PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah
dengan memperlihatkan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi
karena hal tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek
kehidupan, serta merupakan parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan
reproduksi wanita berpengaruh besat dan berperan penting terhadap
kelanjutan generasi penerus suatu negara (Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesehjateraan fisik, mental dan sosial
yang utuh dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala
hal yang berhubungan dengan sistem repoduksi dan fungsinya serta
proses-prosesnya. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah
kesehjateraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubingan dengan
sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri
merupakan suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yag berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibrimioma
uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan
neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genetalia wanita,
terutama wanita sesudah produktif atau menepouse (Aspiani, 2017).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari
seluruh wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri
ditemukan 30% sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007).
Menurut Wise penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007
melaporkan 5.871 kasus mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit
hitam dengan prevalensi 26,5%.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan yang dapat diperoleh yakni
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian mioma uteri
2. Untuk mengetahui etiologi mioma uteri
3. Untuk mengetahui klasifikasi mioma uteri
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis mioma uteri
5. Untuk mengetahui patofisiologi mioma uteri
6. Untuk mengetahui pathway mioma uteri
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang mioma uteri
8. Untuk mengetahui komplikasi mioma uteri
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik mioma uteri
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. DEFINISI
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menampungnya, sehingga dapat disebut juga
dengan leiomyoma fibriomioma atau fibroid (Sarwono, 2009).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat yang menampungnya, sehingga dalam
kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomyoma, ataupun
fibroid (Winkjosastro, 2009).
Mioma uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai
jaringan ikat sehingga dapat berbentuk padat, karena jaringan ikat dan
otot rahimnya yang dominan (Manuaba, 2010).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak
berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous.
Biasanya juga disebut fibromioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine
fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah
produktif (menepouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita
usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena
mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan,
persalinan oremature dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
B. ETIOLOGI
Menurut Aspiani 2017 ada beberapa faktor yang diduga kuat
merupakan faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada waktu wanita usia
produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun.
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum
mendapat haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari
pada jaringan myometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis
keturunan penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwa daging sapi, daging stengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri,
namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi
ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek
esterogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan
respond dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesterone, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan
1 (satu) kali atau 2(dua) kali.
C. Klasifikasi Mioma
Menurut Manuaba, 2010 mioma umumnya digolongkan berdasarkan
lokasi dan kearah mana mioma tumbuh.
1. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Mioma Uteri Intramural Mioma uteri merupakan yang paling
banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh diantara lapisan
uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium).
Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan
terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.
b. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling
luar. yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma
ini bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma
tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel
pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut wandering parasitis fibroid.
c. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks
yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami
infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang dilahirkan.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Manuaba, 2010 sebagian penyakit ini ditemukan secara
kebutulan pada saat pemeriksaan panggul rutin. Gejala yang timbul
tergantung pada lokasi dan besarnya tumor, yang paling sering
ditemukan adalah :
a. Perdarahan abnormal
1. Hipermenorea perdarahan banyak saat mentruasi, karena
meluasnya permukaan endometrium dalam proses mentruasi
2. Gangguan kontraksi otot uterus rahim
3. Perdarahan berkepanjangan, akibat perdarahan penderita dapat
mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah,
dan mudah terjadi infeksi
b. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi :
1. Terasa berat di abdomen bagian bawah
2. Sukar miksi atau defekasi
3. Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan d,isertai mioma uteri menimbulkan proses
salaing mempengaruhi :
1. Kelahimilan dapat mengalami keguguran
2. Persalinan prematuritas
3. Gangguan saat persalinan
4. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas.
E. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
myometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
myometrium medesak menyusun semacam psedokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korps uteri maka korps ini tampak bulat dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
jratas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspian, 2017).
Secara maksropis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu
putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan
memperlihatakan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin
hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus,
dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma massif
yang jauh lebih bewsar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenan
didalam myometrium, sememtara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membeskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma
“parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan focus
nekrosis iskemik disertai daerah peradaran dan perlunakan kistik dan
setekah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalai
kalsifikasi (Robbins, 2007).
F. PATHWAY
(Aspiani, 2017)
Faktorvvpredisposisi:
vv
1. Usia penderita
2. Hormon endogen
3. Riwayat keluarga
4. Makanan, kahamilan
dan paritas
Mioma Uteri
Kolon
Mioma Intranural Mioma submukosa Mioma subserosa
Berada dibawah endometrium desenden dan
Mk: Ansietas &
Gejala/Tanda
Usus
Polimembusuk
Fungsi
uria
Tumbuh
Suplai pencernaan
darahdidinding
Kolostom Retensi
Mk:uterus
Anemia Gangguan Mk: Resiko
Urine
Gg Hematologi Gangguam
Penekanan
Eliminasi
Uretra
Terjadi Perdarahan
Menonjol kedalam
infeksi Identitas
Hifronefrosis
Kuranguterus
rongga
pada usus RektumGg
Kolon
Mk:Terjadisirkulasi
Mk:transversum
Nekrosis
obstipasi
Konstipasi
Radang Nyeri
Pembesaran
perdarahan &
KolonPenekanan
duodenum
ileum
Akut/Kronis
Kolon
Asendens
Nyerisigmoid
Uterus
pada
Kelemahan
usus
Anemia
Tumbuh keluar dinding
uterus
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Sinclair, 2010 pemeriksaan penunjang mioma uteri yaitu:
a. Pemeriksaan ultrasonografi untuk mengkaji ukuran, jumlah dan
lokasi tumor secara akurat.
b.nutrisi
Mk: Ketidakseimbangan MRI (membedakan
kurang adenomioma dari mioma)
dari kebutuhan
tubuh c. CT Scan Mk: Resiko Syok Hipovolemik
d. Histerosalpingogram
e. Histerosonogram atau endoskopi
f. Jika terjadi perdarahan abnormal pada wanita yang menderita
adenomiosis, biopsy endometrium dilakukan untuk menyingkirkan
kemingkinan hyperplasia endometrium yang terjadi pada pasien
yang berusia lebih dari 35 tahun.
H. KOMPLIKASI
Menurut Kowalak, 2011 komplikasi yang dapat timbul yaitu:
a. Abortus spontan yang rekuren
b. Persalinan premature
c. Mal posisi janin
d. Anemia sekunder akibat perdarahan yang berlebihan
e. Infeksi (jika tumor menjulur keluar lewat mulut vagina).
I. PENATALASANAAN MEDIK
Menurut Aspiani, 2017 Penanganan mioma uteri dilakukan
tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena
itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut:
1. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul
pada pra dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan
konsevatif adalah sebagai berikut:
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga
menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.
Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan
pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut:
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat
berupa langkah-langkah berikut:
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang
masih menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma
uterus dan dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan tumor yang
dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan
dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
4. Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG),
kriteria preoperasi adalah sebagai berikut:
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang tidak ditemukan.
5. Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi
dan pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah
sebagai berikut:
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang
dapat teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-
ulang selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6. Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-
hal berikut:
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut
bagian bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang
dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
7. Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Langkah ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai
berikut:
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad
risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
Dalam pengkajian fokus berdasarkan komponen kesehatan menurut
Gordon, penulis mencantumkan data-data yang mendukung diagnosa
keperawatan. Pola persepsi, Pola nutrisi, Pola tidur/istirahat, Pola
hubungan peran, pasien Pola koping, Pola kepercayaan dan nilai,
Pemeriksaan penunjang, USG, pemeriksaan darah lengkap: Hb, leukosit,
hematokrit, eritrosit, trombosit.
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri b.d agen NOC NIC :
cidera fisik (post Pain control Pain Management
Kriteria Hasil : Lakukan pengkajian nyeri
op. Histerektomy)
Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif
(tahu penyebab nyeri, mampu termasuk lokasi, karakteristik,
menggunakan tehnik durasi, frekuensi, kualitas
nonfarmakologi untuk dan faktor presipitasi
mengurangi nyeri, Observasi reaksi nonverbal
mencari bantuan) dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
Melaporkan bahwa nyeri
terapeutik untuk mengetahui
berkurang dengan
Menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
nyeri Kaji kultur yang
Mampu mengenali mempengaruhi respon nyeri
nyeri (skala intensitas, Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan tanda nyeri) untuk mencari dan
Tanda vital dalam
menemukan dukungan
rentang normal
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Resiko infeksi b/d NOC : NIC :
Batasi pengunjung bila
prodsedur infasif Risk control
Kriteria Hasil : perlu Instruksikan pada
(post op
Klien bebas dari tanda pengunjung untuk mencuci
histerektomy).
dan gejala infeksi tangan saat berkunjung dan
Menunjukkan kemam-puan
setelah berkunjung
untuk mencegah
meninggalkan pasien.
timbulnya infeksi Gunakan sabun
Jumlah leukosit dalam
antimikrobia untuk cuci
batas normal
tangan Cuci tangan setiap
Menunjukkan perilaku
sebelum dan sesudah
hidup sehat
tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung.
Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat.
Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis
kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan,
alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien
mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah
yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid.
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma
saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri,
intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas
nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah
diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh
pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-
obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah
dirawat/dioperasi sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota
keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan
darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien
mioma uteri yang perlu diketahui adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid
terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum
menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan
mioma uteri, dimana mioma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
3. Faktor Psikososial
a. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai
penyakitnya, faktor-faktor budaya yang
mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki
pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan
oleh pasien mioma uteri.
b. Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal
diri, harga diri, peran diri, personal identity,
keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga,
kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai
pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri,
dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.
4. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma
uteri yang harus dikaji adalah frekuensi, jumlah,
tanyakan perubahan nafsu makan, yang terjadi.
5. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi,
warna, BAB terakhir. Sedangkan pada BAK yang
harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
6. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis
olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti
mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi.
7. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma
uteri saat siang dan malam hari, masalah yang ada
waktu tidur.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu,
pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala
dan keadaan
rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan
bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan,
lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab,
lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat
adanya
penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan
rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan
abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol.
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi
pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma
uteri.
10) Genetalia dan anus perhatikan
kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang dapat muncul. menurut
keliat, dkk (2016), sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau
trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor.
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan).
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan
sensorik motorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan
pada rectum
(prolaps rectum).
C. Perencanaan
Intervensi Keperawatan NIC-NOC (Bulechek, et. al, 2013)
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau 1 x 24 jam, pasien mioma uteri mampu 1) Lakukan pengkajian nyeri
trauma jaringan dan mengontrol nyeri dibuktikan dengan kriteria komprehensip yang meliputi lokasi,
refeles spasme otot hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
sekunder akibat tumor. Mengontrol Nyeri kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
1. Mengenali kapan nyeri terjadi dan faktor pencetus
2. Menggambarkan faktor penyebab nyeri 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
3. Menggunakan tindakan pencegahan nyeri mengenai ketidak nyamanan terutama
4. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri pada mereka yang tidak dapat
(nyeri) tanpa analgesik. berkomunikasi secara efektif
5. Menggunakan analgesik yang direkomen- 3) Pastikan perawatan analgesik bagi
dasikan. pasien dilakukan dengan pemantauan
6. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri yang ketat
pada profesional kesehatan. 4) Gunakan strategi komunikasi
7. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol terapeutik untuk mengetahui
pada profesional kesehatan. pengalaman nyeri dan sampaikan
8. Menggunakan sumber daya yang tersedia penerimaan pasien terhadap nyeri
untuk menangani nyeri 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
9. Mengenali apa yang terkait dengan gejala pasien mengenai nyeri
nyeri 6) Pertimbangkan pengaruh budaya
10. Melaporkan nyeri yang terkontrol terhadap respon nyeri
7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan, performa kerja
dan tanggung jawab peran)
8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau memperberat
nyeri
9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu
yang meliputi riwayat nyeri kronik
individu atau keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
disability/ketidakmampuan/kecatatan, dengan
tepat
Kontrol Infeksi
1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
untuk setiap pasien
2) Isolasi orang yang terkena penyakit menular
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Anjurkan pasien untuk mencuci tanganyang benar
5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang
sesuai
7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
8) Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh
kebijakan pencegahan universal
9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10) Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur
invasif atau opersai sesuai indikasi
11) Pastikan teknik perawatan luka yangtepat
12) Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat
13) Dorong intake cairan yang sesuai
14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi anti biotik yang sesuai
16) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejalah infeksi dan kapan harus melaporkannya
kepada penyedia perawatan kesehatan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi
(Sumber : NANDA International, (2015- NIC-NOC (2013)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah kesehjateraan fisik, mental dan
sosial yang utuh dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem repoduksi dan
fungsinya serta proses-prosesnya. Kesehatan reproduksi menurut
WHO adalah kesehjateraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubingan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya
(Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri
merupakan suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yag
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri
ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus
genetalia wanita, terutama wanita sesudah produktif atau menepouse
(Aspiani, 2017).
Mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3, yaitu Mioma uteri
intramural, mioma uteri subserosa, mioma uteri submucosa.
B. Saran
1. Apabila seorang wanita mengalami perdarahan diluar siklus
mentruasi dan mengalami nyeri abdomen bagian bawah, maka
sebaiknya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Penengakan diagnose untuk mioma uteri ditunang dengan
pemeriksaan USG. Pengkajian data juga harus dilakukan lebih
dalam dimana petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada
ibu dan keluarga agar ditemukan data yang akurat, baik itu data
subektif maupun objektif, karena dalam menentukan diagnose
sangatlah penting untuk menentukan tindakan selanjunya.
2. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang perawat, diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan
kemamouan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. Jakarta: CV Trans Info Media.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
5. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Keliat, B.A., Mediani, H.S., Tahlil, Teuku. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.G.B. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Nugroho. 2012. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwoono
Prawirohardjo.
Sinclair, Costance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
LAMPIRAN