Anda di halaman 1dari 28

Ikatan Kimia

Disusun oleh :

Sindy Wilya Putri (N1A119001)

Annisa Anggraini (N1A119003)

Nelly Sulis Tilawati (N1A119066)

Khuzaimah Triverta (N1A119070)

Kizhayya Bagas Ramadhan (N1A119176)

Kelas : 1A

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil ‘aalamin, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan


semesta alam karena atas kehendak dan rahmat-Nya, makalah ini dapat tersusun
dan terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah yaitu mata kuliah kewarganegaraan.

Makalah ini berisi tentang materi ikatan kimia. Makalah ini di susun
dengan beberapa referensi dari beberapa sumber yang diharapkan dapat
menambah pengetahuan para pembacanya.

Dalam penyusunannya penulis mendapat banyak dukungan dan semangat


dari keluarga serta teman-teman. Dengan segala motivasi yang telah di berikan
penulis mengucapkan terima kasih, Karena dengan dukungan semua pihak penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan semaksimal mungkin.

Meski telah disusun dengan semaksimal mungkin, akan tetapi penulis


sadar sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekurangan, makalah ini tidak lah
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran, masukan serta
kritik yang membangun dari para pembaca sangat berarti untuk penulis.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat


mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Jambi, 26 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................... ..... ii

DAFTAR ISI............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan..................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ikatan Kimia........................................... 3

2.2 Jenis, Rumus dan Contoh Ikatan Kimia.................. 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................ 20

3.2 Saran.......................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem periodik kimia adalah tampilan unsur-unsur kimia yang tertera


dalam tabel. Jumlah unsur yang terdapat pada tabel sistem periodik adalah
sebanyak 118 unsur. Jumlah unsur yang terdapat di alam lebih dari 118 unsur. Hal
ini disebabkan karena atom-atom dapat bereaksi antara satu atom dengan atom
yang lain membentuk substansi baru yang disebut dengan senyawa. Bila dua atau
lebih atom-atom berikatan dan membentuk ikatan kimia menghasilkan senyawa
yang unik yaitu memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang berbeda dari sifat
asalnya (sifat dari unsur-unsur sebelum bereaksi).

Ada beberapa hal yang kita dapat perhatikan, yaitu terdapat banyak contoh
penerapan unsur-unsur kimia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya
contohnya adalah air. Air merupakan materi yang penting bagi kehidupan.
Sebagian besar kebutuhan pokok kita menggunakan air. Bahkan dalam tubuh, air
penting untuk menjaga DNA dari kerusakan, mengantarkan nutrisi ke seluruh
bagian tunuh, dan menjaga keseimbangan suhu tubuh. Kita mengetahui air
memiliki rumus senyawa H2O.

Air tersusun dari unsur-unsur hidrogen dan oksigen. Tanpa kita sadari
bahwa kita sedang berhadapan dengan contoh aplikasi dari unsur-unsur yang
berikatan, yang kemudian membentuk senyawa. Mungkin hal-hal yang sepatutnya
kita kritisi adalah bagaimana unsur-unsur tersebut dapat berikatan dan kemudian
membentuk senyawa. Sebelum itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa
pengertian dari senyawa kimia.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui dan
mempelajari tentang ikatan kimia. Karena dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak
akan pernah lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan ikatan kimia.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan pengertian ikatan kimia?


2. Apa sajakah jenis-jenis ikatan kimia?
3. Bagaimana rumus ikatan kimia?
4. Apa contoh-contoh ikatan kimia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya, yaitu :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari ikatan kimia.


2. Untuk mengetahui seluruh jenis-jenis ikatan kimia.
3. Untuk mengetahui dan memahami proses terbentuknya ikatan kimia.
4. Untuk mengetahui apa itu kimia organik dan bagaimana peranannya dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Melatih dan mendorong mahasiswa agar lebih kreativitas dalam mengolah
dan menuangkan ide yang dimiliki.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah wawasan


serta pengetahuan mengenai materi ikatan kimia. Dan untuk penulis sendiri
makalah ini memberikan beberapa manfaat yaitu menambah pengalaman serta
memperdalam informasi bagi penulis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ikatan Kimia

Beberapa pengertian ikatan kimia menurut para ahli, yaitu :

1. Dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis (1875-1946)


dari Amerika dan Albrecht Kossel (1853-1927) dari Jerman (Martin S.
Silberberg, 2000) Ikatan Kimia Adalah gaya yang mengikat atom-atom
dalam molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa.
2. Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom-atom sehingga atom-
atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam
senyawaan. Gagasan tentang pembentukan ikatan kimia dikemukakan oleh
Lewis dan Langmuir (Amerika) serta Kossel (Jerman). Dalam
pembentukan ikatan kimia, golongan gas mulia (VIII A) sangat sulit
membentuk ikatan kimia.
3. Diduga bila gas mulia bersenyawa dengan unsur lain, tentunya ada suatu
keunikan dalam konfigurasi elektronnya yang mencegah persenyawaan
dengan unsur lain. (Elida, 1996). Menurut Elida (1996) mengatatakan
bahwa, berdasarkan gagasan tersebut, kemudian dikembangkan suatu teori
yang disebut Teori Lewis :
 Pembentukan ikatan kimia mungkin terjadi dengan 2 cara.
 Karena adanya satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom
yang lain sedemikian rupa sehingga terdapat ion positif dan ion
negatif yang keduanya saling tarik-menarik karena muatannya
berlawanan, membentuk ikatan ion.
 Karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron di antara
atom-atom yang berikatan. Jenis ikatan yang terbentuk disebut
ikatan kovalen.
 Perpindahan elektron atau pemakaian bersama pasangan elektron
berlangsung sedemikian rupa sehingga setiap atom yang diberikan

3
mempunyai suatu konfigurasi elektron mantap, yaitu konfigurasi
dengan 8 elektron valensi.

Melalui ikatan kimia unsur-unsur kemudian membentuk molekul ataupun


benda-benda yang selanjutnya menyusun dan menjadi bagian dari alam semesta.
Ikatan kimia dapat terjadi karena adanya interaksi elektronik, dalam berbagai
wujud dan mekanisme. Sebuhungan dengan itu maka dikenal beberapa jenis
ikatan kimia antara lain (Hanapi, dkk., 2013) :

Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul.
Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi, sedangkan gaya yang
menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan
ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur
elektron stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas
mulia.

Tabel struktur elektron gas mulia

Tahun 1916 G.N. Lewis dan W. Kossel menjelaskan hubungan kestabilan gas
mulia dengan konfigurasi elektron. Kecuali He; mempunyai 2 elektron valensi;
unsur-unsur gas mulia mempunyai 8 elektron valensi sehingga gas mulia bersifat
stabil. Atom atom unsur cenderung mengikuti gas mulia untuk mencapai
kestabilan. Jika atom berusaha memiliki 8 elektron valensi, atom disebut
mengikuti aturan oktet.

4
Unsur-unsur dengan nomor atom kecil (seperti H dan Li) berusaha mempunyai
electron valensi 2 seperti He disebut mengikuti aturan duplet. Cara yang diambil
unsur supaya dapat mengikuti gas mulia, yaitu:

1. melepas atau menerima elektron;


2. pemakaian bersama pasangan elektron.

Jadi kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron


seperti gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut ”kaidah oktet”.
Sementara itu atom-atom yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki
konfigurasi electron seperti gas helium disebut ”kaidah duplet”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya yang mengikat atom-atom dalam


molekul atau gabungan ion dalam setiap senyawa disebut ikatan kimia. Konsep ini
pertama kali dikemukakan pada tahun 1916 oleh Gilbert Newton Lewis (1875-
1946) dari Amerika dan Albrecht Kossel (1853-1927) dari Jerman (Martin S.
Silberberg, 2000). Konsep tersebut adalah:

1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar
membentuk senyawa merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memiliki
susunan elektron yang
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron
yang stabil seperti gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau
menangkap
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai
dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu dengan cara melepaskan
elektron, 3menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara
bersama-sama.

2.2 Jenis, Rumus dan Contoh Ikatan Kimia

Ikatan Primer

Ikatan primer adalah ikatan kimia dimana ikatan gata antar atomnya relatif
besar. Ikatan primer ini terdiri atas ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

5
1. Ikatan Ionik Menurut Ahli (James E. Brady, 1990)

Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu
atom ke atom lain (James E. Brady, 1990). Ikatan ion terbentuk antara atom yang
melepaskan electron (logam) dengan atom yang menangkap elektron (bukan
logam). Atom logam, setelah melepaskan elektron berubah menjadi ion positif.

Sedangkan atom bukan logam, setelah menerima elektron berubah menjadi


ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik
(gaya elektrostastis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen). Senyawa yang
memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya terbentuk
antara atom-atom unsur logam dan nonlogam.

1. Proses Terbentuknya Ikatan Ionik

Proses terbentuknya ikatan ionik dicontohkan dengan pembentukan NaCl.


Natirum (Na) dengan konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih stabil jika
melepaskan 1 elektron sehingga konfugurasi elektron berubah menjadi (2,8).
Sedangkan Klorin (Cl), yang mempunyai konfigurasi (2,8,7), akan lebih stabil jika
mendapatkan 1 elektron sehingga konfigurasinya menjadi (2,8,8). Jadi agar
keduanya menjadi lebih stabil, maka natrium menyumbang satu elektron dan
klorin akan kedapatan satu elektron dari natrium.

Ketika natrium kehilangan satu elektron, maka natrium menjadi lebih


kecil. Sedangkan klorin akan menjadi lebih besar karena ketambahan satu
elektron. Oleh karena itu ukuran ion positif selalu lebih kecil daripada ukuran
sebelumnya, namun ion negatif akan cenderung lebih besar daripada ukuran
sebelumnya. Ketika pertukaran elektron terjadi, maka Na akan menjadi bermuatan
positif (Na+) dan Cl akan menjadi bermuatan negatif (Cl–). Kemudian terjadi
gaya elektrostatik antara Na+ dan Cl– sehingga membentuk ikatan ionik.

2. Ikatan ion terbentuk antara:


1. ion positif dengan ion negatif,

6
2. atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-atom
berafinitas elektron besar (Atom-atom unsur golongan IA, IIA dengan
atom-atom unsur golongan VIA, VIIA),
3. atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom-atom yang
mempunyai keelectronegatifan besar
3. Sifat-sifat senyawa ion sebagai berikut.
1. Dalam bentuk padatan tidak menghantar listrik karena partikel-partikel
ionnya terikat kuat pada kisi, sehingga tidak ada elektron yang bebas
bergerak.
2. Leburan dan larutannya menghantarkan listrik.
3. Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras dan
sukar digores.
4. Titik leleh dan titik didihnya tinggi.
5. Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut nonpolar.

Ikatan ion terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antar ion yang
bermuatan positif dan ion yang bermuatan negative.

Menurut Wibowo (2013) ada beberapa yang perlu diperhatikan, biasanya terjadi
kesalahan konsep dalam materi ikatan kimia ini, seperti contoh sebagai berikut :

1. Ikatan ionik hanya dapat terjadi antara kation dan anion sederhana,
2. Senyawa ionik hanya dapat terbentuk secara langsung dari ion-ion, dll

Pada formula atau rumus ionik. Senyawa ion itu tidak ada sebagai molekul,
sehinga kita tidak dapat mengetahui tentang rumus molekul dari senyawa ion.
Sebagai gantinya, rumus ionik suatu senyawa ialah rumus empiris senyawa
tersebut. Seperti contoh, natrium klorida rumusnya NaCl.

Menurut Saunders (2007) ada beberapa jumlah yang sama dengan ion tersebut
dalam kisi ioniknya, seperti contoh :

1. Magnesium Oksida berisi Mg2+ dan O2- ion, dan rumusnya itu MgO
2. Kalsium Klorida berisi Ca2+ dan cl2- ion, dan rumusnya itu CaCl2
3. Alumunium Oksida berisi Al3+ dan O2- ion, dan rumusnya itu Al2O3

7
2. Ikatan Kovalen (James E. Brady, 1990)

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron
secara bersama-sama oleh dua atom (James E. Brady, 1990). Ikatan kovalen
terbentuk di antara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron (sesama
atom bukan logam).

Pasangan elektron yang dipakai bersama disebut pasangan electron ikatan


(PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan
kovalen disebut pasangan elektron bebas (PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi
antara atom-atom unsur nonlogam, bisa sejenis (contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2,
Br2, I2) dan berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan lain-lain). Senyawa yang
hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.

Rumus Kimia Senyawa Kovalen

Dengan mengacu pada aturan oktet, kita dapat memprediksikan rumus


molekul dari senyawa yang berikatan kovalen. Dalam hal ini, jumlah elektron
yang dipasangkan harus disamakan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa aturan oktet
tidak selalui dipatuhi, terdapat beberapa senyawa kovalen yang melanggar aturan
oktet.

