Anda di halaman 1dari 32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Penelitian


Metodologi penelitian merupakan gambaran mengenai jalannya
pelaksanaan dari penelitian secara terstruktur serta penjelasan mengenai jalannya
penelitian dan jadwal kegiatan yang akan dilakukan. Penelitian di laboratorium
akan didasarkan pada hasil karakteristik beton yang telah didesain dengan
menggunakan semen PCC. Karakteristik yang dilihat yaitu kuat tekan dari benda
uji berbentuk kubus.
Secara garis besar penelitian ini melingkupi menyiapkan material beton
seperti semen, agregat, dan air, kemudian memeriksa properties dari material-
material tersebut, setelah itu merencanakan komposisi material dalam campuran
beton.membuat benda uji berbentuk kubus 15 cm × 15 cm × 15 cm, melakukan
proses perawatan (curing) direndam dalam air, melakukan uji kuat tekan pada
benda uji pada umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari, mengolah dan menganalisis data
hasil percobaan dan mengambil kesimpulan dari hasil percobaan tersebut

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian tentang Pemanfaatan Clay Bengalon Sebagai Agregat Kasar
Buatan Dan Pasir Ex. Muara Badak Dalam Campuran Beton Dengan Metode
Standar Nasional Indonesia 03-2847-2002 ini dilakukan di Laboratorium
Mekanika Tanah, Bahan, Aspal, Hidrolika, dan Ilmu ukur Tanah Universitas 17
Agustus 1945 Samarinda.

26
3.3 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Semen,air,pasir
Persiapan bahan Peralatan laboratorium
agregat kasar
dan alat yang digunakan
buatan

Pengujian
Material
1. Agregat ,,Halus Ex.
Muara Badak
Metode mix Penyusunan Mix
design SNI Design f’c = 17,5 MPa 2. Agregat ,,Kasar
Buatan Clay Ex.
Bengalon

Percobaan
Slump test Pembuatan
Sample

1. Pembuatan sample
sebanyak 30 kubus
Pengujian Kuat Tekan

Analisa Data

Penyusunan Laporan
Penelitian
Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

27
3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pembuatan Agregat Kasar


1. Tujuan
Pembuatan agregat kasar buatan bertujuan untuk mendapatkan agregat
kasar buatan yang berkualitas tinggi, sehingga mengurangi penggunaan
agregat alami.
2. Peralatan
a. Termometer dengan kapasitas pembacaan panas hingga 3500oC.
b. Tungku pembakaran.
c. Palu.
d. Satu set saringan.
e. Talam dengan kapasitas besar.
3. Bahan
a. Tanah liat atau Clay Ex. Bengalon.
b. Kayu bakar.
4. Prosedur Pembuatan
a. Ambil tanah yang berkualitas baik, biasanya tanah yang berkualitas
baik.
b. Kemudian gunakan cangkul untuk menggemburkan tanah.
c. Setelah itu campur tanah dengan air sehingga menghasilkan
campuran yang liat.
d. Bentuklah tanah liat hingga menyerupai bentuk bulat.
e. Keringkan agregat yang telah dibentuk.
f. Setelah kering masukkan agregat kedalam tungku pembakaran.
g. Bakar agregat dengan suhu ± 900oC selama satu minggu.
h. Keluarkan agregat dari tungku pembakaran.
i. Pecahlah agregat sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
j. Gunakan saringan untuk memisahkan ukuran agregat

28
Mulai

Pemilihan jenis
Campur dengan air clay yang akan Tanah digemburkan
digunakan

Bentuk clay
agregat clay
menjadi ukuran
dijemur
agregat 10-40 mm

Proses
pembakaran
Dinginkan dengan suhu
minimal ± 1000oC
agregat
selama 1 minggu

Proses
pemecahan
ukuran sesui
dengan ukuran
yang diinginkan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram alir pembuatan agregat kasar

3.4.2 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar ( SNI 03 –
1970 – 1990 )
1. Tujuan
Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka berat jenis tersebut
dan angka penyerapan.
2. Peralatan :
a. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat
contoh yang di timbang dan dilengkapi dengan penggantung
keranjang.

29
b. Gelas ukur dengan kapasitas 1 liter
c. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap.
d. Alat pemisah contoh.
e. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5)o C.
f. Saringan No. 4 ( 4,75 mm ).
3. Proses pengujian
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan.
b. Timbang dan Keringkan benda uji didalam oven pada suhu (110 ±
5)o C sampai berat tetap (B), sebagai catatan, bila penyerapan dan
harga berat jenis digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka
tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
timbang dengan pengeringan oven.
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.
e. Keluarkan benda uji dari lap dengan kain menyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang untuk butiran yang besar pengeringan
harus satu per satu.
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (A).
g. Letakan benda uji didalam gelas ukur , goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam
air (C), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada
suhu standart (25oC).
h. Isi gelas ukur dengan air sebanyak 1 liter lalu timbang (D)
i. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir
berat dan ringan, bahan semacam ini memberikan harga-harga
berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan
dengan sangat hati-hati.

30
4. Perhitungan
Berat jenis SSD = A/(D+A-C)
Penyerapan air = (A-B)/Bx100
Dimana:
B : berat benda uji kering oven.
A : berat benda uji kering oven permukaan jenuh.
C : berat benda uji kering oven permukaan jenuh di dalam air.
D : Berat air dan gelas

Mulai

Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan.

Keringkan benda uji


didalam oven pada
suhu (110 + 5)o C
sampai berat tetap
sebagai catatan, bila
penyerapan dan harga
berat jenis digunakan
pada keadaan kadar air
aslinya, maka tidak
Dinginkan benda uji perlu dilakukan
pada suhu kamar pengeringan dengan
selama 1-3 jam. oven.

kemudian timbang
dengan pengeringan
oven.
Rendam benda uji dalam air pada
suhu kamar selama 24 + 4 jam.

31
A

Keluarkan benda uji dari lap dengan


kain menyerap sampai selaput air
pada permukaan hilang untuk butiran
yang besar pengeringan harus satu
per satu.

Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj)

Letakan benda
uji didalam
keranjang.
Goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang

Banyak jenis bahan campuran yang tersekap dan tentukan

mempunyai bagian butir-butir berat dan beratnya di dalam air (Ba),

ringan, bahan semacam ini memberikan dan ukur suhu air untuk

harga-harga berat jenis yang tidak tetap penyesuaian perhitungan

walaupun pemeriksaan dilakukan kepada suhu standart (25oC).

dengan sangat hati-hati, dalam hal ini


beberapa pemeriksaan ulangan
diperlukan untuk mendapatkan harga

rata-rata yang memuaskan.

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar

32
3.4.3 Pemeriksaan Berat Isi Agregat Kasar ( SNI 03 – 1969 – 1990 )
1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat
halus, kasar atau campuran. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 berat contoh.
b. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung
bulat sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata (straight adge).
e. Sekop
f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder.
3. Proses pengujian
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah keringkan dengan oven dengan suhu (110 ± 5) °C.
Sampai berat tetap kemudian ikuti langkah berikut :
a. Timbang dan catatlah berat wadah.
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan
menggunakan mistar perata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (A).
e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air (B).
f. Hitunglah berat benda uji (W = A – C)
g. Hitunglah berat isi.
4. Perhitungan
Berat isi agregat = (A – C) : (B – C) gr/cm3
Dimana :
A = Berat silinder + sampel
B = Berat silinder + air
C = Berat silinder kosong

33
Catatan :
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara :
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga
pada waktu ditutup dengan plat kaca tidak terlihat gelembung
udara.
b. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air.
c. Hitung berat air (berat air sama dengan berat wadah).

Mulai

Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya


sebanyak kapasitas wadah sesuai daftar No. 1, keringkan
dengan oven dengan suhu (110 ± 5) °C. Sampai berat tetap
dan gunakan sebagai benda uji.

Timbang dan catatlah berat wadah.

