Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN 1

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PASIEN STROKE NON HEMORAGIK

Oleh:
QORI NUR AZIZAH
I4B019008

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN


PROFESI KEPERAWATAN
2019
BAB I. PENDAHULUAN

Anemia aplastik salah satu penyakit yang jarang terjadi. Salah satu penanda
penyakit ini adalah adanya pansitopenia kondisi dimana terjadi defisit sel darah
dalam jaringan tubuh. Biasanya dapat dikaitkan dengan kurangnya jumlah sel induk
pluripoten (Sembiring 2010). Menurut Park et al. (2009) sebagian besar penyebab
kasus dari anemia aplastik bersifat idiopatik dan dari beberapa kasus yang ada
penyakit anemia aplastik bisa berhubungan dengan infeksi, obat-obatan, racun,
radiasi, atau kehamilan. Selain itu, rerata umur dewasa yang dapat terkena penyakit
anemia aplastik berkisar 38 tahun.

Insiden anemia aplastik di asia timur adalah 4-6 per juta yang lebih tinggi
dari 2 per juta di negara-negara barat. Tingkat kejadian anemia aplastik di negara
Amerika dan Eropa sekitar 0,23 per 100.000 penduduk, per tahun. Sedangkan
tingkat kejadian di Asia adalah 0,39 - 0,5 per 100.000 dengan angka kejadiannya
dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi (Jaya, Rena, & Suega 2014). Rasio anemia
aplastik pada pria dan wanita adalah 1:1 tetapi perjalan penyakit serta manifestasi
klinisnya pada pria lebih berat dibandingkan wanita

Tanda gejala yang muncul pada pasien anemia aplastik akibat dari adanya
anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Contoh gejala yang ditimbulkan karena
anemia adalah penderita akan lebih mudah lelah dan sakit kapala. Gejala dari
leukopenia seperti, adanya demam, infeksi kuli, atau stomatitis. Sedangkan gejala
trombositopenia adanya petekie bahkan perdarahan pada gusi (Tucker et al. 1999).
Anemia aplastik merupakan penyakit yang akan diderita seumur hidup,
sehingga diperlukan kerjasama tim medis, pasien, serta keluarga dan lingkungan
dalam pengelolaan penyakit ini. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang
penyakit dan komplikasi yang memungkinkan akan sangat membantu memperbaiki
hasil pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup
pasien.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anemia aplastik merupakan anemi normokromik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sehingga sel darah yang mati
tidak dapat digantikan dengan sel darah baru. Anemia aplastik ditandai
dengan adanya pansitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan
primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa
adanya infiltrasi, supresi, atau pendesakan sumsum tulang (Handayani &
Haribowo 2008). Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang diproduksi
tidak memadai. Sehingga penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan
dimana terjadinya kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit (Citrakesumasari, 2012).
B. Etiologi dan Tanda Gejala
Penyebab dari penyakit anemia aplastik beraneka ragam. Namun, biasanya
anemia aplastik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer terdiri dari idiopatik (paling banyak), anemia
Fanconi, dan diskeratosis bawaan. Penyebab dari faktor sekunder, antara
lain zat kimia, obat-obatan, infeksi, dan radiasi (Sembiring 2010).
Penyebab anemia aplastik yang terbanyak adalah idiopatik atau
tidak diketahui atau belum terungkap dalam dunia medis. Anemia fanconi
merupakan keadaan dimana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah
yang cukup atau membuat jenis sel-sel darah abnormal. Selain itu, faktor
sekunder terkait zat kimia dan obat-obatan terjadi karena hipersensitivitas
atau dosis obat yang berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia
aplastik adalah kloramfenikol. Sedangkan bahan kimia yang dapat
menyebabkan anemia aplastik adalah senyawa benzen. Terkait infeksi yang
dapat menyebabkan anemia aplastik infeksi sementara atau permanen.
Infeksi sementara, seperti influenza, dengue, bruselosis, tuberculosis,
mononukleosis infeksiosa. Sedangkan penyebab infeksi permanen adalah
virus hepatitis non-A dan non-B. Umumnya anemia pasca-hepatitis
mempunyai prognosis buruk. Terkait radiasi, peningkatan dosis penyinaran
sekali waktu akan menyebabkan pansitopenia. Radiasi dapat menyebabkan
anemia aplastik berat atau ringan (Handayani & Haribowo 2008).
Gejala yang dimunculkan pada penderita anemia aplastik akibat
adanya anemia, leukopenia, dan trombositipenia. Gejala yang dirasakan
sebagai berikut (Handayani & Haribowo 2008).
1. Sindrom anemia: gejala anemia bervariasi dari anemia ringan hingga
berat. Gejala yang sering dikeluhkan seperti pucat, kelelahan, dyspnea,
palpitasi, sakit kepala, sinkope, anoreksia (Tucker et al. 1999).
2. Infeksi kulit seperti timbul kemerahan atau hitam tanpa pus, demam,
stomatitis, gejala infeksi pernapasan atas (ISPA), dan infeksi
perkemihan.
3. Gejala trombositopenia, yaitu petekie, epitaksis, ekimosis, pembentukan
hematoma, dan purpura.
C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui tiga faktor,
yaitu kerusakan sel induk, kerusakan lingkungan mikro, dan mekanisme
imunologis.
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil yang biasa ditemukan setelah pemeriksaan diagnostik adalah sebagai
berikut (Handayani & Haribowo).
1. Sel darah
Pada stadium awal penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Jenis
anemianya adalah anemia normokromik normositer disertai
retikulositopenia. Leukopenia relatif limfositosis tidak dijumpai sel
muda dalam darah tepi. Trombositopenia yang bervariasi dari ringan
hingga berat.
2. Laju endap darah selalu meningkat dengan laju endap darah lebih dari
100 mm dalam satu jam pertama.
3. Faal hemostatik. Waktu perdarahan memanjang dan retraksi bekuan
buruk yang disebabkan trombositopenia.
4. Sumsum tulang. Hiplopasia hingga aplasia. Aplasia ridak menyebar
secara merata pada seluruh sumsum tulang, sehingga sumsum tulang
yang normal tidak dapat menghapuskan diagnosa anemia aplastik.
Pemeriksaan ini harus diulang berkali kali di tempat yang lain.
5. Hasil besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, HbF meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M., Corrigan, A., & Gorski, L. 2010. Infusion Nursing : An Evidence
Based Approach. Saunders Elsevier
Jaya, I.B.H.A., Rena, R.A., & Suega, K. 2014, ‘Prevalensi Pasien Anemia Aplastik
Yang Di Rawat Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2014’ Skripsi, Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas
Udayana
Sembiring S.P.K. Anemia Aplastik. Medan: Morphost Lab E-Book Press. 2010
Park Y.B, dkk. Incidence and Etiology of Overt Gastrointestinal Bleeding in Adult
Patients with Aplastic Anemia. Springer Science+Business Media. 2009

Anda mungkin juga menyukai