PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan kurikulum pada bidang
pendidikan menjadi semakin besar. Pendidikan Vokasi hadir sebagai sistem
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan
keahlian dan keterampilan terapan pada bidang tertentu. Salah satu bidang
tersebut yakni Pekerjaan Sosial. Pekerja Sosial dituntut mampu memiliki
kompetensi penguasaan keahlian dan keterampilan pelayanan sosial yang
ditujukan untuk mengkaji, mengantisipasi keadaan dan perubahan kehidupan
sosial, serta merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi
kehidupan sosial yang kondusif bagi upaya masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ringkasan jurnal “Dukungan Pemerintah Daerah Dalam
Penanganan Anak Jalanan Di Kota Sumatera Barat” dari Yuna Sundayani
?
2. Apa yang dimaksud Pendidikan Vokasi dan bagaimana hubungannya
dengan keberadaan Anak Terlantar?
3. Bagaimana hubungan keberadaan industri dengan keberadaan Anak
Terlantar?
4. Bagaimana untung dan rugi Pendidikan Vokasi dan Industri dalam
Keberadaan Anak Terlantar?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ringkasan jurnal “Dukungan Pemerintah Daerah
Dalam Penanganan Anak Jalanan Di Kota Sumatera Barat” dari Yuna
Sundayani
2. Untuk mengetahui Pendidikan Vokasi dan hubungannya dengan
keberadaan Anak Terlantar
3. Untuk mengetahui hubungan keberadaan industri dengan keberadaan Anak
Terlantar
4. Untuk mengetahui untung dan rugi Pendidikan Vokasi dan
Industri dalam Keberadaan Anak Terlantar
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ringkasan jurnal
Anak jalanan merupakan salah satu potret permasalahan sosial yang tersebar
di beberapa daerah besar yang ada di Indonesia. Kehidupan anak jalanan merupakan
fenomena permasalahan sosial yang sampai saat ini masih terus dilakukan berbagai
upaya penyelesaiannya. Hasil Susenas 2009 jumlah anak jalanan sebanyak
85.146.600 anak dan jika dibandingkan pada tahun 2007 sebanyak 104.000 anak.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kecenderungan jumlah anak jalanan
semakin meningkat.
3
Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Ayat 26
menyebutkan bahwa anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan
belas) tahun.
Anak mempunyai posisi yang sangat penting, baik sebagai penerus keturunan
suatu keluarga maupun sebagai penerus cita-cita bangsa. Oleh karena itu, agar
mampu memikul tanggung jawab tersebut, anak perlu mendapat perhatian khusus dan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk terpenuhi kebutuhannya sehingga tumbuh dan
berkembang dengan wajar secara jasmani, rohani, dan sosial
4
kebutuhan anak. Pemenuhan kebutuhan akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anak, sehingga pada gilirannya akan berpengaruh pula pada
kemampuan pelaksanaan peranan sosial anak.
Anak jalanan tidak cukup lagi hanya dipenuhi kebutuhan dasar secara fisik,
mental dan sosial sebagai indikator kesejahteraan. Mereka juga harus dilindungi dari
tindakan diskriminasi, kekerasan dan eksploitasi. Dengan perlindungan, menuntut
setiap orang termasuk orang tuanya tidak hanya menyiapkan kebutuhan dasar anak
seperti pangan, sandang, papan, kesehatan maupun pendidikan, tetapi juga memenuhi
aspek perlindungan dari pihak yang tidak bertanggung jawab. ( Suharma. 2015:142.)
Pengumpulan data difokuskan kepada kepala seksi (kasie) anak Dinas Sosial
Padang; anak jalanan yang beraktivitas keseharian berada di jalanan yang ada di Kota
Padang; stakeholders seperti Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas Kesehatan,
P2TP2A, Dinas Pendidikan, Universitas Negeri Padang, Kumdang HAM, Satpol PP
atau Satuan Perlindungan Masyarakat, Dinas Sosial Kota Solok.
5
Teknik penentuan sampel dengan purposive sampling artinya penentuan
sampel mempertimbangkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan terhadap objek
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam, observasi partisipatori, studi dokumentasi dan Focus Group
Discussion (FGD). Tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, oleh
karena itu teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam
penelitian
1. Data dan Gambaran Anak Jalanan yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota
Padang :
- Data Jumlah Anak Jalanan secara Legalitas Formal Belum Ada
- Kota sebagai Pemikat
- Titik Kumpul Tersebar di Pusat Keramaian
- Anak Jalanan Berasal dari Luar Kota
- Berbagai Alat yang digunakan oleh Anak Jalanan
- Mencari Belas Kasih Orang
- Waktu Anak Jalanan Beroperasi
- Belum ada Kesamaan Persepsi dari Pemerintah
- Pelaporan Data Anak Jalanan belum Secara Berkala
- Rumah Singgah Beroperasi bila ada Program
- Rumah Singgah Amar Maruf yang masih Ada dan Bertahan
6
2. Kesiapan Daerah dalam Penanganan Anak Jalanan dalam rangka mencapai
“Bebas Anak Jalanan Tahun 2014”
- Diperlukan Kesamaan Data Anak Jalanan
- Penentuan Akar Masalah yang Utama
- Dibutuhkan Pembuatan Instrumen
- Kurikulum Pekerjaan Sosial di Perguruan Tinggi
- Perlu Dukungan dari Pemerintah
- Kegiatan Bimbingan Motivasi
- Penanganan di Lapangan
3. Kebijakan atau Peraturan Daerah yang Terkait dengan Penanganan Anak
Jalanan dan Implementasinya
- Masih dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
5. Peran Serta Masyarakat, LKSA, LSM atau NGO dalam Penanganan Anak
Jalanan
6. Sumber Daya Manusia yang Dimiliki Daerah dalam Penanganan Anak
Jalanan
7
dengan 8,5 tahun; 10 anak jalanan berusia 8,6 tahun sampai 10,5 tahun; 10
anak jalanan berusia 10,6 tahun sampai dengan 12,5 tahun; dan 10 anak
jalanan berusia 12,6 tahun sampai dengan 18 tahun yang dipilih secara
bertujuan (purposive sampling).
8
1. Program Pendidikan:
2. Diploma I (D1),
3. Diploma II (D2),
4. Diploma III (D3),
5. Diploma IV (D4) atau Sarjana Terapan,
6. Magister Terapan, dan
7. Doktor Terapan.
Waktu Studi :
1. Akademi,
2. Politeknik,
3. Sekolah Tinggi, dan
4. Institut
9
2. dan/atau standar kompetensi internasional.
1. Pembudayaan,
2. Pemberdayaan,
3. Pembentukan watak,
4. Kepribadian,
5. Dan berbagai kecakapan hidup (life skill).
Industri yang ada sekarang tercipta karena adanya suatu peristiwa yang
dinamakan Revolusi Industri. Revolusi Industri merupakan perubahan secara cepat
10
dan besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan
teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya di dunia. Perubahan cepat dan besar-besaran yang dimaksud adalah
perubahan dalam pelaksanaan proses produksi (cara pembuatan atau meningkatkan
nilai guna suatu barang) yang semula menggunakan tenaga manusia (tradisional)
beralih dengan menggunakan peralatan mesin (modern).
Revolusi Industri terjadi pada tahun 1750-1850, dimulai dari Britania Raya kemudian
menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, hingga ke seluruh dunia.
Adapun empat tahapan revolusi industri dari zaman dahulu hingga kini, diantaranya :
Revolusi Industri Pertama dimulai dengan kemunculan mesin uap pada akhir abad ke-
18 yang mendorong mekanisasi dalam proses industri. Revolusi ini dicatat oleh
sejarah berhasil menaikkan perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad
setelah revolusi industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita negara-
negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Revolusi Industri kedua terjadi di awal abad ke-19. Pada Industri 2.0
ini diterapkannya konsep produksi massal melalui produksi interchangeable parts,
penggunaan mesin bertenaga listrik dan ditemukannya konsep standarisasi industri.
Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain
sebagainya yang mengubah wajah dunia secara signifikan.
11
otomatisasi produksi. Pengenalan revolusi industri generasi ketiga ditandai
dengan kemunculan teknologi digital dan internet.Sistem otomatisasi berbasis
komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia.
Dampaknya biaya produksi menjadi lebih murah.
Salah satu bidang pada pendidikan vokasi adalah pendidikan pekerjaan sosial
yang berpaku pada Undang-Undang Kesejahteraan Sosial nomor 11 tahun 2009 yang
menyatakan bahwa pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu memfokuskan intervensinya
pada proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya dengan menggunakan
teori-teori prilaku manusia dan sistem sosial, guna meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dimana ilmu yang menjadi landasan pekerja sosial adalah ilmu
kesejahteraan sosial yang pada dasarnya merupakan ilmu terapan yang kajiannya baik
secara teoritis maupun metodologis terhadap upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup suatu masyarakat.
12
Tujuan dari pendidikan pekerjaan sosial ini adalah untuk menyiapkan pekerja
sosial profesional yang memiliki kompetensi dan komitmen terhadap praktek
termasuk penguasaan keahlian dan keterampilan pelayanan sosial yang ditujukan
untuk mengkaji, mengantisipasi keadaan dan perubahan kehidupan sosial, serta
merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi kehidupan sosial yang
kondusif bagi upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
sendiri dan berfungsi secara sosial. Sehingga pekerjaan sosial dapat mengintegrasikan
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan profesi pekerjaan sosial kedalam
kompetensi praktek. (Martha: 300; Risna:300; Meilanny:300)
Salah satu fokus yang ditangani pekerja sosial adalah PMKS (Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial). Berdasarkan Permensos nomor 08 tahun 2012,
PMKS merupakan seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (kebutuhan jasmani, rohani, dan
sosial) secara memadai dan wajar.
Jadi menurut penjelasan diatas, keberadaan Anak Terlantar menjadi salah satu
kajian yang dibahas pekerja sosial dan menjadi tugas bagi pekerja sosial agar dapat
mempraktikan teori, pengetahuan, pelatihan dan keterampilan yang didapat dalam
pendidikan vokasi guna menangani permasalahan yang dihadapinya untuk kemudian
diberikan pelayanan, pemberian solusi untuk mengantisipasi keadaan yang dialami,
serta merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi kehidupan sosial yang
13
kondusif bagi Anak Terlantar dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
sendiri dan berfungsi secara sosial.
Dengan kemudahan komunikasi pada era industri 4.0 ini dapat mempermudah
semua manusia dalam berkomunikasi. Yang dulunya ketika kita ingin berkomunikasi
dengan orang yang berada jauh dari kita menggunakan surat yang pengirimannya 3-4
hari, sekarang hanya dengan menggunakan telepon genggam/ HP. Makin mudahnya
akses komunikasi juga berdampak positif dan negatif dalam pencegahan dan
penanganan kasus Anak Terlantar. Dampak positifnya adalah komunikasi
penangananya semakin mudah. Dampak negatifnya yaitu merenggangkan hubungan
sosial dengan kehidupan nyata, pengaruh perilaku sosial, dan ajang pamer.
14
E. Untung dan Rugi Pendidikan Vokasi dan Industri dalam Keberadaan Anak
Terlantar
1. Anak Terlantar menjadi salah satu kajian yang ditangani Pekerja Sosial
dalam pendidikan vokasi
Dalam pendidikan vokasi pekerjaan sosial, sesuai dengan Permensos nomor
08 tahun 2012, Korban Penyalahgunaan NAPZA menjadi salah satu bagian dari
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dengan keberadaannya
menjadi fokus utama pekerja sosial untuk dapat mempraktikkan ilmunya yang
meliputi teori, pengetahuan, pelatihan dan keterampilan yang didapat dalam
pendidikan vokasi guna menangani permasalahan yang dihadapinya untuk
kemudian diberikan pelayanan, pemberian solusi untuk mengantisipasi keadaan
yang dialami, serta merumuskan alternatif tindakan guna menciptakan situasi
kehidupan sosial yang kondusif bagi Anak Terlantar.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak Terlantar menurut saya merupakan beban suatu Negara karena
membuat penerus Negara itu hancur, dan banyak masyarakat sekitar yang
tidak perhatian pada Anak Terlantar
B. Saran
Anak terlantar tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dengan
sistem sumber yang mempuni diantaranya seperti panti.
16
DAFTAR PUSTAKA
17