Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari, kita mungkin jarang mendengar istilah
pengangkutan. Yang belum banyak diketahui oleh orang yakni apa itu pengangkutan
terkhusus dalam ilmu hukum dagang.
Kita mungkin lebih sering mendengar dan menggunakan kata transportasi
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kata pengangkutan mungkin sangatlah
asing bagi kita yang baru akan memasuki atau belajar hukum dagang.
Sebagai warga Indonesia yang sangat sering bertransportasi, tentulah sangat
penting bagi kita untuk mengetahui apa itu transportasi, atau yang lebih spesifik lagi
dengan menggunakan kata pengangkutan.
Mengapa kita harius mempelajari irtu semua? Yang padahal belum tentu hal
tersebut berhubungan dengan apa yang kita kerjakan. Secara garis besarnya, agar kita
tahu apa itu pengangkutan dan bagaimana hukumnya di Indonesia sehingga bisa
menjadi bagian dari hukum dagang.
Hal ini tentulah sangat penting bagi kita semua agar tidak mudah ditipu oleh
orang lain ataupun Negara lain yang berkenaan dengan hukum dagang pengangkutan.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dari pengangkutan dan hukum pengangkutan?
b. Bagaimana pengaturan hukum dagang?
c. Apakah moda pengangkutan itu?
d. Siapa sajakah pihak-pihak dalam perjanjian penagngkutan?
e. Apa saja hak dan kewajiban para pihak dalam pengangkutan?
f. Bagaimanakah Tanggungjawab pengangkut dalam pengangkutan?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari pengangkutan dan hukum pengangkutan.
b. Untuk memahami bagaimana pengaturan dalam hukum dagang.
c. Untuk mengetahui dan memahami dari moda pengangkutan.
d. Untuk mengetahui siapa saja pihak yang melakukan perjanjian dalam
pengangkutan.
e. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pengangkutan.
f. Untuk memahami bagaimana tanggungjawab pengangkut dalam pengangkutan.
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengangkutan dan Hukum Pengangkutan


a. Pengertian Pengangkutan
Beberapa ahli, memberikan pengertian mengenai pengangkutan, diantaranya:
a. Menurut Abdulkadir Muhammad pengangkutan adalah kegiatan pemuatan ke
dalam alat pengangkut, pemindahan ke tempat tujuan dengan alat pengangkut, dan
penurunan/ pembongkaran dari alat pengangkut baik mengenai penumpang
ataupun barang.1
b. Menurut Sinta Uli pengangkutan adalah suatu kegiatan perpindahan tempat, baik
mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan
untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.2
c. Menurut Purwosutjipto dalam bukunya mendefinisikan pengangkutan dengan,
perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang
dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.3

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan


pemindahan penumpang atau barang dari suatu tempat pemuatan ke tempat tujuan
sebagai tempat penurunan penumpang atau pembongkaran barang muatan.4 Rangkain
peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan:

1. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut.


2. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan.
3. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

Pengangkutan yang meliputi tiga kegiatan tersebut merupakan suatu kesatuan


proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat diruskan
dala arti sempit, yakni hanya meliputi kegiatan membawa penumpang atau barang
dari stasiun/ terminal/ pelabuhan/ bandara ttempat pemberangkatan ke masing-masing
tujuan. Untuk menentukan pengangkutan dalam arti luas atau sempit bergantung pada
perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh para pihak-pihak, bahkan kebiasaan

1
Abdulkadir Muhammad. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara. Hlm. 15.
2
Sinta Uli. Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan
Angkatan Udara. Hlm. 20.
3
H.M.N Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Hlm. 2.
4
Abdulkadir Muhammad. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara.cet pertama. Hlm. 42-43.
3
masyarakat. Pada pengangkutan kereta api, tempat pemuatan dan penurunan
penumpang atau pembingkaran barang disebut stasiun. Pada pengangkutan dengan
kendaraan umum disebut terminal, pada pengangkutan dengan kapal disebut
pelabukan, pada penggangkutan dengan udara disebut bandara. Dengan demikian,
proses yang digambarkan dalam konsep pengangkutan berawal stasiun/ terminal/
pelabuhan/ bandara dan berakhir di stasiun/ terminal/ pelabuhan/ bandara tujuan,
kecuali apabila ditentukan lain dalam perjanjianpengangkutan.

b. Pengertian Hukum Pengangkutan


Pengertian hukum pengangkutan adalah “ keseluruhan aturan hukum yang
mengatur tentang pengangkutan, aturan hukum tersebut meliputi:
a. Ketentuan perundang-undangan.
b. Perjanjian dan/atau kebiasaan yang mengatur berbagai proses pengangkutan
(angkutan darat, laut, dan udara).5
Menurut Abdulkadir Muhammad di dalam bukunya yang berjudul “Hukum
Pengangkutan Niaga” Peraturan Hukum Pengangkutan Adalah Keseluruhan
Peraturan Hukum yang Mengatur Tentang Jasa Pengangkutan. Istilah peraturan
hukum (rule of law) dalam definisi ini meliputi semua ketentuan:
1. Undang-Undang pengangkutan.
2. Perjanjian pengangkutan.
3. Konvensi internasional tentang pengangkutan; dan
4. Kebiasaan dalam pengangkutan kereta api, darat, perairan, dan penerbangan.
Peraturan hukum tersebut meliputi juga asas hukum, norma hukum, teori hukum,
dan praktik hukum pengangkutan.

Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis (fundamental norm)


yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan pengangkutan yang menyatakan kebenaran,
keadilan, dan kepatutan yang diterima oleh semua pihak. Kebenaran, keadilan, dan
kepatutan juga menjadi tujuan yang diharapkan oleh pihak-pihak. Norma hukum
pengangkutan merupakan rumusan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang,
perjanjian konvensi internasional, dan kebiasaan yang mengatur tentang
pengangkutan. Norma hukum pengangkutan berfungsi mengatur dan menjadi
pedoman perilaku atau perbuatan pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengangkutan. Fungsi pengaturan ini mengarahkan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengangkutan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yaitu

5
https://www.slideshare.net/mobile/FairNurfachrizi/hukum-pengangkutan, diakses pada tanggal 27 Oktober 2019, pukul.20.43.

4
tiba di tempat tujuan dengan selamat, aman, bermanfaat, nilai guna meningkat, dan
menguntungkan semua pihak.

Teori hukum pengangkutan adalah serangkaian ketentuan undang-undang atau


perjanjian mengenai pengangkutan yang direkonstruksikan sedemikian rupa
sehingga menggambarkan proses kegiatan pengangkutan. Teori hukum
pengangkutan merupakan gambaran secara jelas rekonstruksi ketentuan undang-
undang atau perjanjian bagaimana seharusnya para pihak berbuat sehingga tujuan
pengangkutan itu tercapai.

Praktik hukum pengangkutan adalah serangkaian perbuatan nyata yang masih


berlangsung (in action) atau perbuatan yang sudah selesai dilakukan, seperti
keputusan hakim atau yurisprudensi (judge made law), dokumen hukum (legal
documents), seperti karcis penumpang dan surat muatan barang. Praktik hukum
pengangkutan menyatakan secara empiris peristiwa perbuatan pihak-pihak sehingga
tujuan pengangkutan itu tercapai dan ada pula yang tidak tercapai. Tidak tercapainya
tujuan dapat terjadi karena wanprestasi salah satu pihak atau karena keadaan
memaksa (force majeur).6

A. Pengaturan Pengangkutan
Pengangkutan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Kita lihat
bahwa pengangkutan pada pokoknya bersifat perpindahan, baik mengenai benda-
benda maupun mengenai orang-orang. Karena perpindahan itu mutlak mencapai dan
meningkatkan efisiensi.7

Menurut Abdulkadir Muhammad konsep pengangkutan meliputi 3 aspek, yaitu:

a. Pengangkutan sebagai usaha


Pengangkutan sebagai usaha (business) adalah kegiatan usaha di bidangjasa
pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Kegiatan usaha
tersebut selalu berbentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum. Karena menjalankan perusahaan, usaha jasa pengangkutan bertujuan
memperoleh keuntungan dan/atau laba. Perusahaan bidang jasa pengangkutan
lazim disebut perusahaan pengangkutan.
b. Pengankutan sebagai Perjanjian
Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara
pihak pengangkut dan pihak penumpang/pengirim. Kesepakatan tersebut pada
6
Abdulkadir Muhammad. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara.cet pertama. Hlm. 5-6.
7
Soekardono. Hukum Dagang Indonesia. hlm. 2.
5
dasarnya berisi kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang atau pengirim.
Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak di
tempat pemberangkatan hingga sampai ke tempat tujuan yang telah disepakati
dengan selamat. Sebagai imbalan, pengangkut berhak memperoleh sejumlah uang
jasa atau uang sewa yang disebut biaya pengangkutan. Sedangkan kewajiban
penumpang atau pengirim adalah membayar sejumlah uang sebagai biaya
pengangkutan dan memperoleh hak atas pengangkutan sampai di tempat tujuan
dengan selamat.
c. Pengangkutan sebagai proses penerapan (applying process).
Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju
ke tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di
tempat tujuan. Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai
unsur-unsur sistem, yaitu:
1. Subjek pelaku pengangkutan
Yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan dan pihak yang berkepentingan dengan
pengangkutan.
2. Status pelaku pengangkutan
Khususnya pengangkut selalu berstatus perusahaan perseorangan, persekutuan,
badan hukum.
3. Objek pengangkutan
Yaitu alat pengangkut, muatan, dan biaya pengangkutan, serta dokumen
pengangkutan.
4. Peristiwa pengangkutan
Yaitu proses terjadi pengangkutan dan penyelenggaraan pengangkutan serta
berakhir di tempat tujuan.
5. Hubungan pengangkutan
Yaitu hubungan kewajiban dan hak antara pihak-pihak dalam pengangkutan dan
mereka yang berkepentingan dengan pengangkutan.
6. Tujuan pengangkutan
Yaitu tiba dengan selamat di tempat tujuan dan peningkatan nilai guna, baik
barang dagangan maupun tenaga kerja.

