` JOB IV
ANALISA SARINGAN
B. Dasar Teori
Analisa saringan agregat adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui gradasi butir (distribusi ukuran butir), yaitu dengan menggetarkan
satu set saringan dimana lubang ayakan tersebut makin kebawah makin kecil.
Susunan besar butir agregat mempunyai modulus kehalusan, untuk agregat
kasar = 5,5 – 8,50
Seperti diketahui bahwa untuk campuran beton, ukuran maksimum
agregat dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan
2. Mengambil sampel bahan agregat kasar ukuran 1-2 dan 2-3 pada tempat
penyimpanan material.
3. Memasukkan sampel agregat kasar kedalam oven dengan suhu ± 110 0 C.
4. Mengeluarkan dan menyiapkan agregat kasar yang telah dioven ±24 jam
dengan suhu ± 110 0 C.
5. Menyusun saringan sesuai spesifikasi (dari lubang saringan besar ke kecil).
˗ Untuk agregat 1-2 nomor saringan yang digunakan ½’’, 3/8’’, no. 4, 8,
16, dan PAN
˗ Untuk agregat 2-3 nomor saringan yang digunakan 1’’, ¾’’, ½’’, dan
PAN
6. Memasukkan agregat kasar ke dalam saringan sesuai ukuran yang telah
ditentukan..
7. Mengayak agregat kasar dengan menggunakan alat penggetar selama ± 15
menit / dengan manual.
8. Mendiamkan benda uji sejenak dan menghilangkan debu yang beterbangan.
9. Menimbang dan mencatat berat agregat kasar 1-2 dan 2-3 yang tertahan
diatas tiap saringan.
Rumus
% tertahan = Berat Tertahan x 100%
Σ Berat Tertahan
Lokasi
Dikerjakan Oleh : Kelompok 1 : Lab. Bahan
Hari/Tanggal : Senin, 18 Februari Kelas
2019 : 2 B / T.K.J.J.
Modulus Kehalusan
761,96
Σ (% Komulatif Tertahan # No. 0,15 s/d #
MK =
Maksimum)
100
761,96
= = 7,62
100
Lokasi
Dikerjakan Oleh : Kelompok 1 : Lab. Bahan
Hari/Tanggal : Senin, 18 Februari Kelas
2019 : 2 B / T.K.J.J.
Modulus Kehalusan
963,946
F. Kesimpulan
- Modulus Kehalusan
Bahan
H. Dokumentasi
___
_______
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Batas-batas gradasi yang baik untuk campuran beton dibagi menjadi 4 zone
yaitu :
3. Zone III = Merupakan batas gradasi distribusi pasir yang agak halus dan bila
digunakan untuk campuran beton membutuhkan semen yang lebih banyak
dibandingkan dengan zone II.
4. Zone IV = Batas gradasi butir pasir yang halus dan masih diizinkan untuk
campuran beton yang mutunya tidak terlalu tinggi dan membutuhkan semen
yang lebih banyak dari Zone III.
Bahan :
˗ Agregat halus ( Pasir )
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat yang akan digunakan
2. Mengambil sampel bahan agregat halus pada tempat penyimpanan
material.
3. Memasukkan sampel agregat halus kedalam oven dengan suhu ± 110 0 C.
4. Mengeluarkan dan menyiapkan agregat halus yang telah dioven ±24 jam
dengan suhu ± 110 0 C.
5. Menyusun saringan sesuai spesifikasi ( dari lubang saringan besar ke kecil
).
6. Memasukkan agregat halus ke dalam saringan.
Lokasi
Dikerjakan Oleh : Kelompok 1 : Lab. Bahan
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Februari Kelas
2019 : 2 B / T.K.J.J.
Tabel Perhitungan
Nomor Berat Benda % Komulatif
Saringam Uji Tertahan (gr) tertahan Tertahan Lolos
1 1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00
1" 0,00 0,00 0,00 100,00
3/4" 0,00 0,00 0,00 100,00
1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00
Modulus Kehalusan
278,43
Σ (% Komulatif Tertahan # No. 0,15 s/d #
MK = Maksimum)
100
278,43
=
100
= 2,78
F. Kesimpulan
Bahan
H. Dokumentasi
JOB 2
PENGGABUNGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tata cara perhitungan penggabungan agregat.
2. Untuk menentukan perbandingan pencampuran agregat sehingga menghasilkan
mutu beton yang diinginkan.
B. DASAR TEORI
Penggabungan agregat kasar dan halus bertujuan untuk mencari prosentase
agregat kasar dan halus yang memenuhi spesifikasi / syarat (grafik 2.5 batas gradasi
agregat kasar untuk besar butir maksimum 19 mm dan grafik 2.6 batas gradasi agregat
kasar untuk besar butir maksimum 38,0 mm) terlampir.
Dalam penggabungan agregat data-data yang diperlukan :
1. Prosentase lolos kumulatif agregat halus
2. Prosentase lolos kumulatif agregat kasar
3. Ukuran butir maksimum
4. Lengkung gradasi (sesuai ukuran butir maksimum)
Metode penggabungan yang sering digunakan adalah :
A. Metode analitis
B. Metode coba-coba
D. Kesimpulan
Proporsi agregat yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan analitis yaitu
pasir = 37% dan batu pecah.1-2 = 33%, 2-3 = 30%
JOB 3
METODE DOE
MIX DESIGN
A. TUJUAN
1. Untuk menentukan campuran beton dari data-data yang telah diperoleh dari pengujian
agregat.
2. Untuk mengetahui cara pencampuran material beton yang akan diaduk.
3. Untuk menentukan berapa perbandingan dari bahan-bahan untuk menghasilkan mutu
beton yang diinginkan.
B. DASAR TEORI
Mix design dimaksudkan untuk mendapatkan kuat tekan yang tinggi sesuai dengan
perencanaan, mudah dikerjakan, tahan lama (awet), murah dan tahan terhadap keausan.
Pada perencanaan beton, dapat digunakan beberapa cara perancangan campuran, salah
satunya yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) 2003 dimana
perancangannya menggunakan tabel dan grafik.
C. LANGKAH KERJA
1. Menentukan standar deviasi
2. Menentukan margin (M)
3. Menentukan kuat tekan rata – rata yang direncanakan
4. Menetukan kuat tekan yang diinginkan
5. Menentukan jenis semen dan jenis agregat
6. Menentukan faktor air semen (fas)
7. Menentukan slump
8. Menentukan ukuran maksimum agregat
9. Menentukan kadar air bebas
10. Menentukan kadar semen
11. Menentukan koreksi faktor air semen (fas)
12. Menentukan proporsi agregat
13. Menentukan berat jenis agregat
14. Menentukan berat jenis spesifik gabungan
15. Menentukan berat volume beton segar
16. Menentukan berat agregat total
E. ANALISA DATA
2. Deviasi standar
Diambil kisaran 60-70 = 70 kg/cm²
M = 2,64 x Sr – 40
= 2,64 x 70 - 40
= 144,8 kg/cm²
= 14,48 Mpa
=476,8 kg/cm²
6. Jenis agregat
Agregat halus = Pasir / alami
Agregat kasar = Batu pecah 1-2 dan 2-3
Tabel 1.1.. Perkiraan kuat tekan beton pada faktor air semen 0,5 dan jenis semen serat
agregat kasar yang biasa digunakan di Indonesia.
3 7 28 91
Batu pecah 25 32 45 54
Batu pecah 30 40 53 60
Dari tabel dapat disimpulkan beton pada faktor air semen 0,5 dan jenis semen serat
agregat kasar (batu pecah) yang biasa digunakan di Indonesia bahwa kuat tekan pada
umur 28 hari = 37 MPa untuk Silinder.
Grafik11.1. Korelasi kadar air bebas,berat jenis spesifik gabungan SSD dan berat volume
370
0.358
0,461
Tabel 1.2. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk
berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus.
air laut
air tawar
Beton dalam kondisi luar ruangan yang terlindung dari hujan dan matahari
Faktor Air Semen maks = 0,60
c = w / 0,461
c = 200 / 0,461
= 434 kg/m3
= 2,607
2350
Slinder =V–C–W
= 1700 kg/m³
= 629 kg/m³
= 561 kg/m³
Batu pecah 2-3 = 30% x 1700 kg/m³
= 510 kg/m³
a. Kebutuhan bahan campuran beton secara teoritis (per m³ beton) Hasil rancang
campuran beton secara teoritis/kondisi SSD (sebelum dikoreksi).
Semen (C) = 450 kg/m³
Pasir = 629 kg/m³
Batu Pecah 1-2 = 561 kg/m³
Batu Pecah 2-3 = 510 kg/m³
Air (W) = 200 kg/m³ +
Jumlah = 2350 kg/m³
b. Kebutuhan bahan campuran beton jika digunakan 9 buah benda uji berupa kubus
(15cm x 15cm x 15cm)
= 0,003375 m3
= 0,03645 m3
1 adukan
7,30 16,40 22,90 20,40 18,60 85,70
0,03645 (m3)
F. KESIMPULAN
Pada perencanaan beton, kami menggunakan cara DOE (Departemet Of Enviropment),
dimana perancangan adukan dilakukan dengan menggunakan tabel dan grafik. Sehingga dapat
diperoleh rencana bahan- bahan campuran antara lain :
1. Semen = 16,40 kg
2. Pasir = 22,90 kg
3. Batu pecah 1-2 = 20,40 kg
4. Batu pecah 2-3 = 18,60 kg
5. Air = 7,30 kg
Setelah ditetapkan unsur – unsur campuran (air, semen, batu pecah 1-2, batu pecah 2-3, pasir)
prosedur praktikum untuk pelaksanaan campuran beton adalah sebagai berikut :
Semen = 16,40 kg
Pasir = 22,90 kg
Batu pecah 1-2 = 20,40 kg
Batu pecah 2-3 = 18,60 kg
Air = 7,30 kg
PENGUJIAN SLUMP
A. TUJUAN
Untuk mengatur kekentalan beton dalam keadaan segar yaitu beton yang baru dikeluarkan
dari mesin pengaduk (Mesin Molen)
B. DASAR TEORI
Pengujian slump beton dimaksudkan untuk mengetahui kekentalan beton segar dimana
dalam Mix Design telah ditentukan ( 60 – 90 mm ). Campuran beton dikatakan encer apabila
penggunaan air lebih dari yang direncanakan, sebaliknya beton dikatakan kental/kaku
apabila penggunaan air kurang dari air yang direncanakan.
D. LANGKAH KERJA
1. Kerucut terpancung dan plat dibasahi terlebih dahulu.
2. Meletakkan kerucut terpancung di atas plat.
3. Kerucut terpancung diisi dengan beton segar dalam 3 bagian. Tiap lapisan berisi kira –
kira 1/3 isi kerucut terpancung tersebut, dan dipadatkan dengan 25 kali tumbukan pada
setiap lapiasan.
4. Setelah kerucut penuh dan penumbukan selesai ratakan permukaan kerucut terpancung
dan angkat kerucut terpancung secara perlahan dan ukur ketinggiannya dangan mistar
ukur yang telah disediakan.
= 80 mm
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan besarnya slump 80 mm
sedangkan syarat yang telah ditentukan 60 – 90 mm, jadi hasil percobaan memenuhi syarat.
Mistar Baja.
BAHAN
H. DOKUMENTASI
A. TUJUAN
Untuk menentukan bobot isi beton yang dibuat dan mengecek hasil rancangan perhitungan
bobot isi beton sesuai dengn kenyataan sekaligus mengoreksinya.
B. DASAR TEORI
Beton dapat disebut sebagai batu buatan, yang terdiri dari agregat yang diikat menjadi 1
oleh semen. Selama masih dapat dikerjakan beton tersebut dianggap masih segar. Beton
yang baru dituangkan dan segera dipadatkan disebut beton hijau, sedangkan bila mencapai
kekerasannya yaitu setelah 12 jam selesai pengecoran disebut beton muda.
Berdasarkan berat volumenya berat beton dibagi atas :
1. Beton berat
Beton ini mempunyai berat volume lebih besar dari 2,8 t/m3,dipakai untuk massa yang
berat untuk pelindung terhadap sinar gamma serta digunakan untuk reactor.
3. Beton ringan
Berat volume beton ini antara 0,6-1,8 t/m3,dipakai untuk bangunan pemikul beban
ringan. Agregat yang digunakan ialah batu lempung dan verum culie
Bahan :
1. Campuran beton.
2. Oli
D. LANGKAH KERJA
1. Menimbang berat cetakan kosong.
2. Cetakan diisi dengan beton segar sampai penuh, namun sebelum itu cetakan di olesi oli
terlebih dahulu.
3. Cetakan berisi beton segar di padatkan di atas meja penggetar, apabila adukan beton
kurang maka ditambahkan dengan bantuan sendok spesi lalu ratakan permukaannya
dengan mistar perata.
4. Timbang berat cetakan tersebut lalu dicatat.
Analisa Perhitungan
Untuk benda uji kubus sebanyak 5 buah benda uji berupa kubus ( 15 cm)
Volume 1 Kubus , Vk = S x S x S
= 0,003375 m3
7,96
Berat volume beton rata-rata untuk kubus =
0,003375
= 2359,18 kg/m3
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan volume beton, diperoleh nilai volume beton rata-
rata sebesar 2359,18 kg/m3. Hasil yang diperoleh lebih besar dari yang diperkirakan pada
mix design yaitu 2350 kg/m3 dan dikategorikan pada Beton Normal biasa (1,8 – 2,8 t/m3)
BAHAN
H. DOKUMENTASI
A. TUJUAN
1. Melakukan kuat tekan beton.
2. Menentukan besarnya kuat tekan beton.
3. Menentukan kuat tekan karakteristik beton dan dapat menghitung sampai mendapatkan
mutu beton.
B. DASAR TEORI
Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton melalui
mesin tekan beton.Besarnya kuat tekan beton ini menunjukkan baik tidaknya mutu
pelaksanaan beton. Apabila mutu pelaksanaan beton dan benar maka akan didapat mutu
beton sesuai dengan yang diinginkan. Kuat tekan juga dapat diartikan sebagai beban
persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
10 1,36 21 1,08
11 1,31 22 1,07
12 1,27 23 1,06
13 1,24 24 1,05
14 1,21 25 1,04
15 1,18 26 1,03
16 1,16 27 1,02
17 1,14 28 1,02
18 1,12 29 1,01
19 1,11 30 1,00
20 1,09
Jika jumlah benda uji kurang dari 10 buah atau jika tidak tersedia data hasil pengujian, maka nilai
kekuatan di lapangan harus dilebihkan minimal dengan nilai sebagai berikut :
< 21 f’c + 7
> 35 f’c + 10
Rumus :
Kuat tekan :
𝑃
Fik =
𝐴
Dimana :
Kemudian untuk menentukan mutu beton atau kuat tekan karakteristik beton dapat
digunakan rumus :
𝛴 (𝑓𝑐−𝑓𝑐𝑟 )²
Sr = √
𝑛−1
Dimana :
n = Jumlah benda uji
Rumus diatas hanya berlaku bila benda uji lebih dari 15 buah atau n > 15
Untuk benda uji kurang dari 15 buah atau n < 15 digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
f’c = Kuat tekan karakteristik beton ( Kg/cm2 )
fcr = Kuat tekan Rata-rata beton ( Kg/cm2 )
D. LANGKAH KERJA
Koefisien Perbandingan Kuat Tekan Beton pada berbagai umur benda uji yang dirawat di
laboratorium.
Umur (hari) 3 7 14 21 28
Analisa Perhitungan
Kuat Tekan :
𝑃
Fic = = 47.651 = 211,780 Kg/cm2
𝐴 225
52.668
𝑃
Fic = = 225 = 234,078 Kg/cm2
𝐴
𝑃
Fic = = 46.896
= 208,427 Kg/cm2
𝐴 225
𝑃
Fic = = 69.758 = 310,034 Kg/cm2
𝐴 225
𝑃 66.026
Fic = = 225 = 293,447 Kg/cm2
𝐴
𝑃
Fic = = 64.333 = 285,924 Kg/cm2
𝐴 225
𝑃
Fic = = 79.577 = 353,677 Kg/cm2
𝐴 225
𝑃 82.290
Fic = = 225 = 365,732 Kg/cm2
𝐴
𝑃 72.225
Fic = = 225
= 321,002 Kg/cm2
𝐴
𝐹𝑖𝑐
fc = = 234,078 = 334,397 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 7 ℎ𝑎𝑟𝑖 0,7
𝐹𝑖𝑐
fc = = 208,427 = 297,752 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 7 ℎ𝑎𝑟𝑖 0,7
𝐹𝑖𝑐
fc = = 310,034 = 322,952 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 21 ℎ𝑎𝑟𝑖 0,96
𝐹𝑖𝑐
fc = = 293,447 = 305,674 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 21 ℎ𝑎𝑟𝑖 0,96
𝐹𝑖𝑐
fc = = 285,924 = 285,924 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 28 ℎ𝑎𝑟𝑖 1,0
𝐹𝑖𝑐
fc = = 353,677 = 353,677 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 28 ℎ𝑎𝑟𝑖 1,0
𝐹𝑖𝑐
fc = = 365,732 = 365,732 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 28 ℎ𝑎𝑟𝑖 1,0
𝐹𝑖𝑐
fc = = 321,002 = 321,002 kg/cm2
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑚𝑢𝑟 28 ℎ𝑎𝑟𝑖 1,0
∑ 𝑓𝑐 2889,659
Jadi, fcr = = 9
= 321,073 kg/cm2
𝑛
= 236,073 kg/cm2
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diperoleh kuat tekan beton karakteristik rata-rata yaitu sebesar
236,073 kg/cm2 < 350 kg/cm2 yang di syaratkan. Dari hasil ini, perlu dilakukan trial mix
dengan menaikkan kadar semen untuk memenuhi mutu beton 350 kg/cm2.
BAHAN
H. DOKUMENTASI