Digital - 2016-6 - 20423846-TA-Astrid Putri Herrera PDF
Digital - 2016-6 - 20423846-TA-Astrid Putri Herrera PDF
UNIVERSITAS INDONESIA
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
iii
NPM : 1206221203
Tanda Tangan :
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
iv
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 1206221203
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas karya akhir ini. Penulisan tugas
karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tugas karya akhir ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan tugas karya akhir ini. Oleh karena itu, saya
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
vi
(8) Kak Nur Arfah M. dan Kak Isna yang sangat sabar dalam membantu dan
membimbing penulis untuk mengerjakan tugas karya akhir.
(9) Atika Eka Putri, Choirinnisa, Kamila Shaumi, Fadjriah Hanum, Megawati
Natalee, Putri Zevina Vijayanti, Sara Mafati Daeli, Siti Wulandari, Talitha
Priti Octavernia dan Vania Atika yang telah memberikan semangat dan
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugas karya akhir.
(10) Citra Ayu Taniara, Hedyan Sabila, Indah Ardhiny, Novriana Sari, Renita
Lavinia, Salma Fadillah Zahra, Selma Manik, Shierly Yunita, Sonia
Desiana, dan Zarra Dwi Monica, yang telah memberikan semangat bagi
penulis dalam menyelesaikan tugas karya akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala dan kebahagian yang berlipat
ganda kepada seluruh pihak tersebut. Pada akhirnya, disadari bahwa tulisan ini
tidak sempurna walaupun segala upaya telah dilakukan untuk mengatasi segala
keterbatasan yang ada. Oleh karena itu,dengan tulus hati diterima segala kritik dan
saran yang membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
vii
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media /
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 11 Januari 2016
Yang menyatakan
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
viii
ABSTRAK
Tugas Karya Akhir ini membahas tentang penerapan peran auditor dalam
menjalankan tugas audit di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-971/K/SU/2005 Tentang Pedoman
Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
meninjau hal apa saja yang menjadi penyebab dari adanya penerapan peran yang
tidak sesuai dengan jenjang jabatannya. Teori yang digunakan untuk menjelaskan
penelitian ini antara lain audit, audit internal dan auditor internal. Pendekatan
pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui studi literatur/dokumen dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian ini adalah penerapan peran yang tidak sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-
971/K/SU/2005 Tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional
Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah disebabkan oleh
adanya penumpukan di jenjang auditor ahli madya.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
ix
ABSTRACT
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK ..........................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xi
BAB 4 PENUTUP............................................................................................ 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Jabatan PNS Inspektorat Jenderal Kemendikbud Per 1 Juni
2015
Tabel 1.2 Jumlah Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud
Tabel 1.3 Rekapitulasi Jumlah Auditor Itjen Kemendikbud Berdasarkan Jabatan
Per 1 Juni 2015
Tabel 3.1 Data Auditor & Perannya dalam Sebuah Tim Mandiri dalam Kegiatan
Audit
Tabel 3.2 Jumlah Jabatan Fungsional Auditor Inspektorat Jenderal Kemendikbud
Tabel 3.3 Satuan Angka Kredit
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xiii
DAFTAR GRAFIK
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xiv
DAFTAR BAGAN
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Contoh Surat Tugas
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1982, auditor dibagi menjadi empat jenis yaitu Certified Public Accountant
(CPA), General Accountant Office auditor (GAO), Internal Revenue Agents
(IRA), dan Internal Auditor (Arens dan Loebbecke, dalam Edris, 1982; 8).
Salah satu unit yang melakukan proses pemeriksaan/audit terhadap pemerintah
adalah Inspektorat Jenderal yang terdapat di dalam Kementerian. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memiliki susunan organisasi yang didalamnya
terdapat Inspektorat Jenderal. Berdasarkan Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas
menyelenggarakan pengawasan internal di Lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Salah satu fungsi yang dijalankan oleh Inspektorat Jenderal
Kemendikbud yaitu melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Audit internal menurut Sukrisno adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak
yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku (Sukrisno, 2004; 221). Audit Internal
yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kemendikbud dilaksanakan oleh
internal auditor. Internal auditor yaitu orang yang melaksanakan aktivitas internal
auditing. Auditor internal merupakan suatu aktivitas assurance yang objektif dan
konsultasi yang independen, yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan
memperbaiki operasi suatu perusahaan. Aktivitas ini membantu organisasi
mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko, kontrol, dan
tata kelola (Sawyer, Dittenhofer, dan Scheiner, 2006:540, dalam Harimurti 2012).
Fungsi dari auditor internal ini ialah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
3
No Jabatan Jumlah
1 Struktural 24 orang
2 Fungsional Auditor 272 orang
3 Fungsional Umum 126 orang
Jumlah 422 orang
Sumber : Inspektorat Jenderal Kemendikbud, 2015
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
4
No Inspektorat Jumlah
1 Inspektorat I 81 orang
2 Inspektorat II 83 orang
3 Inspektorat III 78 orang
4 Inspektorat Investigasi 29 orang
Jumlah 271 orang
Jabatan Fungsional Auditor terdiri dari Auditor Terampil dan Auditor Ahli.
Auditor terampil merupakan auditor yang telah memenuhi syarat, salah satunya
yaitu berijazah paling rendah D III atau sederajat, sedangkan auditor ahli
merupakan auditor yang telah memenuhi syarat-syarat, yang salah satunya adalah
berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV atau yang sederajat.
Jenjang auditor Jabatan Fungsional Auditor Ahli paling rendah sampai dengan
paling tinggi yaitu Auditor Pertama, Auditor Muda, Auditor Madya, dan Auditor
Utama. Terdapat jenjang pangkat Auditor Ahli sesuai dengan jenjang jabatannya
yaitu Auditor Pertama: 1) Penata Muda, golongan ruang III/a dan 2) Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b; Auditor Muda: 1) Penata, golongan ruang
III/c dan 2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d; Auditor Madya: 1) Pembina,
golongan ruang IV/a, 2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b dan 3) Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c; Auditor Utama: 1) Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d dan 2) Pembina Utama, golongan ruang IV/e. Rekapitulasi
jumlah auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
berdasarkan jabatannya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
5
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
6
50 45
45
40 37 36
35
30
25
19 19
20 15
14 14 13 Inspektorat I
15 12
9 Inspektorat II
10 5
43 4 33 3 4
5 1 1 0 12 0 1 21 Inspektorat III
0 Inspektorat Investigasi
Dalam melaksanakan proses audit, maka akan dibentuk tim mandiri. Setiap
tim mandiri terdiri dari Pengendali Mutu (PM), Pengendali Teknis (PT), Ketua
Tim (KT), Anggota Tim (AT). Auditor dalam menjalankan proses audit memiliki
perannya masing-masing sesuai dengan jenjang jabatannya. Berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor:
KEP-971/K/SU/2005 Tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional
Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, dalam
formasinya, Auditor Ahli Utama berperan sebagai Pengendali Mutu (PM),
Auditor Ahli Madya berperan sebagai Pengendali Teknis (PT), Auditor Ahli
Muda berperan sebagai Ketua Tim (KT), Auditor Ahli Pertama dan Auditor
Terampil berperan sebagai Anggota Tim (AT).
Perhitungan Formasi JFA didasarkan atas konsep Gugus Tugas. Seorang
Auditor Ahli Utama membawahkan maksimal tiga Gugus Tugas. Satu Gugus
Tugas terdiri dari 13 orang Pejabat Fungsional Auditor (PFA) dengan susunan
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
7
Auditor
Ahli Madya
Sumber: Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-
971/K/SU/2005
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
8
1.2 Permasalahan
Untuk berperan sebagai Pengendali Mutu, maka seorang auditor harus
memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional. Berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dijabarkan oleh Bastian dalam
bukunya yang berjudul Audit Sektor Publik, persyaratan kemampuan atau
keahlian auditor salah satunya yaitu seorang pemeriksa yang berperan sebagai
penanggung jawab pemeriksaan harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui
secara profesional (Bastian, 2014, 27). Yang disebut sebagai seorang pemeriksa
yang berperan sebagai penanggung jawab dalam penelitian ini adalah seorang
Auditor Utama yang berperan sebagai Pengendali Mutu.
Namun, pada praktiknya, masih didapati bahwa yang berperan sebagai
Pengendali Mutu tidak hanya seorang Auditor Utama saja. Terdapat Auditor
Madya yang berperan sebagai Pengendali Mutu. Padahal semestinya seorang
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
9
1. Signifikansi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian dalam berbagai bidang
ilmu sosial dan politik, terutama yang berkaitan dengan Audit Internal dan
diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian lain di masa yang akan datang.
2. Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan kondisi riil bagaimana
penerapan peran auditor dalam audit internal di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan serta diharapkan dapat memberikan manfaat
dan menjadi bahan evaluasi bagi Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dalam penerapan peran auditornya.
1.4 Sistematika Penulisan
Tugas Karya Akhir ini terdiri dari lima bab, yakni Bab 1 adalah Pendahuluan,
Bab 2 Kerangka Teori & Metode Penelitian, Bab 3 Analisis, dan Bab 4 Penutup,
dengan perincian untuk masing-masing Bab sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
10
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang dan pokok permasalahan yang diangkat, tujuan
dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan
Bab ini berisi landasan teori terkait dengan permasalahan pada tugas karya
akhir ini, yang mana bab ini akan berisi mengenai teori audit internal serta berisi
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai topik yang dipilih dalam penulisan
Tugas Karya Akhir ini dan hasil anaisis dari topik yang diambil berdasarkan teori
yang sudah dijabarkan dalam bab 2. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan sedikit
mengenai gambaran umum dari instansi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang terkait dengan pembahasan
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini dijelaskan mengenai ringkasan yang didapatkan dari analisis yang
telah dilakukan pada bab 3 sehingga dapat terlihat apakah hasil penelitian telah
menjawab permasalahan yang ada
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 2
TEORI & METODE PENULISAN
Audit internal menurut Sawyer adalah sebuah penilaian yang sistematis dan
objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan control yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
13
dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasikan dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal
serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria
operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara
efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua
dilakukan dengan tujuan untuk konsultan dengan manajemen dan membantu
menjalankan tanggung jawabnya secara efektif (Sawyer, 2005:10).
Menurut Sukrisno, audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak
yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku (Sukrisno, 2004:221). Audit internal
mencakup penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan
manajemen, hukum, dan peraturan yang berlaku serta mengevaluasi efisiensi dan
keefektivan manajemen (Tunggal, 2014; 27).
The Institute of Internal Auditor mengemukakan pengertian mengenai
audit internal yang dikutip oleh Boynton et al (Boynton, 2001; 980) sebagai
berikut:
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activity designed to add value and improve an organization‟s operations. It
helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of the
risk management, control and governance process”
Selanjutnya menurut Ria, audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan
terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang
pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan Negara lainnya
dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kriteria
yang ditetapkan (Rai, 2008; 29).
Penelitian ini akan membahas mengenai audit internal sektor publik, yaitu
kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan
penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan
penerimaan Negara lainnya denan tujuan untuk membandingkan antara kondisi
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
14
yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan dan pelaksana kegiatan audit tersebut
dilakukan oleh internal auditor.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
15
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
16
1. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah macam-macam pekerjaan yang harus dilakukan
oleh satuan organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya. Apabila
sudah diketahui jenis-jenis pekerjaan yang harus dilakukan, maka akan
dapat ditentukan pegawai yang mempunyai kualifikasi yang diperlukan.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
17
2. Sifat Pekerjaan
Sifat pekerjaan yang mempengaruhi penetapan formasi adalah lamanya
waktu yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan itu. Sebagaimana
diketahui, pekerjaan yang dilakukan selama 24 jam terus menerus
memerlukan pegawai yang lebih banyak.
3. Perkiraan Beban Kerja dan Kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam
Jangka Waktu Tertentu
Yang dimaksud dengan beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-
masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan beban kerja
masing-masing satuan organisasi dapat dilakukan berdasarkan
perhitungan.
4. Prinsip Pelaksanaan Tugas
Prinsip pelaksanaan tugas sangat berpengaruh dalam menentukan formasi.
Apabila suatu pekerjaan hars dilakukan oleh satuan oranisasi yang
bersangkutan, maka harus diangkat pegawai untuk menjalankan pekerjaan
tersebut, dan sebaliknya.
5. Jenjang dan Jumlah Pangkat dan Jabatan yang Tersedia
Jenjang dan jumlah pangkat dan jabatan yang tersedia dalam masing-
masing satuan organisasi harus selalu diperhatikan dalam menentukan
formasi. Dengan demikian dapat dipelihara piramida kepangkatan dan
jabatan yang sehat.
6. Peralatan yang Tersedia
Makin banyak jumlah peralatan dan makin tinggi mutu peralatan dapat
mengakibatkan makin sedikit jumlah pegawai yang diperlukan.
7. Kemampuan Keuangan Negara
Dalam penetapan formasi, faktor kemampuan keuangan Negara adalah
faktor penting yang selalu harus diperhatikan.
Job description dan job specification dapat disusun berdasarkan keterangan yang
didapat dari analisis jabatan. Pada umumnya keterangan-keterangan yang tertulis
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
18
dalam job description meliputi dua hal, yaitu, sifat pekerjaan yang bersangkutan,
dan tipe pekerjaan yang cock untuk jabatan tersebut (Manullang, 2008; 46).
Job specification merupakan hasil yang diperoleh dari suatu job description. Ia
menjelaskan karakteristik dari pekerna yang dibutuhkan untuk memangku sesuai
jabatan tertentu. Pada umumnya job specification membuat ringkasan pekerjaan
yang jelas yang diikuti oleh kualifikasi definitif yang dibutuhkan dari pemangku
jabatan. Secara singkatnya yaitu merupakan kualifikasi minimum yang harus
dipenuhi seseorang agar dapat menjalankan jabatan tertentu (Manullang, 2008;
47).
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
19
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
20
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 3
tidak cukup dan tidak memadai, maka auditor intern dapat memberikan
rekomendasi perbaikan. Dengan rekomendasi dari auditor intern, selanjutnya
manajemen memperbaiki pengendalian yang telah dibuat sehingga cukup dan
memadai. Dengan pengendalian yang andal, maka risiko yang akan
mengganggu pencapaian tujuan organisasi berkurang, sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai secara lebih efektif. Di samping itu melalui audit,
reviu dan evaluasi yang dilakukan oleh auditor intern akan meningkatkan tata
kelola organisasi (itjen.kemdiknas.go.id, 2012).
Auditor intern Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan masuk ke dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA). Jabatan
Fungsional Auditor ini merupakan pelaksana teknis fungsional bidang
pengawasan di lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Jabatan Fungsional Auditor ini merupakan jabatan karier yang hanya dapat
diduduki oleh seseorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Auditor dalam melaksanakan tugas pokoknya harus mendapat surat penugasan
dari pimpinan instansi pengawasan masing-masing, dalam hal ini Inspektur
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor melaksanakan pengawasan yang
meliputi 1) Pelaksanaan kegiatan teknis pengawasan yaitu: Melaksanakan
tugas-tugas pengawasan dalam audit kinerja; melaksanakan tugas-tugas
pengawasan dalam audit atas aspek keuangan tertentu; melaksanakan tugas-
tugas pengawasan dalam audit untuk tujuan tertentu; melaksanakan tugas-
tugas pengawasan dalam audit khusus/investigasi/berindikasi tindak pidana
korupsi; mendampingi/memberikan keterangan ahli dalam proses penyidikan
dan/atau peradilan kasus hasil pengawasan; melaksanakan tugas-tugas
pengawasan dalam kegiatan evaluasi; melaksanakan tugas-tugas pengawasan
dalam kegiatan reviu, melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam kegiatan
pemantauan; melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam kegiatan
pemantauan; melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam kegiatan
pengawasan lain; melaksanakan tugas-tugas pengawasan dalam rangka
membantu melaksanakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, dan evaluasi pengawasan; mengendalikan teknis pelaksanaan
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
23
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
24
dengan tepat, yaitu untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat
yang mencukupi pada situasi yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit
tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien (Arens,
Alvin et al, 2006; 268).
“Yang nentuin ketua kelompok. Ini jadi awalnya kan rata nih semua
auditor, nah nanti satu orang itu milih 10, boleh 8, kan kita cari 6, masing
masing memilih siapa yang menurut mereka bisa dijadikan pemimpin. Nah
dari itu kan kepilih 6 orang, nah dari 6 orang itu nanti rapat lalu
setelahnya ia menentukan bawahannya itu siapa saja. Nanti 6 orang itu
milih satu orang jadi wakilnya, jadi sekretarisnya, gitu.” (Kutipan
wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00
WIB)
Dalam penentuan tim audit, terdapat peran-peran yang akan dijalankan oleh
auditor dalam melaksanakan audit. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
25
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
26
“Ya jadi kalo kita tau dia punya track record yg ga bagus dari kiri kanan,
maka nanti kan pimpinan tau, dan yang pasti kita penentuan siapa yang
jadi PM PT KT AT itu ditentukan oleh ketua kelompok. Disini ada
pembagian kelompok, nanti sebelum bikin surat tugas ini para ketua
kelompok itu rapat dulu, nanti rapat menentukan sasaran, nah sasaran
audit ini kita mau kemana. Nanti kalo udah dapet sasarannya kita nentuin
siapa orangnya, nah nanti kan kita tau nih kira-kira siapa orangnya.
Misalnya si anu kurang, jangan di jadikan PT, dijadikan KT aja gitu”
(Kutipan wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015,
pukul 9.00 WIB)
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
27
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
28
Tabel 3.1 Data Auditor & Perannya dalam Sebuah Tim Mandiri dalam
Kegiatan Audit
N Nama Jenjang Peran
Surat Tugas
o Auditor Jabatan PM PT KT AT
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
29
Dari data yang diambil secara acak di atas, maka terlihat bahwa masih terdapat
beberapa auditor yang tidak diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya di
dalam suatu tim inti audit. Auditor AAA merupakan auditor ahli madya, yang
seharusnya diperankan sebagai Pengendali Teknis (PT), namun pada pelaksanaan
surat tugas 1903/G.G2/KP/2015, AAA diperankan sebagai Ketua Tim (KT) yang
mana merupakan peran 1 level dibawah peran yang seharusnya. Hal yang sama
juga terjadi pada auditor BBB, EEE, GGG, JJJ, dan MMM. Lalu selanjutnya,
Auditor CCC merupakan auditor ahli muda yang semestinya diperankan sebagai
Ketua Tim (KT) namun pada surat tugas 1901/G.G2/KP/2015 diperankan satu
level dibawah peran yang semestinya yaitu sebagai Anggota Tim (AT). Hal yang
sama juga terjadi pada auditor FFF pada surat tugas 2346/G.G3/WS/2015 dan
auditor NNN pada surat tugas 8136/F.F5/RHS/KL/2015. Selanjutnya dalam kasus
DDD yang merupakan auditor ahli madya, pada surat tugas
1841/G.G6/RHS/KP/2015 ia diperankan satu level diatas peran yang semestinya,
yaitu diperankan sebagai Pengendali Mutu (PM), hal yang sama juga terjadi pada
auditor III, auditor KKK, dan auditor OOO. Dalam Tabel tersebut yang
diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya adalah HHH, yang merupakan
auditor ahli madya. Pada surat tugas 2964/G.G5/KP/2015 ia diperankan sebagai
Pengendali Teknis, yang mana memang sesuai dengan jenjang jabatan yang
dimilikinya. Selain itu, pada surat tugas 8136/F.F5/RHS/KL/2015 auditor LLL
juga diperankan sesuai dengan jenjang jabatan yang ia miliki.
Pemeranan dalam satu tim tidak selalu memiliki komposisi penuh mulai dari
Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim. Hal ini
dikarenakan banyaknya satuan kerja (satker) yang dijalankan dalam audit. Ketika
satuan kerjanya banyak dan jumlah auditor tidak memenuhi untuk dibentuk tim
dengan komposisi full dari PM, PT, KT, AT, maka akan memungkinkan dalam
suatu tim hanya terdapat KT dan AT saja. Hal ini seperti yang diutarakan oleh
Bapak Suwardi Kepala Subbagian TU Inspektorat 3 selaku mantan Kepala
Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
30
“Jadinya dalam satu tim gak mesti full. Unsurnya itu kan ada dari PM,
PT, KT, AT. Tapi tergantung juga kalo kita hanya menugaskan 3 orang,
itu PM nya itu nanti gak ada tuh. Hanya ada PT, KT, AT. Kadang kadang
juga kita gak pake PTnya, 1 orang KT, 2 orang AT. Nanti kita liat juga
berat-ringannya persoalan, kalo misalnya auditnya lama, persoalannya
banyak yang harus di reviu dan di analisis, itu biasanya kita menurunkan
lengkap. Nah itu juga tergantung juga nanti, kalo misalkan kita
sasarannya banyak, maka komposisi tim berkurang ih yang misalnya bisa
5-6, maka bisa 4 atau 3 tapi malah pernah juga 2 orang tuh kita. Biasanya
kita 4-5 orang sih. Tapi ketika akhirnya nanti dengan jumlah yang
sasarannya banyak itu maka kita ya gak bisa apa-apa, bahkan yang gak
mampu dan kompetensinya gak begitu baik pun kita taruh. Karena butuh
orang, gitu makanya ada keterpaksaan disini” (Kutipan wawancara
dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)
Masih adanya auditor yang tidak diperankan sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-971/K/SU/2005
tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, disebabkan karena menumpuknya
auditor yang menjabat sebagai auditor ahli madya. Auditor madya di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah auditor lainnya. Data jumlah Jabatan Fungsional
Auditor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dilihat dalam tabel 3.2
berikut.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
31
Dilihat dari tabel jumlah Jabatan Fungsional Auditor tersebut, jumlah auditor
utama yaitu 9 auditor, auditor madya yaitu sebanyak 132 auditor, auditor muda
yaitu sebanyak 54 auditor, dan auditor pertama yaitu sebanyak 51 auditor. Dari
data tersebut terlihat jelas bahwa jabatan fungsional auditor madya merupakan
jumlah auditor terbanyak di Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
“Pertama, seperti ini, komposisi auditor kita kalo diliat dari jabatan, kan
sekarang ini memang bentuknya sudah piramida terbalik. Seharusnya kan
auditor yang posisinya dibawah itu sudah lebih banyak daripada posisi
yang diatas, gitu. Namun sekarang ini kondisinya auditor yang punya
pangkat atau jenjang jabatan di Madya, ahli muda itu lebih banyak
dibandingkan dengan auditor utama atau penyelia. Seperti itu. Kan ketika
kita menyusun suatu tim itu udah ada kriterianya, kan misalnya, suatu tim
itu terdiri dari PM paling tinggi, lalu ada PT, KT dan AT. Nah PM itu,
semestinya seorang PM itu bisa membawahi 2 atau 3 tim. Nah, kemudian
kalo PM membawahi 3 tim itu artinya dibawahnya itu ada PT, KT, AT nah
sekarang itu kondisinya auditornya itu banyak yang udah punya pangkat
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
32
tinggi, akhirnya PM hanya membawahi satu satu saja, satu tim. Bahkan
juga misalnya, ketika kita melakukan audit sasarannya misalnya hanya 10
satker, PT nya ada 12 atau 15 maka akhirnya PT yang sudah punya posisi
jadi PT itu diperankan sebagai PM atau KT” (Kutipan wawancara dengan
Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
33
dan senioritas nah ketika dikantor kita itu golongannya udah 4a/4b gitu
maka sesuai dengan jenjang jabatan auditor sudah layak menjadi jenjang
auditor ahli madya, gitu. Jadinya penyebabnya alamiah karena dulu
ketika auditor masuk, tahun 90an kan belum ada jenjang jabatan auditor,
jadinya mereka yang udah punya pangkat 4a langsung jenjang auditor
madya gitu” (Kutipan wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7
Desember 2015, pukul 9.00 WIB)
Peraturan Perpanjangan Batas Usia Pensiun
Selain disebabkan oleh masalah yang sudah terjadi pada tahun 1990 tersebut,
pemeranan peran auditor yang tidak sesuai ini juga disebabkan karena adanya
perpanjangan batas usia pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
Jabatan Fungsional Auditor. Batas Usia Pensiun (BUP) adalah batas usia dimana
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Mengenai kebijakan tersebut, maka Presiden Republik Indonesia
mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012
tentang Perpanjanan Batas Usia Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang
menduduki Jabatan Fungsional Auditor.
Berdasarkan peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Nomor : PER-698/K/SU/2012 tentang Perpanjangan Batas
Usia Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional
Auditor jenjang madya dan utama, Batas Usia Pensiun (BUP) bagi Pegawai
Negeri Sipil yaitu 56 (lima puluh enam) tahun. Setelah dikeluarkannya aturan
mengenai perpanjangan Batas Usia Pensiun maka Batas Usia Pensiun Pegawai
Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor berubah menjadi 60
(enam puluh) tahun. Peraturan perpanjangan Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri
Sipil yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor tersebut hanya berlaku pada
tingkat jabatan auditor madya dan auditor utama.
Setiap perpanjangan Batas Usia Pensiun ditetapkan dengan keputusan Kepala
BPKP setelah melalui proses penilaian oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan
Kepangkatan (Baperjakat). Baperjakat mempertimbangkan, antara lain adalah
rekomendasi pimpinan unit kerja, DP3 atau hasil penilaian prestasi kerja PNS,
data hukuman disiplin pegawai dan/atau hukuman pidana yang pernah dijatuhkan,
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
34
dan surat keterangan tim penguji kesehatan dari rumah sakit pemerintah.
Rekomendasi tersebut dibuat dengan melibatkan penilaian atasan langsung, rekan
kerja dan bawahan yang bersangkutan, dan sifatnya yaitu rahasia. Apabila auditor
madya dan auditor utama tersebut sudah memenuhi syarat-syarat tersebut maka
mereka akan mendapatkan perpanjangan Batas Usia Pensiun menjadi 60 (enam
puluh) tahun dengan persetujuan dari Kepala BPKP dan disampaikan kepada
pimpinan instansi/lembaga tempat PNS dipekerjakan.
Dengan adanya perpanjangan Batas Usia Pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil
yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor jenjang madya dan utama, maka
menyebabkan banyaknya jumlah auditor madya di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal yang sama juga terjadi pada
auditor jenjang utama, yaitu terdapat perpanjangan Batas Usia Pensiun, namun
pada auditor jenjang utama tidak terjadi penumpukan jumlah karena memang
jumlah auditor yang berada pada jenjang utama hanya sedikit dan memiliki
kualifikasi lebih tinggi dibandingkan auditor madya sehingga tidak banyak yang
dapat memenuhi kualifikasi auditor utama. Hal ini diperkuat dengan Kepala
Subbagian Hukum dan Kepegawaian Inspektorat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berikut ini.
“Penyebabnnya itu sudah adanya perubahan kebijakan pemerintah,
seharusnya udah pensiun tuh, gara gara gak pensiun makanya jadi begini.
Siapa yang salah? Pemerintah. Kan harusnya udah pensiun nih tapi
karena diperpanjang ya dia nerima aja gitu ya. Istilahnya saya masih
dibayar kok. Sehingga nih kita dengan kondisi kayak begini harus
mengubah tuh, karna dampaknya ke orang yang dibawahnya ini gak bisa
naik dulu karna posisinya masih penuh”. (Kutipan wawancara dengan
Bapak Sujana, tanggal 4 Oktober 2015, pukul 8.00 WIB)
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
35
Jumlah auditor madya terlalu banyak, sehingga sebagian dari auditor madya
tidak dapat memerankan perannya sebagai Pengendali Teknis (PT) karena sudah
terlalu banyak auditor yang berperan sebagai Pengendali Teknis (PT). Oleh karena
itu, sebagian dari auditor madya harus berperan sebagai Angggota Tim (AT).
Selain menjadi Anggota Tim, auditor madya juga ada yang berperan sebagai
Pengendali Mutu (PM), hal tersebut dikarenakan masih sedikitnya auditor yang
berada pada jenjang utama sehingga sebagian dari auditor madya yang sekiranya
dapat memenuhi kualifikasi sebagai Pengendali Mutu ditugaskan untuk
memerankan Pengendali Mutu dalam suatu tim inti audit walaupun ia belum
menduduki jenjang auditor utama.
Penumpukan auditor di jenjang auditor ahli madya ini disebabkan juga karena
adanya auditor yang masih belum memenuhi persyaratan untuk naik jenjang
menjadi auditor ahli utama. Dengan begitu maka jumlah auditor yang berada pada
jenjang auditor ahli utama masih sedikit dikarenakan auditor yang berada pada
jenjang ahli madya belum memenuhi persyaratan untuk menjadi auditor ahli
utama. Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Suwardi selaku mantan Kepala Subbagian Hukum dan Kepegawaian berikut ini.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
36
“Kita melihat begini, ada misalnya auditor yang memang butuh angka
kredit, ini berlaku baru-baru ini aja ya, sementara dia itu sudah dapat
teguran karna dia udah 6 tahun gak naik pangkat. Nah, karna dia
misalnya jadi KT, tapi karna auditor yang punya peran sbg PT ini berbaik
hati kadang-kadang juga pesan ke saya. „Pak Suwardi nanti kalo besok
tugas bareng, si anu jadi PTnya ya saya jadi ketua timnya‟. Jadinya ya
memang karena ada orang berbaik hati karna dia memang diperankan
terus ya sebagai PT melihat temennya itu butuh AK itu dikasih” (Kutipan
wawancara dengan Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00
WIB)
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
37
Auditor Ahli
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
38
Auditor Ahli yang melaksanakan tugas satu tingkat di atas jenjang jabatannya,
angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari
setiap angka kredit setiap butir kegiatan pada jenjang jabatan yang diperankannya.
Sedangkan Auditor Ahli yang melaksanaka tugas satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya, angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 100% (seratus persen)
dari setiap angka kredit setiap butir kegiatan pada jenjang jabatan yang
diperankannya.
Dengan ketentuan seperti apa yang ada dalam tabel satuan angka kredit diatas
maka apabila seorang auditor ahli madya berperan satu tingkat di atas jenjang
jabatannya ia akan mendapatkan keuntungan berupa angka kredit yang lebih besar
daripada yang semestinya ia dapatkan. Dapat kita ambil contoh melalui tabel 3.1
tentang data auditor & perannya dalam sebuah tim mandiri dalam kegiatan audit.
Auditor DDD seorang auditor ahli madya, yang semestinya berperan sebagai
Pengendali Teknis, pada surat tugas 1841/G.G6/RHS/KP/2015 di alih perankan
sebagai Pengendali Mutu karena pada saat pembentukan tim Auditor Ahli Utama
jumlahnya tidak mencukupi sasaran audit. Maka, auditor DDD tersebut
mendapatkan 80% dari angka kredit sebagai Auditor Ahli Utama karena ia pada
surat tugas 1841/G.G6/RHS/KP/2015 di alih perankan menjalankan peran auditor
ahli utama. Jadi penghitungannya adalah sebagai berikut:
Hal ini menguntungkan auditor, karena auditor DDD merupakan auditor ahli
madya, maka apabila ia diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya, yakni
Pengendali Teknis, ia hanya akan mendapatkan angka kredit 0,030 dengan
penghitungan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
39
Di sisi lain, apabila seorang auditor berperan satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya ia akan mendapatkan kerugian berupa penghitungan angka kredit yang
lebih kecil daripada yang semestinya ia dapatkan. Jika dikaitkan dengan contoh
melalui tabel 3.1 tentang data auditor & perannya dalam sebuah tim mandiri
dalam kegiatan audit, maka terdapat auditor AAA yang mana merupakan auditor
ahli madya, seharusnya diperankan sebagai Pengendali Teknis. Namun, dalam
surat tugas 1903/G.G2/KP/2015 auditor AAA di alih perankan satu tingkat dibawah
jenjang jabatannya yaitu sebagai Ketua Tim yang mana semestinya diperankan oleh
Auditor Ahli Muda. Hal tersebut terjadi karena pada saat pembentukan tim jumlah
auditor menumpuk pada jenjang Auditor Ahli Madya, maka dari itu auditor AAA
di alih perankan satu tingkat dibawah jenjang jabatannya. Maka, auditor AAA
tersebut mendapatkan 100% dari angka kredit sebagai auditor ahli muda karena ia
pada surat tugas 1903/G.G2/KP/2015 di alih perankan menjalankan peran yang
semestinya dijalankan oleh auditor ahli muda. Jadi penghitungannya adalah
sebagai berikut:
Hal ini akan merugikan auditor, karena auditor AAA merupakan auditor ahli
madya, maka apabila ia diperankan sesuai dengan jenjang jabatannya, yakni
Pengendali Teknis, ia akan mendapatkan angka kredit 0,030, yang mana lebih
besar daripada ketika ia menjalankan peran sebagai Ketua Tim, dengan
penghitungan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
40
Apabila dampak permasalahan tersebut dilihat dari kualitas hasil audit yang
dihasilkan, apakah dengan pemeranan yang tidak sesuai dengan jenjang jabatan
ini akan menghasilkan hasil audit yang tidak maksimal, maka akan sulit terlihat
perbedaannya. Karena hasil laporan audit tersebut dihasilkan oleh tim. Maka akan
sulit untuk dilihat apakah hasil audit yang dihasilkan oleh auditor yang tidak
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
41
berperan sesuai dengan jenjang jabatannya akan sama kualitasnya dengan auditor
yang memang berperan sesuai dengan jenjang jabatanya. Kualitas audit menurut
De Angelo 1981 (dalam Fitrawansyah 2014; 49) merupakan probabilitas seorang
auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan dalam sistem
akuntansi klien.
“Nah ini, karna tadi kan auditor itu diperanin ditugaskan dalam suatu
susunan tim. Nah maka ini akan susah melihatnya karena ini merupakan
kerja tim. Walaupun tanggung jawab atas laporan audit itu menjadi
tanggung jawab individu. Karena begini, ketika yang masuk ke kita
LHP/LHA, itu kan bunyinya sudah tim „laporan ini disusun oleh PT xxx
PM xxx KT xxx AT xxx, yang susah kan itu” (Kutipan wawancara dengan
Bapak Suwardi, tanggal 7 Desember 2015, pukul 9.00 WIB)
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dampak dari penerapan peran yang tidak sesuai dengan jenjang jabatannya ini
dapat menguntungkan maupun merugikan auditor tersebut. Apabila seorang
auditor memerankan peran satu tingkat di atas jenjang jabatannya maka auditor
tersebut akan mendapatkan angka kredit yang lebih besar dari semestinya.
Sedangkan apabila seorang auditor berperan satu tingkat dibawah jenjang
jabatannya maka ia akan mendapatkan pengurangan angka kredit.
4.2 Saran
Terkait dengan masalah yang dibahas, agar tidak terdapat masalah mengenai
Auditor yang tidak berperan sesuai dengan jenjang jabatannya maka penulis
memberikan rekomendasi. Pertama, Pemerintah diharapkan dapat mendorong
auditor agar dapat segera memenuhi kualifikasi untuk naik jenjang jabatan
sehingga tidak terjadi penumpukan auditor di suatu jenjang jabatan saja.
Pemerintah dapat mengadakan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan untuk
membuat karya tulis, karena salah satu permasalahan yang sering ditemukan atas
auditor yang belum memenuhi persyaratan naik jenjang jabatan yaitu karena
adanya auditor yang cenderung tidak menguasai bagaimana cara dan teknik
penulisan karya tulis.
Buku
Andayani, Wuryan. 2008. Audit Internal. Edisi 1. Fakultas Ekonomi
UGM. BPFE Yogyakarta
Arens. Alvin. A. and James. K. Loebbecke. (2000). Auditing an Integrated
Approach (8th edition). Englewood Cliff, New Jersey: Prentice
Hall International, Inc.
Arens, Alvin, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2006. Auditing dan
Jasa Assurance, Edisi Keduabelas Jilid 1.PT Gelora Aksara
Pratama. Erlangga.
Bagong, Suyanto. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prenada Media
Group
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik. Pemeriksaan
Pertanggungjawaban Pemerintahan. Edisi 3. Salemba Empat.
Jakarta.
Boynton, William C, Raymod Johnson dan Walter G. Key. 2001. Modern
Auditing.Erlangga. Jakarta.
Edris, Mohammad. Ak. Auditing 1 an integrated approach suatu
pembahasan. 1982. Sinar Baru, Bandung.
Fitrawansyah. 2014. Fraud & Auditing.Mitra Wacana Media.
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Cetakan keempat. PT GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta.
Kumaat, Valery G. 2011. Internal Audit. Erlangga.
Manullang, Marihot. 2008. Manajemen Personalia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Mayangsari, Sekar & Puspa Wandanarum. 2013. Auditing Pendekatan
Sektor Publik dan Privat. Cetakan 1. Penerbit Media Bangsa.
Jakarta.
Messier, William F., dan Boh, Margareth. 2003. Auditing and Assurance:
A Systematic Approach (3th edition). USA: McGraw-Hill.
Neuman, W. L. (2007). Basics of Social Research: Quantitative and
Qualitative Approaches (2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
45
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
46
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Lampiran 1
P Saya mau tanya pak, terkait dengan penerapan peran yang tidak sesuai
dengan jenjang jabatan seperti yang tercantum di peraturan, kira-kira
penyebabnya itu apa saja ya pak?
I Oh iya, pertama seperti ini, komposisi auditor kita kalo diliat dari jabatan,
kan sekarang ini memang bentuknya sudah piramida terbalik. Seharusnya
kan auditor yang posisinya dibawah itu sudah lebih banyak daripada posisi
yang diatas, gitu. Namun sekarang ini kondisinya auditor yang punya
pangkat atau jenjang jabatan di Madya, ahli muda itu lebih banyak
dibandingkan dengan auditor utama atau penyelia. Seperti itu. Kan ketika
kita menyusun suatu tim itu udah ada kriterianya, kan misalnya, suatu tim
itu terdiri dari Pengendali Mutu paling tinggi, lalu ada Pengendali Teknis,
Ketua Tim dan Aanggota Tim. Nah PM itu, semestinya seorang PM itu bisa
membawahi 2/3 tim. Nah, kemudian kalo PM membawahi 3 tim itu artinya
dibawahnya itu ada PT, KT, AT nah sekarang itu kondisinya auditornya itu
banyak yang udah punya pangkat tinggi, akhirnya PM hanya membawahi
satu satu saja, satu tim. Bahkan juga misalnya, ketika kita melakukan audit
sasarannya misalnya hanya 10 satker, PT nya ada 12 atau 15 maka akhirnya
PT yang sudah punya posisi jadi PT itu diperankan sebagai PM atau KT.
Keduanya itu, kita memang ada PKPT Program Kerja Pengawasan Tahunan
itu kan ketika dibuat itu kan kita belum sampai ke susunan tim, nah
kemudian ketika ini akan diimplementasikan akhirnya, oh misalnya nih kita
tahun ini audit kita yang sekarang ini sasarannya hanya terbatas, nah karna
terbatas jumlah sasarannya, akhirnya peran peran tadi PM PT, agaknya
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
dihilangkan. Tapi juga jangan lupa, ada unsur kesengajaan juga. Kita melihat
begini, ada misalnya auditor yang memang butuh angka kredit, ini berlaku
baru-baru ini aja ya, sementara dia itu sudah dapat teguran karna dia udh 6
thn gak naik pangkat. Nah, karna dia misalnya jadi KT, tapi karna auditor
yang punya peran sebagai PT ini berbaik hati kadang-kadang juga pesan ke
saya. Pak Suwardi nanti kalo besok tugas bareng, si anu jadi PTnya ya saya
jadi ketua timnya. Jadinya ya memang karena ada orang berbaik hati karna
dia memang diperankan terus ya sebagai PT melihat temennya itu butuh AK
itu dikasih
P Dengan penerapan peran yang seperti ini pada praktiknya, kira-kira
akan berdampak kemana ya pak?
I Dampaknya, sebetulnya begini, Kalo misalnya pada yang diperankan lebih
tinggi, misalnya dia harusnya jadi PT, tapi nanti karna sasarannya terlalu
banyak jadi KT.. Nah ini juga jadi misalnya ada resiko-resiko orang yg
punya jabatan tinggi turun, tapi ini juga bisa jadi menguntungkan orang yang
punya jabatan lebih rendah itu dia bisa naik posisinya. Ketika nanti sasaran
terlalu banyak, kan butuh KT KT juga nih, akhirnya orang yang belum bisa
jadi KT karna mmg sasarannya terlalu banyak nih dia diperankan sebagai
KT. Nah ini yang menguntungkan. Menguntungkannya memang kenapa,
karena kalau, dia itu diperankan setingkat lebih tinggi itu AK nya bisa
diitung lebih. Kalo memang di awalnya AK untuk jadi anggota misalnya
0,25, maka ketika dia menjadi KT walaupun misalnya dia semestinya
posisinya jadi AT, nah dia bisa naik jadi 0,5 AK nya. Nah itu yang
menguntungkan dia kalo dari AK nya.
Nah yang merugikan itu otomatis, ketika dia turun dari perannya, nah itu AK
nya dikurangi. Jadi pengalinya untuk AK nya dikurangi. Karena tadi yang
dia mestiya 0,5, ketika dia perannya dibawah maka dia pengalinya lebih
dikurangi jadi 0,25.
P Kalau dampak lain ada atau tidak ya pak?
I Oh nggak ada.. Ya karena kalo keberangkatan tugas audit itu kan diitungnya
berdasarkan golongan, golongan 3 golongan 4, sementara kalo peran itu
hanya berfungsi ketika dia nanti tugas, jadinya kalo tugas misalnya saya PT,
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
nanti biasanya kalo tugas ke lapangan misalnya di awal pertemuan dengan
pimpinan Unit kerjanya dia yang hrs membuka, banyak ngomong, banyak
bicara, dan juga dia yang apa, tim ini harus bagaimana biar bisa jalan, apa
apa apa dan biasanya dia gak membuat kertas data audit. Nah nantu ada KT,
itu biasanya dia lebih apa ya, kalo di PT lebih kearah manajerial, ngatur-
ngatur, tapi kalo KT itu dia lebih ke teknis. Misalnya dia mempelajari aturan,
menganalisis dokumen, nanti kalo ada persoalan gitu misalnya, dia
menyerahkan ke anggotanya tolong nih didalami atau tolong nih dilengkapi
agar lebih akurat, seperti itu.
Jadinya dalam satu tim gak mesti full. Unsurnya itu kan ada dari PM, PT,
KT, AT. Tapi tergantung juga kalo kita hanya menugaskan 3 orang, itu PM
nya itu nanti gak ada tuh. Hanya ada PT, KT, AT. Kadang kadang juga kita
gak pake PTnya, 1 orang KT, 2 orang AT. Nanti kita liat juga berat-
ringannya persoalan, kalo misalnya auditnya lama, persoalannya banyak
yang harus di reviu dan di analisis, itu biasanya kita menurunkan lengkap.
Nah itu juga tergantung juga nanti, kalo misalkan kita sasarannya banyak,
maka komposisi tim berkurang ih yang misalnya bisa 5-6, maka bisa 4 atau 3
tapi malah pernah juga 2 orang tuh kita. Biasanya kita 4-5 orang sih.
Nah ini contoh Surat Tugas. Kita pernah melakukan audit daerah. Karena
kita bidangnya kebudayaan, maka UPT kita itu Balai Cagar Budaya, Balai
Pelestarian Nilai Budaya, Nah kita kan satker banyak dan jumlah audit 79
maka kita bagi nih dan hanya kebagian 3-3 per kelompok. Nah ini akhirnya
hanya PT, KT AT gak ada PMnya dan AT ada yang 2 nih karna kita
menyesuaikan. Nah ini 4 orang, kita pake PMnya, yang 5 orang juga pake
PM. Tapi yang 3 kita nggak pake. Ini ada juga yang 4 kita gak pake PM
karena yang satu staf administrasi. Kemudian, nah ini kalo 5 orang lengkap
ada PM PT KT AT, jadi tergantung jumlah petugas auditornya. Kalo
semakin banyak auditor maka kita biasanya menggunakan komposisi
lengkap. Audit itu ada yang tugas mandiri dan tugas susunan tim, nah kalo
yang ini itu yang tugas susunan tim. Pokoknya rata-rata kalo 3 nih kita
komposisinya begini PT,KT,AT. Tapi kalo lebih dari tiga, nah ini 2 nih KT
sama AT, ini karena sasarannya banyak, sampe 34 provinsi, kalo dibagi 3-3
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
kita gak cukup makanya kita pake KT sama AT.
P
I Nah ada standarnya kan kalo audit misalnya harus dilakukan oleh orang yang
memiliki kompetensi, misalnya bagaimana orang-orang dlm suatu tim itu
merata. Kadang-kadang kan keluhannya dalam suatu tim audit itu si anu kan,
apa ya, auditor kita kan berlatar belakang dari berbagai macam disiplin ilmu
nah akhirnya yaitu perencanaannya gak matan, nah saya kok digabungkan
dengan orang yang gak kompeten, gitu. Misalnya audit pengadaan barang
dan jasa, maka maunya kan semuanya menguasai proses barang dan jasa,
tapi kan kenyataannya gak semuanya begitu.
P Selanjutnya saya mau tanya, Auditor Madya itu kan seharusnya
perannya sebagai PT, nah kalau Auditor Madya yang diperankan
menjadi PM itu ada syarat khusus tidak?
Ya yang pasti senioritas, udah gitu kita juga melihat dia punya skill, ya
walaupun skill ini terus terang kita melihatnya dari luar ya. Senioritas,
kemampuan, ya dua hal itu yang jadi tolak ukur utama.
P Lalu saya mau Tanya, hasil laporan audit yang dihasilkan oleh misalnya
PM yang memang diperankan oleh auditor ahli utama, dengan yang
diperankan oleh auditor ahli madya apakah akan sama?
Nah ini, karna tadi kan auditor itu diperanin ditugaskan dalam suatu susunan
tim. Nah maka ini akan susah melihatnya karena ini merupakan kerja tim.
Walaupun tanggung jawab atas laporan audit itu menjadi tanggung jawab
individu. Karena begini, ketika yang masuk ke kita LHP/LHA, itu kan
bunyinya sudah tim „laporan ini disusun oleh PT xxx PM xxx KT xxx AT
xxx, yang susah kan itu, karena emang kalo mau tau lebih lanjut itu ya harus
turun ke lapangan, kalo kita gak ke lapangan per tim-tim tersebut. Tapi
selama ini, ya kita hanya dapat laporan denger-denger aja mialnya si itu gak
mau kerja, gak mau komunikasi sama si itu, nah itu yang memang susah
untuk dibuktikan.
Ya jadi kalo kita tau dia punya track record yg ga bagus dari kiri kanan,
maka nanti kan pimpinan tau, dan yang pasti kita penentuan siapa yang jadi
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
PM PT KT AT itu ditentukan oleh ketua kelompok. Disini ada pembagian
kelompok, nanti sebelum bikin surat tugas ini para ketua kelompok itu rapat
dulu, nanti rapat menentukan sasaran, nah sasaran audit ini kita mau kemana.
Nanti kalo udah dapet sasarannya kita nentuin siapa orangnya, nah nanti kan
kita tau nih kira-kira siapa orangnya. Misalnya si anu kurang, jangan di
jadikan PT, dijadikan KT aja gitu. Tapi ketika akhirnya nanti dengan jumlah
yang sasarannya banyak itu maka kita ya gak bisa apa-apa, bahkan yang gak
mampu dan kompetensinya gak begitu baik pun kita taruh. Karena butuh
orang, gitu makanya ada keterpaksaan disini.
Yang nentuin ketua kelompok. Ini jadi awalnya kan rata nih semua auditor,
nah nanti satu orang itu milih 10, boleh 8, kan kita cari 6, masing masing
memilih siapa yang menurut mereka bisa dijadikan pemimpin. Nah dari itu
kan kepilih 6 orang, nah dari 6 orang itu nanti rapat lalu setelahnya ia
menentukan bawahannya itu siapa saja. Nanti 6 orang itu milih satu orang
jadi wakilnya, jadi sekretarisnya, gitu. Wakilnya ini tugasnya, kalau ketua
kelompok ini berhalangan untuk menghadiri rapat, maka wakilnya yang
hadir. Sementara kalo sekretaris itu perannya misalnya ada laporan yang
kurang pas, gitu nanti kita ke sekretarisnya diserahkan.
P Kan pemeranannya gak sesuai ya pak, karena auditor madyanya
menumpuk, nah itu Itjen itu ngelakuin langkah apa untuk mengatasi?
I Terus terang saja susah, karna gak mungkin kan kita nahan nahan orang kan.
Masa ya orang mau maju kita tahan-tahan. Sebetulnya kondisi ini tuh sudah
terjadi ketika awal tahun 1990 jabatan auditor dilakukan. Dulu kan kita tidak
begini, dulu namanya pemeriksa. Pemeriksa itu gak ada berjenjang-jenjang
gini. Hanya ada dua jenjangnya yaitu inspektur pembantu, dan pemeriksa.
Nah sekarang terlalu banyak jenjangnya, ketika kita memberlakukan jenjang
jabatan auditor itu orang orang yang jabatannya diatas itu sudah terlalu
banyak, tapi bisa jadi nanti beberapa tahun kedepan itu kebalikannya. Karna
kan bisa saja auditor yang diangkat itu lebih banyak lagi gitu. Misalnya udah
ada 30, terus nanti ngangkat 30 lagi.
P Ini saya teorinya kan ada cakupan audit sektor publik. Ini di
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Inspektorat Jenderal Kemendikbud itu mencakup yang mana saja?
I Kita disini hanya ada audit keuangan, audit kinerja, dan audit operasional.
Kita hanya melakukan itu saja.
Sebenernya begini, ini kan post audit ini merupakan pendekatan audit. Lalu
fraud audit ini kita menggunakan istilahnya audit investigasi. Kalo jenis
audit sih ya ada 3 tadi.
Kalo audit komprehensif ini kan maksudnya gak hanya bicara tentang efisien
dan efektif aja, tpi bicara juga penggunaan SDMnya peralatannya untuk
mendukung operasionalisasi. Tapi terus terang in komprehensif ini tuh agak
jarang, karena sekarang itu lebih ke keuangan, misalnya „berapa hari orang
ini gak masuk‟, atau „oh dia nikah lagi nih‟, karna kan ada aturannya tidak
boleh nikah lagi, nah kita sekarang sudah menghilangkan audit yang seperti
itu. Lalu pemeriksaan post audit itu kita ada audit dini itu melihat kegiatan
yang mereka susun sebelum dilaksanakan seperti perencanaanya. Kalo post
audit itu kita melihat ketika kegiatan sudah berakhir. Kita dua duanya ada
nih. Audit khusus, ini juga kita pake misalnya dalam audit sertifikasi guru,
nah itu kan khusus karena hanya melihat sertifikasi guru. Kalo audit
kecurangan atau fraud audit itu kita disini itu pakai istilah audit investigasi.
Nah ini biasanya awalnya itu dari pelaporan, pengaduan, atau mungkin
instruksi dari menteri. Nah ini kita lihat lewat fraud audit.
P: Oh iya baik pak. Terimakasih banyak atas waktunya. Mohon maaf bila
mengganggu
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
gitu. Penyebabnnya itu sudah adanya perubahan kebijakan pemerintah,
seharusnya udah pensiun tuh, garagara gak pensiun makanya jadi begini.
Siapa yang salah? Pemerintah. Kan harusnya udah pensiun nih tapi karena
diperpanjang ya dia nerima aja gitu ya. Istilahnya saya masih dibayar kok.
Sehingga nih kita dengan kondisi kayak begini harus mengubah tuh, karna
dampaknya ke orang yang dibawahnya ini gak bisa naik dulu karna
posisinya masih penuh.
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016
Daftar Riwayat Hidup
Universitas Indonesia
Analisis faktor…, Astrid Putri Herrera, FISIP UI, 2016