Disusun Oleh:
Kelompok 6
Mualifah; 20180511064082
2.10 Kesenian
Kesenian masyarakat Suku Dani dapat dilihat dari:
a. Cara membangun tempat kediaman mereka yaitu silimo yang terdiri
dari beberapa bangunan:
Honai, merupakan sebutan untuk rumah pada umumnya. Honai
berasal dari kata hun yang berarti pria dewasa dan ai yang berarti
rumah. Jadi secara harafiah, honai berarti rumah untuk pria
dewasa. Honai berbentuk bulat, atapnya seperti kubah dari daun
ilalang. Garis tengahnya bisa mencapai 5-7 meter.
Ebeai yaitu rumah wanita. Ebe artinya tubuh atau pusat dan ai
artinya rumah. Jadi ebeai artinya rumah tubuh atau rumah induk.
Ebeaisama persis dengan honai, hanya garis tengahnya lebih
pendek.
Wamai artinya kandang babi. Wam artinya babi dan ai artinya
rumah. Jadi wamai artinya rumah babi atau kandang babi. Wamai
berbentuk persegi panjang dan disekat sebanyak jumlah ebeai.
Wamai juga terletak dalam lingkungan silimo. Silimo sendiri
berbentuk oval dan dipagari oleh pagar kayu.
b. Kerajinan tangan berupa anyaman kantong jaring penutup kepala,
pengikat kepala dan pengikat kapak.
c. Seni tari Baliem, terdiri dari:
Hunike, salah satu tarian yang dimainkan oleh satu orang secara
bersama, berjejer dan terpisah dari kelompok pengiring lagu.
Tarian ini paling sering dilakukan saat upacara perayaan
kemenangan perang.
Hologotiik, salah satu gerak tari yang diperankan dalam posisi
berdiri atau melompat di tempat.
Dipik/walin, merupakan tarian rakyat yang dimainkan dengan cara
membuat lingkaran dengan sebuah regu atau kelompok penyanyi
berada di tengah. Tarian ini dilakukan pada saat pesta pernikahan,
inisiasi dan upacara lain yang dilaksanakan bersamaan dengan
pembunuhan babi.
Hulung, adalah tarian rakyat yang dimainkan secara beramai-ramai
ke sana ke mari dalam jarak yang dekat sambil bernyanyi bersama.
Tarian ini dilaksanakan pada saat upacara inisiasi bagi anak laki-
laki, upacara pernikahan dan upacara mawe (pesta babi).
Tem/sekan, merupakan tarian pergaulan yang dilaksanakan oleh
muda mudi di dalam honai atau dapur. Tari ini dimainkan dengan
cara duduk berjejer saling berhadapan muka antara putera dan
puteri sambil menyanyikan lagu-lagu rakyat.
Hisilum, merupakan tarian pergaulan muda mudi untuk
mendapatkan jodoh. Gerakan tari ini menggunakan bahasa isyarat
sambil menyanyi di tiap kelompok, baik kelompok pria maupun
wanita dengan melambai-lambaikan tangan.
d. Masyarakat Suku Dani memiliki empat macam lagu tradisional (etai),
yaitu:
Etai ewa etai, merupakan jenis lagu-lagu utama yang dinyanyikan
baik pada acara-acara resmi maupun pada acara-acara tidak resmi.
Lagu yang dinyanyikan dalam acara-acara resmi, misalnya: lagu
kemenangan dalam perang (ap wataresik), lagu pada saat inisiasi
(ap wayama), lagu saat pesta perkawinan (heugumo/heyokalma),
lagu pada saat mawe (wam eweakowa), dan lagu pada saat haid
pertama bagi anak gadis Baliem (he hotarlimo). Lagu yang tidak
resmi biasanya dinyanyikan secara spontan pada saat membuat
honai dan membuka kebun baru.
Etai wene pugut, merupakan salah satu bentuk lagu tradisional
Baliem yang dinyanyikan dengan berbalasan pantun/syair. Isinya
adalah ungkapan emosional, kritikan-kritikan dalam kehidupan
sehari-hari, pesan-pesan tertentu dan sebagainya. Etai wene pugut
dinyanyikan pada saat pesta pernikahan (he yokal), pada saat
pengusiran roh orang mati dari tubuh seseorang (hat waganegma),
saat atraksi tukar gelang (sekan/tem kotilogolik) dan saat bersantai
(haselum hagatilogolik).
Etai lee wuni atau dee wuni. Lee berarti ratapan atau tangisan dan
wuni beratti lagu. Jadi lee wuni adalah lagu ratapan yang isinya
mengandung syair-syair tentang peristiwa-peristiwa tertentu.
Wesa etai, yakni lagu yang berisikan doa-doa baik kepada leluhur
maupun Tuhan.
e. Jenis musik tradisional Jayawijaya dapat dibedakan atas beberapa jenis
musik yaitu:
Musik pikon, yaitu sejenis musik yang dihasilkan oleh alat musik
tiup sekaligus bertali yang kalau ditiup sambil menarik tali tersebut
akan menghasilkan tiga nada dasar yaitu do, mi dan sol.
Musik witawo, yaitu sejenis musik yang dihasilkan dari lokop
(sejenis bambu muda yang beruas-ruas), dimainkan dengan cara
ditiup. Tinggi rendahnya bunyi sangat ditentukan oleh ukuran dari
lokop; yang panjang menghasilkan bunyi rendah sedangkan yang
pendek menghasilkan bunyi yang tinggi.
Musik aneletang, yaitu musik yang dihasilkan dengan cara dipukul
untuk menarik perhatian orang dalam tarian. Jenis musik ini dapat
dihasilkan dari sejumlah anak panah yang disatukan lalu dipukul
(sike tok), sejumlah pion yang dipotong-potong dan diikat lalu
dipukul (pion tok) dan batu-batu yang dipukul (helekit).
Musik ane tutum, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari kulit yang
ditabuh seperti gendang, yakni tifa. Tifa terbuat dari pohon weki
dan kepi.
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sebagai warga negara Indonesia yang mengedepankan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, sudah sewajarnya kita menghormati
keanekaragaman budaya yang ada didalam seluruh wilayah negara
Indonesia. Tidak hanya menghormati tetapi juga melestarikan. Kita
sebagai warga negara Indonesia patut bangga terhadap segala Adat dan
Budaya Suku Dani di Tanah Papua.
Kebanggaan terhadap Adat dan Budaya Suku Dani sebagai warisan
kebudayaan negara Indonesia patut kita pelajari dan kita lestarikan.
Penelitian-penelitian mengenai Suku Dani sangat diperlukan agar kita
dapat mempelajari kebudayaan mereka. Sebaiknya para antropolog
Indonesia lebih banyak melakukan penelitian-penelitian yang lebih
mendalam terhadap Suku Dani. Karena kajian mengenai Adat dan Budaya
Suku Dani malah lebih dulu diteliti oleh negara lain, bukan negara
Indonesia sendiri. Jika penelitian dilakukan oleh antropolog Indonesia,
kita akan lebih banyak mengetahui kebudayaan dan potensi apa saja yang
dapat kita jadikan sebuah pengetahuan. Selain itu, kita dapat menjaga
kebudayaan tersebut agar tidak menghilang dari negara kita. Menjaga dan
melestarikan Adat dan Budaya Suku Dani di Tanah Wamena adalah salah
satu cara agar kita dapat selalu mempelajari kebudayaan mereka.
3.2 Saran
Pemecahan masalah mengenai Adat dan Budaya Suku Dani di Tanah
Wamena tidak dapat terwujud apabila kita tidak mendukung langkah-
langkah tersebut. Maka sebaiknya pembaca juga memahami pembahasan-
pembahsan serta konsep yang ada
Ketertarikan pembaca terhadap kebudayaan Suku Dani akan
membangkitkan keinginan antropolog Indonesia untuk memenuhi rasa
ingin tahu. Sehingga mereka akan melakukan lebih banyak penelitian
mengenai Adat dan Budaya Suku Dani. Jika penelitian tersebut telah
terpenuhi, maka kita sebagai warga negara Indonesia akan semakin larut
dalam kebanggan terhadap keunikan dari kebudayaan-kebudayaan yang
ada di Indonesia sehingga ingin menjaga dan melestarikannya.