Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. (pasal 1 angka 1 UU NO.8
Tahun 1999

B. Undang Undang Perlindungan Konsumen


1. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia No. 3821
2. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
3. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

Di samping UU Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hokum


lain yang bisa dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah
Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan
Kota Makassar.
4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor
605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar, Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan.

C. Hak Hak Konsumen


Mengacu pada undangundang perlindungan konsumen (UUPK) bab III, pasal4 :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang
dan atau jasa
b. Hak untuk memilih barang dan/ jasa serta mendapatkan barang dan/jasa serta
mendapatkan barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kodisi dan jaminan yang
dijanjikan
d. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur, mengenai kondisi serta jaminan
barang dan/ jasa
e. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ jasa yang
digunakan
f. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut
g. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan Pendidikan konsumen
h. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
i. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila
barang dan/ jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
j. Hak hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangun dan lainnya

D. Kewajiban Konsumen
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/ jasa, demi keamanan dan keselamatan
b. Beriktikat baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ jasa
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukumsengketa perlindungan konsumen secara
patut.
E. Lembaga Perlindungan Konsumen
1. BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional)
Dalam upaya pengembangan perlindungan konsumen, sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2001 tentang Badan
Perlindungan Konsumen Nasional maka dibentuklah Badan Perlindungan
Konsumen Nasional. Namun demikian, operasional lembaga ini baru
terlaksana pada 5 Oktober 2004, sesuai Keppres Nomor 150 Tahun 2004.
BPKN yang dibentuk Pemerintah merupakan lembaga independen yang
berfungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam
upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia

2. LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat)


LPKSM adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang
perlindungan konsumen. Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen,
LPKSM memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam mewujudkan
perlindungan konsumen

3. BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)


BPSK adalah lembaga non struktural yang berkedudukan di Kabupaten dan
Kota yang mempunyai fungsi ”menyelesaikan sengketa konsumen di luar
pengadilan”. Keanggotaan BPSK terdiri dari unsur Pemerintah, konsumen dan
unsur pelaku usaha.
BPSK diharapkan dapat mempermudah, mempercepat dan memberikan suatu
jaminan kepastian hukum bagi konsumen untuk menuntut hak-hak perdatanya
kepada pelaku usaha yang tidak benar. Selain itu dapat pula menjadi akses untuk
mendapatkan informasi serta jaminan perlindungan hukum yang sama bagi
konsumen dan pelaku usaha.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 59 TAHUN 2001

TENTANG
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

Bahwa untuk melaksanakan Pasal 44 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat;
Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
Perubahan KeduaUndang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3821,

Memutuskan

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG LEMBAGA


PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hokum untuk member perlindungan kepada konsumen.

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
3. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disebut
LPKSM adalah Lembaga Non Pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh Pemerintah
yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.

4. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah


Kabupaten/ Kota.

5. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang perdagangan.

BAB II
PENDAFTARAN LPKSM
Pasal 2
(1) Pemerintah mengakui LPKSM yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. terdaftar pada Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
b. bergerak di bidang perlindungan konsumen sebagai mana tercantum dalam anggaran
dasarnya.

(2) LPKSM sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dapat melakukan kegiatan
perlindungan konsumen di seluruh wilayah Indonesia.

(3) Tata cara pendaftaran LPKSM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf diatur
lebih lanjut dalam Keputusan Menteri.

BAB III
TUGAS LPKSM
Pasal 3
Tugas LPKSM meliputi kegiatan :
a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan
kewajiban serta kehati-hatian konsumen, dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukan;
c. melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan
konsumen;
d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan
atau pengaduan konsumen;
e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan
perlindungan konsumen.
Pasal 4

Penyebaran informasi yang dilakukan oleh LPKSM, meliputi penyebarluasan


berbagai pengetahuan mengenai perlindungan konsumen termasuk peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah perlindungan konsumen.

Pasal 5

Pemberian nasihat kepada konsumen yang memerlukan dilaksanakan oleh LPKSM


secara lisan atau tertulis agar konsumen dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.

Pasal 6

Pelaksanaan kerjasama LPKSM dengan instansi terkait meliputi pertukaran informasi


mengenai perlindungan konsumen, pengawasan atas barang dan/atau jasa yang
beredar, dan penyuluhan serta pendidikan konsumen.

Pasal 7

Dalam membantu konsumen untuk memperjuangkan haknya, LPKSM dapat


melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu memperjuangkan
haknya secara mandiri, baik secara perorangan maupun kelompok.

Pasal 8

Pengawasan perlindungan konsumen oleh LPKSM bersama Pemerintah dan


masyarakat dilakukan atas barang dan/atau jasa yang beredar di pasar denganca
rapenelitian, pengujian dan/atausurvei.

Pasal 9

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, LPKSM dapat
bekerja sama dengan organisasi atau lembaga lainnya, baik yang bersifat nasional
maupun internasional.

(2) LPKSM melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota


setiap tahun.
BAB IV
PEMBATALAN PENDAFTARAN LPKSM
Pasal 10
(1) Pemerintah membatalkan pendaftaran LPKSM, apabila LPKSM tersebut :
a. Tidak lagi menjalankan kegiatan perlindungan konsumen; atau
b. Terbukti melakukan kegiatan pelanggaran ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan pelaksanaannya.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pembatalan pendaftaran sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam keputusan Menteri.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai