Lambing poltekkkes
DISUSUN OLEH :
Eka Rudy Purwana SST MKes
Sonia Hadiyanti ,MKep
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Diktat Materi
Keperawatan Komplementer Untuk Mahasiswa Keperawatan
Diktat Materi keperawatan komplementer untuk mahasiswa keperawatan ini
tentunya tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan Diktat Materi
keperawatan komplementer untuk mahasiswa keperawatan ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga dari Diktat Materi keperawatan
komplementer untuk mahasiswa keperawatanini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat memberikan pengetahuan terhadap pembaca. Kami menyadari bahwa Diktat
Materi keperawatan komplementer untuk mahasiswa keperawatan ini jauh dari
sempurna, karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk penyempurnaan Diktat Materi keperawatan komplementer untuk mahasiswa
keperawatan ini ke depannya.
Mataram,januari 2019
Penyusun
3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................2
BAB I............................................................................................................4
PEDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................
BAB II...........................................................................................................6
LANDASAN TEORI......................................................................................6
A. Sejarah...............................................................................................6
B. Pengertian..........................................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................7
D. Manfaat..............................................................................................7
BAB III…………………………………………………………………………11
STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR………………………………11
BAB IV…………………………………………………………………………19
PENUTUP………………………………………………………………………………………..1
9
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan ilmu keperawatan sudah sangat berkembang dewasa ini hal ini
dibuktikan dengan semakin banyaknya institusi keperawatan yang banyak
melahirkan sarjana keperawatan dengan berbagai tingkat pendidikan ,skill dan
spesialistiknya. Tetapi dengan berbagai macam kemampuan dan banyaknya lulusan
tidak diimbangi dengan penyerapan lulusan tersebut didunia kerja sehingga
melahirkan masalah lain yaitu pengangguran.
Dari kompleksitas masalah tersebut perlu adanya kiat dan trik agar lulusan bisa
mendapatkan pekerjaan salah satunya dengan melaksanakan praktek mandiri
keperawatan,sehingga lahirlah keperawatan komplementer yang bisa digunakan
mahasiswa dalam melaksanakan praktek mandiri keperawatan
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi
(Smith et al., 2004).Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan
alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang
meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan
keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di
masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/
CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide
yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit
atau promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi
komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang
diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu
dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi
tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat
modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip
holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam
menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer.
Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada
teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang
memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai
dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang
menggunakan energy misalnya tai chi, chikung, dan reiki. Teori keperawatan yang
ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan terapi
komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu
fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan
keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya
5
BAB II
LANDASAN TEORI
a) Bagian bawah jari-jari kaki berkaitan dengan otak, dahi, hidung, leher,
mata, dan telinga
b) Bagian depan berkaitan dengan trapezius, bahu, kelenjar paratiroid,
kelenjar tiroid, dan paru-paru
c) Bagian tengah berkaitan dengan limpa, pancreas, kelenjar adrenalin,
ginjal, jantung, usus 12 jari, usus besar, danlambung
d) Bagian Belakang berkaitan dengan saluran kemih, kandung kemih,
usus kecil, anus, rektum, kelenjar reproduksi, dan insomnia
2. Titik refleksi pada lateral kaki (bagian samping dalam kaki)
Titik refleksi pada area depan berkaitan dengan hidung, kelenjar tiroid, leher,
dan punggung. Pada area belakang titik refleksi berkaitan dengan
kelangkang, pinggang, vesika urinaria, femur, kelenjar getah bening, prostat,
rahim, sternum, dan anus
3. Titik Refleksi pada punggung kaki
Titik refleksi yang terdapat pada punggung telapak kaki bagian depan
berkaitan dengan organ kesimbangan, diafragma, dada, rahang, amandel,
saluran pernafasan, dan kelenjar getah bening. Pada bagian belakang dan
lateral berkaitan dengan lutut, pinggul, sendi siku, tulangbelikat, sternum, dan
indung telur / testis.
L. Pengertian
Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan. Relaksasi merupakan suatu terapi relaksasi yang
diberikan kepada pasien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian
relaksasi (Smeltzer and Bare, 2002).Teknik ini dapat digunakan oleh pasien
11
malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan
dengan berbaring di tempat tidur
c. Pakaian
Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal
yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu,
ikat pingga) dilepas dulu.
2. Lingkungan yang ada dalam Diri Konseling
Individu harus mengetahui bahwa:
a. Latihan relaksasi merupakan suatu ketrampilan yang perlu dipelajari dalam
waktu yang relatif lama dan individu harus disiplin serta teratur dalam
melaksanakannya
b. Selama frase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling sedikit 30
menit setiap hari, selama frase tengah dan lanjut dapat dilakukan selama 15-
20 menit, dua atau tiga kali dalam seminggu. Jumlah sesion tergabtung pada
keadaan individu dan stress yang dialaminya
c. Ketika latihan relaksasi kita harus mengamati bahwa bermacam-macam
kelompok otot secara sistematis tegang dan rileks
d. Dalam melakukan latihan relaksasi individu harus dapat membedakan
perasaan tegang dan rileks pada otot-ototnya
e. Setelah suatu kelompok otot rileks penuh, bila individu mengalami
ketidakenakan ketidakenakan, sebaiknya kelompok otot tersebut tidak
digerakkan meskipun individu mungkin merasa bebas bergerak posisinya
f. Saat relaksasi mungkin individu mengalami perasaan yang tidak umum,
misalnya gatal pada jari-jari, sensasi yang mengambang di udara, perasaan
berat pada bagian-bagian badan, kontraksi otot yang tiba-tiba dan
sebagainya, maka tidak perlu takut; karena sensasi ini merupakan petunjuk
adanya relaksasi. Akan tetapi jika perasaan tersebut masih mengganggu
proses relaksasi maka dapat diatasi dengan membuka mata, bernafas sedikit
dalam dan pelan-pelan, mengkontraksikan seluruh badan kecuali relaksasi
dapat diulangi lagi.
g. Waktu relaksasi individu tidak perlu takut kehilangan kontrol karena ia tetap
berada dalam kontrol yang dasar
h. Kemampuan untuk rileks dapat bervariasi dari hari ke hari
i. Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan sebagai metode kontrol diri
P. Indikasi Hipnotis Lima Jari
1. Klien dengan kecemasan ringan-sedang
2. Klien dengan nyeri ringan-sedang
Q. Langkah-langkah Hipnotis Lima Jari
1. Fase orientasi
a. Ucapkan Salam Terapeutik
b. Buka pembicaraan dengan topik umum
c. Evaluasi/validasi pertemuan sebelumnya
d. Jelaskan tujuan interaksi
e. Tetapkan kontrak topik/ waktu dan tempat
2. Fase Kerja
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang nyaman duduk atau
berbaring
13
c. Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu jari tangan
d. Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali
e. Minta klien untuk menutup mata agar rileks
f. Dengan diiringi musik (jika klien mau)/ pandu klien untuk menghipnosis diri-
nya sendiri dengan arahan berikut ini:
Telunjuk: membayangkan ketika sehat, sesehat-sehatnya
Jari tengah: membayangkan tempat yang pernah dikunjungi yang
paling membekas
Jari manis:. bayangkan ketika kita bersama dengan orang-orang yang
kita sayangi.
Jari kelingking: bayangkan ketika kita mendapat pujian.
g. Minta klien untuk membuka mata secara perlahan
h. Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi perasaan klien
b. Evaluasi objektif
c. Terapkan rencana tindak lanjut klien
d. Kontrak topik/ waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya
e. Salam penutup
14
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
b) Langkah 2 tapping
Sementara anda fokus paada permasalahan anda dalam pikiran, anda
melakukan ketukan 7 atau 8 kali pada titik meridian.Untuk
mengingatkan permasalahan anda, anda sebutkan secara singkat pada
saat melakukan ketukan sebagai kalimat pengingat.
15
Dan juga lakukan 7-8 ketukan pada titik ditangan dan ulangi kalimat
permasalahan anda.
3) Evaluasi
Mendokumentasikan dan melihat hasil dari terapi yang telah dilakukan
dengan menggunakan skala S.U.D melalui lembar terapi.
2. Peran Terapis
Sebagai pembimbing terapi, konsultan dan memfasilitasi siswa dalam
mendorong keberhasilan terapi yang dilakukan.
B. SASARAN
Sasaran dalam terapi ini adalah klien dengan masalah emosional dan fisik.
C. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan ditentukan sesuai kesepakatan atau kontrak antara klien dan
terapis. Lama proses terapi sekitar 30 menit – 1 jam.
D. TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat pelaksanaannya pada lingkungan yang nyaman dan tenang.
Relaksasi pada hypnosis adalah suatu kegiatan yang dirujukan untuk menghilangkan
ketegangan otot-otot tubuh maupun pikiran sehingga memberikan rasa nyaman.
Sedangkan relaksasi lima jari adalah salah satu teknik relaksasi dengan metode
pembayangan atau imajinasi yang menggunakan 5 jari sebagai alat bantu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi modalitas adalah berbagai pendekatan penanganan klien gangguan
jiwa yang bervariasi, bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan
jiwa denga perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Prinsipnya,
perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan.
Terapi EFT (Emotional Freedom Technique) atau SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique) dapat digunakan sebagai salah satu teknik terapi untuk
mengatasi masalah emosional dan fisik, yaitu dengan melakukan totok ringan
(tapping) pada titik syaraf atau meridian tubuh. Emotional Freedom Technique
(EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis yang dapat menangani banyak
penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit psikologis (masalah pikiran dan
perasaan).Bisa dikatakan, EFT adalah versi emosional dari akupuntur.Bedanya,
EFT tidak mengandalkan tusukan jarum, melainkan hanya ketukan ringan dengan
ujung jari.
Pemilihan terapi EFT (Emotional Freedom Technique) atau SEFT (Spiritual
Emotional Freedom Technique) sebagai terapi modalitas dalam menghadapi anak-
anak yang agresif diharapkan dapat menghilangkan berbagai masalah emosi,
membantu menyembuhkan berbagai penyakit fisik, dan mengembangkan potensi
diri yang dimiliki anak. Spiritual dalam EFT/SEFT adalah doa yang diafirmasikan
oleh klien pada saat akan dimulai hingga sesi terapi berakhir.
B. Saran
1. Fokuskan pasien pada kegiatan terapi modalitas EFT yang akan dilakukan.
2. Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien untuk memudahkan dalam
berinteraksi.
3. Perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional, hipotesa
diagnostic dan intervensi terapeutik.
4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam
menunjuang dan menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial.
27
DAFTAR PUSTAKA