Masukkan benda uji dengan hati-hati agar


tidak terjadi pemisahan butir-butir dari
ketinggian 5 cm di atas wadah dengan
menggunakan mistar perata.

Ratakan permukaan benda uji


dengan menggunakan mistar
perata.

Timbang dan catatlah berat


wadah beserta benda uji (A).

34
A

Timbang dan catatlah


berat wadah beserta air
(B).

Hitunglah berat benda uji (W = A – C)

Hitunglah berat isi.

Selesai

Gambar 3.4 Diagram alir Pemeriksaan Berat Isi Agregat Kasar

3.4.4 Analisa Saringan Agregat Kasar (SNI 03 – 1968 – 1990)


1. Tujuan
Metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat kasar dengan menggunakan saringan, tujuannya untuk
memperoleh distribusi besaran atau jumlah persen-tase butiran. Analisis
saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka prosentase digambarkan
pada grafik pembagian butir.
2. Peralatan :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda
uji.
b. Satu set saringan dengan 50,8 mm (2”); 37,5 mm (1 ½ “); 19,1 mm
(¾”); 9,5 mm (3/8”); no.4; no.8; no.16; no.30; no.50; no.100;
no.200 (standar ASTM).
c. Oven yang dilengkapi pengukur suhu unutk memanasi sampai (100
± 5)o C.
d. Talam-talam.
e. Kuas, sendok dan alat-alat lainya.

35
3. Proses pengujian :
a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)oC,
sampai berat tetap.
b. Saring beda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Saringan digoncang dengan
tangan atau mesin penggoncang selama 15 menit.
c. Timbang berat agregat kasar yang terdapat pada masing-masing
ayakan.
d. Hitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing
e. saringan terhadap berat total benda uji.
4. Perhitungan
Jumlah persen tertahan = (B/C) x 100
Jumlah persen lewat = 100 – (B/C) x 100
Dimana :
B = Jumlah berat awal agregat
C = Jumlah berat tertahan

Oven sampel
agregat dengan
suhu (110 + 5)o C
sampai berat tetap
berat tetap adalah
keadaan berat benda uji
selama 3 kali proses
Penimbangan sampel agregat kasar penimbangan dan
buatan pemanasan dalam oven
dengan selang waktu 2
Sampel disaring dengan susunan jam berturut-turut, tidak
saringan, ukuran saringan paling akan mengalami
besar ditempatkan paling atas. perubahan kadar air
lebih besar dari pada 0,1
%,.
A

36
A

Saringan diguncang manual atau


dengan mesin pengguncang selama
15 menit.

Catat berat agregat yang tertahan


disetiap saringan. Kemudian hitung
persentasenya

Selesai

Gambar 3.5 Diagram alir pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar

3.4.5 Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles (SNI
03 – 1968 – 1990)
1. Tujuan
Metode pengujian ini sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan
agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin abrasi Los
Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan
dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No. 12 (1,7
mm) terhadap berat semula, dalam persen.
2. Peralatan
a. Mesin Abrasi Los Angeles
b. Saringan No. 12 (1,7 mm)
c. Timbangan
d. Bola-bola baja
e. Oven
3. Proses pengujian
a. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat
dilakukan dengan salah satu dari 7 cara berikut :

37
1. Gradasi A, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan putaran 500 putaran.
2. Gradasi B, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah
bola 11 buah dengan 500 putaran.
3. Gradasi C, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 4,75 mm. Jumlah
bola 8 buah dengan 500 putaran.
4. Gradasi D, bahan lolos 4,75 mm sampai tertahan 2,36 mm.
Jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.
5. Gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm. Jumlah
bola 12 buah dengan 1000 putaran.
6. Gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. Jumlah
bola 12 buah dengan 1000 putaran.
7. Gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm. Jumlah
bola 12 buah dengan 1000 putaran
b. Benda uji disesuaikan berat dan gradasi benda uji sesuai daftar
"Gradasi dan Berat Benda Uji, bersihkan benda uji dan keringkan
dalam oven pada suhu (110 ±5) oC sampai berat tetap.
c. Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Abrasi Los
Angeles.
d. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah
putaran gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk gradasi E, F,
dan G 1000 putaran.
e. setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin
kemudian saring dengan saringan no.12 (1,7 mm). Selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5) oC sampai berat tetap.
4. Perhitungan :
Keausan = (a-b)/a x 100 %
Dimana :
a = berat benda uji semula (gram)
b = berat uji tertahan saringan No.12 (gram)

38
Mulai

Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian


keausan agregat dengan mesin los angeles

ambil agregat kasar sebanyak 5000 gram, yaitu


agregat yang lolos saringan 12,5 mm dan tertahan
saringan 9,5 mm

cuci agregat tersebut hingga bersih dan oven selama 24 jam, dan setelah dioven
dinginkan agar suhunya sama dengan suhu ruangan

Setelah dingin masukkan benda uji ke dalam mesin los angeles dan
6 buah bola baja

Nyalakan mesin dengan kecepatan putaran 30-33 rpm yaitu


sekitar 500 putaran selama 15 menit

Setelah selesai keluarkan agregat dari mesin los angeles dan saring dengan menggunakan
saringan 2,36 mm

Timbang berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36 mm tersebut

Lakukan pengolahan data

Selesai

Gambar 3.6 Diagram alir Pemeriksaan keausan agregat kasar dengan


menggunakan mesin Los Angeles

3.4.6 Pengujian Jumlah Kadar Lumpur Agregat Kasar


1. Tujuan
Metode pengujian ini untuk memperoleh prosentase kadar lumpur
dengan cara pencucian.
2. Peralatan
a. Saringan No. 200 (0,075 mm)

39
b. Wadah
c. Timbangan
e. Oven
3. Proses pengujian
Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dengan berat
kering yang telah ditentukan.
a. Timbang wadah tanpa benda uji.
b. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah.
c. Masukkan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih
ke dalam wadah, sehingga benda uji terendam.
d. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan
yang sempurna antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos
saringan No. 200 (0,075 mm). usahakan bahan halus tersebut
menjadi melayang di dalam larutan pencuci sehingga
mempermudah dalam pemisahannya.
e. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan No. 200
(0,075 mm) pada waktu menuangkan air pencuci harus hati-hati
supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang.
f. Ulangi proses pengujian c, d dan e sehingga tuangan air pencuci
terlihat jernih.
g. Kembalikan semua benda uji yang ada pada saringan No. 200
(0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan
suhu (110±5) o C, sampai mencapai berat tetap dan timbang
4. Perhitungan
(A-B) : A x 100 %
Dimana :
A = berat sampel kering (semula)
B = berat sampel kering (setelah dicuci)

40
Mulai

Siapkan bahan yang telah


kering oven selama 24 jam

Menimbang agregat kasar


buatan sebanyak 100 gram

Mencuci agregat kasar buatan dan


kemudian mendiamkan selama 5
menit lalu membuang air cucianya

Mengulang pencucian
sampai air rendaman
jernih

Memasukkan agregat kasar buatan


yang telah bersih tersebut kedalam
oven selama 24 jam dengan suhu
(110±5)oC

Menimbang agregat kasar buatan


yang telah kering oven tersebut

Menghitung kadar lumpur

Selesai

Gambar 3.7 Diagram alir pengujian kadar lempung dan lumpur agregat kasar

3.4.7 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus ( SNI 03 –
1970 – 1990 )
1. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan volume agregat dalam
beton.

