Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERTUMBUHAN FAHAM KEBANGSAAN INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas makalah pancasila

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

MHD IMAM ZUHDI NST 1910201023

AHMAD ABU IMIN 1910201020

ADENG PUTRA WIJAYA 1910201132

REDIL KURNIA PUTRA 1910201226

DOSEN PENGAMPU :

SIARMAN

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

2019 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah ini yang bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pancasila dan kewarganegaraan yang di berikan oleh Bapak
Siarman selaku Dosen Pendidikan Pancasila..

Makalah ilmiah ini penulis buat dengan judul“PERTUMBUHAN PAHAM


KEBANGSAAN INDONESIA” penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh baik dari
kesempurnaan baik dari isi, susunan baik kelengkapannya.Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari Bapak Siarman selaku pembimbing dan para pembaca yang sekiranya dapat
menyempurnakan makalah ini. Atas saran dan kritiknya penulis ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Wawasan Nusantara
2.1.1 Pengertian Wawasan Nusantara................................................2
2.1.2 Perwujudan Wawasan Nusantara..............................................2
2.2 Wawasan Kebangsaan
2.2.1 Pengertian Wawasan Kebangsaan.............................................3
2.2.2 Hubungan Wawasan Kebangsaan dengan Integrasi Nasional...3
2.3 Nusantara pada Masa Prakolonial dan Kolonial
2.3.1 Masa Prakolonial........................................................................4
2.3.2 MasaKolonial............................................................................4
2.4 Nusantara pada Masa Pasca Kemerdekaan
2.4.1 Masa Revolusi...........................................................................7
2.4.2 Masa Orde Lama.......................................................................7
2.4.3 Masa Orde Baru........................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................9
3.2 Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kesatuan, negara kepulauan dan berbagai gelar yang
dimilikinya. Sebegai negara kesatuan, tentulah Indonesia memiliki aturan dan tata cara
bernegara dalam mewujudkan kesatuan seluruh wilayahnya. Selain itu, negara Indonesia
memiliki cara pandang tertentu dalam setiap hal baik intern maupun ekstern. Termasuk
juga dalam memandang dirinya sendiri untuk menentukan sikapnya dalam menjalani
kehidupan bernegara. Oleh karena itu, dirasa penting untuk membahas hal ini dalam
konteks wawasan kebangsaan dan wawasannusantara.
Penentuan cara pandang tidak hanya dibuat sekedarnya, melainkan disusun pula atas
histori yang dialami suatu bangsa, contohnya di Indonesia. Indonesia dalam sejarahnya
mengalami berbagai jalan yang ditempuhnya. Masa kerajaan, masa penjajahan, dan
bahkan setelah merdeka pun Indonesia mengalami perubahan-perubahan sistem
pemerintahan.Sebagai warga negara Indonesia, sepatutnya kita mengetahui jalan sejarah
tersebut yang akan di bahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1). Apa yang dimaksud dengan wawasan kebangsaan?
2). Apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara?
3). Bagaimana keadaan nusantara pada masa prakolonial dan kolonial?
4). Bagaimana keadaan nusantara pada masa pasca kemerdekaan?

1.3 Tujuan Masalah


1). Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wawasan kebangsaan.
2). Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara.
3). Untuk mengetahui bagaimana keadaan nusantara pada masa kolonial dan
prakolonial.
4). Untuk mengetahui bagaimana keadaan nusantara pada masa pasca kemerdekaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wawasan Nusantara
2.1.1 Pengertian Wawasan Nusantara
A). Secara Etimologis
Wawasan Nusantara berasal dari kata wawasan dan nusantara. Wawasan berasal dari
kata “wawas” (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi.
Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang berarti memandang, meninjau atau melihat.
Sedangkan Nusantara berasal dari kata “nusa” yang berarti pulau-pulau, dan “antara”
yang berarti diapit diantara dua hal (duan benua yaitu benua Asia dan benua Australia
serta dua samudra yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia)
B). Secara Terminologis
Wawasan Nusantara menurut beberapa pendapat sebagai berikut :
1. Menurut Prof. Wan Usman
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
2. Menurut GBHN yang ditetapkan MPR pada tahun 1993 dan 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.
3. Menurut Kelompok Kerja Wawasan Nusantara yang dibuat di LEMHANAS 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional. Secara umum,
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan
sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945
(Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan
nasional.
2.1.2 Perwujudan Wawasan Nusantara
Perwujudan wawasan nusantara tersebut mencakup :
A. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
1. Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu
kesatuan dan menjadi modal dan milik bersama bangsa.
2. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan agama harus
merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
3. Secara psikologis, harus merasa senasib dan sepenanggungan, sebangsa dan setanah air,
serta memiliki satu tekad didalam mencapai cita-cita bangsa.
4. Bahwa pancasila adalah satu-satunya filsafah serta ideologi bangsa dan Negara.
5. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan kesatuan hokum.

2
3

B. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi


1. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan
milik bersama bangsa
2. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah.
C. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
1. Bahwa masyarakat Indonesia itu satu
2. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu
D. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan Keamanan
1. Bahwa ancaman terhadap satu daerah merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dan
Negara
2. Bahwa tiap-tiap warga nergara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam
pembelaan Negara

2.2 Wawasan Kebangsaan


2.2.1 Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan terdiri dari dua suku kata, yaitu “ wawasan “ dan “ kebangsaan
“. Secara etimologis istilah wawasan berarti hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan
dapat juga berarti konsepsi cara pandang. Wawsan kebangsaan dapat juga diartikan
sebagai sudut pandang atau cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang
atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam
memandang diri dan bertingkah laku sesuai filsafah hidup bangsa dalam lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Wawasan kebangsaan menentukan cara suatu bangsa
mendayagunakan kondisi geografis Negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik
serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional
Nilai-nilai wawasan kebangsaan yaitu :
a. Penghargaan terhadap harkat dan martabat sebagai makhluk tuhan yang Maha Kuasa
b. Tekat bersama untuk kehidupan yang bebas, merdeka, bersatu, cinta tanah air dan
bangsa
c. Demokrasi dan kedaulatan rakyat, kesetiakawanan, masyarakat adil dan makmur.
Ada empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Keempat
pilar tersebut yakni pancasila, UUD Negara RI 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika

2.2.2 Hubungan Wawasan Kebangsaan dengan Integrasi Nasional


Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun wawasan kebangsaan
Indonesia yang solid dan integrasi nasional yang kokoh.
1. Kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan suku, agama, ras, antar
golongan serta keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang
diwilayah nusantara.
2. Kemampuan mereaksi penyebaran ideologi asing, dominasi ekonomi asing serta
penyebaran globalisasi dalam berbagai aspeknya.
4

3. Membangun sistem politik dan pemerintahan yang sesuai dengan ideologi nasional
(pancasila) dan konstitusi UUD 1945.
4. Menyelenggarakan proyek budaya dengan cara melakukan pemahaman dan sosialisasi
terhadap simbol-simbol identitas nasional, misalnya : bahasa Indonesia, lagu Indonesia
Raya, bendera Merah Putih, dan Garuda Pancasila sebagai lambang NKRI.

2.3 Nusantara pada Masa Prakolonial dan Kolonial


2.3.1 Masa Prakolonial
Pada masa prakolonial (kurang lebih 5-17 M) Indonesia masih dikenal dengan nama
Nusantara oleh kawasan Asia Tenggara bagian selatan.
Kawasan yang terdiri dari berbagai kekuasaan politik, diantaranya : sumatera dengan
nama kerajaan sriwijaya, jawa dengan nama kerajaan singasari, majapahit, dan mataram,
Kalimantan dengan nama kerajaan banjar, Sulawesi dengan Gowa, Maluku dengan
Ternate dan Tidore, Bali dengan Buleleng.
Pada masa prakolonial ada tiga pusat kebudayaan terbesar di Asia yaitu: India, Cina,
dan Nusantara. Hubungan nusantara dengan dengan India sangat terasa khususnya dalam
hal kebudayaan Agama Hindu Budha yang tersebar luas di Nusantara. Tetapi hubungan
keduanya tidak terlalu baik dalam bidang politik karena Kerajaan Sriwijaya pernah
berperang dengan kerajaan Colamandala dari India. Dalam skala makro hal ini dapat
dipahami sebagai representasi perebutan identitas “nasional” antara India dan Nusantara.
Sedangakan hubungan Nusantara dengan Cina lebih banyak dalam hal perdagangan.
Sebelum abad ke-13 orientasi politik Cina adalah ekspansi kewilayah utara yaitu ke Eropa.
pada abad ke 13 kerajaan Cina mengambil kebijakan untuk ekspansi ke Nayang
(keselatan). Secara riil sasaran kebijakan ini adalah Nusantara. Cina mengirim utusan ke
Nusantara dengan disertai armada yang tangguh. Kebijakan Cina itu mendapat reaksi
keras dari raja Singasari prabu Kartanegara. Untuk dapat menghadapi Cina, kerajaan
Singasari berusaha untuk menyatukan Nusantara. selain itu, juga membentengi gerak
Cina keselatan dengan mengadakan ekspedisi pamalayu. Tujuan utamanya adalah
menahan pengaruh atau ekspansi Cina di daerah Sumatera. Namun sayang, usaha
tersebut gagal karena kurang adanya konsolidasi kedalam, sehingga Singasari dapat
dihancurkan oleh Jaya Katwang dari Kediri.
Pada masa Majapahit kerjasama antara Nusantara dengan Cina diawali dengan
ketegangan akibat pembantaian orang-orang Cina di Majapahit. Tetapi hubungan
selanjutnya terjadi dengan diplomatis. Sebagai suatu kekuatan besar Majapahit dan Cina
tidak saling tunduk tetapi mereka mengembangkan hubungan Mitreka Satata
(bertetangga baik) dengan saling memberi hadiah. Majapahit mendapatkan Putri Campa
dari Cina.
2.3.2 Masa Kolonial
Masa kolonial dalam tulisan ini dimaksudkan adalah suatu periode panjang, mulai dari
jatuhnya Malaka pada tahun 1511 M hingga proklamasi kemerdekaan RI 1945. Dengan
modal kesadaran sebagai ‘Bangsa Nusantara” kerajaan- kerajaan nusantara memasang
kuda- kuda kecurigaan terhadap kehadiran orang asing dinusantara. Kemenangan
5

portugis atas Malaka pada tahun 1511 telah mengubah peta kekuatan di Nusantara.
Portugis datang ke Malaka membawa 3 misi yaitu, demi kejayaan bangsa portugis (Glory)
demi kemakmuran Portugis (Gold) dan penyebaran agama nasrani (Gospel). Dari segi
kejayaan dan kekuatan suatu bangsa, portugis telahmenyetakkan kerajaan – kerajaan di
nusantara dengan dentummariamnya yang menggetarkan. Sebelum itu nusantara tak
pernah berpengalaman berperang dengan menggunakan meriam “sang Penghancur”itu.
Portugis merusak struktur yang telah mapan itu karena kehadiran nya telah mengubah
hubungan ekonomi antara pulau menjadi ekonomi dunia. Hubungan produsen dengan
konsumen bersifat langsung, sehingga biaya mahal “Matarantai” perdagangan menjadi
lebih murah.Dari sudut agama, portugis secara agresif menyebarkan agama nasrani. Misi
ini berbenturan dengan kekuatan- kekuatan Islam nusantara yang pada waktu itu
sedang berkembang pesat.
Ketiga misi portugis tersebut hanya tampak berhadapan dengan kehendak penduduk
nusantara. Kerajaan Demak, sebagai representasi kekuatan nusantara yang sekaligus
kekuatan islam yang mencoba menghadapi kekuatan portugis di Malaka. Di bawah
pimpinan Pati Unus (pangeran sabrang lor). Demak mengawali menyerang pantai potugis
di Malaka. Usaha yang dilakukan oleh Pati Unus mengalami kegagalan, namun demikian
serangan demak tersebut telah mampu membangkitkan solidaritas kekuatan islam di
nusantara seperti aceh dan banten.
Perbedaan mendasari reaksi penduduk nusantara terhadap portugis dan terhadap
VOC adalah perlawanan terhadap portugis dipenuhi dengan kesadaran kenusantaraan
dan keagamaan. Sedangkan perlawanan terhadap VOC jiwa kenusantaraan itu seolah
menghilang, dan para penguasa pribumi terjebak pada persoalan local masing- masing
wilayah kekuasaannya . sedikit banyak perubahan itu adalah akibat dari politik divide et
impera VOC terutama dengan cara mengadu domba kekuatan- kekuatan dalam istana.
Oleh karena, kekuatan – kekuatan istana bergolak maka masing- masing dengan demikian
upaya untuk menyatukan mereka atas dasar kekuatan politik menjadi mustahil. Perekat
yang masih ada adalah solidaritas agama dan ketertindasan.
Unsur- unsur yang bersifat ketertindasan akibat monopoli dialami oleh Mataram
Makassar dan Maluku.Sultan Baabullah berjung keras untuk membebaskan rakyat dari
penindasan monopoli perdagangan VOC di Maluku. Mataram kehilangan pelabuhan –
pelabuhan pantai utara jawa. Dan Makassar kehilangan kebebasannya untuk berdagang
dengan bangsa lain.Ketika VOC dibubarkan dan diganti oleh pemeritah Belanda, wilayah
Nusantara ini dimasukkan dalam struktur pemerintahan Belanda sebagai daerah “Hindia
Belanda” yang dimaksud HindiaBelanda adalah daerah-daerah wilayah Nusantara yang
berbatasan dengan wilayah-wilayah kekuasaan asing lainnya yaitu Inggris di Malaysia,
Brunei, Papua Nugini dan Australia, Spanyol di Filipina dan Portugis di Timor- Timur.
Dalam hal penjajahan, pemerintahan Belanda tidak banyak mengubah strategi VOC.
Kekuatan- kekuatan islam yang risih dengan kaum kafir mencoba untuk melawan dan
menggulingkan otoritas Belanda, seperti yang dilakukan oleh pangeran Diponegoro,
Teuku Umar, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien dll.
6

Pada awal abad ke- 20 pemerintah Belanda membuat kebijakan politik etis, yang
meliputi tiga bidang yaitu, Emigrasi, edukasi, dan irigasi. Program emigrasi telah
menempatkan penduduk jawa keluar jawa untuk mengisi tenaga kerja diberbagai
perkebunan dan proyek Belanda. Program ini walapun kecil sifatnya tetapi telah
memberikan wawasan baru bagi suku bangsa, khususnya jawa, Madura dan bali dalam
berinteraksi dengan etnis lain di luar jawa. Adanya perbeda anetnis tidak menghalang-
halangi pengalaman bersama mereka didalam penindasan bersama. Solidaritas baru
terbentuk atas dasar pengalaman- pengalaman historis yang sama.
Pada awal abad ke-20 bangsa Asia yaitu Jepang mempertontonkan kemenangannya
pada rusia. Momen ini tampaknya memberikan pengaruh yang besar terhadap gerakan
nasionalisme Asia. Kemenangan itu telah menggugurkan mitos bahwa ras kulit putih
adalah ras yang lebih hebat dan tak terkalahkan. Dikalangan pelajar Indonesia perbedaan
perlakuan antara pendidikan untuk orang Belanda dan peribumi juga menjadi
keprihatinannya. Dampak lain dari kebijakan edukasi ini adalah pertemuannya pelajar
dari berbagai daerah disuatu lembaga pendidikan. Pertemuan mereka itu dapat
menjembatani munculnya kembali jiwa nusantara yang telah lama terpendam.
Melalui berbagai organisasi seperti budi utomo, serikat islam, indishce partai, partai
nasional indonesia dan sebagainya. penduduk nusantara mulai bangkit kesadarannya atas
keterbelakangannya dari bangsa lain. Bagi mereka sumber keterbelakangan itu adalah
kebodohan masyarakat akibat dari tiadanya aatu rendahnya pendidikan mereka. Oleh
karena itu, kegiatan utama dari organisasi pergerakan padamasa awal ini adalah
meningkatkan pendidikan dan kultur daerah/etnis. Budi utomo misalnya, pada awalnya
hanya bermaksud untuk meningkatkan pendidikan masyarakat jawa.
Ketika pemerintah Belanda mengambil alih penjajahan atas nusantara tanam paksa
segera mengikutinya.Sumber perekonomian rakyat diperas sedemikian rupa,sehingga
perlu waktu yang lama untuk memulihkannya. Ketika perusahaan- perusahaan asing
diperkenankan untuk menjalankan liberalisasi ekonomi di nusantara, rakyat yang baru
terhimpit tanam paksa tersebut tertindas oleh arus kapitalisme yang tak pernah berpihak
pada kaum papa.
Rentetan historis diatas disadari betul oleh kaumpenggerakan.Oleh karena itu, setelah
gerakan pendidikan dimulai, segera disusul dengan suatu gerakan politik untuk mengusir
suatu kekuasaan asing dari bumi nusantara. Menyadari akan perjalanan-perjalanan masa
lalu dari pergerakan perlawanan yang mengalami kegagalan, kaum pergerakan lebih
menyukai gerakan- gerakan melalui organisasi. Pada bagian awal dari periode ini para
pemimpin organisasi pergerakan menghimpun kekuatan berdasarkan pada basis
organisasi masing- masing. Misalnya, Budi utomo menghimpun kekuatan pada priyahi
jawa, syarikat islam menghimpun kekuatan islam, Indisce partai menghimpun kekuatan
campuran antara peribumidan indo, partai nasional Indonesia menghimpun kekuatan
kelompok nasionalis dan marhaen, dsb. Konsolidasi ini jua ditandai suatu kontrak sosial
antara pemuda diseluruh HindiaBelanda yang terkenal dengan sumpah pemuda 1928.
7

