Anda di halaman 1dari 12

Pengkajian Sistem Jantung

A. Riwayat
1. Data Biografi dan Demografi
Data biografi meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat lahir, status pernikahan,
pekerjaan, latar belakang ras/etnis. Insiden rata-rata kejadian kardiovaskular 68 per
1000 pada usia 85-94 tahu. Bagi wanita, hal yang sama terjadi pada decade terakhir
kehidupannya. Prevalensi penyakit kardiovaskuler tertinggi pada ras Hawai (16,6%),
diikuti India-Amerika (13,8%), orang kulit putih (11,4%), dan orang kulit hitam
(9,9%). Kematian akibat penyakit kardiovaskuler berdasarkan usia adalah 17% pada
Amerika Latin, 15% orang kulit putih, 14% orang Asia, 11% orang kulit hitam, dan 8%
pada India-Amerika.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama
Anamnesis riwayat dimulai dengan pertanyaan terbuka sehingga klien dapat
mengemukakan gejala dan tanda penyakit yang diderita. Melengkapi pertanyaan
manifestasi klinis, beberapa pertanyaan diajukan untuk mendapatkan informasi
spesifik mengenai ‘OLD CAAR” (Onset, Location, Characteristic, Assiciated
Manifestation [klinis terkait], Aggravating factor [factor pemberat], Releaving
factor [factor yang meringankan]).
b. Manifestasi Klinis
Dengan analisis manifestasi klinis klien kita dapat mengevaluasi dan
mengklarifikasi keluhan utama.
Manifestasi klinis Umum Penyakit Kardiovaskular
 Nyeri dada
Angina pectoris merupakan kondisi dari nyeri dada yang sebenernya sebagai
penyakit jantung coroner (PJK). Angina disebabkan oleh iskemia
miokardium (hipoksia), akibat ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen yang menjadi tugas arteri coroner sebagai penyuplai
jaringan miokardium.
Nyeri dada yang tidak disebabkan oleh iskemia miokardium disebut nyeri
dada atipikal.
Onset
Onset nyeri dada tidak hanya dilihat sejak manifestasi dimulai sampai
dengan klien dating berobat, tetapi deskripsi saat awal nyeri. Nyeri angina
memiliki tahapan terutama saat melalui aktivitas. Nyeri dideskripsikan
sebagai onset angina atipikal yang tiba-tiba.
Lokasi
Lokasi ketidaknyamanan memberikan informasi tambahan untuk
menentukan penyebab. Nyeri angina terletak retrosternal, terasa di sebelah
kiri garis tengah ataunsetengah bawah sternum. Nyeri angina cenderung
menjalar bilateral dari dada ke lengan, bagian kiri lebih terasa dibandingkan
kanan, ke leher dan rahang bawah.
Durasi
Catat waktu nyeri dimulai sampai berakhir sebagai durasi ketidaknyamanan.
Karakteristik
Nyeri angina dijabarkan sebagai “perasaan tidak enak” di area dada, seperti
“tertekan benda berat, terbakar,diremukan, terpelintir, teremas, sakit atau
sesak”.
Manifestasi klinis terkait
Penjalaran nyeri ke lengan (terutama kiri), tenggorok, dagu, telinga, bahi
atau punggung belakang merupakan ciri khas angina. Nyeri daerah
epigastric, unilateral atau kuadran kanan atas bukan merupakan khas angina.
Faktor yang memperberat
Nyeri dada yang berasal dari angina pectoril stabil berkembang saat aktivitas
berat, konsumsi makanan berat, stimulasi karena emosional, stimulasi
karena seksual, suhu yang ekstrem, atau mengejan saat defekasi.
Faktor yang memperingan
Nyeri angina biasanya dapat diatasi dengan istirahat atau obat vasodilator
seperti nitrogliserin, oksigen, dan juga relaksasi.
 Dispnea
Sesak napas yang didefinisikan sebagai napas pendek atau kesulitan
bernapas.seperti nyeri dada, manifestasi ini pada umumnya terjadi pada klien
dengan gangguan jantung dan paru-apru, dan dapat juga berkaitan dengan
gangguan dinding dada, otot-otot respirasi dan kecemasan.
 Sianosis
Diskolorisasi kebiruan pada membrane mukosa atau kulit yang disebabkan
Penurunan kada hemoglobin atau penurunan perfusi darah. Sianosis sentral
merupakan hasil dari penurunan saturasi oksigen akibat gangguan fungsi
paru (adanya penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi atau
ketidakmampuan darah mengikat oksigen di paru-paru). Sianosis perifer
merupakan hasil dari penurunan aliran darak ektremitas yang disebabkan
oleh vasokontriksi kutaneus (akibat papara dingin) atau penurunan curah
jantung (akibat syok atau gagal jantung).
 Sinkop
Sinkop atau pingsan merupakan kehilangan kesadran sementara yang
berkaitan dengan penurunan perfusi serebral. Kebanyakn episode sinkop
berasal dari jantung seperti disritmia, vasovagal, sinkop neurokardiogenik.
 Palpitasi
Sensasi tidak nyaman di dada yang berhubungan dengan disrtimia, denyut
jantugn yang cepat, ireguler, berdebar, dan berdentam. Palpitasi umumnya
disebabkan oleh ventrikel atau atrial ekstrasistol dan bukan karna penyakit
jantung yang serius
 Edema
Berlebihnya cairan di dalam jaringan. Edema unilateral biasanya disebabkan
oleh thrombosis vena dalam, selulitis atau distensi limfe pada ekstremitas.
Dimulai dari kaki atau pergelangan kaki kemudian naik ke paha, genitalia,
dan abdomen. Edema yang difus atau meluas (anasarca) biasanya
berhubungan dengan sindrom nefrotik, gagal jantung berat, atau sirosa
hepatica. Edema yang terketak pada wajah meruoakan karateristik sindrom
nefrotik, misedema, dan angioneurotik edema, glomerulonephritis kronis
atau hypoproteinemia.
 Ketidaknyamanan epigastric
 Keletihan
Mudah lelah saat melakukan aktivitas ringan adalah masalah yang sering
terjadi pada klien dengan penyakit jantung, hal ini merupakan manifestasi
dari penurunan curah jantung.

3. Tinjauan Sistem
a. Riwayat Penyakit Sebelumnya dan Riwayat Hospitalisasi
Tanyakan kepada klien tentang, riwayat penyakit saat kanak-kanak dan penyakit
infeksi, riwayat imunisasi, hospitalisasi, riwayat obstetric, dan riwayat penyakit
berat.
b. Analisa Faktor Resiko
Empat Kategori Faktor Resiko
Kategori Faktor Resiko
Faktor Predisposisi/Pemicu Usia, jenis kelamin, riwayat keluarga
Faktor resiko yang dapat Merokok, diet, asupan alcohol,
dimodifikasi/diubah inaktivitas, apnea tidu obstruktif
Factor resiko metabolik Dyslipidemia, hipertensi, obesitas,
diabetes mellitus, sindrom metabolik
Penanda penyakit yang diidentifikasi Abnormalitas pada CT Scan,
kateterisasi jantung, uji stress,
ekokardiografi, dan hasil lab.

c. Riwayat Pembedahan Sebelumnya


Hal ini termasuk prosedur minor kateterisasi jantung sampai pembedahan mayor
seperti transplantasi jantung.
d. Riwayat Alergi
Catat dan jabarkan adanya riwayat alergi berkaitan dengan factor lingkungan,
makanan, atau obat. Lengkapi dokumen denga manifestasi reaksi alergi seperti
ruam,gatal, atau anafilaksis (reaksi alergi berat yang mendadak).
e. Riwayat Pengobatan
Evaluasi penggunaan resep obat, herbal, atau obat suplemen. Jika memungkinkan,
gunakan nama dagang, deskripsi sederhana, atau bahkan nama generic. Tanyakan
seberapa banyak dan seberapa sering pil dikonsumsi. Apakah klien mengkonsumsi
obat berdasarkan resep?
f. Kebiasaan makan
Kaji kelebihan atau kekurangan asuoan kalor dan perkiraan asupan makanan klien
yang banyak mengandung natrium, kolesterol, lemak, jenuh, dan kafein.
g. Riwayat social/ Kebiasan social
1) Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial meliputi data gaya hidup, anggota keluarga, status
pernikahan, hubungan penting dengan pihak lain, keamanan, kepercayaan
beragama, dan hobi.
2) Pekerjaan
Lengkapi dengan infromasi tingkat pendidikan dan pekerjaan seta durasi
masing-masing pendidikan dan pekerjaan klien.
3) Kebiasaan Merokok
Jika klien merokok, lengkapi dengan durasi kebiasaan merokok dan jumlah
rokok yang dikonsumsi perhari. Jika saat ini klien tidak merokok, apakah klien
menggunakan produk nikotin inhalasi atau nikotin transdermal atau mengunyah
permen nikotin atau tembakau.
4) Penyalahgunaan Zat
Meliputi alcohol dan obat-obatan yang dimakan peroral. Para peneliti
mengemukakan bahwa hanya asupan alcohol berlebihan yang dapat
berpengaruh buruk pada system kardiovaskuler.
5) Latihan Fisik
Tanyakan tentang tipe dan jumlah latihan fisik yang secara rutin dilaksanakan
pada minggu-minggu sebelum dan sesudah onset gejala klinik.
6) Riwayat Keluarga
Lengkapi riwayat keluarga mengenai penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
stroke, diabetes mellitus, atau penyakit ginjal. Riwayat kesehatan keluarga klien
yang detail dapat menyediakan informasi kecenderungan genetic lingkungan,
dan gaya hiduo yang dapat berpengaruh pada kondisi jantung.

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik jantung dimulai dengan inspeksi secara umum, yang diikuti pengkajian
tanda vital, papasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai kaki
dengan posisi klien terlentang.
1. Penampilan secara umum dan Tingkat kesadaran
Dimulai dengan inspeksi. Pengkajian penampilan umum dan tingkat kesadaran adalah
gambaran klien dan memperlihatkan tingkat kenyamanan serta distress.
2. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah kedua lengan, frekuensi denyut jantung dan
napas, serta suhu tubuh. Berat badan seyogyanya juga diperiksa untuk menghitung
indeks massa tubuh dan pengkajian factor resiko.
a. Tekanan darah
Tekanan darah normalnya dapat bervariasi 5-15 mmHg dengan adanya perubahan
posisi. Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah lebih dari 15 mmHg
dengan adanya perubahan posisi. Tekanan darah juga berubah dengan adanya
inspirasi sekitar 5-10 mmHg. Pulsus paradoksus adalah penurunan abnormal
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg.
b. Nadi
Jika nadi tidak teratur, kaji jumlah nadi yang kurang pada apical dan radial secara
bersamaan, perhatikan perbedaan frekuensi. Kekuatan nadi dapat dideskripsikan
dengan istilah nadi melompat-lompat (bounding), samar (thread), atau tidak teraba
(absent).
c. Frekuensi napas
Catat frekuensi, irama, kedalaman, dan kualitas pola napas. Lihat ada tidaknya
penggunaan otot alsesori. Apakah klien harus duduk tegak agar dapat bernapas
dengan meudah atau klien dapat berbaring dengan datar dengan nyaman?
3. Kulit
a. Inspeksi
Warna kulit sama, pengisian kapiler kurang dari 3 detik,. Thoraks simetris, tanpa
pergesaran impuls apeks yang terangkat. Tidak ada distensi vena jugularis pada
sudut 45 derajat. Pembuluh darah superficial ekstremitas bawah tanpa puntiran
selama berdiri.
b. Palpasi
Kulit hangat, impuls apeks dapat teraba pada ruang interkosta kelima garis
midklavikula kiri, diameter sekitar 1 cm. dorongan desakan, dan pulsasi yang kuat
tidak ada. Tidak teraba getaran. Denyut/pulsasi aorta abdomen sedikit teraba di
episgatrium tanpa menyebar di lateral.
4. Kepala dan Leher
Ketika memeriksa kepala, perhatikan mata, daun telinga, bibir, dan mukosa pipi.
Periksa mata ada tidaknya arkus senilis (cincin keabuan yang mengelilingi iris,
kemungkinan akibat pengendapan penumpukan kolesterol) dan xantelasma
(peningkatan plak kuning di sekitar bulu mata akibat dari pengendapan penumpukan
lipid).
a. Pengkajian Vena Jugularis
Letakkan bantal kecil kepada kepala klien untuk mencegah fleksi leher yang terlalu
tajam. Sedikit tengadahkan kepala klien dan bebaskan dari pakaian yang dapat
menekan leher atau thoraks bagian atas. Lihat pada kedua sisi leher. Vena jugularis
interna terletak di bagian dalam otot sternokleidomastoideus dan berjalan
sepanjang dagu dan daun telinga. Identifikasi pulsasi vena jugularis interna. Jika
tidak terlihat, gunakan vena jugularis eksterna.
Catat bagian tertinggi pulsasi jugularis interna yang dapat dilihat (meniscus). Sudut
sternum (persendian manubrium) adalah titik unutk mengukur tinggi pulsasi vena,
sekitar 4-5 cm di atas pusat atrium kanan. Gunakan penggaris unutk mengukur jarak
vertical antara sudut sternum dan titik tertinggi pulsasi vena. Nilainya berkisar
kurang dari 3 atau 4 cm di atas sudut sternum ketika kepala elevasi 30 – 40 derajat.
b. Pengkajian Arteri Karotid
Gunakan ujung jari , palpasi dengan lembut arteri carotid pada satu sisi untuk
mencegah stimulasi vagal. Periksa dan bandingkan frekuensi, irama, dan amplitude
nadi. Catat apakah ada bruit (Bunyi hembusan)saat mendengarkan menggunakan
diafragma stetoskop di atas arteri selama klien menahan napas.
5. Toraks
a. Inspeksi
Lakukan inspeksi dan palpasi precordium secara bersamaan untuk mengetahui
keberadaan pulsasi/ denyut jantung normal dan abnormal. Berdiri di sisi kanan
klien dan amati dada depan tentang ukuran, bentuk, kesimetrisan gerakan, dan
pulsasi. Lokasi pulsasi dinyatakan dalam ruang interkosta dan garis midklavikula.
Konfirmasi pengamatan dengan palpasi.
b. Palpasi
Ketika palpasi, gunakan jari dan telapak tangan. Titik impuls maksimum (point of
maximum intensity [PMI]) atau impuls apeks, biasanya terlihat pada ruang
interkosta 5 medial dari garis midklavikula kiri. Ketika dipalpasi, PMI merupakan
ketukan tunggal, lembut, dan seketika di bawah jari, serta berdiameter 2 cm.
c. Auskultasi Dada Posterior
Dengan posisi klien duduk tegak, aukultasi kedua sisi paru. Crackles (bernada
tinggi dan tidak terus-menerus) sering kali menandakan adanya gagal ventrikel kiri.
Pada kegagalan ventrikel kiri, crackles terjadi karena adanya peningkatan kapiler
pulmonal yang mendesa cairan bergeser ke ruang intraalveolar.

d. Auskultasi Prekordium
Dengan posisi klien supine (telentang), auskultasi daerah precordium menyediakan
informasi frekuensi dan irama jantung yang normal atau abnormal, pengisian
ventrikel, dan aliran darah melewati katup jantung. Posisi miring ke kiri
mempermudah auskultasi. Posisi tegak lurus, membungkuk ke depan, dan menahan
napas membantu pengkajian murmur diastolic awal dan bunyi gesekan (friction
rub) pericardium.
e. Bunyi Jantung Normal
Bunyi jantung pertama (S1) berkaitan dengan penutupan katup mitral dan
trikuspidalis (katup atrioventrikel [AV]). Suara ini terjadi saat sistolik (kontraksi
ventrikel). S1 merupakan hasil dari penutupan tiba-tiba katup AV, yang
menyebabkan turbulensi daraj dan vibrasi dalam ventrikel. Secara fonetik, dua
bunyi jantung digambarkan sebagai “lub-dub”, S1 adalah “lub”.
Bunyi jantung kedua (S2) berkaitan dengan penutupan katup pulmonal dan aora
(semilunaris) dan terdengar jelas dengan diafragma pada daerah aorta. Secara
fonetik bunyi jantung ini merupakan bunyi jantung “dub”. Terjadi pada akhir
sistolik dan onset diastolic (pengisian ventrikel).
f. Bunyi Jantung Abnormal
Bunyi jantung yang abnormal dapat mengidikasikan adanya gangguna jantung yan
serius atau perubahan fungsi jantung.
1) Gallop
Bunyi gallop terjadi pada awal diastolic atau gallop (S3 dan S4) terjadi selama
dua fase pengisian ventrikel. Perubahan mendadak volume aliran masuk
menyebabkan vibrasi katup dan struktur pendukung ventrikel, menghasilakn
suara bernada rendah yang terjadi pada awal (S3) dan akhir (S4) diastolic.
2) Bunyi Gesekan Perikardium
Gesekan ini terjadi karena adanya inflamasi kantong pericardium. Lapisan
parietal dan visceral pericardium saling bergesek selama jantung bergerak.
3) Murmur
Murmur terdengar akibat turbulensi aliran darah yang melewati jantung dan
pembuluh darah besar. Turbulensi aliran darah menghasilkan vibrasi (getaran)
pada jantung dan pembuluh darah besar dapat dideteksi sebagai suara hembusan
atau deruan/desahan. Murmur dapat disebabkan oleh (1) peningkatan kecepatan
aliran darah (2) abnormalitas aliran darah karena melewati katup yang stenosis
atau inkompetensi (3) alira pada ruang membesar atau dilatasi (4) aliran
melewat saluran abnormal antar ruang jantung.
6. Abdomen
a. Inspeksi
Pemeriksaan abdomen menyediakan informasi terkait jantung. Inspeksi
berhubunan dengan ada tidaknya distensi abdomen.
b. Auskultasi
Auskultasi dapat menunjukan fungsi kardiovaskular termasuk ketidakseimbangan
elektrolit atau atrosklerosis. Bruit aorta terdengar di atas umbilicus. Bruit ginjal
terdengar di garis mudklavikula lateral umbilicus.
c. Palpasi
Palpasi dapat digunakan unutk mencari tahu tentang keberadaan asites (akumulasi
cairan pada rongga peritoneum) dan pembesaran hati. Selanjutnya anda dapat
memperoleh refleks hepatojugularnpada klien dengan distensi ventrikel kiri.
7. Ekstremitas
a. Kulit
Amati kulit dan membrane mukosa untuk mengetahui abnormalitas seperti sianosis
sentral atau perifer. Warna yang kebiru-biruan atau kehitaman mengindikasikan
adanya sianosis sentral. Sianosis perifer terlihat pada bibir, daun telinga,
padapangkal pangkal kuku.
b. Turgor kulit
Kaji turgor kulit (elastisitas) dengan mengangkat lipatan kulir di atas sternum atau
lengan bawah dan kemudia melepaskannya. Kulit dengan turgor yang menurun
akan tetap terangkat dalam waktu lebih dari 3 detik. Penurunan turgor kulit terjadi
pada dehidrasi, deplesi volume, penurunan berat badan yang cepat, dan
pertambahan usia.
c. Suhu
Suhu kuit dapat menggambarkan penyakit jantung. Berdasarkan lokasi hangat atau
dingin area kulit, lokasi perubahan suhu kulit dapat membedakan patologi yang
mendasarinya.
d. Jari Tabuh
Periksa jari untuk melihat ada tidaknya tabuh bagian ujung atau dital jari membulat
dan sudut antara dasar kuku dengan kulit pada kutikula meningkat dri 160 derajat
menjadi 180 derajat atau lebih.
e. Edema
Pada klien yang aktif bergerak, edema terlihat jelas pada kaki, pergelangan kaki
dan tungkai bawah. Pada klien yang harus duduk di kursi roda atau harus berbaring,
edema dapat diraba pada daerah sacrum, abdomen, dan scapula. Kaji derajat edema
dengan menekan ibu jari atau jari pada lokasi terkait. Tekanan yang tidak segera
kembali disebut ortostatik atau pitting edema.
Black & Hawk (2014)

DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai