Perawatan Dan Dissasembly Engine Komatsu 105
Perawatan Dan Dissasembly Engine Komatsu 105
PENDAHULUAN
1
2) Mengadakan pengamatan dan penelitian tentang penerapan teori dengan
kondisi yang sebenarnya.
3) Memperoleh pengalaman operasional dari suatu industri dalam penerapan,
rekayasa, dan ilmu pengetahuan dan teknologi engine.
4) Mengetahui prinsip-prinsip alat-alat yang ada pada bagian sistem
disassembly.
2
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membagi dalam 4 bab,
yaitu :
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang latar belakang penulisan, maksud dan tujuan kerja
praktek, manfaat kerja praktek, waktu dan tempat pelaksaaan kerja praktek, batasan
masalah, sistematika penulisan.
BAB II Teori Dasar
Bab ini bersisikan teori-teori yang dipakai sebagai referensi dalam melakukan
kerja praktek di PT.United Tractors.Tbk Cabang Pekanbaru.
BAB III Troubleshoot
Bab ini berisikan permasalahan yang dialami selama melaksanakan kerja
praktek di PT.United Tractors.Tbk Cabang Pekanbaru pada engine yang dilakukan
perawatan system disassembly.
BAB IV Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap materi yang penulis
tulis dalam laporan ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Prinsip Motor Diesel Dan Motor Bensin (PT.Hexindo Adiperkasa, 2006)
1. Motor Diesel
Udara yang terhisap ke dalam ruang bakar dikompresi sehingga
mencapai tekanan dan temperatur yang tinggi. Bahan bakar (fuel) diinjeksikan
dan dikabutkan ke dalam ruang bakar. Sehingga terjadi pembakaran sesaat
setelah terjadi pencampuran dengan udara.
4
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Motor Diesel
5
1. Prinsip Kerja Motor Diesel 4 langkah yaitu:
a) Langkah Hisap (Intake Stroke)
Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati
Bawah (TMB). Intake valve terbuka dan exhaust valve tertutup,
udara murni masuk ke dalam silinder melalui intake valve (Gambar
2.3a).
b) Langkah kompresi (Compression Stroke)
Udara yang berada didalam silinder dimampatkan oleh piston
yang bergerak dari Titik Mati Bawah ( TMB ) ke Titik Mati Atas
( TMA ), dimana kedua valve intake dan exhaust tertutup. Selama
langkah ini tekanan naik 30 -40 kg/cm2 dan temperatur udara naik 400
-500˚C (Gambar 2.3b).
c) Langkah Kerja ( Power Stroke )
Pada langkah ini, intake valve dan exhaust valve masih dalam
keadaan tertutup, partikel -partikel bahan bakar yang disemprotkan
oleh nozzle akan bercampur dengan udara yang mempunyai tekanan
dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran yang menghasilkan
tekanan dan suhu tinggi. Akibat dari pembakaran tersebut, tekanan
naik 80 - 110 kg/cm2 dan temperatur menjadi 600 - 900˚C (Gambar
2.3c).
d) Langkah Buang ( Exhaust Etroke )
Exhaust valve terbuka sesaat sebelum piston mencapai titik
mati bawah sehingga gas pembakaran mulai keluar. Piston bergerak
dari TMB ke TMA mendorong gas buang keluar seluruhnya (Gambar
2.3d).
6
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Motor Diesel 4 Langkah
7
d) Langkah Buang ( Exhaust Stroke )
Exhaust valve terbuka sesaat sebelum piston mencapai titik
mati bawah sehingga gas pembakaran mulai keluar. Piston bergerak
dari titik mati bawah ke titik mati atas mendorong gas buang keluar
seluruhnya (Gambar 2.4).
8
Campuran udara dan bahan bakar yang termampatkan diberi percikan
bunga api dari busi yang menyebakan terjadinya pembakaran sehingga
tekanan dan temperatur diruang bakar naik. Dan piston terdorong kearah titik
mati bawah. Pada akhir langkah piston, lubang exhaust terbuka dan gas hasil
pembakaran mulai keluar, yang diikuti oleh pembakaran scavenging passage,
sehingga campuran bahan bakar dan udara yang berada di crank case masuk
ke dalam silinder (Gambar 2.5).
9
1. Karena tidak menggunakan valve maka gas pembakaran tidak terbuang
seluruhnya dan menyebapkan pembakaran tidak sempurna.
2. Karena sebagian bahan bakar dan udara ikut keluar (saat proses exhaust)
bersama dengan gas buang, maka penggunaan fuel tidak ekonomis.
3. Karena waktu yang diperlukan untuk langkah intake singkat, maka jumlah
campuran yang masuk sedikit. Sehingga mungkin dapat menaikkan tekanan
kompresi dan efesiensi engine (ratio fuel consumtion per output) lebih rendah
dibandingkan engine 4 langkah.
4. Crank case harus rapat tidak boleh ada kebocoran udara.
10
silinder, maka disebut tipe unit/solid, sedangkan jika satu cylinder head digunakan
untuk satu atau lebih silinder, maka disebut dengan tipe devided/sectional.
a b
11
Gambar 2.7 Intake Port And Air Flow
2) Exhaust Port
Exhaust port berhubungan dengan ruang bakar dan exhaust manifold.
Exhaust port menghubungkan ruang bakar engine dan intake manifold.
Berikut ini ditunjukkan macam-macam konstruksi dari exhaust port.
2.2.2 Valve,Valve Guide dan Valve Seat (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)
1. Valve
Terbuka dan tertutupnya valve secara teratur untuk memasukkan udara
kedalam cylinder dan membuang gas bekas pembakaran keluar. Pergerakan valve
diambil dari putaran camshaft yang dirubah menjadi gerakan vertical melalui
12
push rod dan kemudian gerakan push rod ditransfer melalui rocker arm dan
diteruskan ke valve. Valve memiliki beberapa fungsi yaitu :
1) Mengatur udara yang masuk kedalam silinder dan keluarnya gas buang dari
dalam silinder.
2) Mencegah kebocoran dari ruang pembakaran.
3) Meneruskan panas pembakaran ke pendingin melalui valve guide dan dinding
cylinder head.
2. Valve Guide
Valve guide sebagai penuntun pergerakan valve secara sliding antara
permukaan stem dan valve guide dengan gerakan vertikal dan juga sebagai
pengontrol pelumasan pada valve stem. Dengan demikian dibutuhkan celah
yang tepat antara stem dan guide, sehingga tidak terjadi kebocoran udara dan
oli ke dalam saluran masuk udara dan gas buang. Valve guide dan valve dibuat
dari bahan yang tahan panas. Valve guide mempunyai fungsi yaitu melumasi
dan sebagai jalan dari valve stem serta meneruskan panas dari valve.
13
Valve insert adalah suatu ring yang tahan terhadap panas dan benturan
yang dipasang diantara permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head.
Valve seat mempunyai 2 fungsi yaitu :
1) Memperpanjang daya tahan pada dudukan valve dan mencegah
kebocoran.
2) Mempermudah penggantian apabila kedudukan valve mengalami
kerusakan.
14
Gambar 2.11 Build In Type dan United Type
2.2.6 Rocker Arm dan Rocker Arm Shaft (PT.United Tractors, 2005)
Rocker arm terpasang pada rocker arm shaft dan dihubungkan dengan push
rod yang menggerakan intake valve dan exhaust. Pergerakan vertikal dari push rod
mengikuti gerak putar camshaft dan ditransfer melalui rocker arm ke valve stem
dengan arah yang berlawanan. Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem
dirancang untuk mengatasi pemuaian dari mekanisme penggerak. Rocker arm dan
rocker arm shaft mempunyai 2 fungsi yaitu meneruskan gerakan dari pushrod ke
valve dan injector dan menyalurkan pelumas ke bagian lain didalam cylinder head
(Gambar 2.12).
15
Gambar 2.12 Rocker Arm Lubrication
16
Gambar 2.14 Cylinder Head Gasket
17
1. Cylinder block 6. Crankshaft pulley 11. Liner O-ring
2. Cylinder liner 7. Rear seal 12. Liner O-ring
3. Crankshaft gear 8. Crank shaft 13. Oil pan
4. Front seal 9. Main bearing 14. Thrus bearing
5. Wear spring 10. Main bearing cap
18
Piston haruslah mempunyai ekspansi termal yang rendah meskipun saat
menerima temperature pembakaran yang cukup tinggi (sekitar 1000°C), hal ini
penting karena jangan sampai piston tidak dapat bergerak (macet) pada saat
menerima panas yang cukup tinggi. Selain itu piston juga harus cukup kuat untuk
menahan tekanan pembakaran sebesar kurang lebih 80 kg/cm2 agar dapat
menyalurkan tekanan ke crankshaft dengan tepat.
Piston memiliki beberapa fungsi yaitu :
1) Tempat kedudukan piston ring.
2) Meneruskan tekanan pembakaran ke crankshaft.
3) Meneruskan panas melalui piston ring.
4) Bentuk cekungan dari piston berfungsi agar bahan bakar dan udara
bercampur dengan baik (turbulence).
19
2) Semi floating : Piston ini diikat/tidak bergerak pada small end dari connecting
rod, tetapi bergerak bebas pada piston bush/hole.
3) Full floating : Piston ini bergerak bebas pada piston bush maupun connecting
rod, sehingga untuk itu diperlukan insert snap ring agar pin tak terlepas
keluar dari piston cinecting rod. Full floating inilah yang paling banyak
digunakan pada engine komatsu.
20
2.2.14 Connecting Rod (PT.United Tractors, 2005)
Connecting rod berfungsi meneruskan tekanan pembakaran/gerakan piston ke
crank shaft dan menjaga ketegak lurusannya jalannya piston. Conecting rod harus
kuat menahan tekanan kompresi, tekanan pembakaran, tekanan beban yang berulang-
ulang dan beban bengkok yang disebabkan beban inersia dari piston dan connecting
rod pada putaran tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan diatas, connecting rod dibuat
dari spesial baja tempa dan mempunyai kekuatan spesial dalam batas kelelahan
material. Gambar 2.19 menunjukkkan bagian-bagian dari connecting rod.
21
Gambar 2.20 Crank Shaft
22
Tappet (cam follower) dan push rod digabung dengan camshaft, rocker arm
dan valve disebut sebagai mekanisme valve (valve mechanisme). Tappet (cam
follower) berfungsi untuk merubah gerakan putar dari cam menjadi gerakan bolak-
balik (naik-turun).
23
Gambar 2.23 Balancer Shaft
24
Vibration damper berfungsi untuk meredam getaran dan tegangan puntir
maupun getaran engine. Gambar 2.25 menjelaskan bagian-bagian dari vibration
damper.
25
Gambar 2.26 Struktur Flywheel
2.2.23 Power Take Off (PTO) Gear Unit (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)
Power Take Off (PTO) Gear Unit berfungsi untuk menyalurkan tenaga untuk
menggerakkan perlengkapan peralatan lain sesuai kebutuhan yang dapat diperoleh
langsung dari engine.
26
2.3.1 Fungsi Lubrication System (PT.Pama Persada Nusantara, 2004)
Untuk melumasi, pembersih dan penyekat dari komponen-komponen yang
bergesekan sehinga dapat mempertahankan sekaligus memperpanjang umur
komponen tersebut. Pelumasan yang sering dipakai adalah system pressure (tekanan)
yaitu system pelumasan yang disirkulasikan dengan paksa melalui bantuan pompa oli.
27
Clas
28
Gambar 2.28 Sistem Pelumasan 6D125 Series
29
Gambar 2.29 Scavenging Oil
30
Katup pengatur berfungsi untuk mengatur tekanan oil didalam system
dan membatasi tekanan oil didalam system.
4. Oil Pump
Oil pump yang paling banyak digunakan untuk engine adalah tipe
external gear dan type trochoid pump. Tekanan oil pelumasan di engine
berkisar antara 3-6 kg/cm2 selama pengoperasian engine dalam batas normal.
Debit oil yang disuplai ke system berkisar 50-300 ltr/menit, walaupun
kebutuhan debit oil masing-masing engine bervariasi.
a) External Gear Pump
Pompa oli yang paling banyak digunakan adalah type external
pump dan trochoid pump. Tekanan pelumasan engine berkisar antara
3 – 4,5 kg/cm2 selama pengoprasian engine dalam batas normal.
Debit oli yang disuplai ke system berkisar antara 50 - 300 liter/menit.
Perinsip kerja yaitu :
1. Gear berputar sesuai tanda panah, oil disisi inlet mengisi
kekosongan gigi-gigi dan rumahnya.
2. Oil yang berada diantara gigi dan rumahnya dipindahkan sesuai
dengan gerakan gigi ke sisi outlet.
31
Gambar 2.32 External Gear Pump
32
Oil engine digunakan untuk pelumasan, pembersihan dan
pendingnginan komponen-komponen dalam dan oil tersebut kembali ke oil
pen. Oil yang bersirkulasi tersebut, secara bertahap menjadi kotor karena
membawa partikel-partikel komponen yang bergesekan. Sebagian oil yang
bersirkulasi tersebut akan melalui bagian-bagian yang mempunyai
temperature tinggi dan tekanan tinggi sehingga ada yang terbakar dan menjadi
karbon.
Jika kotoran-kotoran tersebut ikut bersama oil ke komponen-
komponen bagian dalam, maka komponen-komponen tersebut semakin cepat
aus untuk menjaga hal tersebut diatas, maka pada system tersebut diberi filter
agar kotoran-kotoran tersebut dapat disaring dan oil yang bersirkulasi bersih.
Ada 3 macam oil filter yaitu :
1) Cartridge type, elemen kertas menjadi satu dengan rumahnya.
2) Cartridge type with safety valve.
3) The hanging type, elemen kertas terpisah dengan rumahnya.
Penanganan oil filter secara bertahap akan mengalami kebuntuan oleh
partikel asing dan kotoran-kotoran yang bersama-sama oil bersirkulasi.
Kecepatan kebuntuan filter, tergantung cara penanganan oil. Karena itu, maka
element filter harus diganti secara berkala sesuai dengan operation dan
maintenance manual.
33
By pass filter berfungsi untuk menyaring oil dari oil pan agar tetap
bersih dan mencegah oil filter cepat buntu. Struktur by pass filter adalah
sama dengan oil filter dan ukurannya lebih besar.
7. Oil cooler
Oil cooler berfungsi untuk mencegah problem pada system. Kenaikan
temperature oil yang berlebihan menyebabkan kualitas (deteriorasi)
berubah dan kemampuan oil sebagai pendingin menurun. Untuk mencegah
adanya problem tersebut, maka pada system dipasang oil cooler. Ada dua
type oil cooler yaitu :
1) Layar type, pipa-pipa dengan sirip-sirip diatur sehingga membentuk
oil mengalir didalam pipa tersebut dan air pendingin mengalir di sisi
pipa dengan arah yang berlawanan dengan aliran oil.
2) Cylindrical, pipa-pipa dengan sirip-sirip diatur sehingga membentuk
oil mengalir diluar pipa tersebut dan air pendingin mengalir disisi
pipa tersebut.
34
Gambar 2.36 Oil Cooler
35
4. PT Pump
PT pump adalah mensuplai fuel ke injector dan menentukan quantity fuel
yang disuplai. Karena adanya hambatan yang konstan, maka perubahan quantity
suplay (debit) akan menyebabkan tekanan bervariasi.
5. Priming Pump
Bila diperlukan untuk mensuplai bahan bakar ke glow plug pada intake
manifold berguna untuk pemanasan.
36
d) MVS (Mechanical Variable Speed)
Mengatur jumlah fuel yang akan diinjeksikan sesuai dengan beban dan
putaran engine.
e) Saringan (Screen)
Untuk menyaring kotoran dan gram-gram yang tercampur dalam
bahan bakar.
f) Shut Off Valve
Shut Off Valve adalah katup yang berfungsi untuk memutuskan dan
menghubungkan bahan bakar dari PT pump ke injector. Hal tersebut dapat
dilakukan secara manual atau automatic.
37
Gambar 2.39 Injector
Keterangan :
a) Start up stroke, pada langkah ini matering orifice masih tertutup tapi plunger
mulai bergerak naik.
b) Matering stroke, plunger trus naik, matering orifice mulai terbuka, bahan bakar
mulai mengalir dan mengisi injector.
c) Injection plunger, plunger matering orifice tertutup sehingga bahan bakar yang
terdapat pada cup injector terjebak, plunger turun menekan bahan bakar sehingga
bahan bakar menyemprot ke ruang bakar.
d) Injection complete, ujung plunger pada cup injector, sampai langkah selanjutnya
mulai lagi.
2.4.4 Komatsu Fuel System (Bosch Fuel System) (PT.United Tractors, 2005)
Komatsu fuel system dapat dilihat pada gambar 2.40 dibawah ini :
38
Gambar 2.40 Komatsu Fuel System 6D155 Series
39
Feed Pump mempunyai fungsi yaitu mensuplai bahan bakar ke pompa bahan
bakar dengan tekanan rendah yaitu berkisar 1,2 - 2,6 kg/cm 2. Bersama dengan pompa
priming mensuplai bahan bakar ke system pada saat engine dalam keadaan masuk angin
(engine hunting sama dengan system bahan bakar kemasukan udara).
Ada tiga kejadian yang terjadi pada pompa alir yaitu :
1. Posisi Resirkulating
Poros cam (cam shaft ) mendorong torak (piston) ke bawah untuk menekan
bahan bakar (fuel) yang berada pada ruang dalam (inner chamber), keluar melalui
katup pengeluaran (delivery chek valve), sebagian keluar menuju saringan bahan
bakar dan sebagian lagi masuk ke ruang luar dari pompa (outer chamber). Selama
dalam gerakan ini katup masuk (suction check valve), tetap dalam keadaan
tertutup. Dalam hal ini terjadi peristiwa berpindahnya bahan bakar dari inner
chamber ke outer chamber.
2. Posisi Discharging
Piston bergerak kembali pada posisi semula akibat kekuatan spring. Akibat
bahan bakar yang berada pada outer chamber ditekan keluar dan masuk kedalam
disharge line. Delivery check valve tertutup dan bahan bakar dari tangki akan
masuk kedalam inner chamber melalui suction check valve. Bila tekanan yang
dibangkitkankan oleh bahan bakar pada discharge line masih lebih rendah dari
kekuatan spring, maka proses kerja akan kembali pada proses kerja normal
demikian seterusnya.
40
Apabila tekanan yang dibangkitkan pada bagian pengeluaran (discharge) line
rod tetap mengikuti bentuk lobe (contur cam) dari poros cam. Gerakan itu tidak
mengakibatkan piston bergerak, apabila tekanan discharge menurun, maka
kekuatan spring akan mendorong piston sehingga piston bisa mengikuti gerakan
dari push rod.
2.5.2 Pompa Injeksi Bahan Bakar (Fuel Injection Pump) (PT.United Tractors, 2005)
FIP fungsinya adalah mensuplai bahan bakar ke nozzle dengan tekanan tinggi
(maksimum 300 kg/cm2), juga menentukan jumlah bahan bakar yang disemprotkan serta
menentukan timing penyemprotan.
a) Individual Pump
Gambar 3.42 memperlihatkan sebuah penampang dari pompa pribadi tipe
PES-PD. Shim terdapat pada pompa ini yang dipasang antara flange dan rumah
pompa merubah ketebalan shim berarti merubah posisi dari plunger, relative
terhadap saluran masuknya. Dengan kata lain, adanya shim ini berarti mengatur
kedudukan flange pada rumah pompa arah vertical. Dengan kata lain mengatur
riming.
41
Gambar 2.43 Potongan Vertical Fuel Injection Pump
b) Delivery Valve
Delivery valve berfungsinya mencegah penetesan fuel di chamber pada saat
akhir injection dan mencegah membaliknya aliran bahan bakar.
42
Governor berfungsi untuk mengatur rpm sesuai dengan jumlah bahan bakar
dan beban. Untuk bagian-bagian governor dapat dilihat pada gambar 3.44.
43
Gambar 2.46 Nozzel
44
Water pump digerakkan oleh putaran crank shaft V belt untuk
mensirkulasikan air dengan tekanan tertentu ke sirkuit pendingin setelah dan pompa,
air pertama-tama menuju ke oil cooler untuk mendinginkan oli pelumas engine dan
oli-oli system lainya. Kemudian, air tersebut mengalir ke cylinder block. Didalam
cylinder block, air pendingin tersebut mengalir ke cylinder liner dan mendinginkan
cylinder liner dan ruang bakar. Setelah ini air tersebut masuk ke water jacket silinder
head. Untuk mendinginkan nozzle atau injection intake dan exhause valve serta
permukaan cylinder head.
Air tersebut kemudian masuk ke thermostart. Thermostart mendistribusikan
air pendingin ke dua saluran yaitu ke water pump dan radiator. Volume air yang
didistribusikan tersebut tergantung pada temperaturnya. Air yang mengalir ke radiator
didinginkan oleh udara yang dihembuskan oleh kipas.
45
Water manifold berfungsi menampung air sisa bekas pendinginan dari
engine untuk disalurkan ke engine atau ke radiator.
3. Thermostat
Thermostat berfungsi untuk mengatur dan membuka dan menutup
aliran air pendingin keradiator, sehingga temperatur air pada system tetap pada
batas-batas yang telah ditentukan (70°C - 90°C). Dengan demikian akan
mencegah timbulnya engine over heating serta dapat mempercepat
tercapainya temperature kerja engine pada saat mulai operasi.
Prinsip kerja yaitu jika temperature engine naik, maka expander akan
mengembang dan mendorong piston keatas. Karena piston tersebut dijadikan
satu dengan valve pada thermostat tersebut maka saluran yang ke radiator
maupun yang ke pompa, tergantung dengan besar kecilnya valve yang
terbuka. Terbukanya valve tersebut berdasarkan kenaikan temperature dari air
pendingin. Valve mulai terbuka pada46temperature 74,5°C – 78,5°C dan
terbuka penuh pada 90°C.
4. Radiator
46
Radiator berfungsi sebagai pendingin air engine dan mendinginkan air
tersebut dengan bantuan udara luar. Fungsi buffle plate adalah untuk
memisahkan bubles yang terjadi didalam system radiator. Bubles adalah
peristiwa pecahnya gelembung udara. Prinsip kerja radiator yaitu didalam
upper tank dari radiator terdapat buffle plate yang memisahkan antara air
yang boleh berhubungan dengan udara luar serta air yang tidak berhubungan
dengan udara (ruang A dengan ruang B). Saluran C adalah saluran
pembuangan udara dari dalam core pada saat pengisian air. Saluran D adalah
juga saluran pembuangan udara dari dalam engine block pada saat pengisian
air.
Pada system pendinginan ini tidak boleh berhubungan langsung
dengan udara luar, yang maksudnya untuk manaikkan titik didih air pada
system dari 100°C menjadi 110°C radiator safety valve.
47
Radiator safety valve terdiri dari dua buah valve yaitu :
a) Pressure Valve
Karena panas tekanan udara didalam radiator naik, apabila tekanan
udara didalam radiator naik sebesar 0,75 kg/cm2 lebih tinggi dari tekanan
udara luar maka kelebihan tekanan tersebut akan mampu mendorong
pressure valve melawan spring, sehingga kelebihan tekanan akan keluar
melalui saluran pipa kecil ke udara bebas.
b) Vacum Valve
Vacum valve berfungsi untuk mencegah kevacuman didalam radiator,
sehingga apabila tekanan di dalam radiator lebih kecil dari tekanan udara
luar (1 atm), maka vacum valve akan terbuka.
48
Corosion resistor berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan dan
karat yang dapat menyebabkan saluran pada system pendingin tersumbat.
49
Gambar 2.54 Naturally Aspirated
50
2. Mechanical Supercharged
Udara yang dimasukkan kedalam silinder dibantu oleh hembusan
blower. Blower ini digerakkan oleh roda gigi atau tali kipas. Tipe macan ini
banyak digunakan pada engine 2 langkah.
3. Turbocharged Aspirated With After Cooler
After cooler dipasangkan antara turbocharged dan ruang bakar.
Dengan dipasangkanya after cooler diharapkan tenaga engine dapat
ditingkatkan. Kenaikan tenaga engine ini berkisar 5 sampai 10 %. Terjadinya
kenaikan tenaga engine itu adalah sebagai berikut :
a) Udara yang keluar dari turbocharger panas, dengan panasnya udara,
maka kerapatan udara pun tinggi, sehinnga berat udara persatuan
volume akan berkurang.
b) Untuk mendapatkan kerapatan udara yang kecil (udara menjadi padat)
maka udara itu harus didinginkan. Besarnya perubahan kerapatan
udara itu adalah 2 - 4 % pada setiap terjadinya perubahan temperature
10 derajat celsius. Tingkat perubahan ini tergantung dari temperatur
udara luar.
51
1. Precleaner
Precleaner berfungsi untuk memisahkan udara bersih dan udara kotor,
sebelum masuk ke air cleaner (penyaring pendahuluan). Precleaner ada dua
type yaitu :
a) Precleaner Type Centrifugal.
b) Precleaner Type Comaclone.
2. Air Cleaner
Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga kotoran
dan debu dapat dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk keruang bakar.
52
Vacuator valve berfungsi untuk membuang debu pada air cleaner
pada saat engine mati. Vacuator valve ini tertutup pada saat engine hidup dan
terbuka pada saat engine mati, sehingga debu dapat keluar secara otomatis.
4. Dust Indicator
Dust indicator berfungsi untuk mengetahui kondisi air cleaner, apakah
tersumbat atau tidak. Dust indicator ini dipasangkan pada tempat-tempat yang
mudah terlihat dari luar dan yang perlu diperhatikan adalah penunjukanya.
Jika menunjuk tanda merah berarti air cleaner tersumbat.
53
Turbocharger berfungsi untuk meningkatkan udara yang masuk
kadalam keruang bakar, sehingga engine output akan bertambah besar.
Turbocharger ini mempunyai dua impeller yaitu turbin dan blower. Turbin
impeller diputar oleh gas buang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pada
ujung poros turbin ini dipasangkan blower impeller dengan ikatan mur,
sehingga putaran blower impeller akan sama dengan putaran turbin impeller.
Putaran dari turbocharger ini berkisar antara 50.000-150.000 rpm.
Untuk menahan putaran tinggi tersebut poros turbin di support oleh
journal bearing dan thrust bearing. Pada tengah-tengah rumah turbin
dilengkapi dengan saluran oli untuk pelumasan bearing. Untuk pelumasan ini
digunakan oli engine dan untuk menghindari kebocoran oil ke sisi hisap
maupun ke sisi turbin dipasang seal ring.
6. After Cooler
After cooler berfungsi untuk mendinginkan udara yang akan masuk
keruang bakar sehingga kerapatan udara meningkat demikian juga tenaga
54
engine akan bertambah sekitar 5 sampai 10 persen. Media pendingin yang
dipakai adalah air (water) yang diambil dari air radiator.
7. Muffler
Muffler berfungsi sebagai peredam suara, menghilangkan percikan api,
dan menurunkan temperature gas buang. Macam-macam tipe muffler yaitu
horizontal type, tube type, vertical type dan catalytic muffler. Dari type-type
diatas hanya dua type yang kebanyakan digunakan horizontal type dan
vertical type. Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar 2.63.
55
Gambar 2.63 Mufller
`
BAB III
56
TROUBLESHOOTING
57
Pada proses troubleshooting chart informasi tentang unit sangat diperlukan
antara lain :
1. Nama Customer : PT.THIESS.
2. Serial number dari engine : S6D105-1.
3. Detail dari lokasi : DAMAI – MUARALAWA.
4. Kondisi kerusakan : Rembesan oli pada rocker arm 3.
5. Umur Pemakaian engine : Engine baru dipakai 4444 Hrs.
58
Gambar 3.3 Buku Shop Manual Engine 105
59
Gambar 3.4 Engine 105
60
Gambar 3.6 Puley Fan Dibuka dengan Kunci Shock
3. Baut 14 exhaust manipold dibuka dengan kunci shock dengan bantuan impact.
61
Gambar 3.8 Pembukaan Depstik
5. Baut inlet pipe, turbocharger dibuka dengan kunci shock 10 dan 14 dengan
bantuan impack.
6. Baut turbocharger dibuka dengan kunci shock 14.
62
Gambar 3.10 Breather yang Telah Dilepas dari Kedudukannya
10. Baut muffler dibuka dengan kunci pas ring 17 sebanyak 2 buah.
11. Clambs, muffler dilepas dengan cara manual dengan tangan.
63
Gambar 3.12 Clamb Muffler yang Akan Dilepas
12. Baut damper, pulley dibuka dengan kunci shock 19 sebanyak 6 buah.
13. Belt dibuka dengan cara ditarik dengan tangan (manual).
64
Gambar 3.14 Alternator yang Telah Dibuka dari Kedudukannya
15. Baut wirring hardness dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan
impact.
16. Baut high pressure pipe dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan
impact.
65
Gambar 3.16 Hight Pressure Pipe yang Akan Dibuka
17. Baut intake manipold dibuka dengan kunci shock 14 dengan bantuan impact.
18. Baut nozzle dibuka dengan kunci shock 10.
19. Starting motor dibuka dengan kunci shock 14 dan dikirim ke sub genset untuk
dianalisa.
20. Fuel filter assy dibuka dengan kunci fuel filter assy dengan cara manual
(tangan).
66
Gambar 3.18 Fuel Filter Assy yang Telah Dibuka
21. Baut flywheel dibuka dengan kunci shock 19 dan ditahan dengan crane.
22. Oil filter assy dibuka dengan kunci oil filter assy/dengan cara manual.
67
Gambar 3.20 Oil Filter Assy yang Akan Dibuka
23. Oil cooler assy dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.
24. Engine diangkat dengan crane dan drain valve/plug dibuka dengan kunci
adjustable wrench untuk membuang oli.
68
Gambar 3.22 Valve Plug Dibuka Untuk Membuang Oli
25. Baut secsion pipe dibuka dengan kunci shock 14 dan 10 sebanyak 3 buah
dengan bantuan impact.
26. Baut FIP dibuka dengan kunci shock 14 dan dikirim ke sub assy 2 untuk
dianalisa.
69
Gambar 3.24 FIP yang Telah Dibuka
27. Baut oil filter cam dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.
28. Baut rocker arm cover dibuka dengan kunci shock 10 dengan bantuan impact.
70
Gambar 3.26 Proses Pembongkaran Rocker Arm
29. Baut air inlet tube dibuka dengan kunci shock 17 dengan bantuan impact.
30. Baut water pump assy dibuka dengan kunci shock 14 sebanyak 4 buah dan
dikirim ke sub assy 2 untuk dianalisa.
71
Gambar 3.28 Water Pump Assy yang Telah Dibuka
31. Flywheel housing ditahan dengan crane dan bautnya dibuka dengan kunci
shock 19.
32. Baut rocker arm dibuka dengan kunci pas ring 14 dan dikirim ke sub assy 1
untuk dianalisis.
72
Gambar 3.30 Rocker Arm Dibuka dengan Kunci Shock
33. Baut cylinder head dibuka dengan kunci shock 14 dengan bantuan impact.
34. Liner digerinda dengan gerinda kawat untuk mempermudah pelepasan piston
dari liner.
35. Baut piston dibuka dengan kunci shock 14, dan dilepas dari kedudukannya
mengikuti tanda pada piston.
73
Gambar 3.32 Proses Pembukaan Piston dan Mengecek Kode Urutan
36. Cylinder blok ditegakkan dengan crane dan dibuka dengan kunci shock 17
beserta metal dilepas dari kedudukannya.
74
Gambar 3.33 Proses Pembukaan Cylinder Block dan Metal
75
Gambar 3.34 Proses Pengangkatan Crank Shaft
38. Metal cam shaft dibuka dengan menggunakan kunci metal cam shaft hasil
experiment mekanik reman.
Gambar 3.35 Metal Cam Shaft yang Telah Dilepas dari Kedudukannya
39. Cylinder block ditegakkan menggunakan crane, dan liner dilepas dari
cylinder dengan menggunakan hydraulic jack.
76
Gambar 3.36 Proses Pengambilan Liner dengan Hydrolic Jack
40. Cylinder block dikirim ke washing untuk dicuci dan dianalisa di disassembly.
77
Indikator
2. Backlarnch, And play, dan Side clearance diperiksa dengan dial indicator.
Gambar 3.39 Proses Pengukuran Backlarnch, And Play, dan Side Clearance
78
Gambar 3.40 Proses Pemeriksaan Keretakan Pada Cylinder Block
4. Seluruh baut, piston, crank saft, cam saft, dan connecting rod dicuci dengan
bensin dan dicek untuk melihat terjadi korosi atau tidak dan ternyata crank
shaft mengalami pengikisan akibat gesekan.
Gambar 3.41 Proses Pencucian Cam Shaft, Crank Shaft, Piston, dan
Connecting Rod
79
5. Crank saft dan cam saft diukur dengan micrometer dengan ketelitian
micrometer 0,05 mm.
6. Piston, conecting rod dicuci dengan bensin dan diukur menggunakan dial
indicator.
3.5 Analisis
Setelah dilakukan pemeriksaan dan didapatkan data-data seperti diatas maka
diketahui rembesan oli disekitar cylinder head berasal dari bocornya gasket rocker
arm nomor 3 pada saat unit beroprasi gasket tersebut telah mengalami pitting
sehingga tidak mampu menahan oli keluar dari rocker arm dan menyebabkan oli
engine berada pada posisi low melihat data-data yang didapat dan umur unit yang
masih 4444 hours maka rusaknya gasket tersebut dikarnakan daya tahan yang kurang
dari gasket tersebut (poor durability) dan untuk mencegah kebocoran dari posisi yang
lain maka dilakukan penggantian gasket secara menyeluruh.
80
Gambar 3.43 Hasil Analisis Rembesan Oli Pada Rocker Arm
Untuk crank shaft yang mengalami pengikisan oleh metal cylinder block dan
connecting rod maka dilakukan pengukuran dengan micrometer dengan skala 0,05
mm. Batas Ukuran crank shaft yang mengalami pengikisan yaitu :
81
Hasil pengukuran untuk main jurnal nomor 2 mengalami pengikisan yang
agak dalam melebihi batas standard diameter main jurnal yaitu 84,58 dengan selisih
0,03 dalam 3 kali pengukuran dalam sisi yang berbeda sehingga crank shaft harus
diperbaiki dengan proses metalizing oleh sub pembubutan.
3.6 Solution
Dalam melakukan proses perbaikan crank shaft ini dilakukan pada sub bagian
pembubutan, pembubutannya terbagi atas tiga tahapan tahapan-tahapannya adalah
sebagai berikut :
1. Proses Pembubutan Awal
Pada proses pembubutan awal ini, permukaan benda kerja dibuat tidak
rata, tujuannya adalah agar pada saat proses metallizing berlangsung antara
bahan pengisi dengan bahan induk dapat menyatu dengan sempurna.
2. Proses Metallizing
Proses metallizing adalah proses pengelasan yang bertujuan utntuk
menambah material atau bahan pengisi berupa kawat las (monel) kebahan
induk.
3. Proses Pembubutan Akhir
Sedangkan pada proses pembubutan akhir ini, dilakukan bertujuan
untuk meratakan permukaan benda kerja yang telah menglami proses
metallizing. Pada pembubutan akhir benda kerja dibubut dengan sangat hati-
hati, agar ukuran benda kerja dapat sesuai yang diinginkan.
82
Gambar 3.45 Proses Pengetokan Connecting Rod dengan Kunci Tok (Kunci
Moment)
83
Gambar 3.47 Pengetokan Cylinder Block
Gambar 3.48 Proses Perakitan dan Pengetokan Engine Pada Sub Assy
Setelah semua terpasang dengan baik, engine dicek kembali pada sub final
inspection.
84
Gambar 3.49 Proses Pengecekan Engine yang Telah Dirakit Pada Sub Final
Inspecsion
kemudian engine dicat dasar pada sub painting dan dikeringkan hingga
kering, setelah kering engine dibawa ke test bend untuk pengetesan engine, apakah
rpm engine normal atau naik turun serta masih ada kerusakan atau tidak pada engine,
jika masih terdapat kerusakan maka engine harus kembali ke sub disassembly line
untuk proses redu (pembongkaran dan perbaikan ulang). Kerugian redu akan
ditanggung oleh perusahaan sepenuhnya. Jika tidak mengalami kerusakan maka
engine dicat ulang kembali dengan warna hitam kecoklatan yang menandakan engine
sudah selesai diperbaiki dan merupakan lambang warna engine yang telah diperbaiki
oleh PT.UT-Reman, setelah itu engine akan diraving (dibungkus dengan pelastik)
untuk kembali dikirim ke konsumen. Untuk part bekas engine yang telah diperbaiki
akan dikembalikan kepada konsumen sebagai bukti kerusakan engine 105 tersebut.
85
Gambar 3.50 Engine yang Telah Siap Dirakit dan Diraving
86
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kerja praktek dan analisa yang telah dilakukan
dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada engine yang mempunyai oli bercampur air mengalami kebocoran pada
system pendinginan.
2. Engine yang mengalami rpm naik turun pada saat dilakukan test engine,
berarti didalam engine ada part yang tidak terpasang/longgar.
3. Pada proses disassembly engine garsket beserta O-ring wajib diganti pada saat
pengorderan part.
4. Proses pembongkaran (disassembly) dilakukan dari yang sederhana ke yang
rumit.
5. Engine yang mengalami kebocoran pada dinding block disebabkan engine
retak atau gasket mengalami pitting (poor durability).
6. Pengetokkan baut dengan kunci tok (kunci moment) harus tepat sesuai shop
manual agar engine tidak redu pada saat test engine.
5.2 Saran
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki,
namun walaupun demikian akan mencoba memberi saran yang mungkin akan dapat
membangun. Adapun saran tersebut antara lain :
1. Untuk pengecekan kerusakan periksalah mulai dari yang paling sederhana dan
mulai dari yang sering terjadi.
2. Usahakan selalu teliti dalam memeriksa part yang terkait dengan gangguan
agar live time suatu engine dapat maksimal.
3. Proses disassembly engine usahakan dilakukan sehati-hati mungkin agar tidak
merusak part yang seharusnya tidak rusak.
87
4. Bila menerima informasi unit trouble, mintalah informasi tentang unit antara
lain nama customer, type dan serial number dari unit, detail dari lokasi.
Kemudian sedapat mungkin mendapatkan informasi tentang trouble, kondisi
kerusakan, pekerjaan yang dilakukan saat terjadinya trouble, kondisi
lingkungan sekitar tempat operasi, dan catatan problem yang pernah terjadi
sebelumnya.
5. Lakukan marking/penandaan sebelum dilakukan proses overhaul component.
88
DAFTAR PUSTAKA
89
LAMPIRAN
90