Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Tauhid

Di dalam bahasa arab, tauhid adalah mashdar dari kata ‫ح ُد – ت َ ْوح ْيدًا‬
ِّ ‫َو َّح َد – يُ َو‬
yang berarti mengesakan. Adapun menurut istilah, tauhid adalah “meyakini akan
ke-esa-an Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam rububiyah (penciptaan,
pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah (ikhlas beribadah kepadaNya) dan dalam
Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-Nya“. Dan tauhid apabila
dimutlakkan, maka maknanya adalah memurnikan seluruh peribadatan hanya
untuk Allah ta’ala.

Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah ta’ala dan bahwasannya
tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah ta’ala, adapun kalimat
Tauhid itu sendiri maka yang dimaksud ialah La ilaha illah yang berarti tidak ada
yang berhak disembah selain Allah, di dalam al-Quran Allah ta’ala berfirman :

“Dan tuhan kamu adalah tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selai Dia, yang
Maha pengasih, Maha penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 163)

Dari pengertian Tauhid menurut istilah yang telah kita ketahui bersama, maka kita
telah mengetahui bahwa Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma’ wa Shifat

Pertama : Tauhid Rububiyah


Artinya mengesakan Allah –subhanahu wa ta’ala- dalam hal perbuatanNya.
Seperti mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan
bahaya, memberi manfaat, dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan
khusus bagi Allah –subhanahu wa ta’ala- yang tidak bisa dilakukan oleh manusia
maupun jin dan seluruh Alam semesta yang telah Dia ciptakan. Seorang muslim
wajib meyakini bahwa Allah –subhanahu wa ta’ala– tidak memiliki sekutu dalam
RububiyahNya.

Mengenai Tauhid Rububiyah ini kaum Musyrikin di zaman Nabi –salallahu


‘alaihi wa sallam- pun meyakininya, Allah Ta’ala telah berfirman di dalam Al-
Qur’an :

“Katakanlah, “Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang
memiliki ‘Arsy yang agung ?mereka akan menjawab milik Allah, “ katakanlah,
“maka kenapa kamu tidak bertakwa ?”

Masih banyak lagi ayat–ayat yang menunjukkan bahwa kaum musyrikin


mengikrarkan Tauhid Rububiyah, itu dikarenakan Tauhid Rububiyah merupakan
fitroh setiap insan yang telah diciptakan di dunia ini.
Rasulullah Salallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda :

“Setiap anak yang dilahirkan di dalam keadaan Fitroh maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nashrani, atau majusi”. (HR.Bukhari dan
Muslim)

Kedua : Tauhid Uluhiyah


Artinya, mengesakan Allah –subhanahu wa ta’ala- dalam beberapa macam
peribadatan yang telah disyariatkan olehNya. Seperti, shalat, puasa, zakat, haji,
do’a, nadzar, sembelihan, berharap, cemas, takut, dan sebagainya yang termasuk
jenis-jenis ibadah.

Mengesakan Allah –subhanahu wa ta’ala- dalam hal-hal tersebut dinamakan


Tauhid Uluhiyah (disebut pula dengan tauhid ibadah, -ed); dan Tauhid jenis inilah
yang dituntut oleh Allah –subhanahu wa ta’ala- dari hamba-hambaNya, yaitu
mengesakan Allah dalam hal ibadah.

Jika mereka mengikrarkan Tauhid Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui


Tauhid Uluhiyah. Para Rasul diutus oleh Allah adalah untuk menyeru kepada
Umat mereka agar meyakini Tauhid Uluhiyah meyakini dalam artian
melaksanakan apa yang telah Allah perintahkan kepada hamba–hambaNya dalam
bentuk peribadahan dan tidak beribadah untuk selainNya. Allah –subhanahu wa
ta’la– telah berfirman di dalam Al-Qur’an :

َ َّ ‫وًل أَن ا ُ ْعبُدُوا‬


ُ ‫َّللا َواجْ تَنبُوا ال َّطا‬
َ َ‫غوت‬ ً ‫س‬ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا في ك ُِّل أ ُ َّم ٍة َر‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut…”. (QS. An-Nahl:
36)

Ketiga : Tauhid Asma was Sifat


Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah –subhanahu wa ta’ala-
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tanpa mentakwil
(ta’wil), memisalkan (tamtsil), menanyakan bagaimananya (takyif) dan
meniadakan (ta’thil) dari nama dan sifat tsb. Hali ini pula harus disertai dengan
meniadakan kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah
terhadap diriNya, dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihiwa
sallam- bagi Allah ta’ala, karena Allah ta’alasesungguhnya maha sempurna dan
sangat jauh dari aib ataupun kekurangan.
Allah Ta’ala telah menyatakan bahwa Ia memiliki nama-nama yang husna (baca:
sangat baik/indah) dan Ia memerintahkan kita untuk berdo’a dengan nama–
namaNya, Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an :

‫سيُجْ َز ْونَ َما كَانُوا‬ ْ َ ‫َو ََّلِل األسماء الحسنى فادعوه بها و ذَ ُروا الَّذينَ يُ ْلح ُدونَ في أ‬
َ ‫س َمائه‬
َ‫يَ ْع َملُون‬

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka berdoalah kepada-Nya dengan


menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam nama-namaNya nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (Al-A’raf : 180).

Dan firmanNya :

َ ‫ْس كَمثْله‬
َّ ‫ش ْي ٌء َو ُه َو ال‬
‫سمي ُع البَصي ُر‬ َ ‫لَي‬
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar lagi Maha melihat.” (QS. As-Syura’ : 11)

Tiga jenis Tauhid di atas, wajib diketahui oleh setiap muslim (dan segala
ubudiyah kita kepada Allah wajib dengan ketiga tauhid itu semua) karena Tauhid
adalah pondasi keimanan seseorang kepada Allah ta’ala, sehingga hendaklah kita
senantiasa menjaga kemurnian tauhid kita di dalam beribadah kepada
Allah ta’ala dari apa saja yang dapat merusak Tauhid kita. Wallahu a’lam bis-
showab.

(oleh Ahmadi alumni Pesantren Islam Al-Irsyad ke 19 dan diedit oleh Ustadz
Tauhidin Ali Rusdi Sahal)

(http://www.pesantrenalirsyad.org/tauhid-dan-pembagiannya/)
1. Tauhid

Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah),
Asma` dan Sifat-Nya.

Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu
wa Ta’ala semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya
Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang
berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya
adalah batil. Sesungguhnya Dia Subhanahu wa Ta’ala bersifat dengan segala sifat
kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia Subhanahu wa
Ta’ala mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.

2. Pembagian Tauhid

Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya
ada dua:

Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan


Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat
Rabb Subhanahu wa Ta’ala dan mentauhidkan (mengesakan) Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan asma (nama), sifat, dan perbuatan-Nya.

Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu


wa Ta’ala sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki, Membolak-balikan,
Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta
perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Meliputi segala
sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia
Subhanahu wa Ta’ala mempunyai asma’ (nama-nama) yang indah dan sifat yang
tinggi: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syura’:11)

Kedua: Tauhid dalam tujuan dan permintaan/permohonan, dinamakan tauhid


uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
semua jenis ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dan lain-lain.

Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah Subhanahu


wa Ta’ala saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya
Dia Subhanahu wa Ta’ala yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena
itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti:
berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut, mengharap, menyembelih,
bernazar dan semisalnya melainkan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala
semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir. Firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:

“Siapa menyembah ilah yang lain selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal
tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya
di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung.”
(QS. Al-Mukminun:117)

Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia mengingkari tauhid


ini. Oleh sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul kepada
umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, agar mereka
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan meninggalkan ibadah
kepada selain-Nya.

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya:”Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiya` :25)

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah Subhanahu wa Ta’ala (saja), dan jauhilah
Thaghut itu”, (QS. An-Nahl :36)

(http://www.fimadani.com/pengertian-tauhid-dan-pembagiannya/)

Anda mungkin juga menyukai