41
2. Perlatan
a. Metal sand cone mold dan tongkat pemadat
b. Cawan
c. Timbangan
d. Gelas ukur 1000 ml
e. 0ven
3. Proses pengujian
a. Agrerat halus dibuat jenuh air dengan cara merendam selama 1
hari,kemudian dikeringkan (Kering udara) sampai didapat keadaan
kering merata. Agregat halus disebut kering merata jika telah dapat
tercurah (Free Flowing Condition).
b. Sebagian benda uji dimasukkan pada metal sand cone mold. Benda
uji kemudian dipadatkan dengan tongkat pemadat (Tamper) sampai
25 kali tumbukan. Kondisi SSD (Surface Dry Condition) diperoleh
cetakan diangkat, agregat halus runtuh, longsor.
c. Masukkan sampel yang telah SSD kedalam cawan kemudian
ditimbang (A)
d. Isi gelas ukur dengan air bersih sebanyak 1000 ml dan gelas ukur
ditimbang (D)
e. Masukkan sampel yang telah ditimbang kedalam gelas ukur
kemudian tuangkan air bersih hingga air mencapai angka 1000 ml
pada gelas ukur lalu guncang gelas ukur untuk mengeluarkan udara
yang tertahan didalam gelas ukur dan kemudian timbang beratnya
(C)
f. Keluarkan sampel yang telah direndam pada gelas ukur secara
perlahan dan open selama 24 jam
g. Setelah 24 jam keluarkan sampel dari oven kemudian timbang
beratnya (B)
4. Perhitungan
Penyerapan = (A-B) : B x 100 %
Berat Jenis = A : (D+A-C)

42
Dimana :
A = Berat sampel SSD
B = Berat sampel kering
C = Berat gelas, air dan sampel
D = Berat gelas dan air

Mulai

Keringkan benda uji dalam oven pada


suhu (110 + 5)o C sampai berat,
dinginkan pada suhu ruang, kemudian
1. Jangan ada butiran yang
rendam dalam air selama (24 + 4)
hilang,
jam.
2. Tebarkan agregat diatas
talam,
Buang air 3. Keringkan diudara panas
perendam dengan dengan cara membalik-
hati-hati
balikkan benda uji,
4. Lakukan pengeringan
sampai tercapai keadaan
kering permukaan jenuh.

Periksa keadaan kering


permukaan jenuh
1. Padatkan deng batang
dengan mengisikan
benda uji dalam penumbuk sebanyak 25
kerucut terpancung kali.
2. Angkat kerucut
terpancung
3. Keadaan kering
permukaan jenuh
tercapai bila benda uji
Segera setelah tercapai
keadaan kering runtuh akan tetapi masih
permukaan jenuh. dalam keadaan tercetak.

43
A

Rendam piknometer dalam 1. Masukan 500 gram benda uji ke


air dan ukur suhu air untuk dalam piknometer.
penyesuaian perhitungan 2. Masukan air suling sampai
kepada suhu standart 25 o C. mencapai 90 % isi piknometer,
3. Putar sambil di guncang sampai
tidak terlihat gelembung udara
Tambahkan air sampai
didalamnya.
mencapai tanda batas.

Timbang piknometer berisi air dan


benda uji sampai ketelitian 0,1
gram (Bt).

Keluarkan benda uji, keringkan dalam


oven dengan suhu (110 + 5)o C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan benda uji
dalam desikator

Setelah benda uji dingin kemudian


timbanglah (Bk).

Tentukan berat piknometer


berisi air dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu
standart 25 o C (B).

Selesai

Gambar 3.8 Diagram alir Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus

44
3.4.8 Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus ( SNI 03 – 1969 – 1990 )
1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat
halus, kasar atau campuran. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 berat contoh.
b. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung
bulat sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata (straight adge).
e. Sekop
f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder.
3. Proses pengujian
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah keringkan dengan oven dengan suhu (110 ± 5) °C.
Sampai berat tetap kemudian ikuti langkah berikut
a. Timbang dan catatlah berat wadah.
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan
menggunakan mistar perata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (A).
e. Timbang dan catatlah berat wadah beserta air (B).
f. Hitunglah berat benda uji (W = A – C)
g. Hitunglah berat isi.
4. Perhitungan:
Berat isi agregat = (A – C) : (B – C) gr/cm3
Dimana :
A = Berat silinder + sampel
B = Berat silinder + air
C = Berat silinder kosong

