Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Tindakan Pencegahan
Mencuci Tangan dengan sanun antiseptik
Membersihkan peralatan
Mencuci (Membersihkan peralatan dengan sabun dan air)
Desinfeksi (Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri pathogen)
Sterilisasi (Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua
mikroorganisme)
Menggunakan APD
Respon Kegawatdaruratan 3A
- Amankan diri-sendiri
- Amankan Lingkungan
- Amankan korban
DR-ABC
Danger-Rescue
- Pastikan penolong dan korban berada pada tempat yang aman
- Posisikan korban pada posisi stabil
- Longgarkan pakaian korban
- Pemeriksaan kesadaran (GCS, dicubit, ditepuk)
Airway (saluran nafas)
- Periksa saluran nafas korban apakah terbuka dengan baik dan jelas atau tidak
- Baringkan korban dan buang segala benda asing yang ada di mulut korban agar saluran
nafas dapat terbuka dengan baik
1. Pemeriksaan jalan napas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda
asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan
dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong
kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu
jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
EVAKUASI
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk
mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Tujuan evakuasi :
1. Menyelamatkan jiwa
2. Mencegah cacat
3. Membantu proses penyembuhan
4. Memindahkan korban dari tempat kejadian ke tempat yang lebih aman
Prinsip evakuasi:
1. Lokasi kejadian
2. Kondisi korban
3. Pengetahuan dan keterampilan penolong
4. Peralatan evakuasi
Untuk jenis jenis evakuasi cari di internet, nanti kita belajar prakteknya kok tapi gak tau kapan
PEMBALUTAN
Definisi
Tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau
berubah dari posisi yang dikehendaki.
Tujuan
Menahan bagian tubuh supaya tidak bergeser dari tempatnya
Menahan pembengkakan yang dapat terjadi pada luka
Menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar bagian itu tidak bergeser
Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi
Melindungi atau mempertahankan dressing lain pada tempatnya
Jenis Pembalut
1. Pembalut secara general:
- Pembalut tekan
- Pembalut gulung
- Pembalut bebat (dressing)
Yaitu kain kasa berlapis yang digunakan untuk menutup luka, pembersih luka, dan
mengontrol pendarahan
- Pembalut segitiga (mitela)
2. Pembalut yang spesifik:
- Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan kassa penutup luka dan
steril, baru dibuka pada saat akan dipergunakan, sering dipakai pada luka-luka lebar yang
terdapat pada badan.
- Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman. Biasa
dipergunakan pada luka-luka kecil
Kasa Steril
Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah
diberi obat-obatan (antibiotik, antiplagestik). Setelah ditutup kassa itu kemudian baru
dibalut.
Kegunaan Pembalut
- Sebagai pemegang perban
- Sebagai penekan pada luka untuk mengurangi perdarahan
- Untuk mengurangi mobilisasi
Prinsip Pembalutan
- Tempatkan korban pada posisi nyaman
- Menahan bagian tubuh yang dibalut
- Pada korban perdarahan (gak sempet nyatet)
- Mobilisasi (pengikatan dilakukan di daerah lawan luka)
- Tidak kencang (agar tidak sakit dan aliran darah tetap lancar) dan tidak terlalu longgar
(kalau longgar rugi balut, buat apa men)
- Kuku jari terlihat agar mempermudah dalam mengevaluasi aliran darah
DIKLA II
Indikasi Resusitasi Jantung Paru: Henti nafas, henti jantung, tidak sadarkan diri
1. Masalah Airway
Masalah airways adalah sumbatan (obstruksi). Penyebab sumbatan antara lain:
a. Benda asing
b. Muntahan
c. Edema laring atu bronkus yang merupakan reaksi alergi anafilasis
d. Spasme laring atau bronkus
e. Tumor
Untuk wanita hamil atau gemuk tangan berada di taju pedang (2/3 sternum).
Penanganan:
1. Jika tidak ada trauma lakukan head tilt-chin lift
2. Jika ada trauma lakukan jaw-thrust
3. Akibat sumbatan cairan lakukan finger sweep misalnya menggunakan mitela.
Ketika jalan nafas terbuka pertahankan dengan oropharingeal tube, endotracheal tube,
laringoskop, ambu bag.
2. Masalah Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat.
Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen
yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi
pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan
diafragma.
3. Masalah Circulation
Jika pasien trauma (penyebabnya jelas, misalnya kecelakaan) → start ABC
Jika pasien tiba-tiba tidak sadar (misalnya tamu datang ke rumah tiba-tiba pingsan, curiga
jantung) → start CAB
Apanila ada nadi tapi tidak ada nafas berikan bantuan pada nafas saja. Sedangkan apabila ada
mafas tapi tidak ada nadi lanjutkan RJP yang komplit.
RJP dihentikan bila:
1. Pasien sadar
2. Pasien ada dalam fase terminal, contohnya mati batang otak
3. Penolong yang lebih ahli datang
4. Penolong kelelahan
Komplikasi RJP:
- Fraktur tulang rusuk dan dada
- Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
- Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
- Luka dan memar pada paru-paru
- Robekan pada hati
Chain of Survival:
Merupakan serangkaian penyelamatan pada korban yang mengalami henti jantung. Empat
Komponen Chain Survival :
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut
MATERI II
Setiap tahap ABC pada RJP diawali dengan fase penilaian penilaian respons, pernafasan dan
nadi.
Penilaian respons.
Setelah memastikan keadaan aman, maka penolong yang tiba ditempat kejadian harus
segera melakukan penilaian dini. Lakukan penilaian respons dengan AVPU (alert, voice, pain,
unresponse).
Bila tidak ditemukan respons pada korban maka langkah selanjutnya adalah penolong
menilai pernafasan korban apakah cukup adekuat? Untuk menilainya maka korban harus
dibaringkan terlentang dengan jalan nafas terbuka.
Lidah paling sering menyebabkan sumbatan jalan nafas pada kasus-kasus korban dewasa tidak
ada respons, karena pada saat korban kehilangan kesadaran otot-otot akan menjadi lemas
termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh ke belakang sehingga jalan nafas jadi tertutup.
Penyebab lainnya adalah adanya benda asing terutama pada bayi dan anak.
Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan nafas:
Teknik ini dilakukan pada korban yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun
tulang belakang.
Setelah jalan nafas terbuka, maka periksalah jalan nafas karena terbukanya jalan nafas
dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernafasan adekuat. Keadaan jalan nafas dapat
ditentukan bila korban sadar, respon dan dapat berbicara dengan penolong.
Penilaian cepat:
Look : Ada gerak napas(ada,pernafasan 32x/menit),
Listen : ada suara tambahan, pada kasus ini terdengar suara snoring (jatuh pangkal lidah)
Feel : Ada hawa ekshalasi
Recovery Position:
Posisi ini berguna untuk mencegah sumbatan dan jika ada cairan maka cairan akan mengalir
melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas.
Prosedur:
1. Korban tidur terlentang pada posisi supine, penolong berlutut di sisi kanan korban
2. Tangan kanan korban diluruskan di sisi kepala korban.
3. Tangan kiri korban ditekuk menyilang dada hingga posisi telapak tangan berada dibahu
kanan korban.
4. Lutut kaki kiri korban ditekuk ke kanan
5. Posisi tangan kiri penolong di bahu kiri korban, tangan kanan penolong di lipatan lutut
kiri korban
6. Tarik korban dengan kedua tangan bersamaan ke kanan hingga korban miring kanan (90
derajat) tahan badan korban dengan kedua kaki penolong agar korban tidak terguling.
7. Secara pelan-pelan miringkan lagi tubuh korban (disangga oleh kedua paha penolong)
hingga korban berada pada posisi miring.
8. Cek kembali nadi karotis dan pernafasan korban, jika masih ada baru korban bisa
ditinggalkan
9. Evaluasi kembali nadi dan pernafasan korban hingga petugas ambulans datang.
1. Trauma thermal :
Jenis-jenis trauma thermal :
o Hiperthermal (karena suhu yang tinggi)
Indikasi :
1. Hiperpireksia > suhu tubuh yang sangat tinggi (demam),ada gangguan
kesadaran
2. Abnormalitas SSP (gangguan kesadaran), terutama pada otak dan medula
3. Kulit panas dan kering
Penyebab :
1. Mekanisme pendingin tidak bekerja (thermal set pada otak tidak bekerja
dengan baik)
2. Perpindahan panas (konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi):biasanya pada
manusia terjadi perpindahan panas dengan cara radiasi dan evaporasi
3. Bekerja di tempat yang panas dan tidak banyak minum
2. Soft tissue injury (cedera yang terjadi pada jaringan lunak seperti pada kulit atau otot
Jenis :
o Sprain : peregangan berlebihan, robeknya ligamen pada sendi
o Strain : peregangan berlebihan, robeknya otot/tendon
Gejala :
1. Nyeri
2. Bengkak
3. Perubahan warna kulit akibat benturan atau trauma
4. Deformitas (angulasi, rotasi, atau pemendekan)
5. Adanya tanda-tanda ancaman shock terutama hipofolemik yaitu terjadinya
pendarahan baik pada kasus hard tissue maupun pada soft tissue injury. Pada hard
tissue injury misalnya fraktur. Akibat fraktur tersebut bias menyebabkan terjadinya
shock berupa pendarahan sebab pada tulang juga terdapat pembuluh darah dan
apabila itu pecah akibat fraktur maka terjadilah pendarahan.
6. Terbatasnya menggerakkan anggota gerak
NB: untuk anak-anak sama dengan orang dewasa, yang berbeda hanya pada kaki yaitu
masing-masing 14%.
COMBUTIO MANAGEMENT
1. Anamnesis Mekanisme Of Injury (MOI) : missal : bagaimana kejadiannya?
2. ABCDE procedure
3. Fluid resucitation (baxter’s formula) : diguyur air yaitu untuk derajat 1 dan 2, kenapa
derajat 3 tidak? Hal ini ditakutkan dapat menyebabkan terjadinya infeksi karena pada
derajat 3 sudah sampai subkutan dan otot
4. Monitoring vital sign, yaitu
1. Napas, terkait laju pernapasan
2. Denyut nadi, pada carotis atau radialis
3. Suhu tubuh
4. Tekanan darah
5. Urine output: untuk menakar cairan tubuh
6. Dirujuk >
Wound management
1. Seni dan perlu latihan
2. Vulvus (wound) : jaringan tubuh yang mengalami discontinuitas (trauma atau non
trauma)
3.
Klasifikasi Vulvus
1. Kontak dengan lingkungan : tertutup atau terbuka
2. Kontaminasi : steril
3. Kontaminasi dan infeksi
4. Kerusakab jaringan : regular atau irregular
5. Wound process : primer dan sekunder
6. Tipe ; exeoratium ( lecet), ictum (tusukan), appertum (robek), dan amputatum
(terpotong).
BAGIAN SIMPUL :
1. Bight : lekukan tali yang tidak berpotongan contohnya pada eight on bight.
2. Lup : lingkaran/bulat/ tali yang menyilang
3. Running end : ujung tali yang akan bekerja membuat simpul dan menguatkan simpul
4. Standing end : tali yang tidak bekerja/ tempat pembuatan simpul
5. Turn : satu kali lilitan pada benda (pada jangkar dan pangkal)
6. Long turn : dua kali lilitan
PEMBALUTAN
1. Pembalutan lengan : lakukan lipatan mitela, lalu silang biasa, usahakan rapi, cepat dan
tepat
2. Pembalutan lutut : lakuka lipatan mitela (prinsipnya sama seperti pembalutan lengan)
3. Pembalutan telapak tangan : lipat mitela 2 kali lipatan atau sesuaikan dengan telapak
tangan yang akan dibalut, pada waktu pelipatan jangan sampai menutupi ibu jari dan
tidak mudah ditarik.
4. Pembalutan telapak kaki : lakukan lipatan mitela, taruh mitela di telak kaki, pada waktu
melipat bagian mitela, mitela yang berada diatas harus selalu diatas waktu pelipatan
berikutnya. Tujuan dari pembalutan ini adalah untuk menfiksasi telapak kaki yang luka.
DIKLAT 3
SIMPUL
3. In Line Figure of 8 : digunakan pada saat istirahan climbing dan juga digunakan pada
pertengahan tali. Terdiri dari 3 pembebanan dan 2 arah yaitu atas dan bawah.
4. Bow Line : tidak menjerat, digunakan untuk lifting pada vertikal rescue
BAGIAN SIMPUL :
7. Bight : lekukan tali yang tidak berpotongan contohnya pada eight on bight.
8. Lup : lingkaran/bulat/ tali yang menyilang
9. Running end : ujung tali yang akan bekerja membuat simpul dan menguatkan simpul
10. Standing end : tali yang tidak bekerja/ tempat pembuatan simpul
11. Turn : satu kali lilitan pada benda (pada jangkar dan pangkal)
12. Long turn : dua kali lilitan
PEMBALUTAN
5. Pembalutan lengan : lakukan lipatan mitela, lalu silang biasa, usahakan rapi, cepat dan tepat
6. Pembalutan lutut : lakuka lipatan mitela (prinsipnya sama seperti pembalutan lengan)
7. Pembalutan telapak tangan : lipat mitela 2 kali lipatan atau sesuaikan dengan telapak tangan
yang akan dibalut, pada waktu pelipatan jangan sampai menutupi ibu jari dan tidak mudah
ditarik.
8. Pembalutan telapak kaki : lakukan lipatan mitela, taruh mitela di telak kaki, pada waktu melipat
bagian mitela, mitela yang berada diatas harus selalu diatas waktu pelipatan berikutnya. Tujuan
dari pembalutan ini adalah untuk menfiksasi telapak kaki yang luka.
Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan suatu
topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada
dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur
penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban,
bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana,
kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa
sehingga ada :
1. Daerah triage
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi
para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
4. Daerah penampungan penolong dan peralatan.
Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data
dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga
diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.
Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan
pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
Penilaian keadaan
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling
penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada
perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan
2. Jumlah penderita
3. Tindakan khusus
4. Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5. Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
6. Berapa banyak sektor yang diperlukan
7. Wilayah atau areal penampungan
Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
Triage
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini
dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau
transportasinya.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau
Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori :
1. Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak
terkontrol, penurunan status mental
2. Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan
seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang
tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai ‘Walking
Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda
triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah
ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama
jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah
ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3. Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan
bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label
MERAH, bila tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4. Waktu pengisian kapiler :
a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar
bila ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka
ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.
5. Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri
MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera
lanjutkan ke penderita berikut.
BAGAN PELAKSANAAN METODE START
Penderita dapat YA
HIJAU
berjalan ?
TIDAK
TIDAK Penderita YA
bernapas ?
Penderita
TIDAK bernapas YA 30 x Frekuensi
setelah jalan pernapasan
napas dibuka
< 30 x
HITAM MERAH
Waktu
2 detik pengisian
kapiler
< 2 detik
Status mental
TIDAK perintah
sederhana ?
YA
KUNING
Resume Materi Diklat 4
Materi 1 : Pembidaian
1. Rest : istirahat
2. Ice : dikompres dengan es selama 10 menit setelah cidera, lalu dilanjutkan dengan kompres es
secara rutin naksimal 3 x 24 jam, dan dilanjutkan dengan kompres air hangat selama maksimal
24 jam
3. Compression : balut luka untuk menekan cedera, mencegah imobilisasi atau perdarahan
4. Elevation : tinggikan posisi bagian yang terluka 15-20 derajat dari posisi jantung
Primary survey
Pengontrolan perdarahan yang terjadi dengan metode bebat tekan
Segera hubungi RS atau rujuk
Kalau tidak yakin jangan melakukan imobilisasi
Kalau mampu lakukan proses splint / pemindaian
Tujuan Splint
Mencegah pergerakan
Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
Membantu mengurangi rasa nyeri pada korban
Mempercepat penyembuhan
Prinsip pembidaian :
Cara pemindaian :
1. Lakuakn reposisi
2. Ikatkan yang dimulai dari dari bagian yang mudah cedera
3. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan terlalu kendor
4. Bidai dibalut dengan pembalut, sebelum digunakan
5. Anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
6. Perikasa denyut nadi distal dan warna kulit sebelum dan sesudah pembidaian
Teknik Imobilisasi
Prinsip : peralatan yang dipakai sedapat mungkin harus keras, kuat, dapat mencegah pergerakan
fragmen tulang yang patah dan sebaiknya dibungkus untuk menghindari kontak langsung dan lebih steril
Macam-macam bidai :
NB : Kalo ngak ada bidai tersebut pake bidai improvisasi ( kayu, Koran atau majalah ditumpukan,
selimut, bantal, dll)
Contoh Pembidaian :
1. Pembidaian pada lutut : cek cavilary reviltime, fiksasi/ balut lutut dengan mitela, bidai di bawah,
ikat dari distal ke proksimal, bisa ditraksi dengan bagian kaki lainnya.
2. Pembidaian pada Femur/ paha : denga menggunakan 2 bidai, di deket femur ada pembuluh
darah besar, kalau bisa iket sampai bagian perut/ sampai dada, iketan harus rapi, kalau bisa
ditraksi.
3. Pembidaian Lengan bawah : bidai di bawah lengan bawah, lalu mitela dihubungakan dengan
lengan bawah yang dibidai dengan leher.
4. Pembidaian lengan atas : pake 2 bidai, ditraksi dada dan panggul
NB : sebelum dan sesudah pembidaian cek cavilary reviltime, iketan selalu dari distal ke proksimal.
Materi 2 : Evakuasi
Alat-Alat Evakuasi :
Teknik Evakuasi
Extremity lift :
1 dikepala, 1 di kaki
Hitungan 1 : dari posisi berdiri ke posisi jongkok, yang di kepala bersimpuh
Hitungan 2 : kaki di tekuk dan kepala korban tarus di simpuhan kaki penolong
Hitungan 3 : penolong yang di kepala, memasukan tangan kirinya ke tangan kanan
korban, dan tangan kanan penolong ke tangan kiri korban. Penolong yang di kaki berada
di samping korban
Hitungan 4 : Angkat pasien dengan serempak
Improve :
Chair carry
Sheet carry
Ankle drag
Shoulder drag
Cloth drag
Tied hand crawl
Pack strap carry