Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG


UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH
Jl. Pramuka No. 01 Telp (0721) 8011767 Email : rbipkm@yahoo.com
Kota Bandar Lampung

PERATURAN
KEPALA UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH
NOMOR 12 TAHUN 2018

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS


DI UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin mutu layanan klinis dan keselamatan pasien,
harus ditetapkan suatu kebijakan pelayanan klinis;
b. bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan dengan memberikan
informasi yang jelas tentang tahapan layanan klinis yang akan dilalui oleh
pasien;
c. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan klinis dan keselamatan
pasien, perlu adanya peran aktif tenaga klinis dalam seluruh kegiatan
pelayanan klinis mulai dari pendaftaran, kajian awal, pemeriksaan oleh tenaga
medis yang kompeten, pemeriksaan penunjang, pemberian resep obat,
pengambilan obat, tindakan medis, penentuan terapi dengan cairan dan
anestesi lokal, rujukan internal maupun eksternal, pelayanan gawat darurat
dan pelayanan pasien dengan risiko tinggi;
d. bahwa untuk menjamin dan menunjang kelancaran peningkatan mutu layanan
klinis tersebut juga diperlukan koordinasi dan komunikasi antar praktisi klinis,
dan penjaminan layanan klinis yang berkesinambungan;
e. bahwa untuk menjamin kesinambungan layanan klinis, maka perlu
diidentifikasi dan ditindaklanjuti adanya hambatan dan keluhan dalam layanan
klinis, menghindari pengulangan hal yang tidak perlu serta menyusun rencana
layanan terintegrasi dan terpadu;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan yang dimaksud dalam huruf a, b, c, d dan e
di atas, maka perlu ditetapkan keputusan Kepala UPT Puskesmas Rajabasa
Indah tentang tentang Kebijakan Pelayanan Klinis di UPT Puskesmas
Rajabasa Indah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
4. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2012

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 1 of 9


tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Faskes Primer;
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan
Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Faskes Primer
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Gigi;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
17. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 76 tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Puskesmas Pada Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPT PUSKESMAS RAJABASA
INDAH.

Kesatu : Penetapan Kebijakan Pelayanan Klinis di UPT Puskesmas Rajabasa Indah


sebagaimana tercantum dalam lampiran dari surat keputusan ini mengenai :
1. Meja informasi;
2. Pendaftaran pasien;
3. Rekam medis;
4. Pengkajian awal klinis;
5. Penyusunan dan pelaksanaan rencana layanan;
6. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan kebidanan;
7. Koordinasi dan komunikasi antar praktisi klinis;
8. Penanganan pasien gawat darurat dan risiko tinggi;
9. Rujukan internal pasien;
10. Rujukan eksternal pasien;
11. Pembedahan minor;
12. Penggunaan dan pemberian obat dan/atau cairan intravena;
13. Pemberian anestesi dan sedasi di Puskesmas;

Kedua : Kebijakan pelayanan klinis dipandu oleh prosedur baku yang jelas.

Ketiga : Segala biaya yang ditimbulkan akibat pelaksanaan surat keputusan ini dibebankan

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 2 of 9


kepada anggaran UPT Puskesmas Rajabasa Indah.

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bandar Lampung


pada tanggal : 04 Januari 2018

Plt.KEPALA UPT PUSKESMAS RAJABASA


INDAH,

RINI ALITA

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 3 of 9


LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPT
PUSKESMAS RAJABASA INDAH
Nomor :
Tanggal :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN
KLINIS DI UPT PUSKESMAS
RAJABASA INDAH

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH

Penetapan Kebijakan Pelayanan Klinis di UPT Puskesmas Rajabasa Indah mengenai :

1. MEJA INFORMASI
a. Petugas meja informasi wajib melakukan identifikasi pasien :
 Non darurat
 Gawat Darurat dengan kriteria kejang, demam tinggi atas 390C, sesak berat, luka bakar,
penurunan kesadaran, dehidrasi berat, nyeri dada, perdarahan, cidera kepala, patah tulang
terbuka, kolik abdomen.
 Risiko tinggi dengan kriteria TB Paru, Varicella/cacar air, Campak, Hepatitis B,
HIV/AIDS, Malaria, Demam Berdarah Dengue.
 Risiko jatuh dengan kriteria disabilitas fisik, kesulitan berdiri atau berjalan/menggunakan
alat bantu berjalan, setelah minum alkohol/mabuk, gaya berjalan/keseimbangan
tergganggu.
 Lansia dengan kriteria usia di atas 60 tahun.
b. Menyediakan informasi tentang :
 Alur pelayanan pasien meliputi :
 alur pelayanan pasien non gawat darurat
 alur pelayanan pasien gawat darurat
 alur pelayanan pasien risiko tinggi
 alur pelayanan pasien risiko jatuh
 alur pelayanan pasien lansia
 Jenis pelayanan klinis yang tersedia,
 Tarif pelayanan sesuai peraturan daerah,
 Jenis tindakan yang dapat dilakukan di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer,
 Informasi tentang kerjasama dengan fasilitas rujukan,
 Hak dan kewajiban pasien,
 Semua informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan klinis
di UPT Puskesmas Rajabasa Indah.
c. Selain secara lisan, pemberian informasi disediakan dalam bentuk banner, brosur, leaflet
maupun poster.

2. PENDAFTARAN PASIEN.
a. Pendaftaran dilakukan oleh petugas loket pendaftaran sesuai dengan prosedur.
b. Pendaftaran pasien memperhatikan hasil identifikasi pasien dan keselamatan pasien.
c. Identitas pasien harus dipastikan dengan cara identifikasi sebagai berikut : nama pasien, tanggal
lahir pasien, alamat/tempat tinggal, nama ibu kandung , nomor induk kependudukan dan nomor
rekam medis.

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 4 of 9


d. Pendaftaran pasien mengidentifikasi hambatan bahasa, budaya, kebiasaan, dan penghalang lain
dalam pelayanan kesehatan dan menindaklanjuti hambatan berdasarkan hasil rencana tindak
lanjut hambatan.
 Hambatan budaya meliputi : Sikap perilaku kepada pasien yang memegang norma, nilai
menurut kepercayaan adat atau agama.
 Hambatan bahasa meliputi :
1) Kesulitan pemahaman bahasa Indonesia bagi pasien daerah lokal terutama bagi pasien
usia lanjut.
2) Penyampaian penggunaan istilah medis kepada pasien yang tidak dipahami pasien
terutama tingkat pendidikan yang rendah.
3) Pasien disabilitas dimana tidak semua petugas kesehatan dapat berkomunikasi dengan
mereka.
 Hambatan kebiasaan meliputi :
Pasien yang tidak sabar dengan prosedur standar pelayanan kesehatan yang memakan waktu
relatif lama
 Hambatan lain :
1) Hambatan lokasi geografi.
2) Transportasi.
3) Tingkat pendidikan
e. Pengevaluasian penjelasan hak dan kewajiban pasien dari meja informasi dilakukan oleh petugas
pendaftaran dengan cara pasien menandatangani lembar hak dan kewajiban pasien.
f. Petugas pendaftaran menjaga komunikasi dan koordinasi dengan petugas layanan klinis di ruang
pelayanan lain dengan mengadakan rapat antar unit kerja secara berkala minimal 6 bulan sekali.
g. Petugas pendaftaran mengarahkan pasien ke ruang pelayanan yang dituju pasien sesuai diatur
dalam standar prosedur.

3. REKAM MEDIS
a. Petugas rekam medis adalah petugas lulusan D3 atau S1 Rekam Medis atau pegawai
Puskesmas yang telah mendapatkan pelatihan tentang rekam medis.
b. Petugas rekam medis bertanggung jawab dalam mengambil, mendistribusikan dan
mengembalikan, menyusun berkas rekam medis sebelum, selama dan sesudah waktu
pelayanan.
c. Pengelolaan dan penyimpanan Rekam Medis yang teratur dan benar untuk memudahkan
pencarian Rekam Medis pasien, sehingga tidak perlu terjadi pengulangan membuat Rekam
Medis yang baru.
d. Petugas rekam medis bertugas sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e. Petugas layanan klinis yang meliputi dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi dan bidan wajib
menuliskan secara lengkap dalam rekam medis :
 Hari, tanggal dan waktu
 Hasil pengkajian
 Semua pemeriksaan fisik dan penunjang
 Rencana terapi dan pengobatan
 Tindakan medis
 Edukasi
 Nama dan tanda tangan petugas
f. Petugas layanan klinis wajib saling mengingatkan jika menemukan pengulangan yang tidak
perlu dalam rekam medis pasien.

4. PENGKAJIAN AWAL.
a. Pengkajian awal sesuai prosedur dilakukan oleh tenaga yang kompeten melakukan pengkajian,
yaitu perawat, perawat gigi, dan bidan.
b. Pengkajian awal meliputi kajian medis asuhan keperawatan, asuhan kebidanan dan kajian lain
oleh tenaga profesional kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Proses pengkajian dilakukan mengacu standar profesi dan dan standar asuhan.
d. Sebelum melakukan pengkajian awal, pasien wajib diidentifikasi demi keselamatan pasien.

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 5 of 9


e. Proses pengkajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang tidak
perlu.
f. Proses pengkajian dilakukan dengan peralatan dan tempat yang memadai.
g. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan petugas.
h. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan.

5. PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RENCANA LAYANAN


a. Penyusunan dan pelaksanaan rencana layanan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi setelah
menerima pengkajian awal dari perawat/perawat gigi/bidan.
b. Dokter/dokter gigi membuat rencana layanan sesuai dengan panduan organisasi profesi.
c. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien dan melibatkan pasien.
d. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial,
spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
e. Semua rencana layanan ditulis dalam rekam medis
f. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasi.
g. Tindakan medis/pengobatan yang beresiko wajib diinformasikan pada pasien sebelum
mendapatkan persetujuan.
h. Pemberian informasi, persetujuan dan penolakan pasien (informed consent) terhadap tindakan
medis, pengobatan farmakologis, dan rujukan wajib didokumentasikan.
i. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi dan ditindaklanjuti.
j. Evaluasi harus dilakukan terhadap pelaksanaan tindak lanjut.
k. Dokter/dokter gigi membuat rencana layanan setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan/atau pemeriksaan penunjang.
l. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus diinformasikan kepada
pasien.
m. Dokter/dokter gigi melakukan terapi dan pengobatan sesuai dengan rencana layanan.
n. Dokter/dokter gigi dapat melakukan tindakan medis bagi pasien yang memerlukan tindakan
medis dibantu oleh petugas paramedis.
o. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien, juga termasuk konsultasi, informasi dan edukasi
(KIE) dilaksanakan sesuai dengan rencana layanan di dalam Rekam Medis.
p. Penyuluhan/pendidikan pasien dapat dilakukan juga saat pasien sebelum mulai pelayanan klinis
di ruang tunggu pasien.
q. Penyuluhan/pendidikan dapat diberikan oleh petugas pelayanan klinis, pemegang program,
petugas ruang konsultasi.

6. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


a. Perawat/perawat gigi/bidan melaksanakan pelayanan klinis terhadap pasien sesuai dengan
asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan yang telah dibuat.
b. Perawat/perawat gigi/bidan membantu dokter/dokter gigi dalam proses pelayanan klinis dan
bertindak sesuai instruksi dokter.

7. KOORDINASI DAN KOMUNIKASI ANTAR PRAKTISI KLINIS.


a. Antar petugas layanan klinis wajib menjaga komunikasi dan koordinasi dalam proses layanan
klinis sehingga informasi kajian dapat tersampaikan dengan baik terutama jika terdapat
kelainan dalam pengkajian atau pasien yang membutuhkan penanganan khusus.
b. Proses koordinasi dan komunikasi dalam pelayanan klinis baik pada waktu transfer maupun
pergantian shift, maupun pelaporan kasus dan instruksi tindakan sesuai dengan prosedur,
demikian juga koordinasi pada kasus yang memerlukan penanganan terintegrasi atau dilakukan
rujukan internal antar unit layanan.
c. Setiap petugas di Puskesmas berkewajiban untuk melakukan layanan yang berkesinambungan/
terus menerus. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien
pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.

8. PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT DAN RISIKO TINGGI


a. Kasus-kasus yang termasuk gawat darurat dan risiko tinggi perlu diidentifikasi.

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 6 of 9


b. Identifikasi pertama kali dilakukan di meja informasi.
c. Setelah identikasi pasien gawat darurat langsung diarahkan ke ruang tindakan untuk
mendapatkan pertolongan pertama.
d. Petugas ruang tindakan melakukan Triase sesuai prosedur jika pasien yang datang dalam waktu
bersamaan lebih dari satu pasien.
e. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan
pasien gawat darurat.
f. Pasien dengan identifikasi risiko tinggi Tuberkulosis diarahkan ke ruang pelayanan TB.
g. Pasien dengan identifikasi risiko tinggi lain didahulukan dalam menerima pelayanan di ruang
pemeriksaan.
h. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus ditangani
dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).

9. RUJUKAN INTERNAL PASIEN


a. Dokter/dokter gigi dapat melakukan rujukan internal laboratorium jika pasien membutuhkan
pemeriksaan penunjang dengan mengisi lembar permintaan laboratorium.
b. Pelayanan pemeriksaan penunjang laboratorium diberikan sesuai indikasi medis dan harus
ditentukan oleh dokter, dengan alur permintaan pemeriksaan laboratorium yang tersedia, hasil
pemeriksaan laboratorium dianalisa dan diinterpretasikan oleh dokter penentu pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium adalah hak dan rahasia dari pasien, sedangkan
formulir dan catatan rekam medis adalah milik Puskesmas.
c. Dokter/dokter gigi dapat melakukan rujukan internal/permintaan konsultasi kepada rekan
sejawat maupun tenaga kesehatan ahli lain dalam ruang konsultasi dengan menuliskan
permintaan dalam rekam medis.

10. RUJUKAN EKSTERNAL PASIEN


a. Jika setelah penegakan diagnosis didapati pasien tidak dapat ditangani di Puskesmas atau
pasien memerlukan penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, maka
dokter/dokter gigi dapat melakukan rujukan ekternal pasien melalui proses Informed Consent.
b. Rujukan pasien dapat dibagi menjadi rujukan eksternal pasien non-emergensi dan rujukan
eksternal pasien emergensi.
c. Dokter yang menangani pasien bertanggung jawab untuk melaksanakan proses rujukan.
d. Kriteria merujuk pasien meliputi pasien yang tidak mampu ditangani oleh Puskesmas karena
ketidaksesuaian kompetensi petugas dan tidak lengkapnya peralatan di Puskesmas, juga
termasuk :
1) Kasus spesialistik.
2) Kasus penyakit yang sudah diterapi namun tidak ada perbaikan.
3) Kasus penyakit berulang/kronis.
4) Kasus penyakit dengan komplikasi berat.
e. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindaklanjuti oleh dokter yang menangani pasien.
f. Jika pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk, pihak Puskesmas wajib memberikan alternatif
pelayanan.
g. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.
h. Resume klinis meliputi : nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan yang telah dilakukan,
dan kebutuhan akan tindak lanjut.
i. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.
j. Setelah pasien setuju dirujuk, pasien dipersiapkan berdasarkan prosedur persiapan asien
rujukan.
k. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang kompeten dan keluarga.
l. Pada saat proses rujukan pasien termasuk kondisi gawat darurat petugas harus terus melakukan
identifikasi kebutuhan, pendampingan dan monitoring terhadap pasien untuk keamanan dan
keselamatan pasien.
m. Transportasi rujukan
Mobil Ambulance dan sarana di dalamnya harus dalam kondisi lengkap dan siap digunakan
saat diperlukan

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 7 of 9


11. PEMBEDAHAN MINOR
a. Tindakan pembedahan minor adalah tindakan medis invasif yang dilakukan dengan cara
menyayat/mengiris permukaan tubuh atau organ untuk membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang bermasalah.
b. Tindakan pembedahan minor dilakukan oleh dokter dibantu perawat/perawat gigi/ bidan
dan ditunjang dengan alat-alat yang memadai.
c. Dokter/dokter gigi melakukan pembedahan minor sesuai prosedur yang baku, meliputi :
 Assessment pra bedah
 Asuhan pembedahan
 Edukasi dan penyampaian informasi efek samping/risiko
 Informed Consent
 Laporan operasi
 Monitoring status fisiologis sebelum, saat dan sesudah pembedahan
d. Tindakan pembedahan minor yang dapat dilakukan di Puskesmas Rajabasa Indah
meliputi:
 Penjahitan luka
 Insisi abses
 Ekstraksi Kuku
 Ekstraksi Gigi
 Pemasangan dan pencabutan IUD dan KB Implant
12. PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN OBAT DAN/ATAU CAIRAN INTRAVENA
a. Jenis obat/cairan intravena yang digunakan dalam pelayanan klinis di UPT Puskesmas Rajabasa
Indah :
 Cairan Ringer Laktat.
 Cairan NaCl 0,9 %.
 Cairan Dekstrosa 5 %.
 Antibiotik single dose
 PPI
 Anti-emetik
 Analgetik
 Anti-konvulsi
 Anti-anafilaktik
b. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat/cairan
intravena yang baku, mengikuti prosedur aseptik dan kewaspadaan universal.

13. PEMBERIAN ANESTESI DAN SEDASI DI PUSKESMAS


a. Pemberian anestesi lokal dan sedasi.
 Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan antara pasien dewasa dan anak atau
pertimbangan khusus.
 Persyaratan persetujuan khusus Informed consent dan Informed of Choice.
 Teknik melakukan lokal anestesi dan sedasi sesuai prosedur asuhan profesi.
 Frekuensi dan jenis monitoring pasien yang diperlukan.
 Kompetensi petugas pelaksana yang dapat melakukan anestesi lokal dan pemberian sedasi
adalah :
 dokter dan dokter gigi
 perawat, perawat gigi, dan bidan di bawah instruksi dokter/dokter gigi.
 Ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi.
 Dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi efektif.
b. Jenis – jenis sedasi yang dapat dilakukan di UPT Puskesmas Rajabasa Indah dipandu oleh
prosedur baku yang jelas, yaitu :
1. Anestesi Lokal
 Anestesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah minor.
 Preparat yang digunakan adalah Lidocaine ampul 2 %.

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 8 of 9


2. Sedasi Per Rectal
 Sedasi per rectal digunakan untuk pasien anak dengan kejang demam sederhana
maupun kompleks.
 Preparat yang digunakan adalah Diazepam suppositoria, atau Diazepam ampul 2 ml.
 Dosis pemberian Diazepam suppositoria 5 mg untuk anak dengan berat badan di
bawah 10 kg, dan 10 mg untuk anak di atas 10 kg.
3. Sedasi Per Oral
Sedasi per oral untuk pasien dewasa, preparat yang digunakan adalah Diazepam tablet
dengan dosis 2 mg atau 5 mg dengan indikasi pasien gaduh gelisah atau pasien dengan
kecemasan.
d. Monitoring status fisiologis selama pemberian anestesi lokal.
 Selama pemberian anestesi lokal dan sedasi petugas melakukan monitoring status fisiologi
pasien.
 Monitoring status fisiologis pasien selama pemberian anestesi lokal dipandu oleh prosedur
baku yang jelas.
 Monitoring status fisiologis ditulis lengkap dalam rekam medis.

KEPALA UPT PUSKESMAS RAJABASA INDAH

Drg. Rini Alita

SK Kebijakan Pelayanan Klinis Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai