Crs Mitral Stenosis
Crs Mitral Stenosis
STENOSIS MITRAL
Disusun Oleh:
Preseptor:
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga case yang berjudul “Stenosis Mitral” ini dapat di selesaikan
pada waktu yang ditentukan.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Mefri Yanni, Sp.JP (K) sebagai
preseptor dan dokter-dokter residen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan saran, perbaikan dan bimbingan.
Terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang turut
berpartisipasi.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca terutama dalam meningkatkan pemahaman tentang Stenosis Mitral.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan masalah 2
1.3 Tujuan penelitian 2
1.4 Metode penelitian 2
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penyakit rematik lebih sering ditemukan pada perempuan, dengan onset pada
dekade ke-3 dan ke-4 kehidupan.4
Jika tidak ditangani, stenosis mitral dapat menyebabkan gangguan yang
lebih serius, meliputi pulmonary hypertension, stroke, atau/dan gagal jantung.
Hal ini akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit tersebut.4
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
23,43 cm2. Pada pemeriksaan kepala didapatkan normosefal, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-. Pemeriksaan leher didapatkan JVP 5+3 cmH2O. Pemeriksaan thoraks didapatkan
bentuk dada normochest, venektasi (-), sikatrik (-). Pemeriksaan jantung secara inspeksi
iktus kordis tidak terlihat, palpasi iktus kordis tidak teraba, perkusi batas atas RIC II linea
parasternal kiri, batas kanan linea parasternal kanan RIC V, batas kiri I jari lateral LMCS
RIC VI, auskultasi S1 normal S2 normal, reguler, murmur (+) lokasi di apeks sewaktu mid
diastolik grade 2/4, gallop (-). Pemeriksaan paru inspeksi pergerakan dada kiri dan dada
kanan simetris, palpasi fremitus kiri sama dengan kanan, perkusi sonor kiri dan kanan,
auskultasi suara nafas vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-. Pemeriksaan abdomen inspeksi
perut tidak membuncit, palpasi supel, perkusi timpani, auskultasi bising usus (+) normal.
3
Pemeriksaan ekstremitas akral hangat, edema (-).
Pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan Hb 16,4 gr/dl, leukosit 6350/mm3,
Ht 47%, trombosit 180.000/mm3, PT 31,8 detik, APTT 56,2 detik, INR 3,0, ureum 43
mg/dl, kreatinin 1,1 mg/dl, Na 128, K 4,3, Cl 95, Ca 8,7 md/dl. Pemeriksaan rontgen
didapatkan hasil CTR 69%, Sg Ao normal, Sg Po menonjol, WC (-), kranialisasi (+),
infiltrat (+). Pemeriksaan EKG didapatkan hasil irama sinus, QRS rate 80x/menit, axis
normal, PR interval 0,20 second, durasi QRS 0,08 second, P mitral (+), ST-T change (-),
RVH (+), LVH (-)
Dari pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan diagnosis pada pasien ini adalah
Stenosis Mitral severe NYHA Fc III ec RHD + TR mod High Probability PH + suspect
CAP. Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah rawat di CVCU, konsul ke bagian
paru, RL 500 cc/24 jam, Lasix 3 mg/jam, warfarin 1x2 mg, digoxin 1x0,125 mg, ranitidin
2x50 mg, spironolactone 1x25 mg.
4
Hasil pemeriksaan laboratorium
Hb : 16,4 ml/dl
Leukosit : 6350 mm3
Hematokrit : 47 %
Trombosit : 180.000 /mm3
Ureum : 43 md/dl
Kreatinin : 1,1 mg/dl
AGD : 7,47 / 25 / 213 / 18,2 / -5,5 / 100
Irama Sinus, QRS rate 88x/menit, P Wave normal, PR interval 0,10s, Durasi QRS
0,04s, LVH (-), RVH(-) ST elevasi (-), Axis Normal
5
Follow up pasien :
O KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 98/50 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Jantung
- inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- palpasi : iktus kordis tidak teraba
- perkusi : batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri I jari lateral
LMCS RIC VI
- auskultasi : S1 normal S2 normal reguler, murmur (+) mid-diastolik grade
2/4 di apex, gallop (-)
Paru
- inspeksi : pergerakan dinding dara kiri dan kanan simetris
- palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
- perkusi : sonor kiri dan kanan
-auskultasi : SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing
Abdomen
- inspeksi : tidak membuncit
- palpasi : supel
- perkusi : timpani
-auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
➔ akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
A -MS severe NYHA Fc III ec RHD
-TR severe high probability PH
-Sec di LA
-CAP
P RL 500 cc/24 jam
Spironolactone 1x25 mg
Sildenafil 3x25 mg
Simac (stop)
Cefixime 3x2 gr (H7)
Levofloxacin 1x750 mg (H7)
N-Acetyl Sistein 2x200 (po)
Lansoprazole 1x300 mg
Laxadine 1x10
