Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018 101

MODEL EVALUASI DIRI PENGEMBANGAN KOMPETENSI


SUMBERDAYA MANUSIA BERBASIS KKNI BIDANG INFORMASI
GEOSPASIAL

Budi Susetyo1, Puspa Eosina2, Immas Nurhayati3, Indu Purnahayu4


,12,3,4
Universitas Ibn Khaldun Bogor
Jl. KH Sholeh Ishkandar Km. 2 Kedungbadak Bogor 16162, Telp. 0251-8356884
Email: budi.susetyo@ft.uika-bogor.ac.id
Email: Puspa.eosina@ft.uika-bogor.ac.id
Email: immas.nurhayati@uika-bogor.ac.id
Email: indu.purnahayu@uika-bogor.ac.id

ABSTRAK

Informasi geospasial dalam pengelolaan berbagai Sumberdaya manusia, alam, buatan dan
sosial merupakan tantangan nyata yang membutuhkan dukungan teknologi yang handal
dan berkualitas. Kondisi ini dimungkinkan karena Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki area yang sangat luas, di mana kawasan maritimnya seluas
3.223.137 km2 dan luas daratnya 1.890.739 km2. Saat ini kegiatan tersebut dilaksanakan
oleh industri dan SDM dengan jumlah dan kualitas yang sangat bervariasi, termasuk
kemampuannya di bidang informasi geospasial, di mana pemerintah terus berusaha
memacu daya saing dan kompetensinya. Salah satu program pengembangan SDM
dilakukan melalui diterbitkannya SKKNI bidang informasi geospasial yang operasional uji
kompetensinya dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi bidang IG. Dalam rangka
mendukung program LSP tersebut maka dibuatlah Sistem Evaluasi Diri yang dapat
mengarahkan Level Okupasi yang sesuai dengan kemampuannya. Aplikasi dirancang
untuk dapat mengarahkan SDM IG dalam mengikuti Skema Sertifikasi berdasarkan
Okupasi Nasional, dengan berbagai prasyarat yang berlaku. Hasil Implementasi sistem
dapat memberikan saran secara langsung bagi SDM IG terhadap Okupasi bidang IG yang
sesuai dengan latar belakang pendidikan formal dan kompetensi yang dimilikinya.
Aplikasi bersifat dinamis dan berbasis web dan merupakan pengembangan fitur dari sub
sistem geospatialindustry.net, sehingga dapat langsung memberikan arahan okupasi
setelah mengisian evaluasi diri secara online. Hasil dari evaluasi diri ini selanjutnya
dapat ditindaklanjuti oleh LSP terkait untuk menawarkan program sertifikasi kompetensi
bidang informasi geospasial.

Kata kunci: Kompetensi SDM IG, Informasi Geospasial, Okupasi, Sertifikasi, SKKNI

Latar Belakang
Pengembangan Sumberdaya manusia di bidang informasi geospasial (SDM IG) di Indonesia
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, di antaranya SDM IG yang kuantitas dan kualitasnya
belum mencukupi kebutuhan. Di sisi lain mandat Undang Undang No 4 tentang IG Pasal 49 (ayat 1 dan ayat
2), mengamanatkan bahwa setiap pengguna peta berhak mengetahui kualitas IG yang diperolehnya. Dengan
demikian Penyelenggaraan IG wajib memberitahukan kualitas setiap IG yang diselenggarakannya, hal ini
memberikan konsekwensi dibutuhkannya SDM IG yang bersertifikasi dan Standar Kualifikasi Kompetensi
SDM yang sesuai dengan kebutuhan Industri (BIG, 2018).
Kondisi SDM IG di Indonesia, baik yang terkait kuantitas maupun kualitas, hingga saat ini masih
belum mencukupi kebutuhan. Kebutuhan SDM IG di Kementerian dan Lembaga Pusat adalah sekitar 4.000
SDM. Pemda bila diasumsikan 10 orang per Kabupaten/Kota, dengan jumlah 500 lebih, maka sudah
memerlukan 5.000 SDM. Dunia swasta yang akan melayani pemerintahan (B2G) maupun swasta lainnya
(B2B) akan memerlukan kira-kira 3 kali lipat pemerintahan. Ini setara bahwa besaran APBN adalah kira-kira
20% dari PDB, jadi uang yang berputar di sesama swasta adalah empat kali dari sumber pemerintah.
Sehingga untuk swasta kebutuhan SDM IG ke depan diperkirakan adalah sekitar 36.000 orang. Sedangkan
sisanya adalah yang bekerja di dunia pendidikan, baik tingkat menengah maupun tinggi, serta yang
`102 Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018

beraktivitas di komunitas (Ormas, LSM), yang jumlahnya ditaksir maksimal 5.000 orang. Jadi total SDM
informasi geospasial yang dibutuhkan adalah 50.000 orang. Jumlah ini tentu akan meningkat lagi kalau telah
memasuki pasar global Asean-China (Amhar, et. al., 2013). Proyeksi kebutuhan SDM IG beserta rencana
pemenuhannya disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Proyeksi Kebutuhan SDM IG

Sumber: Hasil Analisis BIG, 2015

Badan Informasi Geospasial selaku Competent Authority bidang Surveying, diberi mandat oleh
Sekretariat ASEAN untuk MRA dan menunjuk Indonesia untuk melakukan harmonisasi Pendidikan
Surveying. Diperlukan suatu strategi dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying ASEAN, mengingat
bahwa Indonesia merupakan pasar terbesar dalam bidang IG, Industri IG tidak berkembang dengan baik,
indikasinya perkembangan jumlah industri sangat kecil, tidak terserapnya tenaga-tenaga lulusan SMK dan
Perguruan Tinggi serta Lulusan SMK/PT belum siap pakai. Belum tersedianya strategi yang komprehensif
dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying ASEAN. Dalam kaitan tersebut Pemerintah melalui
Kementerian Ketenagakerjaaan Republik Indonesia telah mengeluarkan Keputusan Menteri No. 95/2017
tentang Penetapan Standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia Katagori Aktivitas Profesional, Ilmiah dan
Teknis Golongan Pokok Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis dan Uji Teknis Bidang informasi
Geospasial (SKKNI IG).
Butir-butir Kriteria unjuk Kerja (KUK) pada SKKNI IG tersebut menggambarkan kemampuan unjuk
kerja yang bersifat umum, sehingga memerlukan penajaman terhadap apa yang dimaksud. Oleh sebab itu
agar mudah dipahami, proses evaluasi diri perlu diwujudkan dalam bentuk pertanyaan yang mudah dipahami.
Seringkali dalam assessmen mandiri Calon Asesi menjawab tanpa dasar pertimbangan evaluasi diri yang
matang, bahkan Asesor juga sulit melihat secara rinci mengingat butir-butir yang di check list cukup banyak.
Di sisi lain Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sulit mempertimbangkan skema uji yang diusulkan calon Asesi
terkait dengan kemampuan teknis yang dimiliki. Sistem ini mengarahkan Calon Asesi untuk mengambil
skema yang benar-benar diyakini dapat diikuti sekaligus mempersiapkan butirbutir yang akan diujikan dan
informasi hal-hal yang dianggap kurang kompeten dan harus dipelajari terlebih dahulu. Untuk menjaga aspek
fairness, maka pertanyaan dikelompokkan berdasarkan bidang yang diminati kemudian diarahkan untuk
memilih beberapa kemampuan teknis yang dimiliki mulai dari pertanyaan umum Unit Kompetensi-Elemen
Kompetensi (UK-EK) dan akhirnya pertanyaan detil KUK. Bila dari UK Calon Asesi merasa kurang
kompeten, maka sistem berhenti memproses, demikian juga bila merasa kurang kompeten di aspek EK yang
ditanyakan. Sebaliknya bila merasa kompeten di aspek UK dan EK nya maka akan ditindaklanjuti oleh
pertanyaan detil KUK.
Berdasarkan uraian permasalah di atas, perlu dilakukan pengoperasionalan butir-bitir regulasi
termasuk prasyarat yang diberikan masing-masing Unit Kompetensi, sehingga kompetensi Sumberdaya
manusia bidang informasi geospasial (SDM IG) dapat lebih terjamin kualitasnya. Maka berdasarkan uraian
tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan model evaluasi diri untuk mengetahui kompetensi sesuai
SKKNI, serta membangun Sistem Prototype yang dapat dimanfaatkan secara Online dalam Evaluasi Mandiri.
Output dari pengisian online ini adalah berupa rekomendasi Skema Uji sekaligus dapat mencetak Asesmen
Mandiri sesuai dengan standar dan prosedur uji yang dilakukan LSP selama ini.

LANDASAN TEORI
Salah satu dari tujuan UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berbasis pemerataan dan keberlanjutan. Pemerataan selain
berdimensi sosio-demografis juga geografis-finansial. Selain memperhatikan aspek ketersediaan sumber daya
Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018 103

alam juga dampak lingkungan (Amhar et al., 2013). Terkait dengan Industri IG di Indonesia masih dijumpai
berbagai kendala untuk dapat tumbuh sebagai industri mandiri, di antaranya disebabkan lemahnya daya saing
industri IG. Beberapa penyebab di antaranya belum adanya pembinaan yang memadai terkait dengan
kesiapan Industri IG Nasional dalam menghadapi persaingan global. Hal ini perlu diangkat sebagai isu
nasional karena dipandang cukup mengkhawatirkan, terutama saat menghadapi MEA atau era pasar bebas
yang akan datang. Persaingan global pada pasar internasional memerlukan adanya penguatan dalam hal:
penerimaan dan pembinaan SDM IG, permodalan, regulasi dan perijinan, perluasan Scope of services, inovasi
teknologi, global networking, pengkajian tren aplikasi IG ke depan, marketing industri IG dan quality
assurance (Nurhayati et al., 2017). Model kompetensi yang mengintegrasikan aspek teknis,keterampilan
bisnis, analitis, dan interpersonal diperlukan untuk pengembangan pasar geospasial, demikian pula model
untuk menggambarkan jenis pekerja yang dibutuhkan dalam industri teknologi informasi geospasial,
peningkatan perekrutan karyawan dan seleksi, pengelolaan kinerja karyawan, rancangan pelatihan teknologi
informasi geospasial serta program pendidikan (Gaudet et al., 2003).
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara memiliki potensi keuntungan sekaligus resiko
yang tinggi. Kompetisi yang semakin ketat sebagai konsekuensi dari MEA harus dihadapi secara profesional
dan terarah. Tanpa adanya upaya yang sistematis baik di level perencanaan, persiapan, dan eksekusi, maka
sebesar dan sekaya apapun negara, tidak akan mampu menarik keuntungan banyak dari Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
Diperlukan suatu strategi dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying ASEAN, mengingat bahwa:
Indonesia merupakan pasar terbesar dalam bidang IG. Namun Industri IG tidak berkembang dengan baik,
indikasinya adalah perkembangan jumlah industri sangat kecil, tidak terserapnya tenaga-tenaga lulusan SMK
dan Perguruan Tinggi; Lulusan SMK/PT belum siap pakai. Belum tersedianya strategi yang komprehensif
dalam menghadapi liberalisasi jasa surveying ASEAN. Skema sertifikasi yang diusulkan, disusun
berdasarkan ACCSTP (ASEAN Common Competency Standards for Tourism Professionals) dan CATC
(Common ASEAN Tourism Curriculum) dari MRA ASEAN di bidang pariwisata yang ditandatangani pada
tanggal 9 Nopember 2012 di Bangkok, Thailand (BIG, 2017). Dengan skema sertifikasi Okupasi Nasional
yang berharmonisasi dengan AQRF (ASEAN Qualifications Reference Framework) sesuai dengan ACCSTP
dan CATC ini, diharapkan tenaga kerja bersertifikat kompetensi dapat diakui secara nasional maupun
internasional khususnya ASEAN. Pengembangan SDM IG berbasis KKNI-IG/SKKNI dilaksanakan secara
partisipatif melibatkan para pihak dengan pemetaan peran setiap unsur keprofesian sebagai berikut:

Tabel 2. Pemetaan Peran Unsur Keprofesian

(Sumber: BIG, 2017)

Berdasarkan hal tersebut dan dengan kebutuhan yang semakin mendesak akan SDM IG ini, perlu
dibangun sebuah sarana pengolahan data SDM IG yang bersifat real time dan mudah didapatkan, perlu adanya
perumusan untuk mendefinisikan tingkat kompetensi SDM (Susetyo et al., 20017).

HASIL DAN BAHASAN


Skema Okupasi dan jumlah Unit Kompetensi (Inti dan pilihan) bidang-bidang di sektor Informasi
geospasial disajikan pada Tabel 3. Ada pun masing-masing skema okupasi tersebut memiliki persyaratan
masuk mengikuti untuk mengikuti Uji Kompetensi dan nomor kode Unit Kompetensinya terlampir. Untuk
dapat mengetahui rincian Kriteria Unjuk Kerja (KUK) setiap kode Unit Kompetensi perlu mengacu langsung
pada Kemenaker No. 95/2017.

Tabel 3. Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Bidang Fotogrametri


`104 Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018

Sumber: Skema KKNI IG, 2017


Rancangan Sistem
SDM yang merasa berkualifikasi dalam bidang IG segera melakukan registrasi ke sistem online yang
rencananya nama domain nya adalah geospatialworkforce.net dengan mengisi beberapa prasyarat sebagai
pertimbangan admin sebelum memberikan username & password. Diawali dengan login ke sistem, SDM IG
dapat melanjutkan pengisian biodata secara detil termasuk pengisian latar belakang pendidikan formal dan
upload bukti softcopy ijazah, referensi kerja atau sertifikat kompetensi yang telah dimiliki. Tahap selanjutnya
adalah pengisian evaluasi diri terkait skema yang telah disesuaikan dengan prasyarat skema okupasi maupun
prasyarat Unit Kompetensi yang akan diambil. Dengan demikian UK yang menjadi prasyarat harus diisi
terlebih dahulu evaluasi dirinya. Pada Tahap akhir sistem akan memberikan rekomendasi Skema uji yang
seyogyanya diikuti di LSP Penyelenggara Uji dengan terlebih dahulu mempersiapkan diri sesuai arahan
sistem pada lampiran rekomendasinya. Terdapat dua lampiran rekomendasi, yaitu Lampiran Hasil Evaluasi
Diri terkait Skema yang akan diikuti dan Lampiran UK Prasyarat yang dibuat secara terpisah. Penjelasan ini
secara skematis disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Alur Proses Pengisian Evaluasi Diri Gambar 2. Diagram Use Case
Secara fungsional proses tersebut juga dapat divisualisasikan dengan diagram use case (Gambar 3), di
mana fungsi admin adalah Pengelolaan data master (pengelolaan data SKKNI, pengelolaan data KKNI,
pengelolaan data kuesioner, pengelolaan data okupasi, pengelolaan UK Inti, pengelolaan UK Pilihan,
pengelolaan data user). Sedangkan fungsi user di antaranya registrasi, pengisian kuesioner serta fungsi sistem
adalah dalam hal pengolahan rekomendasi dan menampilkan hasil berikut lampiran rekomendasinya pada
Gambar 2. Hasil analisis sistem juga dinyatakan dalam diagram relasi entitas yang disajikan dalam
Implementasi Sistem
Sistem dibuat berbasis webgis untuk menampilkan sebaran SDM IG di Indonesia, sehingga dapat
diketahui pemerataan menurut wilayah pembangunan di suatu daerah, baik secara kuantitatif maupun
Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018 105

kualitatif. Sistem prototype ini dapat dikembangkan lebih lanjut hingga dapat diukur kinerja dan
produktivitasnya, sehingga gambaran rekapitulasi dan visualisasi grafik yang menggambarkan keragaan
profil SDM IG di Indonesia dapat disajikan. Interface dari prototype sistem sistem disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Antarmuka prototype Sistem

Manfaat sistem online bagi Industri sertifikasi okupasi ini dapat lebih meyakinkan kepada kliennya
bahwa jasanya telah dibuat oleh tenaga- tenaga yang kompeten. Demikian juga dalam hal rekruitmen dan
mengembangkan tenaga berbasis kompetensi guna meningkatkan efisensi pengembangan SDM khususnya
dan efisiensi nasional pada umumnya serta membantu industri dalam sistem pengembangan karir dan
remunerasi tenaga berbasis kompetensi dan meningkatkan produktivitas. Bagi Tenaga Profesi sertifikasi
okupasi lebih dapat meyakinkan kepada organisasi/ industri/kliennya bahwa dirinya kompeten dalam bekerja
atau menghasilkan jasa dan meningkatkan percaya diri tenaga profesi. Demikian juga membantu dalam
merencanakan karirnya dan mengukur tingkat pencapaian kompetensi dalam proses belajar di lembaga formal
maupun secara mandiri, upaya memenuhi persyaratan regulasi, pengakuan kompetensi lintas sektor dan lintas
negara serta dapat membantu tenaga profesi dalam promosi profesinya dipasar tenaga kerja. Sedangkan bagi
Lembaga Pendidikan dan juga Pelatihan skema sertifikasi okupasi dapat lebih membantu memastikan link
and match antara kompetensi lulusan dengan tuntutan kompetensi dunia industri, membantu memastikan
tercapainya efisiensi dalam pengembangan program diklat, membantu memastikan pencapain hasil diklat
yang tinggi, serta membantu Lemdiklat dalam sistem asesmen baik formatif, sumatif maupun holistik yang
dapat memastikan dan memelihara kompetensi peserta didik selama proses diklat.

KESIMPULAN
Simpulan
Beberapa simpulan disampaikan sebagai berikut: (1) Model evaluasi diri yang mengacu pada SKKNI
dan KKNI bidang IG telah dibuat, termasuk implementasi prasyarat pada kedua regulasi tersebut; (2) SDM
IG dapat melakukan evaluasi diri untuk mengetahui posisi okupasi yang sesuai dengan kompetensinya dengan
memanfaatkan Sistem Online dan juga dalam rangka mempersiapkan diri untuk mengikuti uji kompetensi

SARAN
Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
(1) Prototype Sistem dapat dilanjutkan untuk menghasilkan Dokumen Asesmen Mandiri dalam Sistem Uji
Kompetensi SDM IG
(2) Pengembangan fitur rekapitulasi data/informasi serta visualisasi grafik diperlukan sebagai basis
pengambilan keputusan bagi pengembangan SDM IG di Indonesia.

Ucapan Terima Kasih


Penelitian ini didanai oleh Kemenristekdikti hibah penelitian skema Penelitian Stratagis Nasional
Insitutusi (PSNI) dan didukung oleh Badan Informasi Geospasial. Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Daftar Pustaka
Abidin, H.Z. 2018. “Peranan Informasi Geospasial Dalam Percepatan Pembangunan Nasional”. Diskusi
Informal Ikatan Alumni Geodesi ITB Kampus ITB, Bandung, 20 Januari 2018. Sumber URL:
https://www.researchgate.net/profile/Hasanuddin_Z_Abidin/publication/322634425_Peranan_Info
rmasi_Geo
spasial_Dalam_Percepatan_Pembangunan_Nasional/links/5a654f08a6fdccb61c57fd90/Peranan-
InformasiGeospasial-Dalam-Percepatan-Pembangunan-Nasional.pdf.
`106 Seminar Nasional Teknologi Informasi Universitas Ibn Khaldun Bogor 2018

Amhar, F Karsidi A. dan Wijoyo, S. 2013. “Peluang Dan Tantangan Ekonomi Geospasial di Indonesia”.
Majalah Ilmiah Globe Volume 15 No. 2 Desember 2013 : 191 - 196.
Amhar, F., B. Susetyo, Suprajaka, Soemaryono, I. Yanuarsyah. (2016). “Projection of Geospatial Human
Resources In Indonesia Until 2025”. Proceedings-ISBN 978-87-92853-35-6, ISSN: 2307-4086.
International Federation of Surveyors (FIG). Christchurch-Australia.
Amhar F., A. Karsidi, B Susetyo. (2013). “Informatics Technology to support the Geospatial Information
Management”. Seminar Paper on National Geo-Campus. Cooperation between National
Geospatial Agency with Bogor Ibn Khaldun University. Bogor.
BIG, (2016), “Inspirasi Kebijakan Satu Peta Indonesia untuk Kesatuan Asean”. Badan Informasi
Geospasial. Cibinong
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Fotogrametri”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan informasi Geospasial.
BIG-Cibinong.
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Hidrografi”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan informasi Geospasial.
BIG-Cibinong.
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Kartografi”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan informasi Geospasial.
BIG-Cibinong.
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Penginderaan Jauh”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan informasi
Geospasial. BIG-Cibinong.
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Sistem Informasi Geografis”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan
informasi Geospasial. BIG-Cibinong.
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Survei Kewilayahan”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan informasi
Geospasial. BIGCibinong.
BIG, (2017), “Skema Sertifikasi Kompetensi Profesi Okupasi Nasional Sektor Informasi Geospasial Bidang
Survei Terestris”. Kerjasama Badan Nasional Sertifikasi Profesi dengan Badan informasi
Geospasial. BIG-Cibinong.
Gaudet, C.H., H.M. Annulis, and J.C. Carr. 2003. “Building the Geospatial Workforce”. URISA Journal
Vol. 15, No. 1. USA.
Nurhayati, I, B. Susetyo, I. Purnahayu, P. Eosina, (2017), "Analisis Daya Saing Industri Informasi
Geospasial di Indonesia". Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan
Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
SKKNI IG. 2017. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 95 Tahun 2017 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Katagori Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan
Pokok Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran; Analisis dan Uji Teknis Bidang informasi
Geospasial. Jakarta.
Susetyo, B., I. Nurhayati, I. Purnahayu, P. Eosina, (2017), "Model Evaluasi Kinerja SDM Geospasial
Menggunakan Metode CPI dan CPD Berbasis WebGIS". Prosiding Seminar Nasional XII
“Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
URISA, (2012), “Geospatial Management Competency Model”, June 8, 2012. USA.

Anda mungkin juga menyukai