45
Mulai

Timbang dan catatlah berat wadah

Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak


terjadi pemisahan butir-butir dari ketinggian 5 cm
di atas wadah dengan menggunakan mistar perata

Ratakan permukaan benda uji


dengan menggunakan mistar perata

Timbang dan catatlah berat wadah


beserta benda uji (A)

Timbang dan catatlah berat wadah


beserta air (B)

Hitunglah berat benda uji (W = A – C)

Hitunglah berat isi

Selesai

Gambar 3.9 Diagram alir Pemeriksaan berat isi agregat halus

3.4.9 Analisis Saringan Agregat Halus


1. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agrerat halus
2. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda
uji.
b. Satu set saringan dengan 50,8 mm (2”); 37,5 mm (1 ½ “); 19,1 mm
(3/4”); 9,5 mm (3/8”); no.4; no.8; no.16; no.30; no.50; no.100;
no.200 (standar ASTM).

46
c. Oven yang dilengkapi pengukur suhu unutk memanasi sampai (100
± 5)o C.
d. Talam-talam.
e. Kuas, sendok dan alat-alat lainya.
3. Proses pengujian
a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5) o C,
sampai berat tetap.
b. Saring beda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Saringan digoncang dengan
tangan atau mesin penggoncang selama 15 menit.
c. Timbang berat agregat kasar yang terdapat pada masing-masing
ayakan.
d. Hitung persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji.
4. Perhitungan
Jumlah persen tertahan = (B/C) x 100
Jumlah persen lewat = 100 – (B/C) x 100
Dimana :
B = Jumlah berat awal agregat
C = Jumlah berat tertahan

Oven sampel
agregat dengan
suhu (110 + 5)o C
sampai berat tetap
berat tetap adalah
keadaan berat benda uji
selama 3 kali proses
Penimbangan sampel agregat penimbangan dan
halus pemanasan dalam oven
dengan selang waktu 2
jam berturut-turut, tidak
A
akan mengalami
perubahan kadar air
lebih besar dari pada 0,1
%,.

47
A

Sampel disaring dengan susunan


saringan, ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas.

Saringan diguncang manual atau


dengan mesin pengguncang selama
15 menit.

Catat berat agregat yang tertahan


disetiap saringan. Kemudian hitung
persentasenya

Selesai

Gambar 3.10 Diagram alir pengujian Analisa Saringan Agregat Halus

3.4.10 Pengujian Jumlah Kadar Lumpur


1. Tujuan
Metode pengujian ini untuk memperoleh prosentase jumlah bahan
dalam agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) dengan cara
pencucian.
2. Peralatan
a. Saringan terdiri dari dua ukuran, bagian bawah saringan No. 200
(0,075 mm) dan di atasnya saringan No. 16 (1,18 mm)
b. Wadah
c. Timbangan
e. Oven
3. Proses pengujian
Benda uji adalah agregat dalam kondisi kering oven dengan berat
kering yang telah ditentukan.

48
a. Timbang wadah tanpa benda uji.
b. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah.
c. Masukkan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih
ke dalam wadah, sehingga benda uji terendam.
d. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan
yang sempurna antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm). usahakan bahan halus tersebut
menjadi melayang di dalam larutan pencuci sehingga
mempermudah dalam pemisahannya.
e. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan No.16 (1,18
mm) yang di bawahnya dipasang saringan No.200 (0,075 mm)
pada waktu menuangkan air pencuci harus hati-hati supaya bahan
yang kasar tidak ikut tertuang.
f. Ulangi proses pengujian c, d dan e sehingga tuangan air pencuci
terlihat jernih.
g. Kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan No.16 (1,18
mm) dan No.200 (0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan
dalam oven dengan suhu (110±5) o C, sampai mencapai berat tetap
dan timbang
4. Perhitungan :
(A-B) : A x 100 %
Dimana :
A = berat sampel kering (semula)
B = berat sampel kering (setelah dicuci)