Kegiatan dari transportasi adalah memindahkan barang dan orang dari satu
tempat ke tempat lain, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa
angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang

6
membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan atau pengiriman barang-
barangnya.

Transportasi atau pengangkutan adalah merupakan bagian hubungan hukum


lalu lintas dan angkutan juga termasuk bidang pelayanan jasa ekonomis sesuai dengan
sifat usaha memindahkan barang dari tempat asal ke tempat lain. Pengangkutan darat
dengan kendaraan umum diatur dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992
tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara tahun 1992 Nomor 49).
Karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan yang berkembang kini, undang-
undang ini kemudian tidak diberalakukan lagi dan diganti dengan Undang-Undang
Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu Lintas dang angkutan Jalan (Lembaran Negara
Tahun 2009 Nomro 96) yang mulai sejak berlaku sejak diundangkan pada tanggal 22
juni 2009. Menurut ketentuan undang-undang yang baru tersebut, kendaraan bermotor
adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan diatas rel. Kendaraan bermotor umum adalah setiap
kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan barang dan/atau orang dengan
dipungut bayaran (Pasal 1 angka 8 dan 10 Undang-Undang Nomro 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya).

Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diadakan dengan perjanjian


antara perusahaan pengangkutan umum dan penumpang atau pemilik barang. Karcis
penumpang dan surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi
perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Karcis penumpang
diterbitkan atas nama (on name), artinya tidak dapat dialihkan dengan menyerahkan
karcis penumpang kepada pihak lain. Demikian juga surat pengangkutan barang
diterbitkan atas nama (on name), artinya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Penerbitan dokumen pengangkutan atas nama ada kaitannya dengan


perlindungan asuransi terhadap pemegang dalam hal terjadi musibah. Pemegang
dokumen pengangkutan adalah orang yang berhak memperoleh santunan atau ganti
kerugian dari pihak asuransi.

B. Moda Pengangkutan

Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat


angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain. Moda
yang biasanya digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda yang
berjalan di darat, berlayar di perairan laut dan pedalaman, serta moda yang terbang di

7
udara. Moda yang di darat juga masih bisa dikelompokkan atas moda jalan, moda
kereta api dan moda pipa.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dengan 17 ribuan pulau


hanya bisa terhubungkan dengan baik dengan sistem transportasi multi moda, tidak
ada satu modapun yang bisa berdiri sendiri, melainkan saling mengisi. Masing-masing
moda mempunyai keunggulan dibidangnya masing-masing. Pemerintah berfungsi
untuk mengembangkan keseluruh moda tersebut dalam rangka menciptakan sistem
transportasi yang efisien, efektif dan dapat digunakan secara aman dapat menempuh
perjalanan dengan cepat dan lancar.

Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi yang terlibat yang
saling berhubungan yang rangkai dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas).
Masing-masing moda transportasi memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan
pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan.

Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) adalah tatanan transportasi yang


terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api,
transportasi sungai, danau, dan penyeberangan, transportasi laut serta transportasi
pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu
sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis.

Terdapat beberapa jenis moda pengaangkutan, antara lain:

Moda darat
1. Jalan
Merupakan moda yang sangat kental dalam kehidupan kita sehari-hari
memenuhi kebutuhan transportasi. Moda jalan mempunyai fleksibilitas yang tinggi
sepanjang didukung dengan jaringan infrastruktur.
2. Kereta api

Merupakan moda yang digunakan pada koridor dengan jumlah permintaan


yang tinggi, dimana alat angkut kereta api yang berjalan diatas rel. Moda kereta api
tidak se fleksibel seperti moda jalan namun hanya dapat digunakan bila didukung oleh
jaringan infrastruktur rel kereta api.

3. Angkutan Pipa

8
Merupakan moda yang umumnya digunakan untuk bahan berbentuk cair atau
pun gas, pipa digelar diatas tanah, ditanam pada kedalaman tertentu di tanah atau pun
digelar melalui dasar laut.

4. Angkutan Gantung
Merupakan moda yang biasanya dipakai untuk keperluan khusus. Misalnya
wisata dan bukan untuk keperluan sehari-hari.

Moda Laut
Karena sifat fisik air yang menyangkut daya apung dan gesekan yang terbatas,
maka pelayaran merupakan moda angkutan yang paling efektip untuk angkutan
barang jarak jauh barang dalam jumlah yang besar. Pelayaran dapat berupa pelayaran
paniai, pelayaran antar pulau, pelayaran samudra ataupun pelayaran pedalaman
melalui sungai atau pelayaran di danau. Didalam pelayaran biaya terminal dan
perawatan alur merupakan komponen biaya paling tinggi, sedangkan biaya
pelayarannya rendah. Ukuran kapal cenderung semakin besar pada koridor-koridor
pelayaran utama, dimana pada tahun 1960an ukuran kapal yang paling besar
mencapai 100.000 dwt tetapi sekarang sudah mulai digunakan kapal tangker MV
Knock Nevis[1] 650 ribu ton dengan panjang 458 meter, draft 24,6 meter.

Moda Udara

Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan


dapat melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh
moda transportasi lain. Di Papua ada beberapa kota yang berada di pedalaman yang
hanya dapat dihubungkan dengan angkutan udara, sehingga papua merupakan pulau
dengan lebih dari 400 buah bandara/landasan pesawat/air strip[2] dengan panjang
landasan antara 800 sampai 900 meter. Perkembangan industri angkutan udara
nasional, Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah yang ada
sebagai suatu negara kepulauan. Oleh karena itu, Angkutan udara mempunyai peranan
penting dalam memperkokoh kehidupan berpolitik, pengembangan ekonomi, sosial
budaya dan keamanan & pertahanan. Kegiatan transportasi udara terdiri atas :

a. angkutan udara niaga yaitu angkutan udara untuk umum dengan menarik
bayaran, dan
b. angkutan udara bukan niaga yaitu kegiatan angkutan udara untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dan kegiatan pokoknya bukan di bidang angkutan udara.

9
Sebagai tulang punggung transportasi adalah angkutan udara niaga berjadwal,
sebagai penunjang adalah angkutan niaga tidak berjadwal, sedang pelengkap
adalah angkutan udara bukan niaga.

d. Pihak-pihak yang terkait dalam pengangkutan

Pihak-pihak yang yang terlibat di dalam perjanjian pengangkutan antara lain:


1. Pihak Pengangkut
Secara umum, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) tidak
dijumpai defenisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut.Akan tetapi,
dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang)
dan/atau barang.8
2. Pihak Penumpang
Peraturan pengangkutan di Indonesia menggunakan istilah “orang” untuk
pengangkutan penumpang.Akan tetapi, rumusan mengenai “orang” secara umum
tidak diatur.Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan orang, penumpang
adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan dan
atas dasar ini dia berhak untuk memperoleh jasa pengangkutan.9
3. Pihak Pengirim
Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD) Indonesia juga tidak mengatur
defenisi pengirim secara umum.Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian
pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar
biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan
pengangkutan barang dari pengangkut.Dalam bahasa inggris, pengirim disebut
consigner, khusus pada pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.10

Yang dimaksud dengan pihak-pihak dalam pengangkutan adalah para subjek


hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan.
Mengenai siapa saja yang menjadi pihak-pihak dalam pengangkutan ada beberapa
pendapat yang dikemukakan para ahli antara lain: Wihoho Soedjono menjelaskan
bahwa di dalam pengangkutan di laut terutama mengenai pengangkutan di laut
terutama mengenai pengangkutan barang, maka perlu diperhatikan adanya tiga unsur
yaitu pihak pengirim barang, pihak penerima barang dan barangnya itu sendiri.

8
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 164
9
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 164
10
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 164
10
Menurut H.M.N Purwosutjipto, pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu
pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah orang yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat. Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu
pihak yang mengikatkan dari untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia
memberikan muatan. Menurut Abdulkadir Muhammad, subjek hukum pengangkutan
adalah “pendukung kewajiban dan hak dalam hubungan hukum pengangkutan, yaitu
pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam proses perjanjian sebagai pihak
dalam perjanjian pengangkutan”. Mereka itu adalah pengangkut, pengirim,
penumpang, penerima, ekspeditur, agen perjalanan, pengusaha muat bongkar, dan
pengusaha pergudangan.Subjek hukum pengangkutan dapat berstatus badan hukum,
persekutuan bukan badan hukum, dan perseorangan.11

a. Pengangkut (Carrier)
Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan.Dalam
perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yakni pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.12
b. Pengirim ( Consigner, Shipper)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia tidak mengatur definisi
pengirim secara umum.Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan,
pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar pengangkutan barang
dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari
pengangkut.Dalam bahasa Inggris, pengirim disebut consigner, khusus pada
pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.13
c. Penumpang (Passanger)
Penumpang adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan
penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai yang
ditetapkan.59 Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai dua status,
yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan sebagai objek
karena dia adalah muatan yang diangkut. Kenyataan menunjukkan bahwa anak-anak

11
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 173
12
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 173
13
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 174
11
dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat.Berdasarkan kebiasaan, anak-anak mengadakan perjanjian pengangkutan
itu sudah mendapat restu dari pihak orang tua tau walinya.Berdasarkan kebiasaan itu
juga pihak pegangkut sudah memaklumi hal tersebut.Jadi yang bertanggung jawab
adalah orang tua atau wali yang mewakili anak-anak itu.Hal ini bukan menyimpangi
undang-undang, bahkan sesuai dengan undang-undang dan kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat.14
d. Penerima (Consignee)
Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak
pengirim dan penerima adalah merupakan subjek yang berbeda. Namun adakalanya
pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang
diangkut di tempat tujuan.Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin
pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.Dalam hal
penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian
pengangkutan. Dalam penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima
bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang
berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum
pengangkutan. Adapun kriteria penerima menrut perjanjian, yaitu :
1. Perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang;
2. dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;
3. membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan.15
e. Ekspeditur
Ekspeditur dijumpai dalam perjanjian pengangkutan barang, dalam bahasa
Inggris disebut cargo forwarder.Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum
pengangkutan karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengirim atau
pengangkut atau penerima barang. Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara dalam
perjanjian pengangkutan yang bertindak atas nama pengirim. Pengusaha transport
seperti ekspeditur bekerja dalam lapangan pengangkutan barang-barang namun dalam
hal ini ia sendirilah yang bertindak sebagai pihak pengangkut. Hal ini nampak sekali
dalam perincian tentang besarnya biaya angkutan yang ditetapkan.Seorang ekspeditur
memperhitungkan atas biaya muatan (vrachtloon) dari pihak pengangkut jumlah biaya
dan provisi sebagai upah untuk pihaknya sendiri, yang tidak dilakukan oleh
pengusaha transport. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui kriteria ekspeditur
menurut ketentuan undang-undang, yaitu

14
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 174
15
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 175
12
1. Perusahaan pengantara pencari pengangkut barang;
2. Bertindak untuk dan atas nama pengirim; dan
3. Menerima provisi dari pengirim.16
f. Agen Perjalanan ( Travel Agent)
Agen perjalanan (travel agent) dikenal dalam perjanjian pengangkutan
penumpang.Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan
karena mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu perusahaan
pengangkutan penumpang. Agen perjalanan berfungsi sebagai agen (wakil) dalam
perjanjian keagenan (agency agreement) yang bertindak untuk dan atas nama
pengangkut. Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mencarikan
penumpang bagi perusahaan pengangkutan kereta api, kendaraan umum, kapal, atau
pesawat udara.Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan kriteria agen perjalanan
menurut undang-undang, yaitu :
1. Pihak dalam perjanjian keagenan perjalanan;
2. Bertindak untuk dan atas nama pengangkut;
3. Menerima provisi (imbalan jasa) dari pengangkut; dan
4. Menjamin penumpang tiba di tempat tujuan dengan selamat.17
g. Pengusaha Muat Bongkar (Stevedoring)
Untuk mendukung kelancaran kegiatan angkutan barang dari dan ke suatu
pelabuhan, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal mempunyai
kedudukan yang penting.Di samping itu keselamatan dan keamanan barang yang
dibongkar muat dari dan ke pelabuhan sangat erat kaitannya dengan kegiatan bongkar
muat tersebut. Menurut Pasal 1 butir 16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999
pengusaha muat bongkar adalah ”kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar
muat barang dan/atau hewan dari dan ke kapal”. Perusahaan ini memiliki tenaga ahli
yang pandai menempatkan barang di dalam ruang kapal yang terbatas itu sesuai
dengan sifat barang, ventilasi yang diperlukan, dan tidak mudah
bergerak/bergeser.Demikian juga ketika membongkar barang dari kapal diperlukan
keahlian sehingga barang yang dapat dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak
menimbulkan kerusakan.
Menurut Pasal 45 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 untuk
memperoleh izin usaha bongkar muat, wajib memenuhi persyaratan :
1. Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan
teknologi;

16
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 175
17
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 176
13
2. Memiliki tenaga ahli yang sesuai;
3. Memiliki akte pendirian perusahaan;
4. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; dan
5. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).18
h. Pengusaha Pergudangan (Warehousing)
Menurut Pasal 1 alinea kedua Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969,
pengusaha pergudangan adalah ”perusahaan yang bergerak di bidang jenis jasa
penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama barang yang bersangkutan
menunggu pemuatan ke dalam kapal atau penunggu pemuatan ke dalam kapal atau
menunggu pengeluarannya dari gudang pelabuhan yang berada di bawah pengawasan
Dinas Bea dan Cukai”.19
e. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan
Perjanjian yang dibuat para pihak dalam pengangkutan orang menimbulkan
hak dan kewajiban yang diberikan secara timbal balik antara pengangkut dan
pengemudi dan pengangkut dengan penumpang. Kewajiban pengusaha angkutan pada
pengemudi ini didasarkan pada perjanjian kerja, dimana pengusaha angkutan
mempunyai kewajiban untuk menyediakan jasa angkutan dan fasilitas yang akan
dipergunakan oleh penngemudi untuk mengangkut penumpang serta berkewajiban
membayar upah. Sedangkan pengusaha angkutan berhak mendapatkan uang angkutan
dan berhak memerintahkan pengemudi untuk menyelenggarakan
pengangkutan.Secara umum tentang kewajiban majikan dan buruh atau pengusaha
dengan angkutan dengan pengemudi diatur dalam Pasal 1602 dan Pasal 1603
KUHPdt.
Dengan demikian pengusaha angkutan mempunyai kewajiban untuk menjamin
keselamatan baik dari awak kendaraan maupun pengguna jasa angkutan
itu.Kewajiban mengasuransikan awak kendaraan maupun penumpang pengguna jasa
angkutan sebagai langkah represif jika terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan.Akan
tetapi sebenarnya langkah preventif juga harus dilakukan oleh pengusaha angkutan
seperti memelihara dan menjaga fasilitas dan kelalaian armada angkutan, agar dapat
dipergunakan oleh penumpang dan untuk menghindari terjadinya resiko kerugian atas
pemakaian jasa angkutan bagi penumpang maupun pihak ketiga. Fasilitas dan
kelaikan berkaitan dengan persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor yang
dioperasikan di jalan, termasuk pemenuhan terhadap syarat ambang batas gas emisi,
kebisingan, dan sebagainya, karena pemeliharaan fasilitas dan kelaikan armada

18
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 176
19
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 176
14
angkutan ini erat kaitannya dengan kenyamanan bagi penumpang dalam
mempergunakan jasa angkutan.
Hal ini sesuai dengan bunyi dari Pasal 48 UULLAJ Ayat 1 sampai 3.
Sedangkan mengenai kenyamanan dan keamanan penumpang dalam mempergunakan
fasilitas angkutan dapat ditegaskan pada Pasal 34 UULLAJ, yang menyatakan bahwa
“Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan kendaraan
bermotor untuk penumpang.” Dengan adanya penegasan dalam pasal, maka dapat
diketahui dalam pengangkutan orang wajib mempergunakan kendaraan khusus
penumpang baik yang bermotor Bus, mobil penumpang, sepeda motor maupun tidak
bermotor yang digerakkan oleh tenaga manusia dan atau hewan Pasal 1 Ayat 9
UULLAJ seperti delman dan becak. Dengan demikian tidak diperkenankan bagi
pengangkut untuk mengangkut penumpang dengan menggunakan alat pengangkutan
barang, kecuali telah memenuhi persyaratan untuk mengangkut penumpang.Hal ini
sesuai dengan ketentuan Pasal 66 Keputusan Menteri Perhubungan No.KM841999
tentang Penyelenggaraan Angkutan Jalan di Jalan dengan Kendaraan Bermotor yang
intinya menyatakan bahwa mobil penumpang umum harus dilengkapi dengan ruang
bagasi tersendiri atau barang milik penumpang dapat disimpan dalam tempat khusus
yang disediakan dengan tidak mengganggu kenyamanan penumpang.
Dalam melakukan penyelenggaraan pengangkutan ini, pengangkut juga harus
memperhatikan mengenai tata cara mengangkut dan batas maksimum penumpang
yang akan diangkut. Pasal-pasal di atas terkait dengan adanya kewajiban bagi
pengemudi angkutan untuuk menjaga dan memelihara penumpang sampai ditempat
tujuan dengan selamat.Yang dimaksud menjaga dan memelihara penumpang yang
diangkut adalah bahwa pengemudi dalam menjalankan tugasnya dapat
mempertimbangkan keselamatan dan keamanan serta kenyamanan penumpang
sehingga tujuan pengangkutan terlaksana dengan baik. Selamat dimaksudkan agar
pada saat terjadi proses pengangkutan sampai ditempat tujuan, penumpang dalam
keadaan sehat, tidak mengalami bahaya yang mengakibatkan luka, sakit atau
meninggal dunia.
Sedangkan kemanan dan kenyamanan yang dimaksud adalah, bahwa dalam
menyelenggarakan pengangkutan, penumpang tidak merasa khawatir dalam
mempergunakan fasilitas dan penyelenggaraan jasa angkutan umum. Serta Pasal 187
UULLAJ yang mencantumkan kewajiban pengangkut untuk mengembalikan biaya
angkutan jika terjadi pembatalan dalam proses pengangkutan. Dengan mentaati
perjanjian pengangkutan, maka pengangkut harus beritikad baik dalam
menyelenggarakan pengangkutan dari mulai diangkutnya penumpang sampai
15
diturunkannya penumpang.Dan sudah selayaknya apabila kewajiban- kewajiban dapat
dipenuhi baik oleh pengusaha angkutan dan pengemudi.Agar dalam
menyelenggarakan pengangkutan, penumpang mendapat pelayanan yang sesuai
dengan tujuan dan fungsi dari pengangkutan itu sendiri, yaitu dapat memberikan nilai
guna bagi masyarakat yang mempergunakan jasa angkutan umum dengan selamat
sampai ditempat tujuan tanpa menimbulkan kerugian, baik kerugian materiil maupun
kerugian imateriil bagi penumpang.
Terkadang dalam mengemudikan kendaraan banyak hal yang tidak diinginkan
saat mengemudi, yakni terjadinya kecelakaan. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu
peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan
dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia danatau
kerugian harta benda. Pasal 1 Ayat 24 UULLAJ. Disebutkan dalam Pasal 231
UULLAJ bahwa Pengemudi Kendaraan Bermotor yang terlibat Kecelakaan Lalu
Lintas, wajib: a. menghentikan Kendaraan yang dikemudikannya; b. memberikan
pertolongan kepada korban; c. melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia terdekat; dan d. memberikan keterangan yang terkait dengan
kejadian kecelakaan. Berdasarkan pasal maka setiap pengemudi sesudah terjadinya
kecelakaan karena suatu peristiwa yang melibatkan kendaraannya diharuskan untuk
menghentikan kendaraannya, apabila dalam peristiwa mengakibatkan penumpang
atau pihak ketiga meninggal, luka, atau menderita kerugian.Dan berusaha agar korban
kecelakaan itu segera mendapat pertolongan, dan langkah berikutnya adalah
melaporkan kejadian kepada pihak Kepolisian serta diwajibkan kepadanya untuk
memberikan keterangan yang sebenar-benarnya mengenai peristiwa kecelakaan yang
terjadi.

