Anda di halaman 1dari 72

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR PEMERANAN AUDITOR DALAM


AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

TUGAS KARYA AKHIR

ASTRID PUTRI HERRERA


1206221203

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK
JANUARI 2016
ii

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR PEMERANAN AUDITOR DALAM


AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

TUGAS KARYA AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Administrasi

ASTRID PUTRI HERRERA


1206221203

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK
JANUARI 2016

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Astrid Putri Herrera

NPM : 1206221203

Tanda Tangan :

Tanggal : 11 Januari 2016

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
iv

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Karya Akhir ini diajukan oleh :

Nama : Astrid Putri Herrera

NPM : 1206221203

Program Studi : Administrasi Negara

Judul Skripsi : Analisis Faktor Pemeranan Auditor dalam Audit


Internal di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Administrasi pada Program Studi Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc.

Penguji : Zuliansyah Putra Zulkarnain, S.Sos., M.Si.

Ketua Sidang : Achmad Lutfi, S.Sos, M.Si.

Sekretaris Sidang : Dra. Afiati Indri Wardani, M.Si.

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 11 Januari 2016

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas karya akhir ini. Penulisan tugas

karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi pada Program Studi Administrasi

Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Saya

menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

perkuliahan sampai pada penyusunan tugas karya akhir ini, sangatlah sulit bagi

saya untuk menyelesaikan tugas karya akhir ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc, Dekan FISIP UI.


(2) Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc, Ketua Departemen Ilmu Administrasi
FISIP UI dan selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama proses pengerjaan tugas karya akhir serta memberikan
semangat untuk menyelesaikan tugas karya akhir ini.
(3) Dr. Lina Miftahul Jannah, M.Si, Ketua Program Sarjana Reguler dan
Kelas Paralel Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI.
(4) Teguh Kurniawan, S.Sos., M.Sc, Ketua Program Studi Administrasi
Negara Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI
(5) Prof. Dr. Irfan M.Si, Pembimbing Akademik penulis yang selalu
memberikan dukungan selama perkuliahan.
(6) Sujana Gitanegara, S.T., M.Ak. selaku Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dan Suwardi, S.Sos., M.Si. Kepala Subbagian TU
Inspektorat III, para narasumber yang telah bersedia diwawancarai.
(7) Kedua orang tua penulis, Bapak Didi Hersoenaryadi dan Ibu Widita
Suhertien yang tidak kenal lelah memberikan doa, perhatian dan dukungan
serta memberikan semangat.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
vi

(8) Kak Nur Arfah M. dan Kak Isna yang sangat sabar dalam membantu dan
membimbing penulis untuk mengerjakan tugas karya akhir.
(9) Atika Eka Putri, Choirinnisa, Kamila Shaumi, Fadjriah Hanum, Megawati
Natalee, Putri Zevina Vijayanti, Sara Mafati Daeli, Siti Wulandari, Talitha
Priti Octavernia dan Vania Atika yang telah memberikan semangat dan
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas karya akhir.
(10) Citra Ayu Taniara, Hedyan Sabila, Indah Ardhiny, Novriana Sari, Renita
Lavinia, Salma Fadillah Zahra, Selma Manik, Shierly Yunita, Sonia
Desiana, dan Zarra Dwi Monica, yang telah memberikan semangat bagi
penulis dalam menyelesaikan tugas karya akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala dan kebahagian yang berlipat
ganda kepada seluruh pihak tersebut. Pada akhirnya, disadari bahwa tulisan ini
tidak sempurna walaupun segala upaya telah dilakukan untuk mengatasi segala
keterbatasan yang ada. Oleh karena itu,dengan tulus hati diterima segala kritik dan
saran yang membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.

Depok, 11 Januari 2016

Penulis

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Astrid Putri Herrera


NPM : 1206221203
Program Studi : Administrasi Negara
Departemen : Ilmu Administrasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis karya : Tugas Karya Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Analisis Faktor Pemeranan Auditor Dalam Audit Internal di Lingkungan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 11 Januari 2016
Yang menyatakan

(ASTRID PUTRI HERRERA)

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
viii

ABSTRAK

Nama : Astrid Putri Herrera


Program Studi : Administrasi Negara
Judul : Analisis Faktor Pemeranan Auditor dalam Audit Internal di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tugas Karya Akhir ini membahas tentang penerapan peran auditor dalam
menjalankan tugas audit di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-971/K/SU/2005 Tentang Pedoman
Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
meninjau hal apa saja yang menjadi penyebab dari adanya penerapan peran yang
tidak sesuai dengan jenjang jabatannya. Teori yang digunakan untuk menjelaskan
penelitian ini antara lain audit, audit internal dan auditor internal. Pendekatan
pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui studi literatur/dokumen dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian ini adalah penerapan peran yang tidak sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-
971/K/SU/2005 Tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional
Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah disebabkan oleh
adanya penumpukan di jenjang auditor ahli madya.

Kata kunci: Audit, Audit Internal, Auditor Internal, Peran Auditor

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
ix

ABSTRACT

Name : Astrid Putri Herrera


Major : Public Administration
Title :The Analysis of the Factors of the Application Role of Auditors in the
Internal Audit, in the Ministry of Education and Culture.
The analysis of the Application Role of Auditors in the Internal Audit in the
Ministry of Education and Culture. This research describes the application of the
role of auditors in carrying out audit in the Inspectorate General of the Ministry
of Education and Culture which are not prescribed by the regulations of the
Decree of the Head of the Financial and Development Supervisory No. KEP-971 /
K / SU / 2005 on Guidelines for Preparation of Formation Functional Auditor in
the Internal Government Supervisory Apparatus environment. This study aims to
identify and review the cause of the problems of the application role that is not in
accordance with the level of their position. The theory that used to explain this
study are audit, internal audit and internal auditors. The approach in this study is
a qualitative approach with the methods of collecting data through the study of
literature/documents and in-depth interviews. The results of this research is the
application of a role that is not prescribed with the Decree of the Head of the
Financial and Development Supervisory No. KEP-971 / K / SU / 2005 on
Guidelines for Preparation of Formation of Functional Auditor in Environmental
Government Internal Supervisory Apparatus caused by a cumulation in the expert
madya auditors levels.
Key words: Audit, Internal Audit, Internal Auditor, Auditor‟s Role

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK ..........................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ............................................................................................ 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................. 9
1.4 Sistematika Penulisan .............................................................................. 9

BAB 2 KERANGKA TEORI & METODE PENELITIAN ........................ 10


2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 10
2.1.1 Audit .................................................................................................... 10
2.1.1.1 Jenis Audit Berdasarkan Kelompok/Pelaksana Audit ...................... 12
2.1.2 Audit Internal ...................................................................................... 12
2.1.2.1 Tujuan Utama Audit Internal ........................................................... 14
2.1.2.3 Peran Audit Internal ......................................................................... 14
2.1.3 Auditor Internal ................................................................................... 14
2.1.3.1 Peran Auditor Internal ...................................................................... 15

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xi

2.1.3.2 Manajemen Personel Audit .............................................................. 15


2.1.4 Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik.............................. 16
2.1.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Formasi .............................. 16
2.1.4.2 Job Description dan Job Specification ............................................. 17
2.2 Metode Penulisan ................................................................................... 18

BAB 3 PEMBAHASAN & ANALISIS .......................................................... 20


3.1 Faktor yang Mempengaruhi Pemeranan yang Tidak Sesuai Dengan Jenjang
Jabatannya dalam Kegiatan Audit ................................................................ 21

BAB 4 PENUTUP............................................................................................ 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43
LAMPIRAN

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Jabatan PNS Inspektorat Jenderal Kemendikbud Per 1 Juni
2015
Tabel 1.2 Jumlah Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud
Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah Auditor Itjen Kemendikbud Berdasarkan Jabatan
Per 1 Juni 2015
Tabel 3.1 Data Auditor & Perannya dalam Sebuah Tim Mandiri dalam Kegiatan
Audit
Tabel 3.2 Jumlah Jabatan Fungsional Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud
Tabel 3.3 Satuan Angka Kredit

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Rekapitulasi Jumlah Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud


Berdasarkan Jabatan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Susunan Gugus Tugas Audit

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Contoh Surat Tugas

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam


Lampiran 2 Transkip Wawancara Mendalam dengan Kepala Subbagian TU
Inspektorat III
Lampiran 3 Transkip Wawancara Mendalam dengan Kepala Subbagian Hukum
dan Kepegawaian

Daftar Riwayat Hidup

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin majunya perkembangan Negara saat ini, nilai-nilai


transparansi dan akuntabilitas menjadi nilai yang dijunjung tinggi, terutama dalam
pemerintahan. Hal ini perlu dihargai sebagai bentuk kemajuan dalam rangka
menciptakan Good Governance. Menurut Mardiasmo, terdapat tiga aspek utama
yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (Good Governance),
yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan
kegiatan yang dilakukan pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan
Perwakilan Rakyat yang berfungsi untuk mengawasi kinerja pemerintahan.
Pengendalian merupakan mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif, berfungsi
untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan
baik sehingga organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit)
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan
memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja
pemerintah telah sesuai dengan standar yang diterapkan (Mardiasmo, 2005, dalam
Efendy, 2010).
Independensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai peran
internal audit. Independensi internal audit yang dimaksud adalah keberpihakan
internal audit pada kebenaran faktual seperti, adanya bukti yang otentik, relevan
dan cukup, adanya kapasitas tanggung jawab dan wewenang seseorang yang
terukur dalam Organisasi dan sebagainya (Kumaat, 2011; 9).
Sedangkan audit menurut Arens dan Loebbecke merupakan kegiatan
mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria
yang telah ditetapkan (Arens dan Loebbecke, 2000; 9). Dengan teori tersebut
maka dapat dilihat bahwa audit merupakan suatu proses yang sangat penting bagi
pemerintahan. Dengan adanya proses auditing ini maka dapat diperbandingkan
antara kriteria yang sudah ditetapkan dengan hasil akhirnya. Berdasarkan jenis-
jenis pemeriksa menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke dalam Edris

Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016


2

1982, auditor dibagi menjadi empat jenis yaitu Certified Public Accountant
(CPA), General Accountant Office auditor (GAO), Internal Revenue Agents
(IRA), dan Internal Auditor (Arens dan Loebbecke, dalam Edris, 1982; 8).
Salah satu unit yang melakukan proses pemeriksaan/audit terhadap pemerintah
adalah Inspektorat Jenderal yang terdapat di dalam Kementerian. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memiliki susunan organisasi yang didalamnya
terdapat Inspektorat Jenderal. Berdasarkan Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas
menyelenggarakan pengawasan internal di Lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Salah satu fungsi yang dijalankan oleh Inspektorat Jenderal
Kemendikbud yaitu melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Audit internal menurut Sukrisno adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak
yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku (Sukrisno, 2004; 221). Audit Internal
yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kemendikbud dilaksanakan oleh
internal auditor. Internal auditor yaitu orang yang melaksanakan aktivitas internal
auditing. Auditor internal merupakan suatu aktivitas assurance yang objektif dan
konsultasi yang independen, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan
memperbaiki operasi suatu perusahaan. Aktivitas ini membantu organisasi
mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko, kontrol, dan
tata kelola (Sawyer, Dittenhofer, dan Scheiner, 2006:540, dalam Harimurti 2012).
Fungsi dari auditor internal ini ialah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan.

Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud diatur dalam Permenpan Nomor :


PER/220/M.PAN/7/2008 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
3

Kreditnya. Jabatan Fungsional Auditor (JFA) berkedudukan sebagai pelaksana


teknis fungsional bidang pengawasan di lingkungan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah. Jabatan Fungsional Auditor merupakan jabatan karir yang hanya
dapat diduduki oleh seseorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Jumlah Jabatan Fungsional Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud dapat
dilihat dari tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Jumlah Jabatan PNS Inspektorat Jenderal Kemendikbud per 1 Juni 2015

No Jabatan Jumlah
1 Struktural 24 orang
2 Fungsional Auditor 272 orang
3 Fungsional Umum 126 orang
Jumlah 422 orang
Sumber : Inspektorat Jenderal Kemendikbud, 2015

Berdasarkan Tabel 1.1 PNS di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan tahun 2015 berjumlah sebanyak 422 orang dan 272 orang
diantaranya merupakan Jabatan Fungsional Auditor. Inspektorat Jenderal
Kemendikbud dalam melaksanakan audit internal, dibagi menjadi 4 bagian yaitu
Inspektorat I Ditjen PAUD, Setjen, dan Itjen, Inspektorat II Ditjen Dikdasmen dan
BPP Bahasa, Inspektorat III Ditjen Kebudayaan, Ditjen Guru dan TK, dan
Balitbang, dan Inspektorat Investigasi. Inspektorat I hingga Inspektorat III
memiliki tugas melaksanakan pengawasan internal di wilayah kerja masing-
masing, sedangkan Inspektorat Investigasi melaksanakan audit investigasi
terhadap dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Jumlah auditor Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan Inspektoratnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
4

Tabel 1.2 Jumlah Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud

No Inspektorat Jumlah
1 Inspektorat I 81 orang
2 Inspektorat II 83 orang
3 Inspektorat III 78 orang
4 Inspektorat Investigasi 29 orang
Jumlah 271 orang

Sumber: Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015

Jabatan Fungsional Auditor terdiri dari Auditor Terampil dan Auditor Ahli.
Auditor terampil merupakan auditor yang telah memenuhi syarat, salah satunya
yaitu berijazah paling rendah D III atau sederajat, sedangkan auditor ahli
merupakan auditor yang telah memenuhi syarat-syarat, yang salah satunya adalah
berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV atau yang sederajat.
Jenjang auditor Jabatan Fungsional Auditor Ahli paling rendah sampai dengan
paling tinggi yaitu Auditor Pertama, Auditor Muda, Auditor Madya, dan Auditor
Utama. Terdapat jenjang pangkat Auditor Ahli sesuai dengan jenjang jabatannya
yaitu Auditor Pertama: 1) Penata Muda, golongan ruang III/a dan 2) Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b; Auditor Muda: 1) Penata, golongan ruang
III/c dan 2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d; Auditor Madya: 1) Pembina,
golongan ruang IV/a, 2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b dan 3) Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c; Auditor Utama: 1) Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d dan 2) Pembina Utama, golongan ruang IV/e. Rekapitulasi
jumlah auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
berdasarkan jabatannya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
5

Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah Auditor Itjen Kemendikbud Berdasarkan Jabatan


per 1 Juni 2015

Inspektorat Inspektorat Inspektorat Inspektorat Jumlah


I II III Investigasi
Auditor 1 orang 4 orang 3 orang 1 orang 9 orang
Utama

Auditor 37 orang 45 orang 36 orang 14 orang 132


Madya orang

Auditor 19 orang 12 orang 14 orang 9 orang 54 orang


Muda

Auditor 19 orang 13 orang 15 orang 4 orang 51 orang


Pertama

Auditor 3 orang 3 orang 5 orang 0 orang 11 orang


Penyelia
Auditor 1 orang 2 orang 3 orang 0 orang 6 orang
Pelaksana
Lanjut
Auditor 1 orang 4 orang 2 orang 1 orang 8 orang
Pelaksana
Jumlah 81 orang 83 orang 78 orang 29 orang 271
orang
Sumber : Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015

Tabel 1.3 memperlihatkan rekapitulasi jumlah auditor Inspektorat Jenderal


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan jabatan per 1 Juni 2015.
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa Auditor Madya memiliki jumlah terbanyak
yaitu sebanyak 132 orang, dari jumlah auditor keseluruhan sebanyak 271 orang.
Sedangkan Auditor Utama memiliki jumlah yang tergolong sangat sedikit yaitu
sebanyak 9 orang saja dari seluruh Inspektorat. Tabel 1.3 tersebut diperjelas
dengan grafik 1.1 mengenai rekapitulasi jumlah auditor Inspektorat Jenderal
Kemendikbud berdasarkan jabatan per 1 Juni 2015 berikut.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
6

50 45
45
40 37 36
35
30
25
19 19
20 15
14 14 13 Inspektorat I
15 12
9 Inspektorat II
10 5
43 4 33 3 4
5 1 1 0 12 0 1 21 Inspektorat III
0 Inspektorat Investigasi

Grafik 1.1 Rekapitulasi Jumlah Auditor Itjen Kemendikbud Berdasarkan Jabatan


per 1 Juni 2015
Sumber: Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015

Dalam melaksanakan proses audit, maka akan dibentuk tim mandiri. Setiap
tim mandiri terdiri dari Pengendali Mutu (PM), Pengendali Teknis (PT), Ketua
Tim (KT), Anggota Tim (AT). Auditor dalam menjalankan proses audit memiliki
perannya masing-masing sesuai dengan jenjang jabatannya. Berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor:
KEP-971/K/SU/2005 Tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional
Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, dalam
formasinya, Auditor Ahli Utama berperan sebagai Pengendali Mutu (PM),
Auditor Ahli Madya berperan sebagai Pengendali Teknis (PT), Auditor Ahli
Muda berperan sebagai Ketua Tim (KT), Auditor Ahli Pertama dan Auditor
Terampil berperan sebagai Anggota Tim (AT).
Perhitungan Formasi JFA didasarkan atas konsep Gugus Tugas. Seorang
Auditor Ahli Utama membawahkan maksimal tiga Gugus Tugas. Satu Gugus
Tugas terdiri dari 13 orang Pejabat Fungsional Auditor (PFA) dengan susunan
sebagai berikut:

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
7

Auditor
Ahli Madya

Auditor Ahli Auditor Ahli Auditor Ahli


Muda Muda Muda

Auditor Ahli Auditor Ahli Auditor Ahli


Pertama/Auditor Terampil Pertama/Auditor Terampil Pertama/Auditor
Terampil

Auditor Ahli Auditor Ahli Auditor Ahli


Pertama/Auditor Terampil Pertama/Auditor Terampil Pertama/Auditor
Terampil

Auditor Ahli Auditor Ahli Auditor Ahli


Pertama/Auditor Terampil Pertama/Auditor Terampil Pertama/Auditor
Terampil

Bagan 1.1 Susunan Gugus Tugas Audit

Sumber: Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-
971/K/SU/2005

Peran dari masing-masing auditor dalam suatu tim mandiri berbeda-beda.


Dalam mengerjakan laporan hasil audit, terdapat tahapan-tahapan, dan hasil audit
tersebut akan dikoreksi secara bertahap. Tahap pertama, yaitu pengoreksian hasil
pengawasan dari beberapa tim oleh pengendali teknis. Setelah melakukan
pengawasan, ketua tim dan anggota tim menyusun sebuah laporan hasil audit yang
selanjutnya akan dilaporkan kepada pengendali teknis. Tahap kedua yaitu
pengoreksian hasil audit oleh pengendali mutu. Pengendali mutu merupakan
auditor yang memiliki tugas untuk mengoreksi laporan hasil audit dari pengendali
teknis. Selanjutnya yaitu tahap ketiga, pelaporan hasil audit kepada inspektur
(Damayanti, 2012;93).
Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan Auditor adalah jenjang pangkat
dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki masing-masing
jenjang jabatan. Penetapan jenjang jabatan Auditor untuk pengangkatan dalam
jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
8

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, dan


berdasarkan sertifikat lulus sertifikasi jabatan Auditor yang dimiliki.
Setiap menjalankan perannya sebagai Pengendali Mutu, Pengendali Teknis,
Ketua Tim, dan Anggota Tim,auditor mendapatkan angka kredit. Angka kredit
adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan yang harus dicapai oleh Auditor yang merupakan penilaian prestasi kerja
sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan, kenaikan jabatan dan/atau pangkat
(Permenpan Nomor 220 tahun 2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan
Angka Kreditnya). Apabila auditor telah memenuhi kriteria-kriteria penilaian
seperti apa yang diatur dalam Permenpan Nomor 220 Tahun 2008 tentang Jabatan
Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, maka auditor tersebut mendapatkan
angka kredit yang merupakan syarat untuk kenaikan jabatan.
Alur untuk penetapan angka kredit auditor yaitu setiap auditor diwajibkan
mencatat, menginventarisir seluruh kegiatan yang dilakukan dan menyusun
laporan angka kredit. Setiap auditor juga mengusulkan secara hirarkhi Daftar
Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) setiap semester. Lalu laporan ini
selanjutnya akan dinilai dan ditetapkan angka kreditnya oleh pejabat terkait.
Apabila auditor telah memenuhi angka kredit sebesar yang sudah ditetapkan pada
setiap jenjang jabatannya, maka auditor tersebut dapat naik jabatan.

1.2 Permasalahan
Untuk berperan sebagai Pengendali Mutu, maka seorang auditor harus
memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional. Berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dijabarkan oleh Bastian dalam
bukunya yang berjudul Audit Sektor Publik, persyaratan kemampuan atau
keahlian auditor salah satunya yaitu seorang pemeriksa yang berperan sebagai
penanggung jawab pemeriksaan harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui
secara profesional (Bastian, 2014, 27). Yang disebut sebagai seorang pemeriksa
yang berperan sebagai penanggung jawab dalam penelitian ini adalah seorang
Auditor Utama yang berperan sebagai Pengendali Mutu.
Namun, pada praktiknya, masih didapati bahwa yang berperan sebagai
Pengendali Mutu tidak hanya seorang Auditor Utama saja. Terdapat Auditor
Madya yang berperan sebagai Pengendali Mutu. Padahal semestinya seorang

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
9

pemeriksa yang berperan sebagai penanggung jawab harus memiliki sertifikasi


keahlian khusus yang mana dimiliki oleh seorang Auditor Utama.
Selain Auditor Madya, terdapat Auditor jenjang lainnya yang juga tidak
diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya. Sesuai dengan kondisi yang telah
dijabarkan diatas maka hal tersebut tentunya memiliki penyebab serta dampak
yang ditimbulkan atas auditor yang tidak diperankan sesuai dengan jenjang
jabatannya. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka pertanyaan
penelitian yang diangkat dalam penelitian ini yakni “Apa saja faktor yang
mempengaruhi pemeranan auditor yang tidak sesuai dengan jenjang jabatannya
dalam kegiatan audit?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penelitian berjudul „Analisis Faktor Pemeranan Auditor dalam Audit Internal
di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan‟ ini bertujuan untuk
menjawab pokok permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitu untuk
mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi pemeranan yang tidak sesuai
dengan jenjang jabatannya dalam kegiatan audit. Sementara itu, manfaat atau
signifikansi penelitian ini diantaranya:

1. Signifikansi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dalam berbagai bidang
ilmu sosial dan politik, terutama yang berkaitan dengan Audit Internal dan
diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian lain di masa yang akan datang.
2. Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan kondisi riil bagaimana
penerapan peran auditor dalam audit internal di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan serta diharapkan dapat memberikan manfaat
dan menjadi bahan evaluasi bagi Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dalam penerapan peran auditornya.
1.4 Sistematika Penulisan

Tugas Karya Akhir ini terdiri dari lima bab, yakni Bab 1 adalah Pendahuluan,
Bab 2 Kerangka Teori & Metode Penelitian, Bab 3 Analisis, dan Bab 4 Penutup,
dengan perincian untuk masing-masing Bab sebagai berikut:

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
10

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang dan pokok permasalahan yang diangkat, tujuan
dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan

BAB 2 KERANGKA TEORI & METODE PENELITIAN

Bab ini berisi landasan teori terkait dengan permasalahan pada tugas karya
akhir ini, yang mana bab ini akan berisi mengenai teori audit internal serta berisi
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

BAB 3 PEMBAHASAN & ANALISIS

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai topik yang dipilih dalam penulisan
Tugas Karya Akhir ini dan hasil anaisis dari topik yang diambil berdasarkan teori
yang sudah dijabarkan dalam bab 2. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan sedikit
mengenai gambaran umum dari instansi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang terkait dengan pembahasan

BAB IV PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan mengenai ringkasan yang didapatkan dari analisis yang
telah dilakukan pada bab 3 sehingga dapat terlihat apakah hasil penelitian telah
menjawab permasalahan yang ada

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 2
TEORI & METODE PENULISAN

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Audit
Menurut The American Accounting Association (AAA), audit adalah suatu
proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (The American Accounting Association, 2001; 1-2). Menurut
Arens dan Loebbecke, audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi
dari bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens dan
Loebbecke, 2000; 9). Menurut William F. Meisser, Jr audit adalah proses yang
sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang
telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak
pengguna yang berkepentingan (Messier, 2003; 8).
Auditing adalah suatu proses yang terpadu mengenai pengumpulan dan
penilaian bukti-bukti oleh seorang ahli yang bebas mengenai informasi yang
dinyatakan dengan angka (quantifiable information) dari suatu kesatuan ekonomi
tertentu dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesamaan
antara informasi yang dinyatakan dengan angka dengan ukuran/kriteria yang ada
(established criteria) (Edris, 1982; 3).
Berdasarakan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, maka
audit yang dimaksud oleh penulis merupakan sebuah kegiatan pengumpulan dan
penilaian serta evaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai suatu kegiatan untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria
yang telah ditetapkan.

Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016


12

2.1.1.1 Jenis Audit Berdasarkan Kelompok atau Pelaksana Audit

Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit (Mulyadi dalam Putra, 2012),


audit dapat dibagi menjadi :

a. Audit Ekstern/ independen


Auditor independen bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya
di luar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern
menghasilkan laporan atas financial audit
b. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan
audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang
diaudit. Oleh karena itu, tugas auditor internal adalah audit manajemen
yang termasuk jenis compliance audit.
c. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas memeriksa ketaatan wajib pajak yang diaudit
terhadap Undang-undang yang berlaku.
d. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah memeriksa kewajaran informasi
keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu, audit
juga dilakukan untuk menilai efisiensi dan efektifitas serta ekonomisasi
operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Audit ini
dapat dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan
Pemeriksa Keungan dan Pembangunan (BPKP). Pengelompokkan jenis
audit ini untuk menentukan sasaran audit yang akan dilaksanakan
pada tiap-tiap organisasi oleh auditor. Sehingga hasil pengauditan
akan memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak yang
berkepentingan.

2.1.2 Audit Internal

Audit internal menurut Sawyer adalah sebuah penilaian yang sistematis dan
objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan control yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
13

dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria
operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara
efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua
dilakukan dengan tujuan untuk konsultan dengan manajemen dan membantu
menjalankan tanggung jawabnya secara efektif (Sawyer, 2005:10).
Menurut Sukrisno, audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak
yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku (Sukrisno, 2004:221). Audit internal
mencakup penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan
manajemen, hukum, dan peraturan yang berlaku serta mengevaluasi efisiensi dan
keefektivan manajemen (Tunggal, 2014; 27).
The Institute of Internal Auditor mengemukakan pengertian mengenai
audit internal yang dikutip oleh Boynton et al (Boynton, 2001; 980) sebagai
berikut:
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization‟s operations. It
helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of the
risk management, control and governance process”
Selanjutnya menurut Ria, audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan
terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang
pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan Negara lainnya
dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kriteria
yang ditetapkan (Rai, 2008; 29).

Penelitian ini akan membahas mengenai audit internal sektor publik, yaitu
kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan
penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan
penerimaan Negara lainnya denan tujuan untuk membandingkan antara kondisi

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
14

yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan dan pelaksana kegiatan audit tersebut
dilakukan oleh internal auditor.

2.1.2.1 Tujuan Utama Audit Internal


Menurut Tugiman tujuan audit internal yaitu meyakinkan keandalan
(reliabilitas dan integritas) informasi; kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan,
rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan; perlindungan terhadap
harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta
tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Tugiman, 2006;
44). Tujuan tersebut dapat tercapai apabila audit internal berfungsi dengan baik,
untuk itu audit internal harus mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung
jawabnya secara jelas. Fungsi audit internal memerlukan pemeriksaan yang
berkualitas tinggi. Fungsi audit internal tidak akan berhasil tanpa adanya orang-
orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup (Kartikasari, 2014; 10).

2.1.2.3 Peran Audit Internal


Peran penting internal audit didalam suatu organisasi ini dapat dilihat pada
laporan survei Harvard University yang ditulis oleh Chambers (1981; 10) yang
tertera pada majalah internal audit no.3 tahun 1997: “Menunjukkan bahwa audit
internal telah menangani sekitar 30% efisiensi dan efektivitas kegiatan
perusahaan. Disamping itu, audit internal semakin banyak memberikan pelayanan
kepada manajemen dimana aktivitas audit tidak lagi terfokus kepada keuangan
namun telah banyak ke bidang operasional antara lain produksi, penjualan,
distribusi, personel, dan sebagainya” (Chambers, 1981; 10, dalam Asikin, 2006;
792). Peranan internal auditing dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian yang
independen, yang ada dalam organisasi, dilakukan dengan cara memeriksa
akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain untuk memberikan jasa kepada manajemen
(Halim, 2004, dalam Menezes, 2008).

2.1.3 Auditor Internal


Internal Auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal
auditing. Oleh sebab itu Internal Auditor senantiasa berusaha untuk
menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas
setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
15

semakin kompleks. Dengan demikian internal auditor muncul sebagai suatu


kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas yang memanfaatkan metode dan
teknik dasar dari penilaian. Dengan demikian internal auditor harus memahami
sifat dan luasnya pelaksanaan kegiatan pada setiap jajaran organisasi, dan juga
diarahkan untuk menilai operasi sebagai tujuan utama. Hal ini berarti titik berat
pemeriksaan yang diutamakan adalah pemeriksaan manajemen. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan memahami kebijaksanaan manajemen (direksi), ketetapan
rapat umum pemegang saham, peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang
berkaitan (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004, dalam
portalgaruda.com, 2012).

2.1.3.1 Peran Auditor Internal


Auditor Internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan
evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada
manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setaraf
wewenang dan tanggung jawabnya tersebut. Untuk memenuhi tanggung jawabnya
tersebut, auditor intern mempetahankan obyektifitasnya yang berkaitan dengan
aktivitas yang di auditnya (Tugiman, 1996; 55).

2.1.3.2 Manajemen Personel Audit


Pimpinan audit internal harus menetapkan suatu program untuk menyeleksi
dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal (Tugiman,
1997; 86). Program tersebut dilaksanakan dengan maksud untuk:
1. Menetapkan pembagian tugas bagi tiap-tiap tingkat staf pemeriksa secara
tertulis
Dalam hal ini, ketua kelompok menetapkan pembagian tugas sesuai
dengan sasaran audit yang ada. Akan ditetapkan peran auditor sesuai
dengan jenjang jabatan yang dimiliki masing-masing auditor.
2. Menyeleksi individu-individu yang memenuhi syarat-syarat dan kompeten
Akan
Individu-individu yang memiliki kompetensi dan memenuhi syarat-syarat
akan dipilih dan ditetapkan peran apa yang akan dijalankan oleh auditor
tersebut.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
16

3. Melatih dan menyediakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yag


berkelanjutan bagi tiap-tiap pemeriksa
Pimpinan akan menyediakan kesempatan bagi auditor agar dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan dan latihan, seminar,
dan workshop.
4. Menilai pelaksanaan pekerjaan dari tiap-tiap pemeriksa paling tidak setiap
tahun
Pimpinan dari setiap bagian menilai pelaksanaan atas audit yang
dijalankan paling tidak setiap tahun.
5. Memberi bimbingan kepada para pemeriksa internal untuk pengembangan
pelaksanaan pekerjaan serta kemampuan professional
Dalam manajemen personel, pimpinan audit memberi bimbingan demi
kelancaran pelaksanaan kegiatan audit serta untuk pengembangan
kemampuan professional.

2.1.4 Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik

Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber
daya manusia agar tercapai tujuan organisasi, dan masyarakat (Hariandja, 2007;
2).

2.1.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Formasi

Formasi untuk masing-masing satuan organisasi Negara disusun berdasarkan


(Wursanto, 1992; 19) :

1. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah macam-macam pekerjaan yang harus dilakukan
oleh satuan organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya. Apabila
sudah diketahui jenis-jenis pekerjaan yang harus dilakukan, maka akan
dapat ditentukan pegawai yang mempunyai kualifikasi yang diperlukan.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
17

2. Sifat Pekerjaan
Sifat pekerjaan yang mempengaruhi penetapan formasi adalah lamanya
waktu yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan itu. Sebagaimana
diketahui, pekerjaan yang dilakukan selama 24 jam terus menerus
memerlukan pegawai yang lebih banyak.
3. Perkiraan Beban Kerja dan Kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam
Jangka Waktu Tertentu
Yang dimaksud dengan beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-
masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan beban kerja
masing-masing satuan organisasi dapat dilakukan berdasarkan
perhitungan.
4. Prinsip Pelaksanaan Tugas
Prinsip pelaksanaan tugas sangat berpengaruh dalam menentukan formasi.
Apabila suatu pekerjaan hars dilakukan oleh satuan oranisasi yang
bersangkutan, maka harus diangkat pegawai untuk menjalankan pekerjaan
tersebut, dan sebaliknya.
5. Jenjang dan Jumlah Pangkat dan Jabatan yang Tersedia
Jenjang dan jumlah pangkat dan jabatan yang tersedia dalam masing-
masing satuan organisasi harus selalu diperhatikan dalam menentukan
formasi. Dengan demikian dapat dipelihara piramida kepangkatan dan
jabatan yang sehat.
6. Peralatan yang Tersedia
Makin banyak jumlah peralatan dan makin tinggi mutu peralatan dapat
mengakibatkan makin sedikit jumlah pegawai yang diperlukan.
7. Kemampuan Keuangan Negara
Dalam penetapan formasi, faktor kemampuan keuangan Negara adalah
faktor penting yang selalu harus diperhatikan.

2.1.4.2 Job Description dan Job Specification

Job description dan job specification dapat disusun berdasarkan keterangan yang
didapat dari analisis jabatan. Pada umumnya keterangan-keterangan yang tertulis

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
18

dalam job description meliputi dua hal, yaitu, sifat pekerjaan yang bersangkutan,
dan tipe pekerjaan yang cock untuk jabatan tersebut (Manullang, 2008; 46).

Job specification merupakan hasil yang diperoleh dari suatu job description. Ia
menjelaskan karakteristik dari pekerna yang dibutuhkan untuk memangku sesuai
jabatan tertentu. Pada umumnya job specification membuat ringkasan pekerjaan
yang jelas yang diikuti oleh kualifikasi definitif yang dibutuhkan dari pemangku
jabatan. Secara singkatnya yaitu merupakan kualifikasi minimum yang harus
dipenuhi seseorang agar dapat menjalankan jabatan tertentu (Manullang, 2008;
47).

2.2 Metode Penelitian

Rancangan metode penelitian dilakukan sebelum menulis analisis yang


dignakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses
identifikasi dan penjelasan fenomena sosial yang diteliti. Secara dikotomis, dalam
ilmu sosial dikenal dua jenis metode penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif
(Soemantri, 2005; 57). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya:

1. Penulisan Tugas Karya Akhir ini menggunakan pendekatan kualitatif.


Pendekatan kualitatif digunakan karena perumusan informasi-informasi
atau keterangan-keterangan mengenai penerapan peran auditor dalam audit
internal di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dilakukan melalui kajian atau telaah apakah peran yang diperankan auditor
sudah sesuai dengan peraturan dan jenjang jabatannya.
2. Jenis Penelitian, terbagi menjadi tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dimensi waktu penelitian, dan teknik pengumpulan data (Prasetyo dan
Jannah, 2010).
Tujuan penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Sesuai
dengan definisi tersebut bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apa penyebab dan dampak atas adanya auditor yang tidak diperankan
sesuai dengan peraturan dan jenjang jabatannya.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
19

Manfaat penelitian ini yaitu penelitian murni. Penelitian ini dilakukan


atas kebutuhan penulis sendiri untuk meneliti permasalahan tersebut. Lalu
hasil penelitian ini digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, yakni
untuk menyumbangkan pengetahuan teoritis.
Dimensi waktu penelitian ini tergolong dalam penelitian cross
sectional, yaitu dilakukan pada satu waktu tertentu dengan mengambil
satu bagian dari satu fenomena sosial dalam satu periode waktu (Neuman,
2007). Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November-Desember
2015 di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu penelitian lapangan
dilakukan dengan studi kepustakaan dan survei dengan cara melakukan
wawancara mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
wawancara mendalam. Kemudian pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui pengumpulan data dari pihak Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Secara lebih rinci, dijelaskan sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan dari literatur-literatur yang disesuaikan dengan
rancangan penelitian yang telah ditentukan, serta melalui pengumpulan
data dari pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
2. Wawancara, penulis melakukan wawancara mendalam dengan
beberapa informan diantaranya dengan Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Bapak Suwardi selaku Kepala Subbagian TU
Inspektorat III, yang mana merupakan mantan Kepala Subbagian
Hukum dan Kepegawaian Inspektrat Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menyusun


pertanyaan wawancara berdasarkan permasalahan yang akan diangkat, dan
mengelompokkan hasil wawancara berdasarkan topik dan bahasan yang
dipilih berdasarkan data yang didapatkan dari wawancara mendalam
dengan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
20

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Subbagian TU


Inspektorat III selaku Mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 3

PEMBAHASAN & ANALISIS

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Pemeranan yang Tidak Sesuai Dengan


Jenjang Jabatannya dalam Kegiatan Audit
Audit yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan merupakan audit internal. Jika dikaitkan dengan
teori audit berdasarkan kelompok atau pelaksana menurut Mulyadi, maka
auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
merupakan auditor intern. Auditor intern merupakan auditor yang bekerja
untuk perusahaan yang mereka audit. Auditor internal adalah auditor
independen yang merupakan unit khusus dalam organisasi yang bersifat
independen (Andayani, 2008; 13). Auditor pada audit internal bertanggung
jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit internal untuk menilai
efektifitas, efisiensi, dan keekonomisan dalam pengeloaan sumber daya dan
aktivitas perusahaan (Andayani, 2008; 9). Laporan audit manajemen
umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Audit yang
dilaksanakan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tersebut berguna untuk memperbaiki kinerja dari instansi terkait sehingga
terhindar dari penyelewengan dana, korupsi, dan sebagainya.
Peran auditor intern bagi manajemen tergambar dalam kalimat dari
definisi internal audit, yaitu: “….It helps an organization accomplish its
objective by bringing a systematic, disciplined, approach to evaluate and
improve the effectiveness of risk management, control and governance
process”. Dari kalimat tersebut maka terlihat bahwa peran auditor intern bagi
manajemen adalah membantu organisasi dalam mencapai tujuannya melalui
pendekatan disiplin dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan tata kelola organisasi
(itjen.kemdiknas.go.id, 2012).
Auditor intern dapat membantu manajemen dalam mengidentifikasi,
menilai, dan memitigasi risiko dengan menguji kecukupan dan keandalan
yang dibuat manajemen. Apabila dari hasil pengujian ternyata pengendalian

Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016


22

tidak cukup dan tidak memadai, maka auditor intern dapat memberikan
rekomendasi perbaikan. Dengan rekomendasi dari auditor intern, selanjutnya
manajemen memperbaiki pengendalian yang telah dibuat sehingga cukup dan
memadai. Dengan pengendalian yang andal, maka risiko yang akan
mengganggu pencapaian tujuan organisasi berkurang, sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai secara lebih efektif. Di samping itu melalui audit,
reviu dan evaluasi yang dilakukan oleh auditor intern akan meningkatkan tata
kelola organisasi (itjen.kemdiknas.go.id, 2012).
Auditor intern Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan masuk ke dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA). Jabatan
Fungsional Auditor ini merupakan pelaksana teknis fungsional bidang
pengawasan di lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Jabatan Fungsional Auditor ini merupakan jabatan karier yang hanya dapat
diduduki oleh seseorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Auditor dalam melaksanakan tugas pokoknya harus mendapat surat penugasan
dari pimpinan instansi pengawasan masing-masing, dalam hal ini Inspektur
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor melaksanakan pengawasan yang
meliputi 1) Pelaksanaan kegiatan teknis pengawasan yaitu: Melaksanakan
tugas-tugas pengawasan dalam audit kinerja; melaksanakan tugas-tugas
pengawasan dalam audit atas aspek keuangan tertentu; melaksanakan tugas-
tugas pengawasan dalam audit untuk tujuan tertentu; melaksanakan tugas-
tugas pengawasan dalam audit khusus/investigasi/berindikasi tindak pidana
korupsi; mendampingi/memberikan keterangan ahli dalam proses penyidikan
dan/atau peradilan kasus hasil pengawasan; melaksanakan tugas-tugas
pengawasan dalam kegiatan evaluasi; melaksanakan tugas-tugas pengawasan
dalam kegiatan reviu, melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam kegiatan
pemantauan; melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam kegiatan
pemantauan; melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam kegiatan
pengawasan lain; melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam rangka
membantu melaksanakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, dan evaluasi pengawasan; mengendalikan teknis pelaksanaan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
23

kegiatan pengawasan (audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan pengawasan


lain); dan mengendalikan mutu pelaksanaan kegiatan pengawasan (audit,
evaluasi, reviu, pemantauan, dan pengawasan lain), 2) Pelaksanaan kegiatan
pengorganisasian dan pengendalian pengawasan, yaitu: melaksanakan
kegiatan pengorganisasian pengawasan; melaksanakan kegiatan pengendalian
pengawasan, 3) Pelaksanaan kegiatan perencanaan dan evaluasi pengawasan,
yaitu: melaksanakan kegiatan perencanaan pengawasan; melaksanakan
kegiatan evaluasi pengawasan.
Berdasarkan teori jenis-jenis auditing yang ditinjau dari objek yang diaudit
menurut Mayangsari dan Wandanarum, ada 4 jenis yaitu pemeriksaan laporan
keuangan, pemeriksaan kinerja, pemeriksaan kepatuhan atau kesesuaian, dan
fraud audit (Mayangsari & Wandanarum, 2013; 11). Namun berdasarkan
wawancara dengan Bapak Suwardi Kepala Subbagian TU Inspektorat 3 selaku
mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, audit internal yang dilaksanakan
oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini yaitu
audit keuangan, audit kinerja, dan audit operasional.
“Kita disini hanya ada audit keuangan, audit kinerja, dan audit
operasional. Kita hanya melakukan itu saja. Kalo fraud audit ini kita
menggunakan istilahnya audit investigasi. Kalo jenis audit sih ya ada
tiga tadi. Audit kecurangan atau fraud audit itu kita disini itu pakai
istilah audit investigasi. Nah ini biasanya awalnya itu dari pelaporan,
pengaduan, atau mungkin instruksi dari menteri. Nah ini kita lihat lewat
fraud audit.” (Kutipan wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7
Desember 2015, pukul 9.00 WIB)
Terdapat manajemen personel dalam pelaksanaan audit internal di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Terkait dengan teori yang
diutarakan oleh Tugiman (1997) dalam bukunya yang berjudul Standar
Profesional Audit Internal, manajemen personel ini dilaksanakan oleh pimpinan
audit dalam menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan
sumber daya manusia pada bagian audit internal. Menurut Arens, Alvin et al
(2006) ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
24

dengan tepat, yaitu untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat
yang mencukupi pada situasi yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit
tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien (Arens,
Alvin et al, 2006; 268).

Manajemen personel dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan dalam menetapkan tugas audit. Pimpinan
menetapkan bagian tugas bagi tiap-tiap tingkat auditor secara tertulis. Di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, surat tugas
auditor yang didalamnya mencakup sasaran audit serta peran yang dijalankan oleh
auditor, ditetapkan oleh masing-masing Inspektorat sesuai dengan bidangnya.
Masing-masing Inspektorat tersebut memiliki kelompok untuk membentuk tim
audit yang didasarkan pada sasaran audit yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kelompok pembentuk tim audit di masing-masing Inspektoat tersebut dibentuk
berdasarkan voting dari setiap auditor. Setiap auditor memilih 1 orang dari auditor
yang mereka anggap dapat melakukan manajemen auditor serta memiliki
tanggung jawab besar sebagai pemimpin. Akan dipilih 6 orang ketua kelompok
yang siap dan memiliki tanggung jawab untuk menentukan tim-tim audit. Dalam
manajemen personel audit, 6 ketua kelompok tersebut akan rapat untuk penentuan
siapa auditor yang akan melaksanakan audit untuk suatu sasaran tertentu. Hal ini
sesuai dengan penjelasan dari Bapak Suwardi Kepala Subbagian TU Inspektorat
III.

“Yang nentuin ketua kelompok. Ini jadi awalnya kan rata nih semua
auditor, nah nanti satu orang itu milih 10, boleh 8, kan kita cari 6, masing
masing memilih siapa yang menurut mereka bisa dijadikan pemimpin. Nah
dari itu kan kepilih 6 orang, nah dari 6 orang itu nanti rapat lalu
setelahnya ia menentukan bawahannya itu siapa saja. Nanti 6 orang itu
milih satu orang jadi wakilnya, jadi sekretarisnya, gitu.” (Kutipan
wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00
WIB)

Dalam penentuan tim audit, terdapat peran-peran yang akan dijalankan oleh
auditor dalam melaksanakan audit. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
25

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-971/K/SU/2005 tentang


Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah, peran yang diterapkan tersebut sesuai dengan
jenjang jabatan yang dimiliki oleh seorang auditor. Para ketua kelompok tersebut
akan menentukan siapa yang akan berperan sebagai Pengendali Teknis,
Pengendali Mutu, Ketua Tim, dan Anggota Tim dengan melihat jenjang jabatan,
syarat-syarat dan kompetensi dimiliki oleh seorang auditor. Berikut ini merupakan
contoh Surat Tugas yang telah dibuat oleh Ketua Kelompok:

Gambar 3.1 Contoh Surat Tugas

Sumber: Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
26

Para ketua kelompok tersebut akan mempertimbangkan laporan laporan dari


auditor lain. Apabila seorang auditor memiliki track record yang kurang baik
maka tidak akan diposisikan diatas level jenjang jabatannya. Seperti apa yang
diutarakan oleh Bapak Suwardi berikut ini:

“Ya jadi kalo kita tau dia punya track record yg ga bagus dari kiri kanan,
maka nanti kan pimpinan tau, dan yang pasti kita penentuan siapa yang
jadi PM PT KT AT itu ditentukan oleh ketua kelompok. Disini ada
pembagian kelompok, nanti sebelum bikin surat tugas ini para ketua
kelompok itu rapat dulu, nanti rapat menentukan sasaran, nah sasaran
audit ini kita mau kemana. Nanti kalo udah dapet sasarannya kita nentuin
siapa orangnya, nah nanti kan kita tau nih kira-kira siapa orangnya.
Misalnya si anu kurang, jangan di jadikan PT, dijadikan KT aja gitu”
(Kutipan wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015,
pukul 9.00 WIB)

Permasalahan yang ada dalam audit internal di Inspektorat Jenderal


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini yaitu permasalahan dalam
manajemen personel. Dalam praktinya, pelaksanaan kegiatan audit masih terdapat
auditor yang tidak diperankan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-971/K/SU/2005 tentang
Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah.

Berdasarkan teori yang diutarakan oleh Wursanto, dalam membuat formasi


suatu pekerjaan, ada tujuh hal yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah jenis
pekerjaan, serta jenjang, jumlah pangkat dan jabatan yang tersedia. Dalam
menetapkan formasi, maka tentunya Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan harus mempengaruhi faktor-faktor tersebut. Setelah
mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang harus dilakukan, maka akan dapat
ditentukan pegawai yang mempunyai kualifikasi yang diperlukan. Ketika
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah
mengidentifikasi satuan kerja serta menetapkan kualifikasi auditor yang akan
menjalankan audit tersebut, maka tentunya auditor yang menjalankan audit

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
27

tersebut haruslah sudah memenuhi kualifikasi minimal dari pekerjaan tersebut.


Selain itu, yang perlu diperhatikan pula yaitu jenjang dan jumlah pangkat dan
jabatan yang tersedia. Jenjang dan jumlah pangkat dan jabatan yang tersedia
dalam masing-masing satuan organisasi harus selalu diperhatikan dalam
menentukan formasi. Dengan demikian dapat dipelihara piramida kepangkatan
dan jabatan yang sehat (Wursanto, 1992; 19).

Permasalahan adanya auditor yang tidak berperan sesuai dengan jenjang


jabatannya tersebut dikarenakan tidak terpenuhinya kualifikasi minimum atas job
description dan job specification. Semestinya ketika job description dan job
specification telah ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, maka penempatan auditor haruslah memenuhi kriteria dan
kualifikasi minimum untuk posisi tersebut. Namun, pada praktiknya didapati
masih adanya auditor yang memiliki suatu jenjang jabatan tertentu sudah
menjalankan pekerjaan satu level di atas jenjang jabatannya. Tentunya, jika dilihat
dari kualifikasi, auditor tersebut belum memenuhi kualifikasi tertentu yang ada.
Berikut merupakan data auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta peranannya dalam sebuah tim mandiri di dalam kegiatan audit,
dapat terlihat masih banyak auditor yang tidak diperankan sesuai dengan jenjang
jabatannya.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
28

Tabel 3.1 Data Auditor & Perannya dalam Sebuah Tim Mandiri dalam
Kegiatan Audit
N Nama Jenjang Peran
Surat Tugas
o Auditor Jabatan PM PT KT AT

1 AAA Auditor Ahli 1903/G.G2/KP/2015 


Madya
2 BBB Auditor Ahli 2340/G.G2/KP/2015 
Madya
3 CCC Auditor Ahli 1901/G.G2/KP/2015 
Muda
4 DDD Auditor Ahli 1841/G.G6/RHS/KP/2015 
Madya
5 EEE Auditor Ahli 2335/G.G5/KP/2015 
Madya
6 FFF Auditor Ahli 2346/G.G3/WS/2015 
Muda
7 GGG Auditor Ahli 2340/G.G2/KP/2015 
Madya
8 HHH Auditor Ahli 2964/G.G5/KP/2015 
Madya
9 III Auditor Ahli 1834/G.G6/RHS/KP/2015 
Madya
10 JJJ Auditor 1901/G.G2/KP/2015 
AhliMadya
11 KKK Auditor Ahli 8136/F.F5/RHS/KL/2015 
Madya
12 LLL Auditor Ahli 8136/F.F5/RHS/KL/2015 
Madya
13 MMM Auditor Ahli 8136/F.F5/RHS/KL/2015 
Madya
14 NNN Auditor Ahli 8136/F.F5/RHS/KL/2015 
Muda
15 OOO Auditor Ahli 1839/G.G6/RHS/KP/2015 
Madya
Sumber : Data Olahan Penulis, 2015

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
29

Dari data yang diambil secara acak di atas, maka terlihat bahwa masih terdapat
beberapa auditor yang tidak diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya di
dalam suatu tim inti audit. Auditor AAA merupakan auditor ahli madya, yang
seharusnya diperankan sebagai Pengendali Teknis (PT), namun pada pelaksanaan
surat tugas 1903/G.G2/KP/2015, AAA diperankan sebagai Ketua Tim (KT) yang
mana merupakan peran 1 level dibawah peran yang seharusnya. Hal yang sama
juga terjadi pada auditor BBB, EEE, GGG, JJJ, dan MMM. Lalu selanjutnya,
Auditor CCC merupakan auditor ahli muda yang semestinya diperankan sebagai
Ketua Tim (KT) namun pada surat tugas 1901/G.G2/KP/2015 diperankan satu
level dibawah peran yang semestinya yaitu sebagai Anggota Tim (AT). Hal yang
sama juga terjadi pada auditor FFF pada surat tugas 2346/G.G3/WS/2015 dan
auditor NNN pada surat tugas 8136/F.F5/RHS/KL/2015. Selanjutnya dalam kasus
DDD yang merupakan auditor ahli madya, pada surat tugas
1841/G.G6/RHS/KP/2015 ia diperankan satu level diatas peran yang semestinya,
yaitu diperankan sebagai Pengendali Mutu (PM), hal yang sama juga terjadi pada
auditor III, auditor KKK, dan auditor OOO. Dalam Tabel tersebut yang
diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya adalah HHH, yang merupakan
auditor ahli madya. Pada surat tugas 2964/G.G5/KP/2015 ia diperankan sebagai
Pengendali Teknis, yang mana memang sesuai dengan jenjang jabatan yang
dimilikinya. Selain itu, pada surat tugas 8136/F.F5/RHS/KL/2015 auditor LLL
juga diperankan sesuai dengan jenjang jabatan yang ia miliki.