Contohnya adalah ikatan antara H dan O dalam H2O. Konfigurasi elektron


H dan O adalah H memerlukan 1 elektron dan O memerlukan 2 elektron. Agar
atom O dan H mengikuti kaidah oktet, jumlah atom H yang diberikan harus

8
menjadi dua, sedangkan atom O satu, sehingga rumus molekul senyawa adalah
H2O.

Ikatan kovalen terdiri dari :

 Ikatan Kovalen Nonpolar

Ikatan kovalen nonpolar yaitu ikatan kovalen yang PEInya tertarik sama kuat
ke arah atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara
atom-atom unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai
momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri. Titik muatan
negative electron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul pembentuknya
tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron persekutuan
mendapat gaya tarik yang sama.

Ikatan kovalen nonpolar terdiri dari:

 Ikatan kovalen tunggal

Ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki 1 pasang PEI.

9
Contoh: H2, H2O (konfigurasi elektron H = 1; O = 2, 6).

Contoh pembentukan ikatan pada molekul H2O di bawah ini:

 Ikatan kovalen rangkap dua


Ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 2 pasang PEI.

Contoh: O2, CO2 (konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4).

Berikut ini pembentukan ikatan angkap 2 pada molekul CO2.

10
 Ikatan kovalen rangkap tiga
Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang memiliki 3 pasang PEI.

Contoh: N2 (Konfigurasi elektron N = 2, 5).

Berikut ini pembentukan ikatan rangkap 3 pada molekul N2

 Ikatan Kovalen Polar

Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang PEInya cenderung tertarik ke
salah satu atom yang berikatan. Kepolaran suatu ikatan kovalen ditentukan oleh
keelektronegatifan suatu unsur. Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara
atom-atom unsur yang beda keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk
molekul asimetris, mempunyai momen dipol. Ikatan kovalen yang terjadi antara
dua atom yang berbeda disebut ikatan kovalen polar. Ikatan kovalen polar dapat
juga terjadi antara dua atom yang sama tetapi memiliki keelektronegatifan yang
berbeda.

Contoh ikatan kovalen polar: HF

11
Dlm senyawa HF ini, F mempunyai keelektronegatifan yang tinggi jika
dibandingkan H.. sehingga pasangan elektron lebih tertarik kearah F, akibatnya
akan terbentuk dipol-dipol atau terjadi pengkutuban (terbentuknya kutub antara H
dan F).

 Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana pasangan electron yang
dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang satu
lagi tidak menyumbangkan elektron.Jadi disini terdapat satu atom
pemberi pasangan electron bebas, sedangkan atom lain sebagai
penerimanya. Ikatan kovalen koordinasi kadang-kadang dinyatakan dengan tanda
panah (→) yg menunjukan arah donasi pasangan elektron.

Contoh Ikatan Kovalen Koordinasi: BF3NH3

5B = 1s2 2s2 2p1

9F = 1s2 2s2 2p5

7N = 1s2 2s2 2p3

12
Sifat-sifat Senyawa Kovalen :

1. Titik didih

Pada umumnya senyawa kovalen mempunyai titik didih yang rendah (rata-rata di
bawah suhu 200 0C). Sebagai contoh Air, H2O merupakan senyawa kovalen.
Ikatan kovalen yang mengikat antara atom hidrogen dan atom oksigen dalam
molekul air cukup kuat, sedangkan gaya yang mengikat antar molekul-molekul air
cukup lemah. Keadaan inilah yang menyebabkan air dalam fasa (bentuk) cair akan
mudah berubah menjadi uap air bila dipanaskan sampai sekitar 100 0C, akan
tetapi pada suhu ini ikatan kovalen yang ada di dalam molekul H2O tidak putus.

2. Volatitilitas (kemampuan untuk menguap)

Sebagian besar senyawa kovalen berupa cairan yang mudah menguap dan berupa
gas. Molekul-molekul pada senyawa kovalen yang mempunyai sifat mudah
menguap sering menghasilkan bau yang khas. Parfum dan bahan pemberi aroma
merupakan senyawa kovalen contoh dari senyawa kovalen yang mudah menguap

13
3. Kelarutan

Pada Umumnya senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam pelarut organik. Pelarut organik merupakan senyawa karbon, misalnya
bensin, minyak tanah, alkohol, dan aseton. Namun ada beberapa senyawa kovalen
yang dapat larut dalam air karena terjadi reaksi dengan air (hidrasi) dan
membentuk ion-ion. Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke dalam air akan
membentuk ion hidrogen dan ion sulfat. Senyawa kovalen yang dapat larut dalam
air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa
kovalen yang tidak larut dalam air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen
non polar.

4. Daya hantar Listrik

Pada umumnya senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat menghantar
arus listrik atau bersifat non elektrolit, kecuali senyawa kovalen polar. Hal ini

14
disebabkan senyawa kovalen polar mengandung ion-ion jika dilarutkan dalam air
dan senyawa tersebut temasuk senyawa elektrolit lemah. Berikut ini gambar
perbedaan antara senyawa non elektrolit, elektrolit lemah dan elektrolit kuat.

3. Ikatan Logam

Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama
electron elektron valensi antaratomatom logam. Contoh: logam besi, seng, dan
perak. Ikatan logam bukanlah ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah satu teori yang
dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron.
Contoh terjadinya ikatan logam. Tempat kedudukan elektron valensi dari suatu
atom besi (Fe) dapat saling tumpang tindih dengan tempat kedudukan elektron
valensi dari atom-atom Fe yang lain.

Tumpang tindih antarelektron valensi ini memungkinkan elektron valensi dari


setiap atom Fe bergerak bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk
lautan elektron. Karena muatannya berlawanan (Fe2+ dan 2 e–), maka terjadi
gaya tarik-menarik antara ion-ion Fe+ dan elektron-elektron bebas ini. Akibatnya
terbentuk ikatan yang disebut ikatan logam.

4. Adanya ikatan logam menyebabkan logam bersifat:


1. pada suhu kamar berwujud padat, kecuali Hg;
2. keras tapi lentur/dapat ditempa;

15
3. mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi;
4. penghantar listrik dan panas yang baik;
5. mengilap.

Contoh ikatan logam :

 Perbandingan Sifat Fisis Senyawa Logam dengan Senyawa Non Logam

Logam

1. Padatan logam termasuk penghantar listrik yang baik


2. Mempunyai kilap logam
3. Kuat dan keras (apabila digunakan sebagai logam paduan)
4. Dapat dibengkokkan dan diulur
5. Penghantar panas yang baik
6. Kebanyakan logam memiliki kerapatan yang besar
7. Kebanyakan logam memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi

Non Logam

1. Padatan non logam biasanya bukan penghantar listrik


2. Tidak mengkilap
3. Kebanyakan non logam tidak kuat dan lunak
4. Biasanya rapuh dan patah bila dibengkokkan atau diulur
5. Sukar menghantarkan panas

16
6. Kebanyakan non logam memiliki kerapatan rendah
7. Kebanyakan non logam memiliki kerapatan rendah

 Reaksi Senyawa Logam :

Logam-logam alkali mempunyai beberapa sifat fisik antara lain semuanya


lunak, putih mengkilat, dan mudah dipotong. Jika logam-logam tersebut dibiarkan
di udara terbuka maka permukaannya akan menjadi kusam karena logam-logam
tersebut mudah bereaksi dengan air atau oksigen, dan biasanya disimpan dalam
minyak tanah.

Bersamaan dengan semakin bertambahnya nomor atom maka tingkat


kelunakannya juga semakin bertambah. Tingkat kelunakan logam-logam alkali
makin bertambah sesuai dengan bertambahnya nomor atom logam-logam
tersebut. Sifat-sifat kimia logam alkali tanah dapat diamati antara lain dari
reaksinya terhadap air. Reaksinya dengan air menghasilkan gas hidrogen dan
hidroksida serta cukup panas. Reaktivitas terhadap air dingin semakin bertambah
besar dengan bertambahnya nomor logam.

Logam-logam alkali tanah, kecuali berilium semuanya berwarna putih, mudah


dipotong dan nampak semakin mengkilat jika dipotong, serta cepat menjadi
kusam di udara. Reaktivitasnya terhadap air berbeda-beda. Berilium dapat
bereaksi dengan air dalam keadaan pijar dan airnya dalam bentuk uap.
Magnesium bereaksi dengan air dingin secara lambat dan semakin cepat bila
makin panas, logam-logam alkali tanah yang lain sangat cepat bereaksi dengan air
dingin menghasilkan gas hidrogen dan hidroksida serta menghasilkan banyak
panas.

Senyawa klorida dari logam-logam alkali maupun alkali tanah larut dalam air
membentuk ion hidrat sederhana. banyak klorida kovalen atau agak kovalen
mengalami hidrolisis dan menghasilkan klorida dan oksida atau hidroksinya.
Misalnya larutan aluminium klorida bereaksi dengan air membentuk aluminium
hidroksida.

17
 Polarisasi Ikatan Kovalen

Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkankepolaran senyawa.


Adanya perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron
ikatan lebih tertarik ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol
inilah yang menyebabkan senyawa menjadi polar. Pada senyawa HCl, pasangan
elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena daya tarik terhadap
elektronnya lebih besar dibandingkan H.

Hal itu menyebabkan terjadinya polarisasi pada ikatan H – Cl. Atom Cl lebih
negatif daripada atom H, hal tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen
polar.

Contoh:

1) Senyawa kovalen polar: HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.

2) Senyawa kovalen nonpolar: H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.

Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya
ditentukan oleh hal-hal berikut.

1) Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya

bersifat nonpolar. Jika momen dipol tidak sama dengan 0 maka

senyawanya bersifat polar.

18
2) Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat
nonpolar, sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka senyawanya
bersifat polar.

Aturan Oktet

Aturan oktet, yaitu unsur akan mendapatkan atau kehilangan elektron


untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet). Contohnya yaitu
Natrium memiliki satu elektron valensi. Menurut hukum oktet, unsur ini akan
bersifat stabil ketika memiliki 8 elektron valensi. Dengan demikian, natrium akan
kehilangan elektron 3s-nya. Dengan demikian, atom natrium akan berubah
menjadi ion natrium dengan muatan positif satu (Na+).

Ion tersebut isoelektronik dengan neon (gas mulia) sehingga ion Na+
bersifat stabil. Sementara, untuk memenuhi aturan oktet, unsur klorin
membutuhkan satu elektron untuk melengkapi pengisian elektron pada 3p. Setelah
menerima satu elektron tambahan, unsur ini berubah menjadi ion dengan muatan
negatif satu (Cl–). Ion Cl–isoelektronik dengan argon (gas mulia) sehingga
bersifat stabil.

Jika natrium dicampurkan dengan klorin, jumlah elektron natrium yang


hilang akan sama dengan jumlah elektron yang diperoleh klorin. Satu elektron 3s
pada natrium akan dipindahkan ke orbital 3p pada klorin.

Pengecualian dan Kegagalan Aturan Oktet

Walaupun aturan oktet banyak membantu dalam meramalkan rumus kimia


senyawa biner sederhana, akan tetapi aturan itu ternyata banyak dilanggar dan
gagal dalam meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur-unsur transisi dan
postransisi.

 Pengecualian aturan oktet

Pengecualian aturan oktet dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut.

19
1. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet. Senyawa yang atom pusatnya
mempunyai elektron valensi kurang dari 4 termasuk dalam kelompok ini.
Hal ini menyebabkan setelah semua elektron valensinya dipasangkan tetap
belum mencapai oktet. Contohnya adalah BeCl2, BCl3, dan AlBr3.
2. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil. Contohnya adalah NO2,
yang mempunyai elektron valensi (5 + 6 + 6) = 17.
3. Senyawa yang melampaui aturan oktet. Ini terjadi pada unsur-unsur
periode 3 atau lebih yang dapat menampung lebih dari 8 elektron pada
kulit terluarnya (ingat, kulit M dapat menampung hingga 18 elektron).
Beberapa contoh adalah PCl5, SF6, ClF3, IF7, dan SbCl5.
 Kegagalan aturan oktet

Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur transisi
maupun postransisi. Unsur postransisi adalah unsur logam setelah unsur transisi,
misalnya Ga, Sn, dan Bi. Sn mempunyai 4 elektron valensi, tetapi senyawanya
lebih banyak dengan tingkat oksidasi +2. Begitu juga Bi yang mempunyai 5
elektron valensi, tetapi senyawanya lebih banyak dengan tingkat oksidasi +1dan
+3. Pada umumnya, unsur transisi maupun unsur postransisi tidak memenuhi
aturan oktet.

Ikatan Sekunder (Gaya Tarik Antarmolekul)


Ikatan sekunder adalah ikatan antar molekul. Gaya ikatan sekunder timbul
dari dipol atom atau molekul. Pada dasarnya dipol listrik timbul jika ada jarak
pisah antara bagian positif dan negatif dari sebuah atom dan molekul. Perlu
diingat bahwa gaya tarik antarmolekul berikatan dengan sifat-sifat fisis zat, seperti
titik leleh dan titik didih.

Semakin kuat gaya tarik antarmolekul, semakin sulit untuk memutuskannya,


sehingga mengakibatkan semakin tinggi titik leleh maupun titik didih suatu
senyawa.

1. Gaya London / Gaya Dispersi


Gaya London atau gayadispersi adalah gaya tarik menarik antara molekul-
molekul dalam zat yang nonpolar. Fritz London, seorang ilmuwan Jerman
mengungkapkan teori tentang gaya ini, sehingga gaya ini bisa disebut gaya
London. Gaya London adalah gaya dimana elektron senantiasa bergerak dalam

20
orbital. Perpindahan elektron dari suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan
suatu molekul yang secara normal bersifat nonpolar menjadi polar sesaat,
membentuk dipol sesaat.

Dipol yang terbentuk dengan cara ini disebut dipol sesaat karena dipol ini
dapat berubah secara banyak dalam satu detik. Dipol sesaat pada suatu molekul
dapat mengimbas molekul di sekitarnya sehingga membentuk suatu dipol
terimbas.

Gaya London merupakan gaya yang relatif lemah. Zat yng molekulnya
bertarikan hanya berdasarkan gaya London mempunyai titik leleh dan titik didih
yang rendah dibandingkan dengan zat lain yang massa molekulnya relatif kira-
kira sama. Jika molekul-molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas pada
suhu kamar. Contohnya adalah hidrogen (H2), nitrogen (N2), metana (CH4), gas-
gas mulia seperti helium (He), dan sebagainya.

Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor, antara lain


kerumitan molekul dan ukuran molekul.

Kerumitan Molekul

 Lebih banyak terdapat interaksipada molekul kompleks dari molekul


sederhana, sehingga Gaya London lebih besar dibandingkan molekul
sederhana.
 Makin besar Mr makin kuat Gaya London.

Ukuran Molekul

 Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih besar dari pada
molekul berukuran kecil. Sehingga mudah terjadi kutub listrik sesaat yang
menimbulkan Gaya London besar.
 Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya bertambah besar,
sehingga gaya londonnya juga semakin besar.

2. Ikatan Hidrogen
Suatu gaya antarmolekul yang relatif kuat terdapat dalam senyawa hidrogen
yang mempunyai keelektronegatifan besar, yaitu fluorin (F), oksigen (O), dan
nitrogen (N). Misalnya dalam HF, H20, dan NH3. Hal ini tercermin dari titik didih
yang menyolok tinggi dari senyawa-senyawa tersebut dibandingkan dengan
senyawa lain yang sejenis.

Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas


antara atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin
besar ikatan hidrogen yang terbentuk.

Ikatan hidrogen memengaruhi titik didih suatu senyawa. Semakin besar ikatan
hidrogennya, semakin tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada air (H2O), terjadi
dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total ikatan
hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki

21
ikatan hidrogen terbesar (karena paling tinggi perbedaan elektronegativitasnya)
sehingga titik didih air lebih tinggi daripada asam florida.

Ikatan hidrogen yang terjadi antar molekul air, dimana muatan parsial positif
berasal dari atom H yang berasal dari salah satu molekul air. Ikatan hidrogen
dapat terjadi inter molekul dan intra molekul. Jika ikatan terjadi antara atom-atom
dalam molekul yang sama maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau
didalam molekul, seperti molekul H2O dengan molekul H2O. Ikatan hidrogen,
juga terbentuk pada pada antar molekul seperti molekul NH3, CH3CH2OH dengan
molekul H2O, ikatan yang semacam ini disebut dengan ikatan hidrogen
intermolekul.

3. Ikatan / Gaya Van Der Waals


Gaya-gaya antarmolekul secara kolektif disebut juga gaya van der Waals. Jadi,
bisa dikatakan bahwa gaya London, gaya dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol
terimbas, semuanya tergolong gaya van der Waals. Namun demikian, ada
kebiasaan untuk melakukan pembedaan yang bertujuan untuk memperjelas gaya
antarmolekul dalam suatu zat berikut.

 Istilah gaya London atau gaya dispersi digunakan, jika gaya antarmolekul
itulah satu-satunya, yaitu untuk zat-zat yang nonpolar. Misalnya untuk gas
mulia, hidrogen, dan nitrogen.
 Istilah gaya van der Waals digunakan untuk zat yang mempunyai dipol-
dipol selain gaya dipersi, misalnya hidrogen klorida dan aseton.

Geometri Molekul
Geometri molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam
molekul. Molekul diatomik memiliki geometri linear; Molekul triatomik dapat
bergeometri linear atau bengkok; Molekul tetraatomik bergeometri planar (datar
sebidang) atau piramida. Semakin banyak atom penyusun molekul, semakin
banyak pula geometrinya.

22
Geometri molekul dapat ditentukan melalui percobaan. Namun demikian,
molekul-molekul sederhana dapat diramalkan geometrinya berdasarkan
pemahaman tentang struktur elektron dalam molekul.

Teori Domain Elektron


Teori domain elektron adalah suatu cara meramaikan geometri molekul
berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Domain
elektron berarti kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron, dalam hal
ini pada atom pusat. Jumlah domain elektron ditentukan sebagai berikut.

1. Satu pasangan elektron ikatan (PEI), baik ikatan tunggal, rangkap, atau
rangkap tiga, merupakan satu domain.
2. Satu pasangan elektron bebas (PEB) merupakan satu domain.

Atom Pusat
Jumlah
Senyaw Rumus
No. Domain
a Lewis PE
PEB Elektron
I

1. H2O HOH 2 2 4

2. CO2 OCO 2 0 2

3. SO2 OSO 2 1 3

Prinsip Dasar Teori Domain Elektron

1. Antara domain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak-menolak,
sehingga domain elektron akan mengatur diri (mengambil formasi)
sedemikian rupa sehingga tolak-menolak di antaranya menjadi minimum.
2. Pasangan elektron bebas mempunyai gaya tolak yang sedikit lebih kuat
daripada pasangan elektron ikatan. Hal itu terjadi karena pasangan
elektron bebas hanya terikat pada satu atom sehingga gerakannya lebih
leluasa.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antara atom-atom sehingga atom-


atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan.
Ikatan kimia memiliki dua jenis yaitu ikatan primer dan ikatan sekunder. Ikatan
primer adalah ikatan kimia dimana ikatan gata antar atomnya relatif besar.

Ikatan primer ini terdiri atas ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom
ke atom lain. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian
pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom. Dan Ikatan logam adalah
ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama electron elektron valensi
antaratomatom logam.

Ikatan sekunder adalah ikatan antar molekul. Gaya ikatan sekunder timbul
dari dipol atom atau molekul. Ikatan sekunder terdiri dari Gaya London atau gaya
dispersi, Ikatan Hidrogen, dan Ikatan / Gaya Van Der Waals. Gaya London atau
gaya dispersi adalah gaya tarik menarik antara molekul-molekul dalam zat yang
nonpolar. Ikatan Hidrogen adalah suatu gaya antarmolekul yang relatif kuat
terdapat dalam senyawa hidrogen yang mempunyai keelektronegatifan besar,
yaitu fluorin (F), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ikatan / Gaya Van Der Waals
adalah gaya-gaya antarmolekul secara kolektif disebut juga gaya van der Waals.
Jadi, bisa dikatakan bahwa gaya London, gaya dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol
terimbas, semuanya tergolong gaya van der Waals.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini masih sangat membutuhkan banyak


penyempurnaan namun juga sangat bermanfaat dalam mendalami pengetahuan
tentang Ikatan Kimia. Dengan demikian penulis dapat member saran-saran yaitu, bagi
pembaca yang menemukan kekurangan – kekurangn dalam tulisan ini, perlu
pembenahan denagn mengoleksi banyak sumber demi penyempurnaan. Tidak hanya itu
pembaca tulisan sangat diharapkan untuk bisa mempelajari dan mendalaminya sebagai
pengetahuan yang penting

24
DAFTAR PUSTAKA

 http://staffnew.uny.ac.id/upload/198001032009122001/pendidikan/4-
ikatan-kimia-dan-struktur-molekul.pdf
 https://www.gurupendidikan.co.id/ikatan-kimia/

Anda mungkin juga menyukai