f. Tanggung jawab pengtangkut dalam pengangkutan


Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan
dari perikatan yang dilakukan oleh pengangkut dan pengirim barang, timbul suatu
hukum yang saling mengikat antara para pihak yang terkait dalam perikatan tersebut.
Adapun hukum yang mengikat tersebut adalah berupa hak dan kewajiban.Dan pada
makalah ini, kami menitikberatkan pada pembahasan tentang tanggung jawab yang
berkenaan dengan pengangkut atas barang angkutannya.
Kewajiban-kewajiban pengangkut pada umumnya antara lain adalah :
1. Mengangkut penumpang atau barang-barang ke tempat tujuan yang telah
ditentukan.

16
2. Menjaga keselamatan, keamanan penumpang, bagasi barang dengan sebaik-
baiknya.
3. Memberi tiket untuk pengangkutan penumpang dan tiket bagasi.
4. Menjamin pengangkutan tepat pada waktunya.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku.20
Dari bahasan diatas, dapat dipahami tentang adanya unsur tanggung jawab
pengangkut atas sesuatu yang diangkutnya tersebut. Dalam KUHD,
pertanggungjawaban pengangkut diatur dalam pasal 468. Pada ayat (1), dinyatakan
bahwa pengangkut wajib menjamin keselamatan barang dari saat diterimanya hingga
saat diserahkannya. Pada ayat (2) dijelaskan tentang penggantirugian atas barang dan
ketentuannya, dan pada ayat (3), bahwa pengangkut bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan oleh awaknya dan atas alat-alat yang digunakannya dalam pengangkutan.
Drs. Suryatin, dalam bukunya Hukum Dagang I dan II (Pradnya Paramita, 1983, hal
223-225) tentang pertanggungan jawab adalah sebagai berikut ;
Oleh karena dalam ayat (2) disebutkan “tidak dapat dicegah maupun dihindarkan
secara layak”, maka harus dipertimbangkan apakah kerugian-kerugian yang diderita
tadi dapat dicegah atau dihindarkan atau tidak, menurut daya kemampuan si
pengangkut.Dan adanya perkataan “secara layak”, maka pertanggungjawaban si
pengankut tergantung pada keadaan dan/atau kejadian yang tidak dapat dipastikan
terlebih dahulu.Sehingga pertanggungjawabannya merupakan pertanggungjawaban
secara relatif.
Berbeda dengan ayat (3), yang merupakan suatu pertanggungjawaban secara
mutlak. Dan si pengangkut harus menyelidiki kemampuan pekerjanya dan alat yang
akan digunakannya. Dan apabila terjadi pencurian barang sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 469 KUHD, maka pengangkut hanya bertanggung jawab kalau
ia diberitahu akan sifat dan harga barang sebelum diserahkan atau pada waktu
diserahkan. Hal ini bertujuan agar pengangkut dapat mengetahui berat-ringan resiko
yang dibebankan kepadanya.
Ketentuan pada pasal 469 KUHD ini dikuatkan oleh pasal 470, dimana
ditentukan bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab apabila ia diberi keterangan
yang tidak benar tentang sifat dan harga barang yang bersangkutan. Berkaitan dengan
tanggungjawabnya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam pasal 468 KUHD,
maka dalam pasal 470 KUHD si pengangkut tidak dibenarkan untuk mengadakan
perjanjian untuk mengurangi atau menghapuskan tanggung jawabnya.Dalam pasal ini

20

17
juga ditekankan bahwa pengangkut dapat diberi keringanan berkenaan dengan
besarnya resiko yang menjadi bebannya.
Sungguhpun pengangkut dapat mengurangi pertanggungjawabannya, namun
perjanjian semacam itu tidak dapat berlaku, bila ternyata kerugian tersebut terjadi atas
kelalaian pengangkut atau bawahan-bawahannya, sebagaimana yang telah ditentukan
dalam pasal 471 KUHD.
Dari bahasan diatas, tentu ada acuan dasar pertanggungjawaban pengangkut
terhadap sesuatu yang diangkut olehnya. Maka berikut ini akan dikaji tentang prinsip-
prinsip dalam pertanggungjawaban pengangkut dalam hukum Transportasi.
Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Pengangkut. Dalam hukum pengangkutan
dikenal adanya lima prinsip tanggung jawab pengangkut yaitu:
1. Tanggung Jawab Praduga Bersalah (Presumtion of Liabelity)
2. Tanggung Jawab Atas Dasar Kesalahan (Based on Fault or Negligence)
3. Tanggung Jawab Pengangkut Mutlak (Absolut Liability)21
4. Pembatasan Tanggung Jawab Pengangkut (Limitation of Libelity)
5. Presumtion of Non Liability.

21
Zainal asikin, hukum dagang ( raja grafindo persada, depok, 2019) hal 168
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Pengangkutan adalah merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau
barang dari suatu tempat pemuatan ke tempat tujuan sebagai tempat penurunan
penumpang atau pembongkaran barang muatan. Sedangkan hukum pengangkutan
adalah Keseluruhan Peraturan Hukum yang Mengatur Tentang Jasa Pengangkutan.
b. Pengaturan pengangkutan terbagi menjadi pengangkutan darat, air, udara. Yang
kesemuanya sudah diatur dalam KUHD serta terdapat beberapa yang mengalami
perubahan yang terdapat didalam UU.

c. Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat angkut
yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain. Moda yang
biasanya digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda yang berjalan
di darat, berlayar di perairan laut dan pedalaman, serta moda yang terbang di udara.
Moda yang di darat juga masih bisa dikelompokkan atas moda jalan, moda kereta api
dan moda pipa.

d. Pihak- Pihak yang melakukan perjanjian itu terdiri dari pengangkut, pengirim, dan
penerima, yang telah memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai dengan
perjanjian, serta terdapat beberapa pembantu seperti ekspeditur dan lain sebagainya.

e. Setiap pihak dalam pengangkutan memiliki hak dan kewajiban yang harus dikerjakan
dan didapatkan oleh masing-masing pihak.

f. Tanggungjawab pengangkut dalam pengangkutan antara lain:

1. Mengangkut penumpang atau barang-barang ke tempat tujuan yang telah


ditentukan.
2. Menjaga keselamatan, keamanan penumpang, bagasi barang dengan sebaik-
baiknya.
3. Memberi tiket untuk pengangkutan penumpang dan tiket bagasi.
4. Menjamin pengangkutan tepat pada waktunya.
5. Mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku.

19
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad , Abdulkadir. 1991. Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara.Citra Aditya
Bakti. Bandung.
Uli, Sinta. 2006. Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkatan
Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Udara. USU Press. Medan.
H.M.N Purwosutjipto.1995. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan.
Jakarta.
Soekardono. 1986. Hukum Dagang Indonesia. Rajawali. Jakarta.
Asikin, Zainal, 2019. Hukum Dagang. Rajagrafindo Persada. Depok.
https://www.slideshare.net/mobile/FairNurfachrizi/hukum-pengangkutan, diakses pada
tanggal 27 Oktober 2019, pukul.20.43.

20

Anda mungkin juga menyukai