PUTUSAN
Nomor 89/PUU-XI/2013
[1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,
menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh:
2. DUDUK PERKARA
1. Bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 juncto
Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2011 selanjutnya diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Mahkamah Konstitusi
(”UU MK”), bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah
melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar
1945 (“UUD 1945”), Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menentukan:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang
terhadap Undang-Undang Dasar...”.
2. Bahwa Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2011 selanjutnya diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Mahkamah Konstitusi,
menentukan:
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik; dan
d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.
3. Bahwa berdasarkan kewenangan Mahkamah Konstitusi di atas, maka
Pemohon mengajukan permohonan agar Mahkamah Konstitusi
3
melakukan pengujian terhadap Pasal 111 ayat (2), Pasal 112 ayat (1),
dan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
4. Bahwa oleh karena objek permohonan Pemohon Pasal 111 ayat (2),
Pasal 112 ayat (2), dan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas
Mahkamah berwenang untuk memeriksa dan memutus permohonan
pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jelaslah
Pemohon dijamin hak konstitusional serta mendapatkan hak yang seadil-
adilnya di hadapan hukum dan terbebas dari segala bentuk diskriminatif
sebagai warga negara Indonesia.
5. Bahwa Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia
sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK yang hak
dan/atau kewenangan konstitusionalnya telah dirugikan oleh berlakunya
Pasal 111 ayat (2), Pasal 112 ayat (1), dan Pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, di antaranya
menyatakan sebagai berikut:
a. Pasal 111 ayat (2), menyatakan: ”dalam hal perbuatan menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5
(lima) batang pohon, pelaku dipidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan dipidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga)”;
b. Pasal 112 ayat (1), menyatakan: ”Setiap orang yang tanpa hak atau
melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan milyar
rupiah)”;
c. Pasal 114 ayat (2), menyatakan: “Dalam hal perbuatan menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi prantara dalam jual
beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang
pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram,
pelaku dipidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
5
Asas Hukum Pidana, karya Prof. Moeljatna, S.H., Penerbit PT. Rineka
Cipta, Hal.100).
5. Bahwa peredaran gelap narkotika adalah sebuah kejahatan yang
terstruktur, tersistematis, dan terorganisir, oleh karena itu sudah pasti ada
pucuk pimpinan dalam organisasi peredaran gelap narkotika tersebut, jika
boleh diibaratkan seperti sebuah perusahaan perseroan yang dipimpin
oleh seorang direktur utama dan mempunyai banyak karyawan di
bawahnya dengan berbagai jenjang serta terbagi dalam berbagai
tingkatan, dari situlah penentuan gaji atau penghasilan diperhitungkan
dalam suatu perusahaan sesuai dengan penilaian kinerja seorang
karyawan dimaksud. Namun yang sangat disayangkan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak sama sekali mampu
membedakan peranan dan ancaman hukuman yang sangat adil dalam
sebuah peredaran gelap narkotika yang merupakan suatu kejahatan yang
terstruktur, tersistematis dan terorganisir tersebut. Sehingga berakibat
pada menumpuknya pecandu narkotika dan/atau penyalah guna
narkotika di rumah tahanan negara di seluruh Indonesia, hal mana tentu
saja memberikan luka yang sangat mendalam bagi para pencari keadilan
korban penyalahgunaan narkotika yang seharusnya masih mempunyai
masa depan dan kesempatan yang sama guna berjuang bahu membahu
bersama segenap saudara sebangsa dan setanah air untuk menegaskan
pada dunia internasional bahwasanya Rakyat Indonesia adalah rakyat
yang tangguh dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar serta
disegani dunia.
6. Bahwa sedikit menyimpulkan dari teori dan pendapat hukum serta
pemaparan dimaksud maka materi muatan hukuman Pasal 111 ayat (2),
Pasal 112 ayat (1), dan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika seolah-olah menyamaratakan peranan
seseorang dengan pertanggungjawaban hukumnya tanpa ada
pemisahan peranan masing-masing orang pada saat tertangkap sesuai
dengan sifat melawan hukumnya sebagaimana dimaksud teori berat
ringannya ancaman pidana mencerminkan pula berat ringannya sifat
melawan hukum suatu tindak pidana.
7. Bahwa secara yuridis Undang-Undang Dasar 1945 memberikan jaminan
10
Bahwa dari seluruh dalil-dalil yang diuraikan di atas dan bukti-bukti terlampir,
dengan ini para Pemohon mohon kepada Majelis Hakim Mahkamah
Konstitusi untuk kiranya berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 111 ayat (2), Pasal 112 ayat (1),
dan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
3. Menyatakan bahwa materi muatan Pasal 111 ayat (2), Pasal 112 ayat (1),
dan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya.
11
Atau
Apabila majelis hakim berpendapat lain, mohon diberikan putusan yang seadil-
adilnya (ex aquo et bono).
Dalam bagian penutup ini perkenankanlah kami Pemohon mengutip terjemahan
ayat Al Quran sebagai berikut:
“Dan jika kamu putuskan perkara, maka putuskan (perkara itu) diantara mereka
dengan adil, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang adil” (Surat Al
Maidah:42)
Janganlah kamu bersikap tidak adail pada seorang manusia, karena dia adalah
Hamba Allah SWT, dan janganlah kamu menegakan hukum secara zhalim dan
dusta, karena sesungguhnya hukum itu adalah milik Allah SWT dan manusia
hanyalah mahluk hidup yang lemah, bodoh dan tiada berdaya tanpa seijin Allah
SWT.
Demikianlah permohonan ini kami sampaikan dan mohon kiranya Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan mengabulkannya.
3. PERTIMBANGAN HUKUM
Kewenangan Mahkamah
[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD
1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5493, selanjutnya disingkat UU MK), Pasal 29 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076), salah satu kewenangan
13
konstitusional Mahkamah adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang
Dasar 1945;
Pokok Pemohonan
Pendapat Mahkamah
Pasal 111 ayat (2), ”Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram
atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan dipidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah
1/3 (sepertiga)”;
Pasal 112 ayat (1), ”Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
(dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan milyar
rupiah)”;
Pasal 114 ayat (2), “Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi prantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan,
atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku
dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dipidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga)”;
Terhadap Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
yang menyatakan:
Pasal 28D ayat (1): “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
17
Pasal 28I ayat (2): “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif”.
4. KONKLUSI
Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di
atas, Mahkamah berkesimpulan:
[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;
5. AMAR PUTUSAN
Mengadili,
Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
Hamdan Zoelva selaku Ketua merangkap Anggota, Arief Hidayat, Maria Farida
Indrati, Anwar Usman, Patrialis Akbar, Harjono, Muhammad Alim, dan Ahmad
Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Cholidin
Nasir sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/kuasanya,
Pemerintah atau yang mewakili, serta Dewan Perwakilan Rakyat atau yang
mewakili.
KETUA,
ttd.
Hamdan Zoelva
ANGGOTA-ANGGOTA,
ttd. ttd.
ttd. ttd.
ttd. ttd.
ttd.
PANITERA PENGGANTI,
ttd.
Cholidin Nasir