Pemeranan dalam satu tim tidak selalu memiliki komposisi penuh mulai dari
Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. Hal ini
dikarenakan banyaknya satuan kerja (satker) yang dijalankan dalam audit. Ketika
satuan kerjanya banyak dan jumlah auditor tidak memenuhi untuk dibentuk tim
dengan komposisi full dari PM, PT, KT, AT, maka akan memungkinkan dalam
suatu tim hanya terdapat KT dan AT saja. Hal ini seperti yang diutarakan oleh
Bapak Suwardi Kepala Subbagian TU Inspektorat 3 selaku mantan Kepala
Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
30

“Jadinya dalam satu tim gak mesti full. Unsurnya itu kan ada dari PM,
PT, KT, AT. Tapi tergantung juga kalo kita hanya menugaskan 3 orang,
itu PM nya itu nanti gak ada tuh. Hanya ada PT, KT, AT. Kadang kadang
juga kita gak pake PTnya, 1 orang KT, 2 orang AT. Nanti kita liat juga
berat-ringannya persoalan, kalo misalnya auditnya lama, persoalannya
banyak yang harus di reviu dan di analisis, itu biasanya kita menurunkan
lengkap. Nah itu juga tergantung juga nanti, kalo misalkan kita
sasarannya banyak, maka komposisi tim berkurang ih yang misalnya bisa
5-6, maka bisa 4 atau 3 tapi malah pernah juga 2 orang tuh kita. Biasanya
kita 4-5 orang sih. Tapi ketika akhirnya nanti dengan jumlah yang
sasarannya banyak itu maka kita ya gak bisa apa-apa, bahkan yang gak
mampu dan kompetensinya gak begitu baik pun kita taruh. Karena butuh
orang, gitu makanya ada keterpaksaan disini” (Kutipan wawancara
dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)

 Penumpukan Auditor Jenjang Ahli Madya

Masih adanya auditor yang tidak diperankan sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-971/K/SU/2005
tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, disebabkan karena menumpuknya
auditor yang menjabat sebagai auditor ahli madya. Auditor madya di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah auditor lainnya. Data jumlah Jabatan Fungsional
Auditor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dilihat dalam tabel 3.2
berikut.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
31

Tabel 3.2 Jumlah Jabatan Fungsional Auditor

Inspektorat Utama Madya Muda Pertama


Inspektorat I 1 37 19 19
Inspektorat II 4 45 12 13
Inspektorat III 3 36 14 15
Inspektorat Investigasi 1 14 9 4

Sumber: Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dilihat dari tabel jumlah Jabatan Fungsional Auditor tersebut, jumlah auditor
utama yaitu 9 auditor, auditor madya yaitu sebanyak 132 auditor, auditor muda
yaitu sebanyak 54 auditor, dan auditor pertama yaitu sebanyak 51 auditor. Dari
data tersebut terlihat jelas bahwa jabatan fungsional auditor madya merupakan
jumlah auditor terbanyak di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Bapak Suwardi Kepala


Subbagian TU Inspektorat 3, selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
jumlah auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
berdasarkan jenjang jabatannya ini sudah seperti piramida terbalik yang
menumpuk jumlahnya di jenjang auditor madya.

“Pertama, seperti ini, komposisi auditor kita kalo diliat dari jabatan, kan
sekarang ini memang bentuknya sudah piramida terbalik. Seharusnya kan
auditor yang posisinya dibawah itu sudah lebih banyak daripada posisi
yang diatas, gitu. Namun sekarang ini kondisinya auditor yang punya
pangkat atau jenjang jabatan di Madya, ahli muda itu lebih banyak
dibandingkan dengan auditor utama atau penyelia. Seperti itu. Kan ketika
kita menyusun suatu tim itu udah ada kriterianya, kan misalnya, suatu tim
itu terdiri dari PM paling tinggi, lalu ada PT, KT dan AT. Nah PM itu,
semestinya seorang PM itu bisa membawahi 2 atau 3 tim. Nah, kemudian
kalo PM membawahi 3 tim itu artinya dibawahnya itu ada PT, KT, AT nah
sekarang itu kondisinya auditornya itu banyak yang udah punya pangkat

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
32

tinggi, akhirnya PM hanya membawahi satu satu saja, satu tim. Bahkan
juga misalnya, ketika kita melakukan audit sasarannya misalnya hanya 10
satker, PT nya ada 12 atau 15 maka akhirnya PT yang sudah punya posisi
jadi PT itu diperankan sebagai PM atau KT” (Kutipan wawancara dengan
Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)

 Pemberlakuan Peraturan Jenjang Jabatan Fungsional Auditor


Banyaknya auditor madya di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan ini sudah terjadi pada tahun 1990. Karena pada tahun 1990
masih belum diberlakukan jenjang jabatan auditor. Lalu ketika jenjang jabatan
auditor itu diberlakukan, sudah terlalu banyak orang yang berada di jenjang
tingkat atas. Hal ini diperjelas melalui wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Suwardi selaku Kepala Subbagian TU Inspektorat 3, yang juga merupakan
mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berikut ini.
“Sebetulnya kondisi ini tuh sudah terjadi ketika awal tahun 1990 jabatan
auditor dilakukan. Dulu kan kita tidak begini, dulu namanya pemeriksa.
Pemeriksa itu gak ada berjenjang-jenjang gini. Hanya ada dua jenjangnya
yaitu inspektur pembantu, dan pemeriksa. Nah sekarang terlalu banyak
jenjangnya, ketika kita memberlakukan jenjang jabatan auditor itu orang
orang yang jabatannya diatas itu sudah terlalu banyak” (Kutipan
wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00
WIB)
Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebelum diberlakukannya jenjang jabatan auditor ini banyak yang sudah masuk ke
golongan 4a dan 4b. Ketika auditor tersebut sudah memiliki golongan 4a dan 4b,
maka sesuai dengan jenjang jabatan auditor, sudah layak masuk ke dalam jenjang
jabatan auditor ahli madya. Hal ini diperkuat dengan wawancara bersama Bapak
Suwardi, selaku Kepala Subbagian TU Inspektorat 3, yang juga merupakan
mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berikut ini.
“Kan gini kita numpuk itu, kita memberlakukan jabatan fungsional itu
memang bisa terjadi. Karena, apa ya.. jenjang dilihat dari kepangkatan

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
33

dan senioritas nah ketika dikantor kita itu golongannya udah 4a/4b gitu
maka sesuai dengan jenjang jabatan auditor sudah layak menjadi jenjang
auditor ahli madya, gitu. Jadinya penyebabnya alamiah karena dulu
ketika auditor masuk, tahun 90an kan belum ada jenjang jabatan auditor,
jadinya mereka yang udah punya pangkat 4a langsung jenjang auditor
madya gitu” (Kutipan wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7
Desember 2015, pukul 9.00 WIB)
 Peraturan Perpanjangan Batas Usia Pensiun
Selain disebabkan oleh masalah yang sudah terjadi pada tahun 1990 tersebut,
pemeranan peran auditor yang tidak sesuai ini juga disebabkan karena adanya
perpanjangan batas usia pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
Jabatan Fungsional Auditor. Batas Usia Pensiun (BUP) adalah batas usia dimana
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Mengenai kebijakan tersebut, maka Presiden Republik Indonesia
mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012
tentang Perpanjanan Batas Usia Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang
menduduki Jabatan Fungsional Auditor.
Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Nomor : PER-698/K/SU/2012 tentang Perpanjangan Batas
Usia Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional
Auditor jenjang madya dan utama, Batas Usia Pensiun (BUP) bagi Pegawai
Negeri Sipil yaitu 56 (lima puluh enam) tahun. Setelah dikeluarkannya aturan
mengenai perpanjangan Batas Usia Pensiun maka Batas Usia Pensiun Pegawai
Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor berubah menjadi 60
(enam puluh) tahun. Peraturan perpanjangan Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri
Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor tersebut hanya berlaku pada
tingkat jabatan auditor madya dan auditor utama.
Setiap perpanjangan Batas Usia Pensiun ditetapkan dengan keputusan Kepala
BPKP setelah melalui proses penilaian oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan
Kepangkatan (Baperjakat). Baperjakat mempertimbangkan, antara lain adalah
rekomendasi pimpinan unit kerja, DP3 atau hasil penilaian prestasi kerja PNS,
data hukuman disiplin pegawai dan/atau hukuman pidana yang pernah dijatuhkan,

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
34

dan surat keterangan tim penguji kesehatan dari rumah sakit pemerintah.
Rekomendasi tersebut dibuat dengan melibatkan penilaian atasan langsung, rekan
kerja dan bawahan yang bersangkutan, dan sifatnya yaitu rahasia. Apabila auditor
madya dan auditor utama tersebut sudah memenuhi syarat-syarat tersebut maka
mereka akan mendapatkan perpanjangan Batas Usia Pensiun menjadi 60 (enam
puluh) tahun dengan persetujuan dari Kepala BPKP dan disampaikan kepada
pimpinan instansi/lembaga tempat PNS dipekerjakan.
Dengan adanya perpanjangan Batas Usia Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil
yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor jenjang madya dan utama, maka
menyebabkan banyaknya jumlah auditor madya di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal yang sama juga terjadi pada
auditor jenjang utama, yaitu terdapat perpanjangan Batas Usia Pensiun, namun
pada auditor jenjang utama tidak terjadi penumpukan jumlah karena memang
jumlah auditor yang berada pada jenjang utama hanya sedikit dan memiliki
kualifikasi lebih tinggi dibandingkan auditor madya sehingga tidak banyak yang
dapat memenuhi kualifikasi auditor utama. Hal ini diperkuat dengan Kepala
Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berikut ini.
“Penyebabnnya itu sudah adanya perubahan kebijakan pemerintah,
seharusnya udah pensiun tuh, gara gara gak pensiun makanya jadi begini.
Siapa yang salah? Pemerintah. Kan harusnya udah pensiun nih tapi
karena diperpanjang ya dia nerima aja gitu ya. Istilahnya saya masih
dibayar kok. Sehingga nih kita dengan kondisi kayak begini harus
mengubah tuh, karna dampaknya ke orang yang dibawahnya ini gak bisa
naik dulu karna posisinya masih penuh”. (Kutipan wawancara dengan
Bapak Sujana, tanggal 4 Oktober 2015, pukul 8.00 WIB)

Perpanjangan Batas Usia Pensiun tersebut menyebabkan menumpuknya


auditor jenjang madya hingga mencapai sebanyak 132 auditor. Hal tersebut
tentunya berdampak pada peranan yang dijalankan auditor di suatu tim inti dalam
melaksanakan kegiatan audit. Sehingga pada praktiknya masih banyak auditor
yang tidak diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
35

Jumlah auditor madya terlalu banyak, sehingga sebagian dari auditor madya
tidak dapat memerankan perannya sebagai Pengendali Teknis (PT) karena sudah
terlalu banyak auditor yang berperan sebagai Pengendali Teknis (PT). Oleh karena
itu, sebagian dari auditor madya harus berperan sebagai Angggota Tim (AT).
Selain menjadi Anggota Tim, auditor madya juga ada yang berperan sebagai
Pengendali Mutu (PM), hal tersebut dikarenakan masih sedikitnya auditor yang
berada pada jenjang utama sehingga sebagian dari auditor madya yang sekiranya
dapat memenuhi kualifikasi sebagai Pengendali Mutu ditugaskan untuk
memerankan Pengendali Mutu dalam suatu tim inti audit walaupun ia belum
menduduki jenjang auditor utama.

 Auditor Belum Memenuhi Persyaratan untuk Naik Jenjang

Penumpukan auditor di jenjang auditor ahli madya ini disebabkan juga karena
adanya auditor yang masih belum memenuhi persyaratan untuk naik jenjang
menjadi auditor ahli utama. Dengan begitu maka jumlah auditor yang berada pada
jenjang auditor ahli utama masih sedikit dikarenakan auditor yang berada pada
jenjang ahli madya belum memenuhi persyaratan untuk menjadi auditor ahli
utama. Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Suwardi selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian berikut ini.

“Kemudian itu permasalahannya ada komponen untuk kenaikan pangkat,


ada pengawasan, pendidikan dan pelatihan, ada pengembangan profesi
gitu kan nah untuk pengembangan profesi ini yang keliatannya susah.
Gitu kan.. karena harus nulis karya ilmiah gitu, menerjemahkan, nah
kebayakan auditor kita itu gak menguasai kalau disuruh nulis nulis karya
ilmiah lagi gitu. Akhirnya dia numpuk disitu di madya gitu karena tidak
ada yang bisa ke auditor ahli utama. Jadi kalau mau naik pangkat nih
mbak ya, unsur tiga-tiganya itu harus terpenuhi angka kreditnya.
Pengawasan terpenuhi, tapi kalo pengembangan profesinya gak terpenuhi
itu juga gak akan naik pangkat juga gitu” (Kutipan wawancara dengan
Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
36

Hal yang diutarakan Bapak Suwardi diatas merupakan penyebab utama


mengapa terjadi penumpukan di jenjang jabatan auditor ahli madya. Banyak
auditor yang tidak menguasai ketika diharuskan untuk membuat karya ilmiah.
Selain itu, hal ini juga disebabkan ketika terdapat auditor yang sudah 6 tahun tidak
naik pangkat sebab angka kreditnya tidak mencukupi, karena ia pada penugasan
tidak diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya. Maka ada beberapa auditor
lain yang berbaik hati untuk meminta penukaran peran agar auditor yang belum
naik pangkat tersebut mencukupi persyaratan jumlah angka kredit dan dapat naik
ke jenjang selanjutnya. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak Suwardi selaku
Kepala Subbagian TU Inspektorat 3 serta mantan Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian berikut ini.

“Kita melihat begini, ada misalnya auditor yang memang butuh angka
kredit, ini berlaku baru-baru ini aja ya, sementara dia itu sudah dapat
teguran karna dia udah 6 tahun gak naik pangkat. Nah, karna dia
misalnya jadi KT, tapi karna auditor yang punya peran sbg PT ini berbaik
hati kadang-kadang juga pesan ke saya. „Pak Suwardi nanti kalo besok
tugas bareng, si anu jadi PTnya ya saya jadi ketua timnya‟. Jadinya ya
memang karena ada orang berbaik hati karna dia memang diperankan
terus ya sebagai PT melihat temennya itu butuh AK itu dikasih” (Kutipan
wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00
WIB)

Dampak yang ditimbulkan yaitu bisa menguntungkan auditor dan merugikan


auditor. Berdasarkan Petunjuk teknis Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER-708/K/JF/2009 tentang Penilaian dan
Penetapan Angka Kredit Auditor, Tabel satuan angka kredit auditor ahli sebagai
berikut:

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
37

Tabel 3.3 Satuan Angka Kredit

Auditor Ahli

No. Kegiatan Pengawasan Auditor Auditor Auditor Auditor


Pertama Muda Madya Utama
A. Pelaksanaan Kegiatan
Pengawasan
1. Audit kinerja 0,010 0,020 0,030 0,040
2. Audit aspek keuangan 0,010 0,020 0,030 0,040
tertentu
3. Audit untuk tujuan tertentu 0,010 0,020 0,030 0,040
4. Audit 0,013 0,025 0,030 0,040
khusus/investigasi/berindikasi
tindak pidana korupsi
5. Mendampingi/memberikan 0,200 0,400 0,600 0,800
keterangan ahli dalam proses
penyidikan dan/atau peradilan
kasus hasil pengawasan, per
pemberian keterangan
6. Kegiatan evaluasi 0,010 0,020 0,030 0,040
7. Kegiatan reviu 0,010 0,020 0,030 0,040
8. Kegiatan pemantauan 0,010 0,020 0,030 0,040
9. Kegiatan pengawasan lain 0,010 0,020 0,030 0,040
10. Membantu peencanaan, 0,010 0,020 0,030 0,040
pengorganisasian,
pengendalian, dan evaluasi
pengawasan
Sumber: Petunjuk teknis Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor: PER-708/K/JF/2009 tentang Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Auditor

Berdasarkan Petunjuk teknis Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan


dan Pembangunan Nomor: PER-708/K/JF/2009 tentang Penilaian dan Penetapan
Angka Kredit Auditor, apabila pada suatu unit kerja tidak terdapat Auditor yang

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
38

sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan kegiatan pengawasan,


Auditor lain yang berada satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya dapat melakukan kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara
tertulis dari pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

Auditor Ahli yang melaksanakan tugas satu tingkat di atas jenjang jabatannya,
angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari
setiap angka kredit setiap butir kegiatan pada jenjang jabatan yang diperankannya.
Sedangkan Auditor Ahli yang melaksanaka tugas satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 100% (seratus persen)
dari setiap angka kredit setiap butir kegiatan pada jenjang jabatan yang
diperankannya.

Dengan ketentuan seperti apa yang ada dalam tabel satuan angka kredit diatas
maka apabila seorang auditor ahli madya berperan satu tingkat di atas jenjang
jabatannya ia akan mendapatkan keuntungan berupa angka kredit yang lebih besar
daripada yang semestinya ia dapatkan. Dapat kita ambil contoh melalui tabel 3.1
tentang data auditor & perannya dalam sebuah tim mandiri dalam kegiatan audit.
Auditor DDD seorang auditor ahli madya, yang semestinya berperan sebagai
Pengendali Teknis, pada surat tugas 1841/G.G6/RHS/KP/2015 di alih perankan
sebagai Pengendali Mutu karena pada saat pembentukan tim Auditor Ahli Utama
jumlahnya tidak mencukupi sasaran audit. Maka, auditor DDD tersebut
mendapatkan 80% dari angka kredit sebagai Auditor Ahli Utama karena ia pada
surat tugas 1841/G.G6/RHS/KP/2015 di alih perankan menjalankan peran auditor
ahli utama. Jadi penghitungannya adalah sebagai berikut:

80% x 0,040 = 0,032

Hal ini menguntungkan auditor, karena auditor DDD merupakan auditor ahli
madya, maka apabila ia diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya, yakni
Pengendali Teknis, ia hanya akan mendapatkan angka kredit 0,030 dengan
penghitungan sebagai berikut:

100% x 0,030 = 0,030

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
39

Di sisi lain, apabila seorang auditor berperan satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya ia akan mendapatkan kerugian berupa penghitungan angka kredit yang
lebih kecil daripada yang semestinya ia dapatkan. Jika dikaitkan dengan contoh
melalui tabel 3.1 tentang data auditor & perannya dalam sebuah tim mandiri
dalam kegiatan audit, maka terdapat auditor AAA yang mana merupakan auditor
ahli madya, seharusnya diperankan sebagai Pengendali Teknis. Namun, dalam
surat tugas 1903/G.G2/KP/2015 auditor AAA di alih perankan satu tingkat dibawah
jenjang jabatannya yaitu sebagai Ketua Tim yang mana semestinya diperankan oleh
Auditor Ahli Muda. Hal tersebut terjadi karena pada saat pembentukan tim jumlah
auditor menumpuk pada jenjang Auditor Ahli Madya, maka dari itu auditor AAA
di alih perankan satu tingkat dibawah jenjang jabatannya. Maka, auditor AAA
tersebut mendapatkan 100% dari angka kredit sebagai auditor ahli muda karena ia
pada surat tugas 1903/G.G2/KP/2015 di alih perankan menjalankan peran yang
semestinya dijalankan oleh auditor ahli muda. Jadi penghitungannya adalah
sebagai berikut:

100% x 0,020 = 0,020

Hal ini akan merugikan auditor, karena auditor AAA merupakan auditor ahli
madya, maka apabila ia diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya, yakni
Pengendali Teknis, ia akan mendapatkan angka kredit 0,030, yang mana lebih
besar daripada ketika ia menjalankan peran sebagai Ketua Tim, dengan
penghitungan sebagai berikut:

100% x 0,030 = 0,030

Apabila auditor memerankan peranan sesuai dengan jenjang jabatannya maka


auditor tersebut mendapatkan angka kredit penuh. Namun, ketika auditor
diperankan satu level lebih rendah dari jenjang jabatan yang semestinya maka
angka kreditnya akan dikurangi. Namun dampaknya akan menguntungkan auditor
apabila auditor diperankan satu level diatas peran yang semestinya, maka auditor
tersebut akan mendapatkan angka kredit yang lebih banyak dari semestinya.
Seperti apa yang dijelaskan oleh Bapak Suwardi Kepala Subbagian TU

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
40

Inspektorat 3 selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian berikut


ini.
“Dampaknya ini juga bisa jadi menguntungkan orang yang punya jabatan
lebih rendah itu dia bisa naik posisinya. Ketika nanti sasaran terlalu
banyak, kan butuh KT KT juga nih, akhirnya orang yang belum bisa jadi
KT karna mmg sasarannya terlalu banyak nih dia diperankan sebagai KT.
Nah ini yang menguntungkan. Menguntungkannya memang kenapa,
karena kalau, dia itu diperankan setingkat lebih tinggi itu AK nya bisa
diitung lebih. Kalo memang di awalnya AK untuk jadi anggota misalnya
0,25, maka ketika dia menjadi KT walaupun misalnya dia semestinya
posisinya jadi AT, nah dia bisa naik jadi 0,5 AK nya. Nah itu yang
menguntungkan dia kalo dari AK nya. Nah yang merugikan itu otomatis,
ketika dia turun dari perannya, nah itu AK nya dikurangi. Jadi pengalinya
untuk AK nya dikurangi. Karena tadi yang dia mestiya 0,5, ketika dia
perannya dibawah maka dia pengalinya lebih dikurangi jadi 0,25”
(Kutipan wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015,
pukul 9.00 WIB)

Hal tersebut di atas merupakan hasil wawancara dengan Bapak Suwardi


Kepala Subbagian TU Inspektorat 3 selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suwardi Kepala
Subbagian TU Inspektorat 3 selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian, dampak apabila seorang Auditor tidak berperan sesuai dengan
jenjang jabatannya maka Auditor tersebut dapat terlambat untuk naik pangkat.
Setiap lima tahun sekali auditor wajib mengumpulkan angka kredit minimum
untuk syarat kenaikan jabatan, yang dituangkan dalam Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit (DUPAK) yang diajukan oleh Auditor.

Apabila dampak permasalahan tersebut dilihat dari kualitas hasil audit yang
dihasilkan, apakah dengan pemeranan yang tidak sesuai dengan jenjang jabatan
ini akan menghasilkan hasil audit yang tidak maksimal, maka akan sulit terlihat
perbedaannya. Karena hasil laporan audit tersebut dihasilkan oleh tim. Maka akan
sulit untuk dilihat apakah hasil audit yang dihasilkan oleh auditor yang tidak

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
41

berperan sesuai dengan jenjang jabatannya akan sama kualitasnya dengan auditor
yang memang berperan sesuai dengan jenjang jabatanya. Kualitas audit menurut
De Angelo 1981 (dalam Fitrawansyah 2014; 49) merupakan probabilitas seorang
auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem
akuntansi klien.

Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan Bapak Suwardi (Kepala


Subbagian TU Inspektorat 3, selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan
Kepegawaian) berikut.

“Nah ini, karna tadi kan auditor itu diperanin ditugaskan dalam suatu
susunan tim. Nah maka ini akan susah melihatnya karena ini merupakan
kerja tim. Walaupun tanggung jawab atas laporan audit itu menjadi
tanggung jawab individu. Karena begini, ketika yang masuk ke kita
LHP/LHA, itu kan bunyinya sudah tim „laporan ini disusun oleh PT xxx
PM xxx KT xxx AT xxx, yang susah kan itu” (Kutipan wawancara dengan
Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)

Bapak Suwardi mengakui bahwa untuk mengatasi masalah penerapan peran di


Inspektorat Jenderal ini merupakan hal yang sulit. Karena, sulit bagi auditor untuk
naik jenjang jabatan dikarenakan auditor tidak menguasai dalam salah satu
persyaratan, yaitu pembuatan karya ilmiah. “Terus terang saja susah, karna gak
mungkin kan kita nahan-nahan orang kan. Masa ya orang mau maju kita tahan-
tahan”. Dengan pernyataan-pernyataan dari wawancara yang dilakukan penulis,
memang sulit untuk tidak memerankan peran kepada auditor yang jenjang
jabatannya tidak sesuai, karena seperti yang sudah dibilang diatas bahwa memang
sasaran auditnya sangat banyak.

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Terdapatnya beberapa Auditor yang tidak berperan sesuai dengan jenjang


jabatannya dikarenakan adanya penumpukan jumlah Auditor Ahli Madya di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini
disebabkan tidak baiknya manajemen personel yang dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, kurang baiknya
manajemen personel tersebut merupakan suatu keterpaksaan karena suatu kondisi
yang sudah terjadi sejak tahun 1990. Permasalahan auditor yang tidak diperankan
sesuai dengan jenjang jabatannya ini mengakibatkan tidak terpenuhinya
kualifikasi minimum atas suatu pekerjaan tertentu, karena beberapa auditor
diperankan satu level di atas jenjang jabatan yang semestinya. Maka hal tersebut
tidak sesuai dengan job description dan job specification yang ada.

Dampak dari penerapan peran yang tidak sesuai dengan jenjang jabatannya ini
dapat menguntungkan maupun merugikan auditor tersebut. Apabila seorang
auditor memerankan peran satu tingkat di atas jenjang jabatannya maka auditor
tersebut akan mendapatkan angka kredit yang lebih besar dari semestinya.
Sedangkan apabila seorang auditor berperan satu tingkat dibawah jenjang
jabatannya maka ia akan mendapatkan pengurangan angka kredit.

4.2 Saran

Terkait dengan masalah yang dibahas, agar tidak terdapat masalah mengenai
Auditor yang tidak berperan sesuai dengan jenjang jabatannya maka penulis
memberikan rekomendasi. Pertama, Pemerintah diharapkan dapat mendorong
auditor agar dapat segera memenuhi kualifikasi untuk naik jenjang jabatan
sehingga tidak terjadi penumpukan auditor di suatu jenjang jabatan saja.
Pemerintah dapat mengadakan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan untuk
membuat karya tulis, karena salah satu permasalahan yang sering ditemukan atas
auditor yang belum memenuhi persyaratan naik jenjang jabatan yaitu karena
adanya auditor yang cenderung tidak menguasai bagaimana cara dan teknik
penulisan karya tulis.

Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016


DAFTAR PUSTAKA

 Buku
Andayani, Wuryan. 2008. Audit Internal. Edisi 1. Fakultas Ekonomi
UGM. BPFE Yogyakarta
Arens. Alvin. A. and James. K. Loebbecke. (2000). Auditing an Integrated
Approach (8th edition). Englewood Cliff, New Jersey: Prentice
Hall International, Inc.
Arens, Alvin, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2006. Auditing dan
Jasa Assurance, Edisi Keduabelas Jilid 1.PT Gelora Aksara
Pratama. Erlangga.
Bagong, Suyanto. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media
Group
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik. Pemeriksaan
Pertanggungjawaban Pemerintahan. Edisi 3. Salemba Empat.
Jakarta.
Boynton, William C, Raymod Johnson dan Walter G. Key. 2001. Modern
Auditing.Erlangga. Jakarta.
Edris, Mohammad. Ak. Auditing 1 an integrated approach suatu
pembahasan. 1982. Sinar Baru, Bandung.
Fitrawansyah. 2014. Fraud & Auditing.Mitra Wacana Media.
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Cetakan keempat. PT GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta.
Kumaat, Valery G. 2011. Internal Audit. Erlangga.
Manullang, Marihot. 2008. Manajemen Personalia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Mayangsari, Sekar & Puspa Wandanarum. 2013. Auditing Pendekatan
Sektor Publik dan Privat. Cetakan 1. Penerbit Media Bangsa.
Jakarta.
Messier, William F., dan Boh, Margareth. 2003. Auditing and Assurance:
A Systematic Approach (3th edition). USA: McGraw-Hill.
Neuman, W. L. (2007). Basics of Social Research: Quantitative and
Qualitative Approaches (2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon

Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016


44

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. (2010). Metode Penelitian


Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Salemba
Empat. Jakarta.
Sawyer, B. Lawrence. 2005. Sawyer's Internal Auditing: The Practice of
Modern Internal Auditing.The Institute of Internal Auditors.
Soemantri, Gumilar Rusliwa. 2005. Memahami Metode Kualitatif: Makara
Sosial Humaniora. Vol 9, No 2, Desember 2015. Depok:
Universitas Indonesia
Sukrisno, Agoes. 2004. Auditing. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
The American Accounting Association‟s Committee on Basic Auditing
Concepts. 2001. Auditing: Theory And Practice, 9th Edition.
Tugiman, Hiro. 1996. Perkembangan dan Tantangan Internal Auditing di
Indonesia. PT. Karyaputri Wardhani. Bandung.
Tugiman, Hiro. 1997. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius.
Yogyakarta.
Tunggal, Amin Widjaja. 2014. Konsep dan Studi Kasus Internal Auditing.
Harvarindo.
Wursanto. 1992. Manajemen Kepegawaian. Cetakan kedua. Kanisius,
Yogyakarta.
 Jurnal
Asikin, Bachtiar. 2006. Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor
Terhadap Peranan Internal Auditor Dalam Pengungkapan Temuan
Audit. Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Ekonomi, Volume 7 Nomor
3 Februari 2006.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004, dalam Harimurti,


Yohanes, dkk. 2012. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi.
Fakultas Bisnis Unika Widya Mandala.
[http://download.portalgaruda.org/article.php?article=113877&val
=5212, diakses pada 30 Juni 2015].

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
45

Menezes, Alvaro Amaral. 2008. Analisis Dampak Locus of Control


Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Internal Auditor
(Penelitian Terhadap Internal Auditor di Jawa Tengah). Tesis.
Universitas Diponegoro.
[http://eprints.undip.ac.id/16409/1/Alvaro_Amaral_Menezes.pdf,
diakses pada 31 Oktober 2015]
 Peraturan
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor: KEP-971/K/SU/2005. Pedoman Penyusunan Formasi
Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015.
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor:
PER/220/M.PAN/7/2008. Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
Kreditnya. Jakarta.
 Web

Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012.


[http://itjen.kemdiknas.go.id/berita-100-peran-baru-auditor-intern-
dan-implikasinya.html, diakses pada 27 Juni 2015]
 Lainnya
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Publisher.
Dalam Efendy, Muh. Taufiq. 2010. Pengaruh Komepetensi,
Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat
Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Universitas
Diponegoro [http://core.ac.uk/download/pdf/11723535.pdf, diakses
pada 24 Juni 2015]

Kartikasari, A. 2014. Universitas Widyatama.


[http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/1234567
89/3516/Bab%202.pdf?sequence=5, diakses pada 27 Juni 2015]

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
46

Putra, A Kadek Dwi. 2012. Jenis Audit.


[http://eprints.uny.ac.id/8873/3/BAB%20II-07412144052.pdf,
diakses pada 27 Juni 2015]

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN KEPALA


SUBBAGIAN TU INSPEKTORAT III INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENDIKBUD RI
1. Bagaimana penerapan peran auditor yang ada di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan?
2. Bagaimana manajemen personel yang dilakukan Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menetapkan peran dan
sasaran audit?
3. Apa penyebab adanya penerapan peran yang tidak sesuai dengan jenjang
jabata yang dimiliki oleh auditor?
4. Apa dampak yang ditimbulkan atas penerapan peran yang tidak sesuai?
5. Apakah hasil audit yang dihasilkan oleh auditor yang di alih perankan
akan sama dengan auditor yang diperankan sesuai dengan jenjang
jabatannya?
6. Apakah ada langkah dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM DENGAN KEPALA


SUBBAGIAN HUKUM DAN KEPEGAWAIAN INSPEKTORAT
JENDERAL KEMENDIKBUD RI
1. Apa penyebab adanya penerapan peran yang tidak sesuai dengan jenjang
jabata yang dimiliki oleh auditor?
2. Apa dampak yang ditimbulkan atas penerapan peran yang tidak sesuai?

Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016


Lampiran 2

Transkrip Wawancara Mendalam dengan Kepala Subbagian TU Inspektorat


III (Mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian) Inspektorat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pewawancara : Astrid Putri Herrera


Informan : Bapak Suwardi

P Saya mau tanya pak, terkait dengan penerapan peran yang tidak sesuai
dengan jenjang jabatan seperti yang tercantum di peraturan, kira-kira
penyebabnya itu apa saja ya pak?
I Oh iya, pertama seperti ini, komposisi auditor kita kalo diliat dari jabatan,
kan sekarang ini memang bentuknya sudah piramida terbalik. Seharusnya
kan auditor yang posisinya dibawah itu sudah lebih banyak daripada posisi
yang diatas, gitu. Namun sekarang ini kondisinya auditor yang punya
pangkat atau jenjang jabatan di Madya, ahli muda itu lebih banyak
dibandingkan dengan auditor utama atau penyelia. Seperti itu. Kan ketika
kita menyusun suatu tim itu udah ada kriterianya, kan misalnya, suatu tim
itu terdiri dari Pengendali Mutu paling tinggi, lalu ada Pengendali Teknis,
Ketua Tim dan Aanggota Tim. Nah PM itu, semestinya seorang PM itu bisa
membawahi 2/3 tim. Nah, kemudian kalo PM membawahi 3 tim itu artinya
dibawahnya itu ada PT, KT, AT nah sekarang itu kondisinya auditornya itu
banyak yang udah punya pangkat tinggi, akhirnya PM hanya membawahi
satu satu saja, satu tim. Bahkan juga misalnya, ketika kita melakukan audit
sasarannya misalnya hanya 10 satker, PT nya ada 12 atau 15 maka akhirnya
PT yang sudah punya posisi jadi PT itu diperankan sebagai PM atau KT.
Keduanya itu, kita memang ada PKPT Program Kerja Pengawasan Tahunan
itu kan ketika dibuat itu kan kita belum sampai ke susunan tim, nah
kemudian ketika ini akan diimplementasikan akhirnya, oh misalnya nih kita
tahun ini audit kita yang sekarang ini sasarannya hanya terbatas, nah karna
terbatas jumlah sasarannya, akhirnya peran peran tadi PM PT, agaknya

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
dihilangkan. Tapi juga jangan lupa, ada unsur kesengajaan juga. Kita melihat
begini, ada misalnya auditor yang memang butuh angka kredit, ini berlaku
baru-baru ini aja ya, sementara dia itu sudah dapat teguran karna dia udh 6
thn gak naik pangkat. Nah, karna dia misalnya jadi KT, tapi karna auditor
yang punya peran sebagai PT ini berbaik hati kadang-kadang juga pesan ke
saya. Pak Suwardi nanti kalo besok tugas bareng, si anu jadi PTnya ya saya
jadi ketua timnya. Jadinya ya memang karena ada orang berbaik hati karna
dia memang diperankan terus ya sebagai PT melihat temennya itu butuh AK
itu dikasih
P Dengan penerapan peran yang seperti ini pada praktiknya, kira-kira
akan berdampak kemana ya pak?
I Dampaknya, sebetulnya begini, Kalo misalnya pada yang diperankan lebih
tinggi, misalnya dia harusnya jadi PT, tapi nanti karna sasarannya terlalu
banyak jadi KT.. Nah ini juga jadi misalnya ada resiko-resiko orang yg
punya jabatan tinggi turun, tapi ini juga bisa jadi menguntungkan orang yang
punya jabatan lebih rendah itu dia bisa naik posisinya. Ketika nanti sasaran
terlalu banyak, kan butuh KT KT juga nih, akhirnya orang yang belum bisa
jadi KT karna mmg sasarannya terlalu banyak nih dia diperankan sebagai
KT. Nah ini yang menguntungkan. Menguntungkannya memang kenapa,
karena kalau, dia itu diperankan setingkat lebih tinggi itu AK nya bisa
diitung lebih. Kalo memang di awalnya AK untuk jadi anggota misalnya
0,25, maka ketika dia menjadi KT walaupun misalnya dia semestinya
posisinya jadi AT, nah dia bisa naik jadi 0,5 AK nya. Nah itu yang
menguntungkan dia kalo dari AK nya.
Nah yang merugikan itu otomatis, ketika dia turun dari perannya, nah itu AK
nya dikurangi. Jadi pengalinya untuk AK nya dikurangi. Karena tadi yang
dia mestiya 0,5, ketika dia perannya dibawah maka dia pengalinya lebih
dikurangi jadi 0,25.
P Kalau dampak lain ada atau tidak ya pak?
I Oh nggak ada.. Ya karena kalo keberangkatan tugas audit itu kan diitungnya
berdasarkan golongan, golongan 3 golongan 4, sementara kalo peran itu
hanya berfungsi ketika dia nanti tugas, jadinya kalo tugas misalnya saya PT,

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
nanti biasanya kalo tugas ke lapangan misalnya di awal pertemuan dengan
pimpinan Unit kerjanya dia yang hrs membuka, banyak ngomong, banyak
bicara, dan juga dia yang apa, tim ini harus bagaimana biar bisa jalan, apa
apa apa dan biasanya dia gak membuat kertas data audit. Nah nantu ada KT,
itu biasanya dia lebih apa ya, kalo di PT lebih kearah manajerial, ngatur-
ngatur, tapi kalo KT itu dia lebih ke teknis. Misalnya dia mempelajari aturan,
menganalisis dokumen, nanti kalo ada persoalan gitu misalnya, dia
menyerahkan ke anggotanya tolong nih didalami atau tolong nih dilengkapi
agar lebih akurat, seperti itu.
Jadinya dalam satu tim gak mesti full. Unsurnya itu kan ada dari PM, PT,
KT, AT. Tapi tergantung juga kalo kita hanya menugaskan 3 orang, itu PM
nya itu nanti gak ada tuh. Hanya ada PT, KT, AT. Kadang kadang juga kita
gak pake PTnya, 1 orang KT, 2 orang AT. Nanti kita liat juga berat-
ringannya persoalan, kalo misalnya auditnya lama, persoalannya banyak
yang harus di reviu dan di analisis, itu biasanya kita menurunkan lengkap.
Nah itu juga tergantung juga nanti, kalo misalkan kita sasarannya banyak,
maka komposisi tim berkurang ih yang misalnya bisa 5-6, maka bisa 4 atau 3
tapi malah pernah juga 2 orang tuh kita. Biasanya kita 4-5 orang sih.
Nah ini contoh Surat Tugas. Kita pernah melakukan audit daerah. Karena
kita bidangnya kebudayaan, maka UPT kita itu Balai Cagar Budaya, Balai
Pelestarian Nilai Budaya, Nah kita kan satker banyak dan jumlah audit 79
maka kita bagi nih dan hanya kebagian 3-3 per kelompok. Nah ini akhirnya
hanya PT, KT AT gak ada PMnya dan AT ada yang 2 nih karna kita
menyesuaikan. Nah ini 4 orang, kita pake PMnya, yang 5 orang juga pake
PM. Tapi yang 3 kita nggak pake. Ini ada juga yang 4 kita gak pake PM
karena yang satu staf administrasi. Kemudian, nah ini kalo 5 orang lengkap
ada PM PT KT AT, jadi tergantung jumlah petugas auditornya. Kalo
semakin banyak auditor maka kita biasanya menggunakan komposisi
lengkap. Audit itu ada yang tugas mandiri dan tugas susunan tim, nah kalo
yang ini itu yang tugas susunan tim. Pokoknya rata-rata kalo 3 nih kita
komposisinya begini PT,KT,AT. Tapi kalo lebih dari tiga, nah ini 2 nih KT
sama AT, ini karena sasarannya banyak, sampe 34 provinsi, kalo dibagi 3-3

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
kita gak cukup makanya kita pake KT sama AT.

P
I Nah ada standarnya kan kalo audit misalnya harus dilakukan oleh orang yang
memiliki kompetensi, misalnya bagaimana orang-orang dlm suatu tim itu
merata. Kadang-kadang kan keluhannya dalam suatu tim audit itu si anu kan,
apa ya, auditor kita kan berlatar belakang dari berbagai macam disiplin ilmu
nah akhirnya yaitu perencanaannya gak matan, nah saya kok digabungkan
dengan orang yang gak kompeten, gitu. Misalnya audit pengadaan barang
dan jasa, maka maunya kan semuanya menguasai proses barang dan jasa,
tapi kan kenyataannya gak semuanya begitu.
P Selanjutnya saya mau tanya, Auditor Madya itu kan seharusnya
perannya sebagai PT, nah kalau Auditor Madya yang diperankan
menjadi PM itu ada syarat khusus tidak?
Ya yang pasti senioritas, udah gitu kita juga melihat dia punya skill, ya
walaupun skill ini terus terang kita melihatnya dari luar ya. Senioritas,
kemampuan, ya dua hal itu yang jadi tolak ukur utama.
P Lalu saya mau Tanya, hasil laporan audit yang dihasilkan oleh misalnya
PM yang memang diperankan oleh auditor ahli utama, dengan yang
diperankan oleh auditor ahli madya apakah akan sama?
Nah ini, karna tadi kan auditor itu diperanin ditugaskan dalam suatu susunan
tim. Nah maka ini akan susah melihatnya karena ini merupakan kerja tim.
Walaupun tanggung jawab atas laporan audit itu menjadi tanggung jawab
individu. Karena begini, ketika yang masuk ke kita LHP/LHA, itu kan
bunyinya sudah tim „laporan ini disusun oleh PT xxx PM xxx KT xxx AT
xxx, yang susah kan itu, karena emang kalo mau tau lebih lanjut itu ya harus
turun ke lapangan, kalo kita gak ke lapangan per tim-tim tersebut. Tapi
selama ini, ya kita hanya dapat laporan denger-denger aja mialnya si itu gak
mau kerja, gak mau komunikasi sama si itu, nah itu yang memang susah
untuk dibuktikan.
Ya jadi kalo kita tau dia punya track record yg ga bagus dari kiri kanan,
maka nanti kan pimpinan tau, dan yang pasti kita penentuan siapa yang jadi

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
PM PT KT AT itu ditentukan oleh ketua kelompok. Disini ada pembagian
kelompok, nanti sebelum bikin surat tugas ini para ketua kelompok itu rapat
dulu, nanti rapat menentukan sasaran, nah sasaran audit ini kita mau kemana.
Nanti kalo udah dapet sasarannya kita nentuin siapa orangnya, nah nanti kan
kita tau nih kira-kira siapa orangnya. Misalnya si anu kurang, jangan di
jadikan PT, dijadikan KT aja gitu. Tapi ketika akhirnya nanti dengan jumlah
yang sasarannya banyak itu maka kita ya gak bisa apa-apa, bahkan yang gak
mampu dan kompetensinya gak begitu baik pun kita taruh. Karena butuh
orang, gitu makanya ada keterpaksaan disini.
Yang nentuin ketua kelompok. Ini jadi awalnya kan rata nih semua auditor,
nah nanti satu orang itu milih 10, boleh 8, kan kita cari 6, masing masing
memilih siapa yang menurut mereka bisa dijadikan pemimpin. Nah dari itu
kan kepilih 6 orang, nah dari 6 orang itu nanti rapat lalu setelahnya ia
menentukan bawahannya itu siapa saja. Nanti 6 orang itu milih satu orang
jadi wakilnya, jadi sekretarisnya, gitu. Wakilnya ini tugasnya, kalau ketua
kelompok ini berhalangan untuk menghadiri rapat, maka wakilnya yang
hadir. Sementara kalo sekretaris itu perannya misalnya ada laporan yang
kurang pas, gitu nanti kita ke sekretarisnya diserahkan.
P Kan pemeranannya gak sesuai ya pak, karena auditor madyanya
menumpuk, nah itu Itjen itu ngelakuin langkah apa untuk mengatasi?
I Terus terang saja susah, karna gak mungkin kan kita nahan nahan orang kan.
Masa ya orang mau maju kita tahan-tahan. Sebetulnya kondisi ini tuh sudah
terjadi ketika awal tahun 1990 jabatan auditor dilakukan. Dulu kan kita tidak
begini, dulu namanya pemeriksa. Pemeriksa itu gak ada berjenjang-jenjang
gini. Hanya ada dua jenjangnya yaitu inspektur pembantu, dan pemeriksa.
Nah sekarang terlalu banyak jenjangnya, ketika kita memberlakukan jenjang
jabatan auditor itu orang orang yang jabatannya diatas itu sudah terlalu
banyak, tapi bisa jadi nanti beberapa tahun kedepan itu kebalikannya. Karna
kan bisa saja auditor yang diangkat itu lebih banyak lagi gitu. Misalnya udah
ada 30, terus nanti ngangkat 30 lagi.

P Ini saya teorinya kan ada cakupan audit sektor publik. Ini di

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Inspektorat Jenderal Kemendikbud itu mencakup yang mana saja?
I Kita disini hanya ada audit keuangan, audit kinerja, dan audit operasional.
Kita hanya melakukan itu saja.
Sebenernya begini, ini kan post audit ini merupakan pendekatan audit. Lalu
fraud audit ini kita menggunakan istilahnya audit investigasi. Kalo jenis
audit sih ya ada 3 tadi.
Kalo audit komprehensif ini kan maksudnya gak hanya bicara tentang efisien
dan efektif aja, tpi bicara juga penggunaan SDMnya peralatannya untuk
mendukung operasionalisasi. Tapi terus terang in komprehensif ini tuh agak
jarang, karena sekarang itu lebih ke keuangan, misalnya „berapa hari orang
ini gak masuk‟, atau „oh dia nikah lagi nih‟, karna kan ada aturannya tidak
boleh nikah lagi, nah kita sekarang sudah menghilangkan audit yang seperti
itu. Lalu pemeriksaan post audit itu kita ada audit dini itu melihat kegiatan
yang mereka susun sebelum dilaksanakan seperti perencanaanya. Kalo post
audit itu kita melihat ketika kegiatan sudah berakhir. Kita dua duanya ada
nih. Audit khusus, ini juga kita pake misalnya dalam audit sertifikasi guru,
nah itu kan khusus karena hanya melihat sertifikasi guru. Kalo audit
kecurangan atau fraud audit itu kita disini itu pakai istilah audit investigasi.
Nah ini biasanya awalnya itu dari pelaporan, pengaduan, atau mungkin
instruksi dari menteri. Nah ini kita lihat lewat fraud audit.
P: Oh iya baik pak. Terimakasih banyak atas waktunya. Mohon maaf bila
mengganggu

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Lampiran 3

Transkrip Wawancara Mendalam dengan Kepala Subbagian Kepala


Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Pewawancara : Astrid Putri Herrera


Informan : Bapak Sujana

P Penyebab adanya penerapan peran yang tidak sesuai atas peraturan


yang ada ini apa saja ya pak?
I Misalkan dia udah mampu diperankan sebagai itu, tapi gak diperankan kan
sayang gitu istilahnya. Jadi istilahnya kalo dalam audit, kita nih sebenernya
butuhnya tenaga ahlinya tujuh, cuman kan kebanyakan.
Kita kan banyak auditor madya, tapi kalo mereka dibiarkan nganggur mereka
kan jadi sia-sia gitu. Akhirnya kan turun peran.
Nah itu, jadi pada saat penerimaan itu inpassing. Jadi kalo golongan 4a 4b
itu langsung auditor madya. Padahal pada masa itu 4a 4b tuh ada disini
posisinya. Jadi ada saat naik langsung jadi jenderal semua. Sedangkan yang
baru-baru dia dibawah pertama, jadinya yang baru baru sedikit nih daripada
yang lama. Kemudian angka kredit kita tuh karna anggarannya udah lebih,
dia naik semua, penugasan bisa sampe 32 kali penugasan.
Penyebabnya, karena kondisi yang ada ya, itu lebih membutuhkan Anggota
Tim daripada Ketua Tim atau Pengendali Teknis.
Jadi idealnya sebuah kegiatan itu dlm sebuah tim itu diisi oleh orang2 yang
duduk sesuai dengan kompetensinya. Karna dalam tim itu ada Pengendali
Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
Di JFA. Di Menpan dan JFA.
Peraturannya ada di JFA dan juga Menpan. Nah ini bukunya banyak nih. Nih
buku peraturannya.
P Oh gitu.. lalu faktor selanjutnya apa pak?
I Sebenarnya karna kondisi, kondisi ada perubahan kebijakan di pemerintah

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
gitu. Penyebabnnya itu sudah adanya perubahan kebijakan pemerintah,
seharusnya udah pensiun tuh, garagara gak pensiun makanya jadi begini.
Siapa yang salah? Pemerintah. Kan harusnya udah pensiun nih tapi karena
diperpanjang ya dia nerima aja gitu ya. Istilahnya saya masih dibayar kok.
Sehingga nih kita dengan kondisi kayak begini harus mengubah tuh, karna
dampaknya ke orang yang dibawahnya ini gak bisa naik dulu karna
posisinya masih penuh.

P Lalu dampaknya ini ke apa ya pak?


I Dampaknya yang jelas merugikan auditor. Ya, satu, angka kreditnya itu gak
maksimal seorang Pengendali Teknis dia koefisien angka kreditnya 0,03.
Tapi ketika dia turun menjadi Anggota Tim, dia turun hanya mendapat 0,01.
Dia bisa terlambat naik pangkat. Dia bisa juga menimbulkan kemalesan,
padahal disitu ada 5 tahun sekali auditor harus mengumpulkan angka kredit
minimal, kalo gak dia dibebas tugaskan.
P Oh begitu, baik pak terimakasih banyak atas penjelasannya

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Daftar Riwayat Hidup

Nama : Astrid Putri Herrera

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 1995

Alamat : Jalan Jatikramat Indah II Raya No.38D


RT.05/RW.003 Jatikramat – Jati Asih, Bekasi
(17421)

Nomor Telepon, Surat elektronik : 081905992822, aputriherrera@gmail.com

Nama Orang Tua : (Ayah) Didi Hersoenaryadi

(Ibu) Widita Suhertien

Riwayat Pendidikan Formal :

SD : (2000-2006) SDN Jatimakmur V Bekasi

SMP : (2006-2009) SMPN 81 Jakarta

SMA : (2009-2012) SMAN 48 Jakarta

S1 : (2012-........) Program Sarjana Paralel Ilmu Administrasi Negara

Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai