Solanum lycopersicum L

2. Nama Daerah

Sumatera: Terong kaluwat, reteng, cung asam. Jawa: kemir,

leunca(sunda), ranti bali, r. gendel, r. kenong, r. raja, terong

sabarang, tomat (jawa). Sulawesi: Kamantes, samate, samatet,

temantes, komantes, antes, tomato.

3. Nama Asing

Fan gie, xi honh shi(C), tomaat (B), tomate (J), pomme d’amour,

tomate (P), love apple, tomato (I).

4. Nama Simplisia

Lycopersici esculenti Fructus ( buah tomat).


7

2.1.3 Sejarah Tanaman Tomat

Tomat ditemukan pertama kali didaratan Amerika latin, lebih

tepatnya di sekitar Peru, Equador. Setelah itu menyebar keseluruh bagian

daerah tropis Amerika. Tanaman tomat mulai masuk ke Eropa pada awal

abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke Benua Asia dimulai dari

filipina melewati jalur amerika selatan. Sekitar tahun 1650 tanaman ini

sudah muncul di Malaysia.

Penyebaran buah tomat di Benua Afrika dilakuakan oleh para

pedagang portugis yang mendarat di Mesir atau sudan kemudian dari

sana menyebar ke Afrika Barat. Orang Amerika Serikat terlambat

mengenal tanaman ini meskipun nenek moyang buah tomat berasal dari

Benua Amerika. Mereka baru mengenal tanaman ini sekitar abad ke-18

karena tanaman ini kurang mendapat sambutan yang hangat ketika mulai

masuk Amerika Serikat.

Hal ini karena orang Amerika Serikat menganggap tomat sebagai

cendawan beracun sehingga mereka mengabaikan tanaman ini, bahkan

takut untuk memakannya. Ketakutan itu berakhir pada tahun 1820,

Robert Gibon Johnson dari kota Salem, New Hersey nekad

mempertontonkan adegan bunuh diri dihadapan orang-orang salem.

Robert memakan satu persatu buah tomat yang disaksikan oleh dua

orang dokter spesialis perut. Orang Salem menyaksikan Robert masih

segar bugar setelah memakan beberapa buah tomat.


8

Mulai saat itu orang Amerika mulai percaya bahwa tomat bukan

tanaman beracun. Sekarang, daerah penanaman tomat ini cukup luas

hampir meliputi seluruh daerah tropis. Salah satu bukti bahwa

penyebaran daerah tanaman tomat ini cukup luas adalah dengan adanya

nama tomat yang berbeda-beda ditiap negara atau daerah. Misalnya,

orang inggris menyebut dengan nama tomato. Kadang-kadang orang

inggris menyebutnya love apple yang artinya apel cinta dan orang

prancis menyebutnya pomme d’amour (Anonim,2009).

2.1.4 Morfologi Tanaman

Buah tomat memiliki bentuk bervariasi, tergantung pada jenisnya.

Ada buah tomat yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat

telur (oval), dan bulat persegi. Ukuran buah tomat juga sangat

bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki berat 8 gram dan yang

berukuran besar memiliki berat sampai 180 gram.

Buah tomat masih muda bewarna hijau muda bila sudah matang

warnanya menjadi merah. Buah tomat yang masih muda memiliki rasa

getirdan aromanya tidak enak, sebab masih mengandung zat

lycopersicin yang bentuk lender. Aromanya yang tidak sedap tersebut

akan hilang dengan sendirinya pada saat buah memasuki fase

pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi manis

agak asam yang menjadi ciri khas kelezatan buah tomat.


9

Dalam proses pematangan buah terjadi perubahan warna dari hijau

muda sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Pada saat matang

optimal, warna buah berubah menjadi cerah. Buah tomat banyak

mengandung biji lunak bewarna kekuning-kuningan yang tersusun

secara berkelompok dan dibatasi oleh daging buah. Biji tomat saling

melekat karena adanya lendir pada runag-ruang tempat biji tersusun.

Daging buah tomat lunak agak keras, bewarna merah apabila sudah

matang dan mengandung banyak air. Buah tomat juga memiliki kulit

yang sangat tipis dan dapat dikelupas bila sudah matang. Namun, buah

tomat tidak harus dikelupas kulitnya terlebih dahulu apabila hendak

dimakan (Tugiyono, 2005).

2.1.5 Jenis- Jenis Tomat

Menurut (Tugiyono, 1995), jenis-jenis tomat dibagi menjadi 4,

yaitu:

1. Tomat biasa

Bentuk buahnya bulat pipih, bentuknya tidak teratur. Jenis

tomat ini sangat cocok ditanam di daerah datran rendah.

2. Tomat apel

Bentuk buahnya bulat, kuat, sedikit keras menyerupai buah

apel. Tanaman ini sangat cocok ditanam di daerah dataran

tinggi.
10

3. Tomat kentang

Buahnya berbentuk bulat, besar, padat, menyerupai buah

apel, tetapi agak kecil, dan daunnya lebar-lebar.

4. Tomat keriting

Buahnya berbentuk agak lonjong keras seperti alpukat atau

pepaya yang dikenal dengan tipe roma. Tomat ini disebut tomat

gondol, yang disenangi karena kulitnya tebal. Tomat jenis ini

tahan penganngkutan jarak jauh. Daunnya rimbun keriting

seperti terserang penyakit virus keriting. Daunnya bewarna hijau

kelam.

2.1.6 Kandungan Tomat

Buah tomat dikenal akan kaya kandungannya yaitu, asam folat dan

mineral yang berfungsi sebagai mencegah penyakit jantung dan stroke,

vitamin B6 yang mampu menurunkan kadar kolestrol. Tomat juga

mengandung magnesium dan kalsium yang dapat menurunkan tekanan

darah tinggi. Tetapi tomat juga diketahui sebagai sumber utama yang

memiliki kandungan likopen, yaitu suatu komponen aktif yang berperan

sebagai antioksidan yang tinggi yang dapat mencegah radikal bebas

(Nisa, 2013).

Berbagai penelitian tentang tomat menunjukkan efek perlindungan

terhadap kesehatan, bahwa kandungan senyawa likopen pada tomat


11

adalah salah satu zat pigmen kuning tua sampai merah tua yang

bertanggung jawab terhadap warna merah pada tomat. Senyawa lykopen

yang satu ini dikenal baik sebagai senyawa yang memiliki daya

antioksidan tinggi, senyawa ini mampu melawan radikal bebas akibat

luka bakar, polusi, dan radiasi sinar UV. Radikal bebas adalah atom atau

molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu

atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Sedangkan

antioksidan adalah senyawa yang menetralkan radikal bebas. Oleh karena

itu dibutuhkan zat likopen untuk menetralisir penyakit dan penuaan dini

dari radikal bebas seperti kerusakan kulit. (Maulida, 2010).

Tabel 1. Kandungan Likopen Buah Segar dan Olahan Tomat

Bahan Kandungan Likopen (mg/100g)

Pasta Tomat 42,2

Saus Spaghetti 21,9

Sambal 19,5

Saus Tomat 15,9

Jus Tomat 12,8

Sup Tomat 7,2

Saus Seafood 17,0

Semangka 4,0

Pink Grapefruit 4,0

Tomat Mentah 8,8


12

Sumber: Maulida (2010)

Kandungan likopen yang terdapat pada tomat yang banyak

digunakan sebagai antioksidan karena terbukti efektif banyak

dimanfaatkan oleh industri farmasi untuk kecantikan yaitu salah satunya

dalam pembuatan masker (Nisa, 2013). Likopen memiliki beberapa sifat

fisik yaitu, warna merah terang, berbentuk kristal, tidak larut dalam air,

larut dalam n-Hexane dan hidrokarbon suku rendah lain, titik leleh 172-

173°C, titik didih terdekomposisi dan mempunyai rumus molekul

C40H56 (Maulida, 2010).

Kandungan gizi tomat juga memberikan manfaat yang tak kalah

penting yaitu vitamin A dan vitamin C yang bermanfaat untuk

meningkatkan kekebalan tubuh (Nisa, 2013). Senyawa vitamin A yang

sangat berguna untuk kesehatan mata dan vitamin C yang terkandung

didalam tomat sangat baik untuk keshatan gigi dan gusi serta melawan

kecendrungan pendarahan pembuluh darah yang halus (Tugiyono, 1995).

Kandungan lain yang terdapat dalam tomat seperti tomatin dalam

tomat bersifat antiinflamasi yaitu dapat menyembuhkan luka dan jerawat,

serta bersifat antipiretik (penurun demam) dan serat tinggi didalam tomat
13

mampu mengatasi gangguan pencernaan, seperti sembelit dan wasir

(Nisa, 2013).

Dalam 100 gr tomat terdapat kandungan gizi sebagai berikut, fosfor

27 gr, kalium 360 mg, zat besi 6 mg, kalsium 11 mg, vitamin C 23 mg,

thiamin 56 mg, protein 1 gr, vitamin A 1.000 UI dan vitamin K. (Nisa,

2013).

2.1.7 Sifat dan kegunaan

Buah tomat rasanya manis dan asam. Buah tomat juga memiliki

beberapa kegunaan untuk pengobatan, diantaranya, menghilangkan haus,

antiseptik usus, pencahar ringan (laksatif), memulihkan fungsi liver,

melancarkan keluarnya enzim lambung, menambah nafsu makan dengan

cara memperbanyak keluarnya air liur serta melancarkan aliran empedu

ke usus.

Selama ini, buah tomat banyak dipakai oleh masyarakat terutama

ibu-ibu rumah tangga untuk bumbu masak. Namun ternyata, buah tomat

memiliki manfaat lain, yaitu dapat berkhsiat sebagai antioksidan yang

mampu menangkal radikal bebas dan bersifat sebagai pendingin. Tomat

juga mampu memulihkan lemah syahwat dan meningkatkan jumlah

sperma serta menambah kegesitan gerakan (Maulida, 2010).


14

2.2 Kosmetik

2.2.1 Definisi kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 455/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai

berikut :

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk

digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan

organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan,

menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap

dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan

untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono, dkk.

2007).

2.2.2 Penggolongan kosmetik

a. Kosmetik ada 2 macam menurut sifat dan cara pembuatannya :

1. Kosmetik Tradisional

a) Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat

dari bahan alam dan ditolak menurut resep dan cara yang

turun-menurun.

b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan

pengawet agar tahan lama.


15

c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang

benar-benar tradisonal dan diberi zat yang menyerupai bahan

tradisonal.

2. Kosmetik Modern

Kosmetik modern diramu dari bahan kimia dan diolah secara

modern ( termasuk diantarnya adalah cosmedics).

b. Penggolongan Kosmetik berdasarkan Kegunaan :

1. Toilitries

Yang termasuk dalam golongan ini adalah sabun, sampo,

conditioner, hair spray, setting lotion, dan bahan-bahan cat

rambut (pewarna).

2. Skin Care

Skin care adalah kosmetik pemeliharaan dan perawatan kulit

yang terdiri dari pembersih, pelembab, pelindung dan penipis.

3. Kosmetik Rias

Kosmetik jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat

pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih

menarik serta menimbulkan efek psikologis baik, seperti

percaya diri. Dalam kosmetik riasan peran zat warna dan zat

pewangi sangat besar.

4. Kosmetik Wangi-wangian, misalkan parfum.


16

2.2.3 Tujuan penggunaan kosmetik

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,

meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit

dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang

lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih

menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dkk, 2007).

2.3 Masker

Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup

dikenal dan banyak digunakan. Masker biasanya digunakan pada tahap akhir

dalam rangkaian perawatan kulit wajah. Masker bekerja mendalam untuk

mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati pada kulit. Ia digunakan setelah

massage (pengurutan) dengan cara dioleskan pada seluruh kulit wajah,

kecuali alis, mata, dan bibir. Sehingga wajah yang menggunakan masker

tampak seperti wajah yang sedang menggunakan topeng (Muliyawan, 2013).

Sekarang, masker wajah sudah dirancang dalam bentuk kandungan dan

khasiat. Berbagai merek kosmetik menjadikan masker sebagai salah satu

produk perawatan kulit andalannya. Masker memiliki berbagai fungsi dan

manfaat bagi kulit wajah, diantaranya :

a. Fungsi

1. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif.


17

2. Mengangkat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit

secara mendalam.

3. Memperbaiki dan mengencangkan kulit.

4. Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan, dan menjaga

kelembaban kulit.

5. Mencegah, mengurangi, dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada

kulit seperti gejala keriput dan hiperpigmentasi.

6. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit. Selain

itu, masker juga memiliki fungsi yang sesuai dengan jenis maskernya:

1. Masker jerawat, zat aktif yang terdapat dalam masker ini memiliki

fungsi untuk mengeringkan jerawat dan mengurangi produksi

minyak diwajah. Masker untuk kulit berjerawat juga bisa

mengurangi peradangan jerawat. Salah satu masker yang efektif

untuk mengurangi jerawat adalah terbuat dari lumpur laut mati.

2. Mencerahkan kulit. Masker whitening biasanya mengandung zat-zat

yang bisa membantu dalam mencerahkan kulit wajah.

3. Mengencangkan wajah. Masker jenis bubuk terasa lebih

mengencangkan. Sedangkan masker jenis peel of dan topeng lebih

berfungsi untuk memberikan nutrisi dan vitamin untuk kulit.

b. Manfaat

1. Kulit yang rutin dirawat menggunakan masker wajah akan meningkat

taraf kebersihan, kesehatan, dan kecantikannya.

2. Kulit tampak lebih kencang, halus, dan lembut.


18

3. Kulit yang rutin dirawat menggunakan masker wajah akan terhindar

dari gejala penuaan dini.

4. Wajah senantiasa tampak lebih cerah, segar, dan sehat.

c. Golongan masker

Berdasarkan bentuk dan kelompok bahan penyusunnya, masker

wajah dikelompokkan dalam beberapa golongan, diantaranya yaitu :

Tabel II. Jenis-jenis masker berdasarkan kelompok bahan penyusun masker

Jenis Masker BahanPenyusun Fungsi


Masker Bubuk Bahan serbuk (kaolin, Memutihkan dan
titanium, mengencangkan kulit.
dioksida, magnesium
karbonat)
Gliserin
Air suling
Hydrogen
Peroksida
Masker gelatin (peel of Gum Menutrisi dan vitamin
masker) Tragacant untuk kulit.
Latex
Masker alami Bahan- bahan alami Menutrisi dan
seperti buahan-buhan, membersihkan kulit.
sayur- sayuran, madu, Menjaga kelembapan
telur, minyak zaitun, dan kulit.
lain-lain.
19

Unsur pembuatan Masker gel :

a. Dasar gel hidrofilik : umumnya terdiri dari molekul organik yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase

pendispersi. Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan

pengembang, air, humektan dan bahan pengawet.

b. Menggunakan berdasarkan sifat pelarut : Hidrogel (pelarut air)

Hidrogel mempunyai tegangan permukaan yang rendah dibanding

cairan biologi dan jaringan sehingga meminimalkan kekuatan

adsorbsi protein dan adhesi sel. Hidrogel bersifat lembut/lunak dan

elastis sehingga meminimalkan iritasi

c. Gelling agents yang dipilih harus sesuai dengan jenis dan sifat

masker gel yang dikehendaki seperti bersifat inert, aman dan tidak

bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi. Sebagai gelling

agents dapat digunakan bahan organik eterselulosa, (metiselulose,

etilselulose, hidroksietilselulose, etilhidroksietilselulosa,

natriumkarboksimetilselulose), natriumalginat, tragakan,

Polivinilalkohol (PVA), polivinilpirolidon.

d. Viskositas sediaan gel yang tepat

Biasanya yang digunakan HPMC, nama lain dari HPMC antara lain,

hypromellose, methocel, hydroxypropilmethilcellulose, metolose,

pharmacot .

e. Zat pengawet biasanya metilparaben dan propilparaben.


20

2.4 Gel

2.4.1 Definisi gel

Gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan

mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan

yang disebabkan oleh jaringan yang saling berkaitan pada fase

terdispersi. Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam

granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral

dan sebagai basis supositoria (Anonim, 1995).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel

hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

Umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila

ditambahkan kedalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi

antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan

hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang

dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan

dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase

pendispersi. Istilah hidrofilik bearti suka pada pelarut. Sistem koloid

hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas

yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya


21

mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan

bahan pengawet (Voight, 1994).

Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994), adalah sebagai

berikut:

- Kemampuan penyebarannya baik pada kulit.

- Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit.

- Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis.

- Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik.

- Pelepasan obatnya baik.

2.4.2 Evaluasi sediaan gel

a. Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan ini dilakukan secara visual dengan mengamati

bentuk, warna, dan bau dari sediaan masker gel.

b. Pengujian Visikositas

Pengukuran viskositas dilakukan untuk mengetahui apakah

sediaan tersebut dapat bertahan lama atau tidak, karena semakin

besar viskositasnya maka semakin besar juga ketahanan sediaannya.

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempelkan sampel

dalam viskometer Brookfield DV-E hingga spindle terendam. Diatur

spindle dan kecepatan yang akan digunakan. Viskometer Brookfield

DV-E dijalankan, kemudian viskositas dari gel akan terbaca.


22

c. Pemeriksaan Homogenitas

Homogenitas dalam sediaan farmasi sangat penting artinya

karena sifat ini mencerminkan secara merata pembagian zat aktif

kedalam suatu pembawa sehingga dapat diharapkan dosis terpenuhi

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal ini dapat ditunjukkan bila

suatu gel dioleskan pada sekeping kaca transparan maka gel tersebut

harus menunjukkan susunan yang homogen.

d. Pemeriksaan pH

Stabilitas dan efektifitas serta penetrasi zat berkhasiat kedalam

kulit sangat dipengaruhi oleh pH sediaan. Untuk itu dipilih basis gel

yang mempunyai pH mendekati pH kestabilan zat berkhasiat dan pH

normal kulit. Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan

alat pH meter.

e. Pengujian waktu untuk sediaan mengering

Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan

masker gel kepunggung tangan dan diamati waktu yang diperlukan

sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya

masker gel hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

Kemudian waktu tersebut dibandingkan dengan waktu kering masker

produk innovator yang beredar dipasaran yaitu 10-20 menit.

Pengujian dilakukan selama waktu penyimpanan.


23

f. Pengujian Daya Sebar

Daya pada kulit berhubungan dengan konsistensi dan viskositas

dari gel. Daya menyebar ini sangat penting pada pengolesan sediaan

pada kulit, dimana sediaan dengan daya menyebar yang baik akan

memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit. Pengujian

dilakukan dengan metode ekstensometri. Prinsipnya adalah

menghitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan bila

diberi beban dengan berat tertentu dan dalam selang waktu tertentu.

g. Pemeriksaan Uji Iritasi Kulit

Umumnya iritasi kulit akan menimbulkan reaksi kulit sesaat

sesudah pelekatan atau penyentuhan pada kulit yang dikenal dengan

iritasi primer. Tetapi bila iritasi timbul beberapa jam setelah

pelekatan atau penyentuhan iritasi pada kulit maka dikenal dengan

iritasi sekunder. Tanda – tanda yang ditimbulkan oleh iritasi dapat

sberupa eritemia, reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal

pada kulit setempat. Uji iritasi kulit ini dikenal dengan uji tempel

(past test), pengujian langsung dilakukan pada manusia.

(Voight, 1994)

2.5 Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutup permukan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan


24

rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme

biologis, pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus ( keratinisasi dan

pelepasan sel-sel yang sudah mati). Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2

meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa

lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama yaitu, (Tranggono, 2007) :

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.

Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang

menarik karena kosmestik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada

beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap

penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan

teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik.

2. Dermis (korium, kutis, kulit jangan)

Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai

bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut

kolagen dan elastik, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat

koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat

mencapai 72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.

2.6 Ekstrak dan ekstraksi

2.6.1 Ekstrak

Ekstrak disebutkan bahwa ekstrak adalah sediaan kental yang

diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau

simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua


25

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Anonim, 2000).

Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya yaitu:

1. Ekstrak encer

Adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan

dapat dituang.

2. Ekstrak kental

Adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak

dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya

kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena

cemaran bakteri.

3. Ekstrak kering

Adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah

dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

4. Ekstrak cair

Adalah ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian

simplisiasesuai dengan 2 bagian ekstrak cair. Proses ekstraksi dapat

melalui tahap menjadi:pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian,

dan pemekatan. Sistem pelarut yang digunakan dalamekstraksi harus

dipilih bedasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang

maksimum dari zat aktif dan yang seminimum mungkin bagi unsur

yang tidak diinginkan.


26

2.6.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat

larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut

cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat

larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat,

protein. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid.

Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Anonim,

2000).

Berikut macam-macam metode ekstraksi menggunakan pelarut,

yaitu:

a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

1. Cara dingin

a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan

atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang

tahan pemanasan maupun yangtidak tahan pemanasan.

Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan

prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.


27

Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar.

b) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu

baru dan sempurna (Exhaustiva extraction) yang umumnya

dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip perkolasi

adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu

bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.

2. Cara panas

a) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada

temperatur titikdidihnya, selama waktu tertentu dan jumlah

pelarut terbatas yang relatifkonstan dengan adanya

pendingin balik. Umumnya dilakukan penggulangan proses

pada residu pertama sampai 3-5kali sehinggadapat termasuk

proses ekstraksi sempurna.

b) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus

sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c) Digesti
28

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur ruangan atau kamar, yaitu secara

umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

d) Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada

temperatur penangasair (bejana infus tercelup dalam

penangas air mendidih, temperature terukur 96-980C selama

waktu tertentu (15-20menit).

e) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu

lebih dari300C) dan temperatur sampai titik didih air.

b. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap

(minyakatsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air

bedasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap

dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna

diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran(senyawa kandungan

menguap ikut tersdestilasi) menjadi destilat air bersamasenyawa

kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.

Destilasi uap, bahan simplisia benar-benar tidak tercelup ke air yang

mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan

menguap ikutterdestilasi.Destil asi uap dan air, bahan (simplisia)


29

bercampur sempurna atausebagian dengan air mendidih, senyawa

kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi.

2.6.3 Fraksinasi

Fraksinasi adalah suatu proses pemisahan senyawa – senyawa

berdasarkan tingkat kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat

dipisahkan menjadi fraksi berbeda – beda tergantung pada jenis

tumbuhan. Pada prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan

dua metode yaitu dengan menggunakan corong pisah dan

kromatografi kolom. Corong pemisah atau corong pisah adalah

peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair

untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran

antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang takcampur.

Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa

pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana,

kloroform, atau pun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada

di atas fase air keculai pelarut yang memiliki atom dari unsur

halogen. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah

bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya.

Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari

kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon.

Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam

skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan

dipasang sentrifuge. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua


30

fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong

keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan

kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini

kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap

yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan

antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian

dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran

corong (Hafil, 2012).

Macam – macam proses fraksinasi:

a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization) Fraksinasi kering

adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat

molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih

murah dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil

kemurnian fraksinasinya rendah.

b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination) Fraksinasi basah

adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat

pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses

Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari proses

ini sama dengan proses fraksinasi kering.

c) Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/

Solvent Fractionation Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan

menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang digunakan adalah


31

aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan

proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.

d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional

Condentation) Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses

fraksinasi yang didasarkan pada titik didih dari suatu zat / bahan

sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang

tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang

cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan

kemurniannya lebih tinggi.

Prinsip kerja :

1) Campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke dalam corong

dari atas dengan corong keran ditutup.

2) Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk

membuat dua fase larutan tercampur.

3) Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk

melepaskan tekanan uap yang berlebihan.

4) Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase

berlangsung.

5) Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase

larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.

2.7 Monografi Bahan

a. Ekstrak tomat
32

Ekstrak tomat memiliki warna merah, bau khas, rasa manis

keasam-asaman, ekstrak tomat ini diperoleh dari pengekstrakan yang

telah dilakukan cara metode maserasi.

b. Polivonilalkohol

Digunakan sebagai gelling agent yang memiliki sifat membentuk

lapisan film yang dapat dikelupas setelah mengering.

Sinonim : Airvol, alcotex, celvol, polyvinol, vinyl alcohol, PVA.

Range : 10-15%.

Pemerian : Serbuk putih.

Kelarutan : Larut dalam air, praktis tidak larut dalam pelarut organic.

OTT : sediaan dari polivinilalkohol tak tersatukan dengan asam,

garam, tannin dan asam poliakrat.

Khasiat : Gelling Agent

c. Hydroxypropilmethilcellulose

Digunakan sebagai peningkat visikositas dari basis masker gel.

Sinonim : HPMC

Ransge :1%

Pemerian : Serbuk tidak berbau dan tidak memiliki rasa.


33

Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis larut dalam kloroform,

etanol, dan eter, tetapi tidak larut dalam campuran etanol

dan diklometan, dalam campuran methanol dan

diklorometan, dan campuran air dan alkohol.

OTT : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi, jika non ionic

maka tidak akan membentuk kompleks dengan garam

metalik, atau ion organik menjadi endapan yang tidak larut.

Tidak boleh dicampur dengan bahan yang mengandung

aspirin, beberapa vitamin garam-garam alkaloid.

Khasiat : Digunakan peningkat viskositas.dari basis masker gel

d. Gliserin

Digunakan sebagai humektan yang memiliki kemampuan mengikat

air sehingga sediaan menjadi tetap lembab dan tidak kering.

Sinonim : Glycerine, Glicerol, glycerolum.

Range : 5-15%

Pemerian :Cairan jernih seperti sirup, tidak bewarna, rasa manis,

Higroskopik, jika disimpan beberama lama pada suhu

rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak

bewarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih

kurang 20°.
34

Kelarutan :Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak

larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak

dan dalam minyak menguap.

Khasiat :Humektan.

e. Triaethanolamin

Sinonim : Trolaminum, tealan, triethylolamine,.

Range : 2-4%.

Pemerian :Cairan bening tidak berwarna sampai kuning pucat, bau

amoniak lemah.

Kelarutan : Larut dalam etanol 95%, larut dalam methanol, larut

dalam air.

OTT : Golongan amin dan hidroksi.

Khasiat : Digunakan pengatur pH dari sediaan.

f. Nipagin

Sinonim : Methylparaben, Methylis parahydroxybenzoas.

Range : 0,02-0,3%.

Pemerian :Hablur kecil, tidak bewarna atau serbuk hablur putih tidak

berbau atau berbau khas lemah.

Kelarutan :Sukar larut dalam air, larut dalam 20 bagian air mendidih,

dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut

dalam etanol dan dalam eter.


35

Khasiat : Pengawet.

g. Nipasol

Range : 0,01-0,6%.

Sinonim :Propylparaben, Aseptoform P, Propagin, Propylparasept.

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak bewarna, tidak bebau.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dan dalam eter, larut dalam 140 bagian gliserol dan dalam

40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali

hidroksida.

h. Aqua destila

Pemerian : Cairan jernih, , tidak berbau, tidak bewarna, tidak

mempunyai rasa.

(Anonim, 1979)
36

2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

Ekstrak Buah Tomat 1). Uji sifat fisik

(Lycopersicum escelentum Mill)


a. Uji Organoleptis
b. Uji Viskositas
c. Homogenitas
d. Pengujian pH
e. Uji sediaan kering

2). Uji Iritasi


Formulasi Masker Gel

Gambar 2. Kerangka konsep


37

Anda mungkin juga menyukai