49
Mulai

Contoh benda uji dimasukkan


kedalam gelas ukur

Tambahkan air pada gelas ukur guna


melarutkan lumpur

Gelas dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur,biarkan lumpur tetap berada didalam gelas
karena nantinya akan mengendap pada bagian atas sehingga bisa diukur ketinggianya kemudian
dihitung presentasi kandungan kadar lumpur pada agregat halus

Simpan gelas pada tempat yang datar


dan biarkan lumpur mengendap
selama 24 jam

Ukur tinggi pasir dan tinggi lumpur

Selesai

Gambar 3.11 Diagram alir Pengujian kadar lempung dan lumpur agregat halus

3.5 Rancang Campur (Mix Design) dengan Metode SNI


Langkah – langkah pokok cara perancangan menurut standar ini ialah:
1. Perhitungan nilai deviasi standar
a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian
contoh masa lalu, maka nilai deviasi standar dapat ditentukan
melalui tabel berikut.
Tabel 3.1 Nilai standar deviasi

Volume Pekerjaan Mutu Pelaksanaan (Mpa)


(m3) Baik Sekali Baik Cukup
Kecil < 1000 4.5 < sd ≥ 5.5 5.5 < sd ≥ 6.5 6.5 < sd ≥ 8.5
Sedang 1000 - 3000 3.5 < sd ≥ 4.5 4.5 < sd ≥ 5.5 5.5 < sd ≥ 7.5
Besar > 3000 2.5 < sd ≥ 3.5 3.5 < sd ≥ 4.5 4.5 < sd ≥ 6.5

50
b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman, maka dapat dihitung
menggunakan rumus.

S= ∑ (f'cr - f'c)

N-1

2. Penghitungan nilai tambah margin


a. Jika pelaksan mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah
margin dihitung berdasarkan rumus berikut.
m = 1.64 . S
atau
m = 2.33 S – 3.5

b. Jika pelaksana tidak memiliki pengalaman dapat dilihat dari tabel


berikut.
Tabel 3.2 Nilai tambah margin jika pelaksana tidak memiliki
pengalaman
Kuat tekan yang disyaratkan, f'c Nilai tambah margin
(Mpa) (Mpa)
Kurang dari 21 7.0
21 sd 35 8.5
Lebih dari 35 10.0
3. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan
persyaratan perencana strukturnya.
4. Kuat tekan rata – rata (f’cr)
Kuat tekan rata – rata perlu diperoleh dengan rumus
f’cr = f’c + m
Dimana:
f’cr = Kuat tekan rata – rata (Mpa)
f’c = Kuat tekan yang disyaratkan (Mpa)
m = Nilai tambah (Mpa)

51
5. Penetapan jenis semen portland
Pada langkah ini, akan dipakai semen biasa atau semen cepat mengeras.

Gambar 3.1 Perbandingan tipe semen

Gambar 3.12 Grafik jenis – jenis semen dan kekuatannya


6. Penetapan jenis agregat
Jenis agregat kasar dan halus ditetapkan, apakah berupa agregat
alami (kerikil alami atau pasir alami) atau agregat buatan (batu pecah
atau pasir buatan).
7. Penetapan nilai faktor air semen
90
Kuat Tekan Rata-rata (MPa)

80
70
60
50
40
30
20
10 3.2 Hubungan faktor air semen dan kuat tekan beton untuk
Gambar
0 benda uji kubus 150 x 150 x 150 cm
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Dari grafik diatas ikuti langkah berikut.
Faktor Air Semen (fas)
Gambar 3.13 Hubungan Faktor air semen dan kuat tekan beton
untuk benda uji kubus 150 x 150 x 150 cm
52
a. Perkiraan kuat tekan rata-rata perlu seandainya dipakai fas = 0,50.

b. Pada grafik di bawah, buatlah titik A dengan nilai fas = 0,50 (sebagai
absis) dan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh dari tabel
(sebagai ordinat). Pada titik A tersebut kemudian dibuat grafik baru
yang bentuknya sama dengan 2 grafik yang sudah ada di dekatnya,
selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak (ordinat) di kiri
pada kuat tekan rata-rata perlu memotong grafik baru tersebut. Dari
titik potong itu kemudian ditarik garis ke bawah sampai memotong
sumbu mendatar (absis) dan dapat dibaca nilai faktor-air-semen yang
dicari.
8. Penetapan nilai slump
Nilai slump dapat di tentukan menggunakan tabel berikut dengan
memilih salah satu jenis pekerjaan.
Tabel 3.3 Penetapan nilai adukan beton
Jenis Pekerjaan Maks Min
(cm) (cm)
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak 12.5 5
bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur 9 2.5
di bawah
Plat, balok, kolom dan dinding 15 7.5
Pengerasan jalan 7.5 5
Pembetonan masal (beton masa) 7.5 2.5
9. Penetapan besar butir agregat maksimum
Penetapan besar butir agregat maksimum pada beton normal ada 3
pilihan yaitu:
a. 40 mm
b. 20 mm
c. 10 mm

53
10. Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton
Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, diperkirakan
berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang
diinginkan.
Tabel 3.4 kebutuhan air per meter kubik beton
Besar Kebutuhan air permeter kubuk beton (liter)
Ukuran Jenis Slam (mm)
maks. Agregat
0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Agregat
Alami 150 180 205 225
10 Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20 Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40 Batu Pecah 155 175 190 205
Keterangan : Apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai
dari jenis yang berbeda (alami dan pecah), maka jumlah
air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus :
A = 0.67 Ah + 0.33 Ak
Dimana :
A = Jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

11. Berat semen yang digunakan


Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan rumus :
Wsmn = 1/fas . Wair
Dimana :
fas = Nilai fas dari langkah (7)

Wair = Berat air per meter kubik beton dari langkah (10)

54
12. Penetapan jenis agregat halus
Agregat halus diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaiitu pasir kasar,
agak kasar, agak halus dan halus. Penentuan jenis agregat halus itu
didasarkan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Batas – batas gradasi agregat halus
Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan &
(mm) Jenis agregat halus
Kasar Agak kasar Agak halus Halus
10 100 100 100 100
4.8 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2.4 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1.2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0.6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0.3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0.15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15
13. Proporsi berat agregat halus terhadap agregat campuran
Nilai banding antara berat agregat halus dan agregat kasar
diperlukan untuk memperlukan gradasi agregat campuran yang baik.
Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan
berat agregat campuran.
14. Berat jenis agregat campuran
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :
Bj camp = (kh/100).bjh + (kk/100).bjk
Dengan :
Bj camp = Berat jenis agregat campuran
bjh = Berat jenis agregat halus
bjk = Berat jenis agregat kasar
kh = Persentase berat agregat halus terhadap agregat campuran
kk = Persentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran

55
15. Perkiraan Berat Beton

Gambar 3.14 Hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran


dan berat beton
16. Dihitung kebutuhan berat agregat campuran
Kebutuhan berat agregat campuran dihitung dengan rumus :
Wagr,cmp = Wbtn – Wair - Wsmn
Dengan :
Wagr,cmp = kebutuhan berat agregat campuran per meter kubik
beton (kg).
Wbtn = berat beton per meter kubik beton (kg)
Wair = berat air per meter kubik beton (kg)
Wsmn = berat semen per meter kubik beton (kg)
17. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah
(13) dan (16)
Kebutuhan agregat halus dihitung dengan rumus :
Wagr, h = kh . Wagr,camp

56
Dengan :
kh Dimana
= persentase berat : halus terhadap agregat campuran
agregat
Wagr,cmp = kebutuhan berat agregat campuran per meter kubik beton (kg)
18. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah
(13) dan (16)
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan rumus :
Wagr,k = Kk . Wagr,camp
Dimana :
kk = perssentase berat agregat kasar terhadap agregat
campuran
Wagr,cmp = kebutuhan berat agregat campuran per meter kubik beton
(kg)
Untuk mempermudah pelaksanaan, maka di bawah ini dibeikn
formulir isian.

57

Anda mungkin juga menyukai