Sumpah pemuda itu secara simbolis telah mempersatukan seluruh kekuatan yang ada
di HindiaBelanda. Untuk kemudian power itu dikerahkan pada satu tujuan yaitu
mencapai kemerdekaan Indonesia. Sejak sumpah pemuda diucapkan, nama Indonesia dan
kemerdekaan Indonesia selalu menjadi perbincangan dikalangan kaum pergerakan.
Pemerintahan HindiaBelanda yang pada masa sebelumnya bersifat toleran terhadap kaum
penggerakan berbalik arah menjadi sangat reaksioner. Banyak pergerakan yang
ditangkap oleh Belanda misalnya, soekarno, hatta dan syahri. Berbeda dengan masa lalu
apabila tokoh suatu perlawanan tertangkap, gerakan akan berhenti dan mati. Tetapi
dengan menggunakan suatu organisasi, walaupun tokoh kuncinya tertangkap, organisasi
perjuangan tetap dapat terus dijalankan.
Hadirnya Jepang pada tahun 1945 memperkuat keyakinan kaum pergerakan, bahwa
kemerdekaan sudah didepan mata Pada masa penjajahan Jepang ditandai dengan
munculnya patriotism dikalangan pemuda Indonesia. Penjajahan Belanda telah
melahirkan kesadaran berbangsa dikawasan HindiaBelanda (Nasionalme), sedangkan
penjajahan Jepang telah melahirkan keberanian untuk menentang, membela dan
mempertahankanTanah air Indonesia dari kaum penjajah (patriotisme). Jepang walaupun
kejam telah memberikan kekuatan baru bagi bangsa Indonesia berupa dasar- dasar
kemiliteran dan bela Negara.
Pada umumnya mereka yang tergabung dalam “kemiliteran” Jepang baik heiho
maupun peta, bukanlah puta-putra yang sangat terpelajar. Tetapi mereka yang memiliki
keberanian dan semangat yang menggelora. Kaum terpelajar pada umumnya tergabung
dalam perkumpulan- perkumpulan yang berbau politik, birokrasi atau lembaga
propaganda Jepang. Poin penting dalam era ini yaitu kekuatan bangsa Indonesia yang
selama ini tertidur, telah digugah oleh Jepang untuk turut dalam perjuangan mencapai
kemerdekaan. Terlepas dari faktor kemenangan sekutu terhadap Jepang, bagi banga
Indonesia berpadunya kekuatan nasionalisme dan patriotism pada masa itu merupakan
suatu modal besar dalam mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan.
2.4 Nusantara pada Masa Pasca Kemerdekaan
Pada bagian ini tulisan di bagi menjadi empat bagian yaitu: Indonesia
pada masa revolusi, orde lama, orde baru dan reformasi.
2.4.1 Masa Revolusi (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)
Masalah yang segera dihadapi pemerintah RI pasca kemerdekaan adalah bagaimana
menempatkan dan memanfaatkan potensi bangsa yang telah mengantarkan pada
proklamasi itu dalam mengisi kemerdekaan. Dalam hal ini yang dilakukan pemerintah
adalah mengadakan konsolidasi ke dalam.
2.4.2 Masa Orde lama
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968.
Untuk mencapai titik-titik tersebutdilakukanlah upaya pembenahan system
keanekaragaman dan format politik yang pada prinsipnya mempunyai sejumlah sisi yang
menonjol yaitu;
1). adanya konsep difungsi ABRI
8
2). pengutamaan golonga karya
3). manifikasi kekuasaan di tangan eksekutif
4).diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga pendidikanpejabat
5).kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep masca
mengembang (flating mass)
6). karal kehidupan pers
2.4.3 Masa Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde
Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan Orde
Lama Soekarno.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,
ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang
merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga
semakin melebar.
Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun
sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun
1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam
dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam
negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Salah satu
kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota
PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan PBB, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September
1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru.
Pengucilan politik dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis
Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa
untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan
digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru. Sanksi non-
kriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan administratif.
Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut dalam
gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun
dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara
efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka
yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang
didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi
tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan
antara pusat dan daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Wawasan nusantara adalah cara pandang bengsa Indonesia terhadap diri


dan lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia
sendiri serta nusantra sebagai lingkungan tempat tinggalnya.
2. Wawasan Kebangsaan adalah sudut pandang / cara memandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk
memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang
diri dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan
internal dan lingkungan eksternal.
3. Pada masa prakolonial, Indonesia dikenal sebagai Nusantara. Nusantara
terdiri dari beberapa kawasan yang dipimpin oleh kerajaan-kerajaan tertentu. Nusantara
termasuk salah satu pusat budaya terbesar selain India, dan Cina. Kebudayaan India
sangat terasa di Nusantara yaitu adanya agama Hindu Budha. Dengan cina, nusantara
berhubungan dalam bidang perdagangan. Pada masa kolonial, diawali dengan hadirnya
portugis dengan membawa tiga misi, yakni Gold, Glory, dan Gospel. Kemudian berdiri
VOC yang awalnya bertujuan mengeruk keuntungan di bidang peragangan, kemudian
semakin menjadi karena bertujuan untuk mempengaruhi penguasa-penguasa Nusantara
untuk memonopoli perdagangan. Setelah hancur, Belanda datang untuk menjajah selama
3,5 abad kemudian digantikan oleh Jepang baru Indonesia merdeka tepat tanggal 17
Agustus 1945.

3.2 Saran
1. Hendaknya penyusunan makalah tidak sekedar untuk memenuh tugas, melainkan juga
untuk penambahan ilmu untuk diaplikasikan.
2. Hendaknya wawasan kebangsaan dan nusantara ini ditanamkan sejak awal.

9
DAFTAR PUSTAKA
IKAPI. 2012. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan kebangsaan.Malang: UM
Press
Yuslainiwati.2012. Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda dan Lembaga
Lsm. Dalamhttp://yuslainiwati.blogspot.com/ diunduh pada Kamis, 18 September jam 12.27
Kusnardi, Moh dkk. 1994. Susunan Pembagian Kekuasaan menurut Sistem Undang-Undang
Dasar 1945.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Satriya, Bambang. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi.Jakarta:Nirmana Media
Suparlan Al Hakim dkk. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks
Indonesia. Malang:Madani

10

Anda mungkin juga menyukai