Ventoline 4x1 amp
Pulmicort 2x1 amp
Sulcrafat syr 3x10 cc
6
(+)an
HCT 1x12,5 mg
KSR 3x1 (3hari)
Alprazolam 1x0,5mg
EKG
Irama Sinus, QRS rate 100x/menit, P Wave normal, PR interval 0,12s, Durasi
QRS 0,04s, LVH (-), RVH(-) ST elevasi (-), Axis RAD
7
Tgl 30 Agustus 2019
O KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 108/91 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Jantung
-inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
-palpasi : iktus kordis tidak teraba
-perkusi : batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri I jari lateral LMCS
RIC VI
-auskultasi : S1 normal S2 normal reguler, murmur (+) mid-diastolik gr 2/4 di
apex, gallop (-)
Paru
-inspeksi : pergerakan dinding dara kiri dan kanan simetris
-palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
-perkusi : sonor kiri dan kanan
-auskultasi : SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen
-inspeksi : tidak membuncit
-palpasi : supel
-perkusi : timpani
-auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
akral hangat, CRT <2 detik, edema (+)
A - MS severe NYHA Fc III ec RHD
- TR severe high probability PH
- Sec di LA
-CAP
P Cek INR / hari
Cek kultur ulang
Atasi failure
Target cairan 1500 cc
RL 500 cc/24 jam
Spironolactone 1x25 mg
Lasix amp 5 mg/jam
Sildenafil 3x25 mg
Simac (stop)
Cefixime 3x2 gr (H7)
Levofloxacin 1x750 mg (H7)
N-Acetyl Sistein 2x200 (po)
Lansoprazole 1x300 mg
8
Laxadine 1x10
Ventolin 4x1 amp (stop)
Pulmicort 2x1 amp (stop)
Sulcrafat syr 3x10 cc
Lab PT : 37,7 detik
APTT :59,3 detik
INR : 3,56
9
Tgl 31 Agustus 2019
O KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 105/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Jantung
-inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
-palpasi : iktus kordis tidak teraba
-perkusi : batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri I jari lateral LMCS
RIC VI
-auskultasi: S1 normal S2 normal reguler, murmur (+) mid-diastolik gr 2/4 di
apex, gallop (-)
Paru
-inspeksi : pergerakan dinding dara kiri dan kanan simetris
-palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
-perkusi : sonor kiri dan kanan
-auskultasi : SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen
-inspeksi : tidak membuncit
-palpasi : supel
-perkusi : timpani
-auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
akral hangat, CRT <2 detik, edema (+)
A -MS severe NYHA Fc III ec RHD
-TR severe high probability PH
-Sec di LA
-CAP
-Suspec SIADH
P Cek INR / hari
Cek kultur ulang
Atasi failure
Target cairan 1500 cc
Follow up konsul gigi
RL 500 cc/24 jam
Spironolactone 1x25 mg
Lasix amp 5 mg/jam
Sildenafil 3x25 mg
Simac (stop)
Cefixime 3x2 gr (H7)
Levofloxacin 1x750 mg (H7)
N-Acetyl Sistein 2x200 (po)
10
Lansoprazole 1x300 mg
Laxadine 1x10
Ventoline 4x1 amp (stop)
Pulmicort 2x1 amp (stop)
Sulcrafat syr 3x10 cc (stop)
Lab PT : 27,0 detik APTT : 48,1 detik
INR : 2,5
11
Tgl 1 September 2019
S Keluhan sesak sudah berkurang
O KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Jantung
-inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
-palpasi : iktus kordis tidak teraba
-perkusi : batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri I jari
lateral LMCS RIC VI
-auskultasi : S1 normal S2 normal reguler, murmur (+) mid-
diastolik gr 2/4 di apex, gallop (-)
Paru
-inspeksi : pergerakan dinding dara kiri dan kanan simetris
-palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
-perkusi : sonor kiri dan kanan
-auskultasi : SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-
Abdomen
-inspeksi : tidak membuncit
-palpasi : supel
-perkusi : timpani
-auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
➔ akral hangat, CRT <2 detik, edema (+) berkurang
12
N-Acetyl Sistein 2x200 (po)
Lansoprazole 1x300 mg
Laxadine 1x10
Ventoline 4x1 amp (stop)
Pulmicort 2x1 amp (stop)
Sulcrafat syr 3x10 cc
Lab INR 2,1
13
BAB III
DISKUSI
14
Berdasarkan hasil pemeriksaan ekokardiografi orificium katup mitral normal sekitar
4-6 cm2. Penyempitan ukuran katup mitral 2 cm2 dikaitkan dengan stenosis mitral
ringan, 1-1,5 cm2 tergolong stenosis mitral sedang, dan < dari 1 cm2 tergolong
stenosis mitral berat.5
Pemeriksaan paru inspeksi pergerakan dada kiri dan dada kanan simetris,
palpasi fremitus kiri sama dengan kanan, perkusi sonor kiri dan kanan, auskultasi
suara nafas vesikuler, rhonki cairan di interst+/+, wheezing -/-. Rhonki terjadi akibat
adanya peningkatan jumlah cairan di parenkim paru. Peningkatan tekanan pada
atrium kiri akan menyebabkan peningkatan tekanan pada vena dan kapiler pulmonar.
