Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

ILMU DAN BAHASA

Di Susun Oleh :

Abdul Hakam Sudrajat 20178600068

Ridho Wahyu Hapsari 20178600102

Eva Yuliyana 20178600016

Alfi Nur Fitri 20178600104

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

STKIP KUSUMA NEGARA

Jakarta , 24 April 2018


KATA PENGHANTAR

Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat hidayat dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Filsafat Ilmu Pendidikan
ini.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, Terlepas dari semua itu
kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini banyak kekurangan dari segi penyusunan
kalimat maupun bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Filsafat Ilmu Pendidikan tentang ‘Ilmu dan
Bahasa’ dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, April 2018


DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................................................................ii

Daftar isi......................................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................4

 Latar Belakang.................................................................................................................4
 Rumusan Masalah............................................................................................................5
 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5
 Kegunaan Masalah...........................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................6

A. Hakikat Ilmu...................................................................................................................7
B. Hakikat Bahasa...............................................................................................................8
C. Peran Bahasa Dalam Ilmu.............................................................................................14
D. Terminologi Ilmu, Ilmu Pengetahuan & Sains..............................................................
E. Quo Vadis.....................................................................................................................
F. Politik Bahasa Nasional................................................................................................

BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................17

 Kesimpulan....................................................................................................................17
 Saran..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang Masalah


Ilmu dan bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahasa merupakan perantara kita

dalam menyampaikan suatu ilmu. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah, muncul

problem yang serius dan dapat diselesaikan dengan bantuan filsafat. Bahasa sering tidak

mampu membebaskan diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut

biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat.

Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat

sangat berperan dalam menentukan kualitas bahasa.

Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan

antara berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa.

Menjelaskan kondisi-kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas

dalam perkembangan sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan

struktur bahasa khusus. Secara terminologi, menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah

bahasa dan hasil baru yang ada sekarang dari bahasa itu serta usaha-usaha lebih lanjut.

Pandangan-pandangan pada filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan

antara yang dipikirkan dan yang diucapkan. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat

berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia

pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat

mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan
hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka suara. Lewat seni suara dia akan

mengekspresikan perasaannya, kedukaan, dan kesukaan lewat liku nada kata-kata.

Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan

penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah

tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir

deduktif) dan statistika (sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir (Sarwono, 2006:

13). Upaya- upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa

sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai

sarana utama. Aktifitas-aktifitas yang diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan

mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa

sebagai sarana.

Makalah ini membahas konsep-konsep dan paradigma tentang ilmu dan bahasa

sebagai landasan untuk memahami peran penting bahasa dalam pengembangan ilmu,

karakteristik bahasa yang mendukung pengembangan ilmu, dan upaya-upaya yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan bahasa sebagai pendukung pengembangan ilmu.

Pembahasan diawali dengan memaparkan hakikat ilmu dan bahasa sebagai titik tolak dan

dilanjutkan dengan pembahasan tentang peran bahasa dalam pengembangan ilmu, yang

menyoroti hubungan bahasa dan pikiran dan bahasa sebagai media komunikasi.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menyusun makalah dengan bahasan “ Ilmu

dan Bahasa”.
 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah hakikat dari Ilmu?


2. Apakah hakikat dari Bahasa?
3. Bagaimanakah Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains?
4. Bagaimanakah pengambilan ketetapan Quo Vadis?
5. Bagaimanakah Politik Bahasa Nasional?

 Tujuan Penulisan
Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Menjelaskan hakikat dari Ilmu


2. Menjelaskan hakikat dari Bahasa
3. Menjelaskan Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains
4. Menerangkan pengambilan ketetapan Quo Vadis
5. Menjelaskan Politik Bahasa Nasional

 Kegunaan Masalah
1. Secara Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan
Bahasa.
b. Menambah pengetahuan dan memberi kemudahan dalam mempelajari Filsafat
Ilmu khususnya dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa.
2. Secara Praktis
a. Bertambahnya wawasan mahasiswa terhadap Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang
Ilmu dan Bahasa
b. Dapat mengikuti perkembangan Ilmu dan Bahasa
c. Memahami makna Filsafat Ilmu dengan Kajian Ilmu dan Bahasa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Ilmu
(Science) dan pengetahuan (knowledge) adalah dua bidang yang berbeda.
Pengetahuan (knowledge) merupakan kumpulan upaya dan pemahaman, pikiran,
perasaan, dan pengalaman yang diperoleh manusia ketika berinteraksi dengan orang lain
dan alam sekitarnya, yang kemudian diabstraksi dalam bentuk pernyataan, ungkapan
artistik, teori, dalil, rumus atau hukum. Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: “
knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita
tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi...“. Ilmu
(science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas bidang
pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh dengan observasi
(tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu.

B. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-

objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Bahasa adalah sistem

lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat pemakainya.

Sebagi contoh kita menggabungkan bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata atau

butir leksikal sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan, butir-butir leksikal ini

kemudian digabungkan lagi untuk membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-

aturan sintaksis dalam bahasa dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan

secara lisan, verbal secara arbiter.


Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama yakni pertama, bahasa

sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang

mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi

pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua dapat kita

sebutkan sebagai fungsi kohesif atau integratif.

Hubungan bahasa dan ilmu diantaranya: (1) ilmu dapat berkembang jika temuan

dalam ilmu itu disebarkan (dipublikasikan) melalui tindakan komunikasi (2) temuan itu

kemudian didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, diterapkan atau diperbaharui oleh

ilmu lainnya (3) dalam proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media (komunikasi).

C. Peran Bahasa Dalam Ilmu


Peran bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional bahasa

sebagai media berpikir dan media komunikasi. Sehubungan dengan itu, pembahasan

tentang permasalahan ini akan disoroti dalam dua bagian: (1) hubungan bahasa dan

pikiran dan (2) bahasa sebagai media komunikasi.

1) Hubungan Bahasa dan Pikiran

Berpikir merupakan aktivitas mental yang tersembunyi, yang bisa disadari hanya

oleh orang yang melakukan aktivitas itu. Miller mengatakan bahwa tindakan berpikir

sering digambarkan sebagai kegiatan berbicara pada diri sendiri (intrapersonal

communication), mengamati dan memanipulasi gambar-gambar mental. Dengan

kemampuan berpikirnya, manusia bisa membahas obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa

yang tidak berada atau sedang berlangsung disekitarnya. Kemampuan berpikir juga

kadang-kadang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tanpa mencoba berbagai

alternatif solusi secara langsung (nyata).


Peran penting bahasa dalam inovasi ilmu terungkap jelas dari fungsi bahasa

sebagai media berpikir. Melalui kegiatan berpikir, manusia memperoleh dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara menghimpun dan memanipulasi ilmu

dan pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,

menalar, dan membayangkan. Selama melakukan aktivitas berpikir, bahasa berperan

sebagai simbol-simbol (representasi mental) yang dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal

yang abstrak dan tidak diperoleh melalui penginderaan. Setiap kali seseorang sedang

memikirkan seekor harimau, misalnya, dia tidak perlu menghadirkan seekor harimau

dihadapannya. Makalah-makalah yang relevan, yang berfungsi sebagai representasi

mental tentang harimau, sudah dapat membantunya untuk memikirkan hewan itu.

Cassirer (dalam Suriasumantri, 1990: 71) mengatakan manusia adalah Animal

symbolicum, mahluk yang menggunakan simbol, yang secara generik mempunyai

cakupan lebih luas dari homo sapiens, mahluk yang berpikir. Tanpa kemampuan

menggunakan simbol ini, kemampuan berpikir secara sistmatis dan teratur tidak dapat

dilakukan.

Bahasa memang tidak selalu identik dengan berpikir. Jika seseorang ditanya apa

yangsedang dipikirkannya, dia akan menggambarkan pikirannya melalui

bahasa.meskipunpikirannya tidak berbentuk simbol-simbol linguistik ketika dia ditanya,

dia pastimengungkapkanpikiran itu dalam bentuk simbol-simbol linguistik agar proses

komunikasidengan penanya berjalan dengan baik. Namun, meskipun bahasa tidak identik

denganberpikir,berpikir tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bahkan, karakteristik bahasa

yangdimiliki seseorang akan menentukan objek apa saja yang dapat dipikirkannya.

Berbagai filsuf menyatakan bahwa suku-suku primitif tidak dapat memikirkan hal-hal
yang’canggih’ bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tetapi karena bahasa mereka

tidakdapat memfasilitasi mereka untuk melakukannya. Kenyataan initerungkap jelas

dalam diri mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri. Dia akan berhasilmenyelesaikan

studinya hanya jika dia menguasai bahasa yang digunakan dalam prosespembelajaran.

Mengingat betapa pentingnya peran bahasa dalam proses ini, tidaklahberlebihan bila

Tomasello menegaskanbahwa bahasa adalah fungsi kognisitertinggi dan tidak dimiliki

oleh hewan.

Selaras dengan itu, pandangan berbagai antropolog budaya juga menunjukkan

bahwabahasa juga berperan dalam membentuk, mempengaruhi, dan membatasi

pikiran.Penelitian tentang kemampuan mengingat warna membuktikan bahwa peserta

yang bahasaibunya memiliki kata untuk warna yang diujikan terbukti lebih mampu

mengingat warna-warna tersebut. (Wikipedia,2008). Sehubungan dengan itu, Miller

menegaskan: “language exerts a molding and constraining influence on thought.”

Variasipengungkapan pengalaman melalui bahasa yang berbeda sangat erat hubungannya

denganvariasi pandangan hidup atau kebudayaan dalam masyarakat manusia. Karena

bahasadipelajari seseorang sejak usia dini, dan bahasa tersebut merupakan sarana utama

baginyauntuk mempelajari segala sesuatu, termasuk budaya dan pandangan hidup, bahasa

itu akanmempengaruhi persepsinya tentang realitas. Sebagai contoh, ungkapan “Time

flies”, “Elreloj anda” (waktu berjalan, bahasa Spanyol) dan “Waktu berjalan” bisa

dihubungkandengan perbedaan antara persepsi orang Amerika, orang Spanyol dan orang

Indonesiatentang waktu. Orang Amerika selalu bergegas dan memanfaatkan waktu

sebaik-baiknya, sedangkan orang Spanyol dan orang Indonesia cenderung memandang

hidup lebih santai(Rahmat, 2005 :274).


Hal ini ditegaskan oleh hasil penelitian Ford dan Peat (1988) yang

mempertanyakan:“Do we speak (have language) because we think, or do we think

because we speak?”Penelitian itu mengungkapkan bahwa pengaruh realitas bahasa

seseorang terhadappikirannya lebih dominan daripada pengaruh pikirannya terhadap

bahasanya. Bahasa tidakhanya berperan sebagai ‘kendaraan’ yang digunakan untuk

menyalurkan informasi tetapijuga sarana untuk membentuk pikiran. Sebagai ilustrasi,

struktur bahasa Inggris yang liniermembuat penutur asli bahasa Inggris selalu berpikir

(bahkan bertindak) “to the point”. Halini dapat dibandingkan dengan struktur bahasa di

Timur yang cenderung melingkar atau’zigjag’. Secara umum, pemikiran dan tindakan

orang Timur tidak se-“to the point” orangAmerika. Penelitian yang dilakukan di Australia

pada sekelompok anak berusia 4-5 tahundaridua komunitas asli—Warlpiri dan

Anindilyakawa—yang tidak memiliki ungkapanverbal untuk angka menunjukkan bahwa

anak-anak tersebut dapat mengerjakan (berpikir)beberapa operasi matematika dasar tanpa

menggunakan bahasa. Akan tetapi, merekamengakui juga bahwa untuk memikirkan

konsep-konsep yang lebih rumit, para pesertamembutuhkan bahasa. Rumus-rumus

ilmiah, seperti E=MC2, misalnya tidak akanbermakna bagi seseorang bila dia tidak

mengetahui pengertian dari Energy (E),Mass (M)dan speed of light (C).

2) Bahasa Sebagai Media Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu jantung pengembangan ilmu. Setiap ilmu

dapatberkembang jika temuan-temuan dalam ilmu itu desebarluaskan (dipublikasikan)

melaluitindakan berkomunikasi. Temuan-temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti

ulang,dikembangkan, disintetiskan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmuwan lainnya.


Hasil-hasil diskusi, sintetis, penelitian ulang, penerapan, dan pengembangan itu

kemudiandipublikasikan lagi untuk ditindaklanjuti oleh ilmuwan lainnya. Selama dalam

prosespenelitian, perumusan, dan publikasi temuan-temuan tersebut, bahasa memainkan

peransentral, karena segala aktivitas tersebut menggunakan bahasa sebagai media.

Dalam penelitian dan komunikasi ilmiah, setiap ilmuwan perlu mengembangkan

danmemahami bahasa (terutama jargon-jargon akademis dan terminologi khusus)

yangdigunakan dalam bidang yang ditekuni. Tanpa bahasa yang mereka pahami

bersama,kesalahpahaman akan sulit dihindari dan mereka tidak dapat bersinergi

untukmengembangkan ilmu.

D. Terminologi Ilmu, Ilmu Pengetahuan & Sains

Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiraan,

pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan

mengabstraksikan tanggapan tersebut dalam dirinya dalam bentuk “ketahuan”

umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat.

Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara

sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari

produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh

dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikaan obyek, cara dan kegunaannya

kita masukkan ke dalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris

sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.

Knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang

kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk
membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok knowledge terdapat tiga kriteria

yakni:

1) Obyek ontologis, adalah obyek yang ditelaah yang membuahkan pengetahuan

(knowledge). Umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan

benda/ jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

2) Landasan epistemologis, berhubungan dengan cara yang dipakai untuk

mendapatkan pengetahuan (knowledge). Landasan epistemologis berbeda untuk

tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis

matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah

pengalaman dan akal sehat.

3) Landasan aksiologis, adalah nilai kegunaaan dari pengetahuan (knowledge).

Landasan aksiologis juga dapat dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan

(knowledge). Nilai kegunaan filsafat berbeda dengan nilai kegunaan fisika nuklir.

Jadi seluruh bentuk dapat digolongkan ke dalam kategori pengetahuan

(Knowledge) dimana masing-masinng bentuk dapat dicirikan oleh karakterisktik:

1) Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau

lewat pancaindera atau alat yang membantu kemampuan pancaindera.

2) Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif

dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau disebut logico-hyphotetico-

verifikasi.

3) Landasan aksiologis: kemaslahatan manusia. Artinya segenap ujud pengetahuan

(knowledge) secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.


Bentuk pengetahuan (knowledge) dalam bahasa inggris adalah science. Ilmu

(science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge) yang bersifat spesifik yang

mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas.

Sains merupakan adopsi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana sains

adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa inggris yakni science. Pembentukan kata

sifat dengan kata dasar sains ini adalah agk janggal dalam struktur bahasa Indonesia.

Kemudian, terminologi science dalam bahasa asalnya penggunaannya sering dikaitkan

dengan natural science seperti teknik. Maka teminologi science sering dikaitan dengan

teknologi. Sederhananya bahwa ilmu-ilmu sosial bukanlah sains atau dengan kata lain

sains hanya digunakan untuk ilmu-ilmu alam saja. Padahal bila merujuk pada pengertian

dari science adalah ilmu, yang berarti mencakup ilmu-ilmu sosial dan juga ilmu-ilmu

alam. Jadi adopsi sains dari kata science adalah kurang tepat.

E. Quo Vadis
Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, secara de

facto dalam kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan

seperti dalam metode ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun

kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan kata ilmu

pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science dalam bahasa

inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan

pengetahuan untuk knowledge.


F. Politik Bahasa Nasional

Bahasa mempunyai dua fungsi utama yakni pertama, sebagai sarana komunikasi

antar manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia

yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai

fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif.

Pengembangan suatu bahasa harus memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi

keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya.

Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional. Alasan utama bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa nasional

pada waktu itu ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk

mengintegrasikan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia. Bahasa Indonesia

selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa bahasa Indonesia merupakan lingua franca

dari sebagian besar penduduk, namun bila dikaji lebih mendalam, maka kriteria bahasa

sebagai fungsi kohesif merupakan kriteria yang menentukan. Penekanan pada fungsi

kohesif dari bahasa selaku alat perjuangan untuk mempersatukan dan memerdekakan

bangsa, pilihan dijatuhkan pada bahasa melayu.

Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni

pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi

perasaan (emotif), kedua berkonotasi sikap (afektif) dan ketiga, berkonotasi pikiran

(penalaran). Fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci menjadi fungsi emotif, afektif dan

penalaran. Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi

komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu

kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Pengembangan bahasa


Indonesia sebagai milik nasional dalam artian yang sedalam-dalamnya, maka harus

dicegah dominasi bahasa Indonesia oleh salah satu bahasa daerah dan harus diarahkan

agar bahasa Indonesia menghimpun khasanah kata-kata yang terbaik dari seluruh bahasa

daerah kita.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan pembahasan maka dapat disimpulkan ilmu

dan bahasa memiliki keterkaitan satu sama lain. ilmu dapat berkembang, melalui

publikasi ilmiah dengan menggunakan komunikasi bahasa yang baik. Keterkaitan ini

didukung dengan hakikat dari ilmu dan bahasa itu sendiri, terminologi ilmu, ilmu

pengetahuan (knowledge) dan sains, ketetapan quo vadis dan politik bahasa nasional.

Hakikat ilmu Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: “ knowledge merupakan

terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat,

ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi...“. Ilmu (science) merupakan bagian

dari pengetahuan (knowledge), membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun

secara sistematis, diperoleh dengan observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat

digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Hakikat

bahasa, bahasa memiliki fungsi komunikatif dan fungsi integratif. Terminologi terdiri

dari obyek ontologis (obyek yang ditelaah yang menghasilkan pengetahuan), landasan

epistemologis (cara mendapatkan pengetahuan) dan landasan aksiologis (nilai kegunaan

suatu pengetahuan). Quo vadis menetapkan Terminologi Ilmu untuk science dan

pengetahuan untuk knowledge. Politik bahasa nasional menetapkan bahasa nasional yaitu

bahasa Indonesia berdasarkan fungsi bahasa secara integratif.


B. Saran

Merujuk pada keterkaitan antara ilmu dan bahasa, sebaiknya penggunaan bahasa

lebih dikembangkan lagi dengan bahasa yang baik dan benar sehingga diharapkan dengan

adanya bahasa yang baik dan benar, transfer ilmu dapat berjalan dengan baik tanpa

adanya salah paham. Kemudian, mengupayakan pengembangan bahasa sebagai sarana

berpikir dan berbicara, baik dalam kalangan masyarakat keilmuan maupun non keilmuan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ariztik.wordpress.com,”penggunaan-bahasa-indonesia-dalam-prosep
penalaran”. 26/04/2012, 20:10

http://indrastomo.blogspot.com/2012/06/makalah-ilmu-dan-bahasa.html

http://jowofile.jw.lt/ebook/files5,”Peranan-Filsafat-Bahasa-Dalam
Pengembangan-Ilmu-Bahasa”. 27/04/2012, 20:18

http://www.scribd.com/doc/13236846/ILMU-DAN-BAHASA-ivate-max
age-0-must-revalidate-Content-Length-27-X

Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai