Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah dan
nikmat-Nya sehingga makalah tentang Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum dapat
terselesaikan tepat dengan waktu yang diharapkan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tindak Pidana
Korupsi, dengan tujuan agar mahasiswa dan mahasiswi memahami dan mengetahui materi dari
makalah tersebut.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dosen mata kuliah Tindak Pidana
Korupsi yang senantiasa mendampingi dan membimbing kami dalam penyusunanan makalah ini.
Tak lupa kami mengucapkan segenap rasa terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan semangatnya kepada kami.
Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran Tindak pidana
Korupsi dalam kelas.

Tanjungpinang, 29 Oktober 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
2.2 Pengertian korupsi menurut KBBI
2.3 Pengertian Korupsi menurut para ahli
2.4 Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hukum dan korupsi adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Bahkan saat ini di Indonesia
lembaga penegak hukum justru menjadi sorotan karena ada banyak oknum penegak hukum yang
seharusnya menegakkan hukum, justru melakukan pelanggaran hukum. Mereka melakukan
korupsi dalam skala yang sangat luas dan merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar.
Tidak sedikit oknum penegak hukum di Indonesia yang pernah terjerat kasus korupsi. Mereka
berasal dari institusi Kejaksaan, Pengadilan hingga Kepolisian. Bukan hanya di level bawah,
perilaku korupsi juga dilakukan sampai pucuk pimpinan dalam institusi tersebut. Korupsi
mempersulit proses penegakan hukum oleh institusi hukum yang berwenang.
Hukum sebagai pilar untuk menekan laju pertumbuhan tindak pidana korupsi, malah
dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan uang yang banyak atau dengan kata lain
hukum dijadikan sebagai salah satu sarang dari perbuatan korupsi.
Masyarakat cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga
terkait dengan tindak korupsi. Di sisi lain lembaga hukum sering diperalat untuk menopang
terwujudnya kepentingan pribadi dan kelompok. Ini mengandung arti bahwa lembaga hukum
telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit (vested interest).
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan, sebagai pengampu
kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut : Korupsi menghambat peran negara dalam
pengaturan alokasi, korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset serta
korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik.
Dampak-dampak dari perbuatan korupsi dibidang hukum, misalnya banyak para aparat
penegak hukum yang tidak bersih dikarenakan pada awalnya meraka melakukan pelanggaran
hukum; hukum dijual belikan oleh aparat penegak hukum itu sendiri, sehingga putusan yang
dihasilkan menjadi tidak adil; dan menjadikan rakyat tidak percaya lagi pada mekanisme hukum
yang dikarenakan mental para aparat penegak hukum sengat rendah.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang terdapat dalam penulisan
makalah ini antara lain :
1) Apa yang di maksud dengan korupsi ?
2) Bagaimana dampak korupsi terhadap penegakan hukum ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang di sajikan, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pengetian korupsi.
2) Untuk mengetahui dampak yang timbul dari korupsi terhadap penegakan hukum.
1.4 Manfaat
Dari penulisan makalah ini terdapat beberapa manfaat yang bisa diambil oleh pembaca
antara lain :
1) Pembuatan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan, memperluas
wawasan, meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta pembelajaran tentang korupsi
sehingga budaya korupsi dapat dihilangkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut para ahli bahasa, corruptio berasal
dari kata kerja corrumpere, suatu kata dari Bahasa Latin yang lebih tua. Kata tersebut kemudian
menurunkan istilah corruption, corrups (Inggris), corruption (Perancis), corruptie/korruptie
(Belanda) dan korupsi (Indonesia).
Pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang dikategorikan melawan
hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.

2.2 Pengertian Korupsi Menurut KBBI


Pengertian korupsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

2.3 Pengertian Korupsi menurut para ahli


1. Alatas (1987)
Pengertian korupsi menurut Alatas adalah pencurian yang melalui penipuan dalam situasi
yang mengkhianati kepercayaan.
2. Asyumardi Mazhar
Pengertian korupsi adalah berbagai tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal
activities) untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
3. Brooks
Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan
tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang sedikit banyak
bersifat pribadi.
2.4 Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum
2.4.1 Fungsi pemerintahan mandul
Korupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan fungsiyang
seharusnya. Bentuk hubungan yang bersifat transaksional yang lazim dilakukan oleh berbagai
lembaga pemerintahan begitu juga Dewan rakyat yang tergambar dengan hubungan partai politik
dengan menghasilkan kondisi yang sangat rentan terhadap terjadinya praktek korupsi. Hubungan
transaksional yang dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan dan dewan Perwakilan rakyat
yang tergambar dengan hubungan partai politik dengan voternya menghasilkan kondisi sangat
rentan dengan praktek korupsi.Korupsi, tidak diragukan, menciptakan dampak negatif terhadap
kinerja suatu system politik atau pemerintahan.

Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya
yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat mencoreng
kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat
okum .Korupsi yang berdampak okum sering bersifat samar, dibandingkan dengan Dampak
korupsi terhadap organisasi yang lebih nyata. $elanjutnya masyarakat cenderung meragukan citra
dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak korupsi. Di sisi lain lembaga
politik sering diperalat untuk menopang terwujudnya kepentingan pribadi dan kelompok. Ni
mengandung arti bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit .
Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi pemerintahan, sebagai pengampu
kebijakan okum , dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Korupsi menghambat peran okum dalam pengaturan alokasi.


b. Korupsi menghambat okum melakukan pemerataan akses dan asset.
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dlm menjaga stabilitas ekonomi dan
politik.
Suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan mengabaikan tuntutan pemerintahan
yang layak. Pemimpin atau pejabat yang korup sering mengabaikan kewajibannya oleh karena
perhatiannya tergerus untuk kegiatan korupsi sematamata. Hal ini dapat mencapai titik yang
membuat orang tersebut kehilangan sensisfitasnya dan akhirnya menimbulkan bencana bagi
rakyat.

2.4.2 Pelemahan Terhadap Institusi Penegak Hukum


Hukum pada dasarnya dibuat sebagai pedoman dan aturan yang berfungsi melindungi
kepentingan masyarakat dan sebagai alat untuk mengatur ketertiban dan keteraturan, serta
menjamin terwujudnya keadilan 8okum8 dalam masyarakat. Namun, adanya kepentingan-
kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan sering kali 8okum yang dibuat tidak sebenar-
benarnya untuk mewujudkan keadilan 8okum8 dalam masyarakat. Salah satu fungsi Pemerintah
adalah membuat Undang-Undang dan peraturan- peraturan lainnya. Pelaksanaan terhadap fungsi
tersebut dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum pembuat kebijakan yang memiliki
kepentingan untuk melemahkan institusi penegak 8okum. Bukan tidak mungkin sebuah
pemerintahan yang korup membentuk suatu aturan 8okum yang lemah, sehingga saat dia
melakukan pelanggaran 8oku lepas dari jeratan 8okum dengan mudah.

2.4.3 Merusak Moral Aparatur Penegak Hukum


Aparatur penegak 8okum adalah ujung tombak dalam mewujudkan masyarakat yang
berkeadilan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya aparatur penegak 8okum harus bertindak adil
dan sepenuh hati menjunjung tinggi penegakan keadilan dalam masyarakat. Perilaku korup yang
mencemari institusi 8okum dapat merusak moral para aparatur penegak 8okum. Hal ini tentu saja
berpengaruh besar terhadap proses penegakan 8okum secara menyeluruh. Adanya tebang pilih
dalam proses peradilan, dan suap menyuap dalam menentukan tuntutan 8okum maupun putusan
hakim hanya sebagian hal yang mungkin terjadi apabila moral penegak 8okum sudah dirusak
oleh perilaku korup. Apabila penyelenggara 8okum dapat disuap, maka akan menyebakan suatu
ketidakadilan yang akan menyebabkan proses 8okum menjadi tidak adil. Hal ini dapat memberi
akibat yang buruk terhadap 8okum di 8okum8 tersebut. Penegakan 8okum di 8okum8 tersebut
akan dinilai lemah karena dapat diintervensi oleh pihak ketiga. Hal tersebut tentu saja
menjadikan 8okum bagaikan harimau tanpa taring, yang tidak dapat melakukan tugasnya
menghukum para pelaku kejahatan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan yang ada. Sebaik
apapun undang-undang dan peraturan yang dibuat, jika aparatur yang melaksanakannya tidak
memiliki moral dan kompetensi yang baik maka 8okum8 peradilan tidak akan berjalan optimal.

2.4.4 Masyarakat Kehilangan Kepercayaan Terhadap Institusi Hukum.


Dampak utama korupsi yang terjadi dalam penegakan 8okum adalah hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap 8okum8 dan institusi penegakan 8okum, yang dikhawatirkan
dengan meningkatnya korupsi maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat karena
masyarakat sudah tidak percaya terhadap kemampuan institusi penegak 9okum dalam melakukan
tugas-tugas mereka. Fungsi 9okum sebagai pelindung kepentingan masyarakat, mengatur
ketertiban dan keteraturan, serta menjamin terwujudnya keadilan 9okum9 yang tidak dapat
direalisasikan oleh Pemerintah, membuat masyarakat kecewa dan tidak lagi percaya terhadap
proses 9okum dan institusi 9okum yang menjalankannya. Hal ini berdampak sangat buruk
terhadap kestabilan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Lemahnya 9oknum oknum
dalam masyarakat akan memancing setiap orang untuk ikut melanggar aturan, karena mereka
menganggap hukuman-hukuman yang diberikan sangat ringan apabila dibandingkan dengan
keuntungan yang mereka peroleh apabila mereka melanggar 9okum mengetahui suatu hal yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2.4.5 Masyaratkat Kecil menjadi Semakin Tersisih Dimata Hukum


Contoh kasus :

Misalkan ada salah satu anggota masyarakat yang membuat kasus 9okumn9 seperti,
Seorang nenek yang ,mencuri singkong disekitar wilayah tanah salah sebuah perusahaan, dengan
9okumn ia mencuri untuk mengambil beberapa buah singkong yang akan ia masak dan nantinya
akan ia makan bersama dengan seorang cucunya, nenek ini adalah rakyat kecil dengan kedaan
ekonomi yang sangat memprihatinkan. Ketika perbuatannya itu diketahui oleh menejer dari
perusahaan tersebut, ia merasa marah dan menginginkan masalah ini diproses pada jalur 9okum,
maka sang nenek pun terseret dalam jerat 9okum karena menejer tersebut melaporkan sang
nenek dengan tindakan pencurian maka nenek tersebut harus menanggung perbuatannya itu
sendiri di meja hijau, ia di kenakan beberapa pasal dan dijatuhkan hukuman sesuai dengan
perbuatannya dan dikenakan denda pula.

Coba dipikirkan kembali nasib dari pada rakyat kecil yang untuk makan saja sangat
susah, tetapi saat mengalami proses di meja 9okum sangat dipersulit, jika dibandingkan dengan
masyarakat dengan ekonomi tinggi yang mampu menyuap aparat – aparat 9okum untuk
mendapat kelancaran dari proses 9okum, dan tidak perlu diproses lebih lanjut lagi. Penyuapan
dalam kasus 9okum telah menjadi realita yang kita ketahui dizaman sekarang, pejabat – pejabat
yang terseret dalam kasus korupsi masih mampu mendapat keringanan dalam menjalani
hukumannya, bagaimana dengan nasib rakyat kecil.
Maka dampak dari korupsi akan membuat masyarakat kecil semakin tersisi dimata
10okum.
a. Penegakan Hukum tang tidak Merata di Masyarakat
Banyak Masyarakat melihat penegakkan 10okum hanya dari sudut pandang yang tinggi
dan besar saja. Maksudnya penegakkan 10okum seharusnya tidak hanya terfokus pada kasus –
kasus yang sudah sangat rumit saja, tetapi juga harus diawali pada yang lebih sederhana contoh
kecil dari pada penegakan 10okum yakni masyarakat yang usil dan tidak memperhatikan
“Kawasan Bebas Sampah” atau “Dilarang Membuang Sampah”, penegakan 10okum harusnya
diterapkan secara ketat agar tidak ada lagi masyarakat yang melanggar dan membuang sampah,
contoh korupsi kecil lain pula aturan rambu – rambu lalu lintas yang dilanggar, merupakan hal –
hal yang sangat kecil tetapi memiliki dampak yang sangat besar, maka dari itu jika korupsi
mampu dilakukan mulai pada masalah – masalah yang kecil, maka itupun akan terbawa sampai
pada masalah – masalah yang ada dalam lingkup ruang lebih besar / luas. Peneggakan 10okum
harus merata disemua kalangan masyarakat, masyakat yang melanggar peraturan harus diberikan
sanksi yang mampu memberikan efek jerah.

b. Merusak Moral
Dampak dari penegakan 10okum yang tidak dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
10okum akan menjadi kebiasaan masyarakat / warga Negara, merusak moral karena penegakan
10okum yang tidak adekuat sehingga mudah dikendalikan oleh hal – hal yang mengarah pada
sikap korupsi, penegakan 10okum yang 10oku dibeli, kerjasama dalam usaha membenarkan
yang salah dalam penegakan 10okum, akan membuat moral setiap orang menjadi rusak karena
pemahaman – pemahan yang demikian.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta
orang-orang yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari kelemahan-
kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi negara dengan
birokrasi sebagai prangkat pokoknya.
Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti halnya
delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia masih
begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan hukum menurut
kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak pidana
korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi
selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis,
upaya pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal.
Meski demikian, pemberantasan korupsi jangan menajadi “jalan tak ada ujung”,
melainkan “jalan itu harus lebih dekat ke ujung tujuan”. Upaya-upaya untuk mengatasi
persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun
segi etika atau akhlak manusia.

3.2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, kami mengharapkan kepada kawan-kawan
agar dapat mengambil manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai
motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal – hal korupsi dan dapat menambah wawasan
dan pemikiran intelektual.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/pengertian-korupsi/
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/jumlah-tindak-pidana-korupsi-menurut-instansi-2004-
2018-1552983579

https://www.academia.edu/12623187/Dampak_korupsi_Terhadap_Penegakan_Hukum

Anda mungkin juga menyukai