Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Model Pembelajaran

Model menurut kamus bahasa indonesia adalah pola dari sesuatu yang akan di buat,
contoh dari sesuatu yang akan di buat. Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola
belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (M.Hosnan, 2014:337).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam
Ahmad Susanto (2013 : 19) bahwa pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya
dan berbagai strategi, metode,dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan (Abdul Majid, 2012 : 109). Arends dalam Trianto (2015: 51) model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalm kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran.

Macam- Macam Model Pembelajaran Matematika


A. Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam lingkungan
mempunyai tingkat yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) . Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran ( Hosnan, 2014:
234).
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa
meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan ketrampilan sosial. Cooperatife learning adalah solusi ideal terhadap masalah
menyediakan kesempatan berinteraksi secara cooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa
dari latar belakang etnik yang berbeda.
Berikut ini model-model beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif, antara lain :
STAD ( Student Teams-Achievement Divisions )
Pembelajaran model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran
kooperatife yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen,
menumbuhkan kerja sama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu
teman serta merupakan pembelajaran koperaatif yang sangat sederhana. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri 5 komponen utama, yaitu:
· Penyajian kelas, Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan
penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing.
· Kegiatan kelompok, Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan
saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
· Kuis, Kuis adalah tes yang dikerjakan siswa secara mandiri dengan tujuan mengetahui
keberhasilan siswa setelah belajar kelompok.
· Skor kemajuan individu, skor kemajuan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa,
tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui rata-rata skor siswa
yang lalu.
· Penghargaan Kelompok, pemberian predikat kepada masing-masing kelompok.
Langkah –Langkah strategi STAD adalah :
1. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan
jender.
2. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
3. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
4. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
5. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Jigsaw (model tim ahli)
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk.
Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah
anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang
akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe
Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran
tersebut.
Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok
asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).
2. Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40
siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang
terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa
menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok
asal.
3. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
4. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
5. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
6. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
7. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi baru, perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Think pair and share (Pikir bareng dan berbagi )
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan inti materi
2) Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
3) Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
4) Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang
belum diungkap siswa
5) kesimpulan
Make a match (membuat pasangan)
Langkah-langkah:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk
sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu
soal/kartu jawaban)
d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya
f) Kesimpulan.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)


Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada
umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman
pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa,
setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
d) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
e) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan
wakil jawaban dari kelompok.
f) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
g) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team


Accelerated Instruction).
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI
ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan
oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan
saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama, Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar
atau skor awal.
c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota
kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan
jender.
d) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi
kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan
hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
kelebihan dan kelemahan model pembelajaran tipe TAI.
1. Kelebihan
· Meningkatkan hasil belajar
· Meningkatkan motivasi belajar
· Mengurangi perilaku yang mengganggu dan konflik antar pribadi
· Program ini bisa membantu siswa yang lemah/ siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi belajar.
· Model pembelajaran Team Assisted Individualization membantu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik dan mengurangi anggapan banyak peserta
didik bahwa matematika itu sulit.
· Pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization peserta
didik mendapatkan penghargaan atas usaha mereka.
· Melatih peserta didik untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan dalam
hidup bersama atas dasar saling menghargai.
2. Kelemahan
· Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI).
· Apabila model pembelajaran ini merupakan model pembelajan yang baru diketahui,
kemungkinan sejumlah peserta didik bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri dan
sebagian mengganggu antar peserta didik lain.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning )


Model Problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik , sehingga siswa dapat menyusun pengetahuaanya
sendiri, menumbuhkembangkkan keterampilan yang lebih tinngi, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Hosnan, 2014: 295).
Langkah-Langkahnya adalah :
a) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
memotivasi siswa agar terlibat dalam pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b) Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yag berhubungan dengan masalah
tersebut.
c) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalahnya.
d) Mengembangkan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model sertamembantu tugas
dengan temannya.
e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu
siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka
lakukan.
Kesimpulan
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada
guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi
materi ajar.
Adapun Ciri-ciri pembelajaran langsung yaitu :
· Adanya tujuan pembelajaran
· Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
· sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pembelajaran.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.

Saran
Guru sebagai pencetak generasi baru, diharapkan dapat berinovasi dalam kegiatan
pembelajaran melalui model-model pembelajaran yang menciptakan keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


Susanto,Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TENTANG

MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

OLEH:

KELOMPOK 6

ALIMAH THUSYA’DIAH (1730105003)

FADLI JULIANO (1730105013)

GALIH MAYANG ANDANI (1730105017)

MIFTAHUL JANNAH (1730105028)

DOSEN PEMBIMBING:

KURNIA RAHMI Y., M.Sc

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

2018

Anda mungkin juga menyukai