Peningkatan tekanan hidrosatik pada sirkulasi pulmoner pada pasien stenosis mitral
menyebabkan transudasi cairan ke interstisial paru dan terjadi kongesti parenkim
15
paru. Keberadaan cairan di interstisial paru menyebabkan adanya penekanan pada
bronkiolus dan alveolus sehingga penderita membutuhkan usaha nafas yang lebih.
Pada pasien ini, rhonki juga bisa terjadi akibat adanya Community acquired
pneunomia5
Pemeriksaan EKG didapatkan hasil irama sinus, QRS rate 80x/menit, axis
normal, PR interval 0,20 second, durasi QRS 0,08 second, P mitral (+), ST-T change
(-), RVH (+), LVH (-). Dari hasil EKG ini didapatkan P mitral (+) hal ini
menandakan adanya abnormalitas pada atrium kiri yang sering dihubungkan dengan
keterlambatan konduksi dari atrium kanan. Keterlambatan aktivasi atrium kiri ini
akan menghasilkan gelombang P di lead I > 0,12 s dan defleksi terminal negatifity di
lead V1 > 1 mm. Penyebab kelainan atrium kiri salah satunya adalah mitral stenosis,
yang mengakibatkan terjadinya pembesaran pada atrium kiri. Selain itu juga telah
terjadi pembesaran pada ventrikel kanan yang ditandai dengan RVH (+). Pada mitral
stenosis terjadi penyempitan pada katup mitral, yang menyebabkan berkurangnya
aliran saat diastole. Hal ini akan meningkatkan tekanan di atrium kiri, sehingga
timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri saat diastole. Jika
peningkatan tekanan ini tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, maka akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan
selanjutnya juga menyebabkan bendungan vena-vena pulmonalis dan cabang-
cabang, kapiler, arteriol, dan arteri pulmonalis sehingga terjadi hipertensi pulmonal
yang berakibat terjadi hipertrofi ventrikel kanan.8,9
Pada pemeriksaan rontgen didapatkan CTR 65% hal ini menandakan telah
terjadi kardiomegali, Segmen pulmonal menonjol akibat bendungan yang terjadi
karena peningkatan tekanan di atrium kiri, infiltrat (+) yang menandakan ada proses
peradangan di paru karena pasien diduga suspect CAP dan kranalisasi (+).
16
Tatalaksana pasien stenosis mitral dibagi dua yaitu medikamentosa dan
intervensi mekanik meliputi intervensi bedah dan intervensi perkutan ( Percutaneus
balloon mitral valvuloplasty (PBMV)/ Percutaneus trans-mitral commisurotomy
(PTMC)). Terapi medikamentosa bertujuan untuk mencegah/mengurangi kelebihan
cairan dengan pemberian diuretik pada pasien ini diuretik yang diberikan lasix 3
mg/jam. Lalu juga diberikan obat untuk memperlambat frekuensi denyut jantung
dengan pemberian digitalis, penyekat beta atau magnesium kalsium golongan non-
dihdropiridin karena frekuensi denyut jantung yang cepat akan memperpendek fase
pengisian ventrikel kiri, pada kondisi katup mitral yang sempit akan menyebabkan
tertahannya sejumlah volume darah di atrium kiri sehingga terjadi kenaikan tekanan
di atrium kiri dan vena pulmonalis yang bisa berlanjut ke edma paru.pada pasien ini
diberikan digoksin 1X 0,125 mg. Pemberian warfarin 1x2 mg merupakan
antikoagualan yang diberikan untuk mencegah terjadi embolisasi. Spironolactone
1x25 mg untuk menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat penyerapan
natrium berlebih dalam tubuh dan menjaga kadar kalium dalam darah agar tidak
terlalu rendah, sehingga tekanan darah dapat ditekan dan juga bermanfaat untuk
mengobati pembengkakan akibat penumpukan cairan di salah satu bagian tubuh
(edema).10
Intervensi mekanik non bedah pada saat ini menjadi pilihan utama bagi
mitral stenosis sedang sampai berat apabila kondisi katup mitral cukup ideal yaitu
skor Wilkins ≤ 8. Bahkan jika skor Wilkins < 10 masih bisa dilakukan PBMV bila
skor pengapuran/kalsifikasinya < 3. Disamping skor Wilkins tindakan intervensi
perkutan mensyaratkan tidak adanya trombus di atrium kiri karena bisa
menyebabkan emboili paru saat tindakan dilaksanakan. Sehingga dapat diberikan
antikoagulan dulu lebih kurang 8 minggu, dan perlu juga diperhatikan adanya
kebocoran katup mitral atau mitral regurgitasi. Adanya mitral stenosis derajat ringan
sampai sedang masih boleh dilakukan PBMV, tetapi kontraindikasi untuk derajat
sedang sampai berat. Tindakan intervensi bedah menjadi pilihan bila 10
17
• Kelainan katup lain yang memerlukan tindakan
• Penyempitan koroner yang memerlukan operasi bedah pintas koroner
18
BAB IV
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
6 Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Pusat
Penerbitan Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta :2007
8. Tan LL, Teo SG, Loh PY, Poh KK. ECG P Wave Abnormalities . Singapore
Med J 2013; 54(1):6.
20