Anda di halaman 1dari 24

 Diagnosa GTP

Dalam menegakkan suatu diagnose dari pembutuhan gigi tiruan penuh, dibutuhkan
pemeriksaan secara keseluruhan besertakan riwayat terdahulu dari pasien, diantaranya:
1. Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan pada ingatan
penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental. (Lusiana K.B., 1995)
Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada auto anamnesis,
cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien. Disamping itu terdapat
keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan,
melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya pada paien bisu,
ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara in9i
disebut allo anamnesis. (Lusiana K.B., 1995)
Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana pasien sendirilah
yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya, pada anamnesis aktif penderita
perlu dbantu pertanyaan-pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya. (Lusiana K.B., 1995)
Pada saat anamnesis biasanya ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
- Nama penderita
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya di samping
mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan
dengan penyusunan gigi depan, contohnya: orang eropa (kas kaukakus) mempunyai profil yang
lurus, sedangkan orang Asia (ras Mongoloid)cembung.
- Alamat
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tak
diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali penderita juga dapat
dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita mengetahui latar
belakanglingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.
- Pekerjaan
Modifikasi jenis perawatan mungkin perlu dilakukan karena factor jenis pekerjaan. Dengan
memahami pekerjaan pasien, keadaan sosial ekonominya juga dapat diketahui. Pada umumnya
lebih tinggi kedudukan sosial seseorang lebih besar tuntutannya terhadap faktor estetik.
- Jenis kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk pria dan wanita.
Namun demikian hal-hal berikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung
lebih memperhatikan faktor estetik dibanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang
lebih kuat, sebab merekan menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih
mementingkan rasa enak/nyaman, di samping faktor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.
Selanjutnya bentuk gigi wanita relatif lebih banyak lengkungan/bulatannya dibanding gigi pria
yang memberi kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita dalam
masa menopouse membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya
terasa lebih kering dan ada rasa seperti terbakar.
- Usia
Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan pertimbangan.
Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan mulut, koordinasi otot, mengalirnya
saliva, ukuran pulpa gigi serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna,
serta ukuran gigi seseorang. Pada lanjut usia, lebih sering pula dijumpai pelbagai penyakit seperti
hipertensi, jantung dan diabetes melitus.Bila pada orang usia muda lebih sering dijumpai karies
dentis, maka pada kelompok usia lanjut penyakit periodontalah yang lebih sering dijumpai.
Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi dibanding
penderita usia lanjut. Pada usia di atas empat puluh tahun, adapatasi biasanya mulai berkurang
dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.
- Pencabutan Terakhir Gigi
Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi tesebut
sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal.
Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan
akan mempengaruhi hasil perawatan.
- Pengalaman Memakai Geligi Tiruan
Seorang penderita yang pernah memakai geligi tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga
adaptasinya terhadap geligi tiruan baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami
prosedur pembuatannya. Sebaliknya, penderita semacam ini juga sering membanding-
bandingkan protesa barunya dengan yang pernah dipakai sebelumnya.Mereka yang belum
pernah memakai geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa adatasi lebih panjang karena
kesulitannya menyesuaikan diri. Kelompok ini belum berpengalaman dalam prsedur pembuatan
protesa; seperti pada waktu pencetakan, penentuan gigitan, maupun pada saat awal pemakaian,
yang sering kali menimbulkan rasa sakit. Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada
penderita sebelum pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.
- Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan
Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih
mementingkan pemenuhan factor estetik atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan
dengan kebutuhan penderita.
- Keterangan Lain
Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk dsb. Kadang-kadang kebiasaan
tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang intensif. (Lusiana K.B., 1995)
2. Pemeriksaan Intra Oral
Merupakan pemeriksaan yang di lakukan , untuk mengetahui keadaan rongga mulut apakah
terdapat kelainan atau tidak yang nantinya di gunakan untuk membantu menegakkan diagnose.
Pemeriksaan intra oral dapat meliputi, pemeriksaan jaringan keras dan lunak rongga mulut.
a. Pemeriksaan Status Umum (riwayat kesehatan)
Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam
perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini
perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang
terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular,
tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb. (Lusiana K.B., 1995)
b. Jaringan Lunak Rongga Mulut
Fungsi pemeriksaan antara lain untuk mengetahui adanya kelainan, iritasi atau keadaan patologis
pada jaringan mukosa rongga mulut. Sebagai rencana awal perawatan pendahuluan. Pemeriksaan
yang di lakukan dapat membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri,
meliputi palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari pada mukosa rongga mulut, atau
menggoyangkan gigi dan perkusi ringan dengan ujung gagang kaca mulut.
c. Foto Rongent
Tujuan menggunakan foto ini dalam pembuatan protesa sebagian lepasan adalah untuk:
1.Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung tulang yang padat akan
memberi dukungan yang baik
2. Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.
3. Melihat kelainan bentuk pada, “residual ridge”, umpamanya bila terdapat suatu tonjolan pada
prosesus alveolaris.
4. Melihatadanyasisaakargigi
5. Menelitikeadaanvitalitasgigi
6. Memeriksanadanyakelainanperiapikal
d. Oklusi
Hubungan gigi –gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutronklusi atau distoklusi. Hubungan gigi 6
atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada
”groove” bukal gigi 6 bawah. Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal ( neutroklusi )
dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari tonjol gigi
3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah.
Hubungan gigi - gigi depan dapat berupa :
a) dalam arah horisontal : normal edge to edge atau cross bite
b) dalamarah vertical : open bite, deep bite atau steep bite.
e. Vestibulum
Merupakan celah antara mukosa bergerak dan tidak bergerak. Vestibulum diukur dari dasar
fornix hingga hingga puncak ridge.
1. Cara pemeriksaan
Diperiksa menggunakan kaca mulut (nomor 3). Pemeriksaan dilakuka pada regio posterior dan
anterior terutama pada bagian yang tak bergigi, dimulai dari fornix sampai puncak ridge.
Sedangkan pada daerah yang masih ada giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi gingival.
a. Vestibulum dalam : Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengah diameter
b. Vestibulum dangkal : Bila kacamulut yang terbenam kurang dari setengah diameter
kacamulut.
2. Fungsi
Untuk retensi dan stabilitas gigi tiruan. Vestibulum yang lebih dalam lebih retentive daripada
yang dangkal.
f. Bentuk Insisiv Pertama Atas
Susunan gigi pada tulang rahang membentuk sebuah lengkung yang memiliki bentuk dan ukuran
yang berbeda-beda tiap individu. Lengkung gigi adalag garis yang menghubungkan titik kontak
antar gigi. Lengkung gigi didukung oleh setiap gigi yang terletak di dalam suatu basis tulang.
Bentuk lengkung berdasarkan bagian anterior kurve dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :
ovoid, tepered, dan square. Ketiga bentuk lengkung memiliki kemiripan yang cukup tinggi
sehingga sulit dibedakan. Untuk parameter yang digunakan untuk menentukan hal-hal apa saja
yang mempengaruhi bentuk rahang yaitu interkaninus, intermolar, tinggi kaninus dan tinggi
molar.
g. Frenulum
Frenulum yaitu lipatan jaringan lunak yang menahan pergerakan organ yang dapat bergerak,
termasuk lidah. Frenulum labialis pada rahang atas dan bawah dan frenulum lingualis pada
rahang bawah merupakan struktur yang perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual
ridge
1. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi-rendahnya perlekatan masing-masing. Frenulum lingualis
pada rahang bawah dan f.labialis pada rahang atas/bawah merupakan struktur yang
perlekatannya seringkali dekat dengan puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan
mengganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas gigi tiruan.Letak perlekatan frenulum dapat
digolongkan:
ü Tinggi : bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge.
ü Sedang : bila eprlekatannya kira-kira di tengah antara puncak ridge dan fornix.
ü Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix.
2. Fungsi
Untuk retensi dan estetik. Frenulum yang tinggi dapat meng-ganggu penutupan tepi (seal)
dan stabilitas geligi tiruan.
h. Bentuk Ridge
Ridge merupakan puncak tulang alveolar.
1. Cara pemeriksaan
Cara memeriksa bentuk ridge adalah dengan palpasi ridge pada bagian edentulus.
Terdapat empat macam bentuk ridge antara lain :
IMG.jpgsquare : lebih menguntungkan daya retentifnya
ovoid : lebih bagus untuk stabilisasi
tapering : daya retentifnya jelek, tidak menguntungkan
flat : tidak menguntungkan
2. Fungsi
Bentuk ridge berhubungan dengan – retensi dan stabilitas. Bentuk ridge square mempunyai
retensi yang paling baik karena mempunyai luas penampang yang luas. Bentuk ridge ovoid
mempunyai stabilitas yang baik. Bentuk ridge tapering, memerlukan relief agar dapat retentif .
Bentuk ridge flat merupakan bentuk yang paling tidak menguntungkan terhadap retensi dan
stabilitas.
i. Bentuk Dalam Palatum
Berfungsi untuk retensi dan stabilitas. Terdapat empat bentuk palatum, yaitu :
1) Square: paling menguntungkan
2) Ovoid : menguntungkan
3) Tapering : tidak menguntungkan
4) Flat : tidak menguntungkan
j. Torus Palatina
Merupakan tonjolan tulang yang terdapat pada garis tengah palatum. Fungsinya untuk stabilisasi
gigi tiruan. Torus palatina ini ada yang besar, sedang dan kecil. Pemeriksaannya dengan
memakai burnisher, denngan menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan
kekenyalan jaringan.
k. Torus Mandibula
Cara pemeriksaannya sama seperti torus palatinus, pemeriksaan dengan cara menekan daerah
palatum menggunakan burnisher. Bila terasa ada daerah keras dan daerah tersebut berwarna
putih bila ditekan maka terdapat torus mandibularis.
Kehadiran torus mandibularis dapat mempersulit upaya untuk memperoleh gigi tiruan yang
nyaman karena tepi-tepi gigi tiruan langsung menekan mukosa yang menutupi tonjolan tulang
tersebut. Dalam hal demikian perlu dilakukan pengambilan torus secara torektomi. Biasanya
dilakukan pengambilan pada tulang ini bila pada pemasangan gigi tiruan dirasakan bisa
mengganggu kestabilan gigi tiruan tersebut.
l. Tuber Maxilaris
Disini dapat dilihat besar, sedang atau kecilnya dari satu sisi maupun dua sisi. Bentuk tuber
maxilaris yang besar sangat berguna untuk retensi gigi geligi tiruan didaerah undercut. Apabila
hanya besar pada satu sisinya dapat diatasi dengan mencari arah pasangnya.
m. Eksostosis
Merupakan tonjolan tulang pada prossesus alveolaris yang berbentuk membulat seperti tonus
palatinus, torus mandibula serta tajam akibat pencabutan gigi bila diraba, terasa sakit dan tidak
dapat digerakkan.
Cara pemeriksaannya dengan melakukan palpasi, bila terdapat eksostosis dan mengganggu
fungsi gigi tiruan maka dilakukan tindakan pembedahan (alveolektomi) atau di relief. Fungsi
diadakannya pemeriksaan ini untuk mengetahui ada atau tidaknya tulang menonjol dan terasa
sakit akibat pencabutan yang tidak beraturan dan dapat mempengaruhi pemakaian gigi tiruan.
n. Rongga Retromylohyoid
Merupakan perlekatan otot didaerah antara molar 2 dan molar 3 disebelah lingual. Daerah ini
penting untuk penting untuk daerah retensi gigi tiruan. Pemeriksaannya dilakukan pada daerah
lingual didaerah gigi M2 dan M3 rahang bawah dengan kaca mulut. Kaca mulut yang terbenam
lebih setengahnya menunnjukkan daerah retro yang dalam, retro dangkal: kaca mulut terbenam
kurang dari setengahnya, retro sedang : kaca mulut terbenam kira-kira setengahnya.
 Rencana Perawatan GTP
Tahapan rencana perawatan
• Preparasi Mulut
Secara garis besar, sebetulnya ada dua tahapan preparasi mulut, yaitu yang
pertama,dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah,
perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontic,bahkan ortodontil perlu dilaksanakan
untuk mempersiapkan mulut pasien menerima geligi tiruan yang akan dipakai. Kedua, mulut
pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan dibuat.
•Tindakan Bedah Pra Prostetik
Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang atau
jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Prosedur bedah ini harus diselesaikan jauh
sebelum pembuatan protesa dilakukan, supaya penyembuhan optimal bias tercapai.
• Perawatan konservatif
Perawatan konservatif atau restorative dengan demikian tidak terbatas hanya kepada perawatan
karies saja, tetapi juga harus :
a. Memberikan kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal
b. Mengurangi ruang interproksimal yang berlebihan
c. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas
d. Membentuk daerah gerong untuk retensi, bila daerah ini memang tak ada
e. Mendukung terpenuhnya factor estetik
f. Memberikan kontur gigi yang sesuai
• Perawatan ortodontik
• Perawatan periodontik

 Prognosis Perawatan
Prognosis adalah suatu perdiksi terhadap kemungkinan keberhasilan dalam suatu perawatan yang
dibuat berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis penyakit dan faktor-faktor resikonya.
Prognosis ditentukan sesudah diagnosis ditetapkan dan sebelum perawatan dilakukan. Dalam
menentukan prognosis, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antaralain:
a. Faktor klinis, seperti usia pasien, keparahan penyakit dan kerja sama pasien.
b. Faktor sistemik, seperti penyakit diabetes dan faktor genetik.
c. Faktor lokal seperti oral hygiene, faktor anantomis dan faktor prostetik.
Menurut M.M. House (1937), prognosis perawatan di tentukan oleh karakter pasien :
1. Philosopical Mind
o Rasional, tenang, seimbang dan percaya pada dokter.
o Prognosis : Baik.
2. Exacting or Critical Mind
o Serba teratur, terlalu hati-hati, ingin segala sesuatu secara tepat, kadang-kadang
keseehatannya buruk.
o Prognosis : Baik jika sikap kritis dan tendensinya sepadan dengan kecerdasannya.
3. Hysterical Mind
o Gugup dan tidak memperdulikan kesehatan mulutnya.
o Keputusan relative meragukan.
o Tidak kooperatif dan sulit menerima alas an.
o Prognosis : Relatif, karena penderita cenderung mengeluh dan mencari-cari kesalahan
orang yang merawatnya.
4. Indifferent Mind
o Cuek terhadap penampilan dan mastikasinya.
o Tidak mau merepotkan diri terhadap pemasangan protesa.
o Prognosis : Buruk, kecuali jika penerangan dan instruksi berhasil dengan baik.
Menentukan prognosis memerlukan estimasi akurat dari :
• Penyakit yang terjadi bersamaan
• Keparahan masalah
• Sikap pasien
• Reaksi sebelumnya yang merugikan
• Kemampuan untuk mematuhi dan berkeja sama
• Besarnya keutungan melawan biaya dan resiko yang ditimbulkan
Beberapa hal yang memepangaruhi prognosis gigi tiruan penuh:
1. Karies, kebersihan mulut, penyakit periodontal, plane oklusal, kebiasaan parafungsional,
dukungan tulang, keadaan gigi penyangga, status endodontik, dentisi/gigi-gigi yang
berlawanan, jumlah dan posisi gigi yang akan digantikan, dan lain-lain.
2. Persepsi kebutuhan pasien, dimensi vertikal, bentuk dan ukuran rahang, hubungan
rahang, status neuromotorik, refleks muntah, torus, dan lain-lain.

sindroma kombinasi
Sindrom kombinasi merupakan suatu perubahan kerusakan oral yang spesifik yang sering
terlihat pada pasien yang menggunakan gigi tiruan lengkap rahang atas dan gigi tiruan sebagian
rahang bawah dengan perluasan distal. Sindrom kombinasi pertama kali diidentifikasikan oleh
Ellsworth Kelly pada tahun 1972. Kondisi ini dibenarkan oleh beberapa ahli prostodonsia yang
juga mendefinisikan sindrom kombinasi sebagai gejala khas yang terjadi ketika rahang atas yang
ompong berlawanan dengan gigi-gigi anterior rahang bawah yang asli.
Adapun sindrom kombinasi klasik mencakup:
1. Kehilangan seluruh gigi rahang atas
2. Kehilangan tulang yang parah pada premaksila dengan disertai penggantian
jaringan lunak
3. Terdapat enam atau lebih gigi-gigi anterior rahang bawah, kelas 1 Kennedy, dan
kehilangan tulang posterior mandibula yang parah
4. Dimensi vertikal yang sangat jauh dari ideal, terdapat pengurangan sekitar 15 mm
5. Gangguan pada estetik wajah
Gambar 1. Pasien dengan kehilangan seluruh gigi rahang atas dan hanya terdapat gigi-gigi anterior pada rahang
bawah

 Gejala Klinis Sindrom Kombinasi


Secara umum, terdapat tujuh karakteristik yang khas berhubungan dengan sindrom ini, yaitu:2
1. Kehilangan tulang pada bagian anterior dari linggir maksila
2. Tuberositas yang menonjol
3. Hiperplasia papila dari mukosa palatum keras
4. Ekstrusi dari gigi-gigi anterior rahang bawah
5. Kehilangan tulang alveolar dan ketinggian linggir di bawah landasan gigi tiruan lepasan
rahang bawah
6. Gangguan estetik
7. Penurunan tinggi dimensi vertikal

Dilihat dari karakteristik tersebut, sindrom kombinasi ini juga disebut sindrom
hiperfungsi anterior. Ellsworth Kelly, sebagai orang yang pertama kali menggunakan istilah
sindrom kombinasi menjelaskan terdapat lima tanda atau gejala yang umum terjadi pada sindrom
ini, yaitu:
1. Kehilangan tulang dari linggir maksila anterior
2. Pertumbuhan yang berlebih dari tuberositas
3. Hiperplasia papila pada palatum keras
4. Ekstrusi gigi-gigi anterior rahang bawah
5. Kehilangan tulang di bawah landasan gigi tiruan sebagian
Gambar 2. Lima tanda klinis sindrom kombinasi

Sedangkan, Saunders et al menjelaskan terdapat enam tanda atau gejala klinis yang berhubungan
dengan sindrom ini, yaitu:
1.Kehilangan dimensi vertikal dari oklusi
2.Perubahan dataran oklusal
3.Reposisi mandibula ke anterior
4.Adaptasi yang buruk dari gigi tiruan
5.Epulis fissuratum
6.Perubahan periodontal

Gambar 3. Enam tanda klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan kehilangan seluruh gigi rahang atas dan
kehilangan sebagian gigi rahang bawah

 Patogenesis Sindrom Kombinasi


Sindrom kombinasi meningkat sejalan dengan kebiasaan yang berturut-turut. Menurut
Kelly, awal dari kehilangan tulang bagian anterior atas merupakan kunci dari perubahan yang
lain dari sindrom kombinasi. Perubahan bentuk dan kesehatan jaringan lunak pada sindrom ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Karena hanya gigi-gigi asli anterior rahang bawah yang
masih tersisa, pasien cenderung memakai gigi-gigi ini lebih sering sebab lebih dapat
menghasilkan daya yang maksimum. Fungsi anterior yang berlebih dan gerakan yang
menyimpang ini terlalu menekan linggir anterior rahang atas sehingga resorpsi tulang alveolar
terjadi. Dengan hilangnya tulang di bagian anterior, jaringan ikat hiperplastik yang flabby
terbentuk pada linggir anterior. Jaringan hiperSindrom plastik ini tidak dapat mendukung
landasan gigi tiruan dan dapat tergulung menjadi epulis fissuratum pada sulkus labial rahang
atas.

Gambar 4. Hiperplasia pada palatum keras dan linggir

Gambar 5. Epulis fissuratum pada sulkus labial rahang atas

Ketika ketinggian tulang dan linggir di bagian anterior berkurang, tuberositas di bagian
posterior turun ke bawah. Ada teori yang menyebutkan bahwa tekanan negatif dari gigi tiruan
lengkap rahang atas menarik tuberositas ke bawah seiring dengan naiknya linggir anterior karena
oklusi di bagian anterior. Linggir bagian posterior rahang atas akan menjadi lebih lebar sesuai
dengan perkembangan tuberositas fibrous yang membesar. Menurunnya tuberositas
menghasilkan tekanan berlebih pada linggir posterior rahang bawah dan menyebabkan resorpsi
pada linggir posterior rahang bawah. Dengan adanya perubahan ini, dataran oklusal berpindah
lebih ke atas pada regio anterior dan ke bawah pada regio posterior.

Gambar 6. Pertumbuhan berlebih pada tuberositas maksila

Gambar 7. Model diagnostik yang memperlihatkan penurunan linggir pada regio anterior rahang atas dan regio
posterior rahang bawah, serta membesarnya tuberositas maksila

Gambar 8. Gambaran radiografis pasien sindrom kombinasi


Gerakan tipping pada bagian anterior gigi tiruan lengkap rahang atas dan gerakan yang
lebih menurun pada bagian posterior akan mengurangi kontak pada gigi-gigi anterior rahang
bawah, sehingga setelah beberapa lama gigi-gigi anterior rahang bawah akan ekstrusi. Kemudian
terjadi ketidaksesuaian dataran oklusal dan pasien dapat mengalami kehilangan dimensi vertikal
yang sesuai. Estetik menjadi buruk karena pada pasien tidak tampak gigi-gigi anterior rahang
atas, akan tetapi gigi-gigi anterior rahang bawah justru lebih banyak terlihat dan dataran oklusal
turun untuk membebaskan gigi-gigi posterior rahang bawah.

Gambar 9. Ekstrusi pada gigi anterior rahang bawah

Gambar 10. Gigi tiruan anterior rahang atas tidak terlihat di bawah bibir atas pasien

 Pencegahan dan Perawatan Sindrom Kombinasi


1. Pencegahan Sindrom Kombinasi
Sindrom kombinasi dapat dicegah dengan cara:
1. Menghindari kombinasi dari gigi tiruan lengkap rahang atas yang berkontak
dengan gigi rahang bawah kelas 1 Kennedy
2. Mempertahankan gigi-gigi posterior yang lemah sebagai penyangga dengan
rekomendasi perawatan endodontik dan periodontik
3. Membuat overdenture pada rahang bawah

2.Perawatan Sindrom Kombinasi


Adapun hal-hal yang berkaitan dengan munculnya sindrom kombinasi antara lain:
1.Riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi
2.Evaluasi klinis dan radiografis baik jaringan keras maupun lunak yang berhubungan dengan
penggunaan gigi tiruan
3.Gambaran dari beberapa tanda-tanda inflamasi, jika ada
4.Pemeriksaan kemungkinan dari karies pada pasien-pasien pengguna gigi tiruan, status
periodontal, dan kebersihan mulutnya
5.Faktor-faktor yang diperlukan gigi sebagai penyangga (vitalitas gigi, perubahan morfologi gigi,
jumlah akar, dukungan tulang, kegoyangan gigi, perbandingan mahkota-akar, ada/tidak dan
posisi restorasi, posisi gigi di dalam lengkung, kemampuan retensi dan guide plane)

Perawatan konvensional sindrom kombinasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
hanya dengan perawatan prostodontik saja, atau dengan kombinasi perawatan prostodontik dan
bedah pra-prostetik.
 Perawatan Dasar dari Sindrom Kombinasi
Saunders et al tahun 1979 menyatakan bahwa perawatan dasar yang objektif dalam
merawat pasien-pasien sindrom kombinasi adalah untuk mendapatkan dataran oklusal yang lebih
baik yang mana terjadi penekanan oklusal pada regio anterior rahang atas, baik pada posisi
sentrik maupun eksentrik.1 Beberapa perawatan objektif khusus yang disebutkan antara lain:
1. Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan dukungan oklusal yang positif
dari gigi-gigi asli dan memiliki penutupan maksimal pada landasan yang diperluas ke arah distal.
Hal ini sebanding dengan pendapat Kelly, yaitu landasan gigi tiruan sebagian rahang bawah
sebaiknya diperluas seluruhnya dan harus menutupi retromolar pad dan area buccal shelf
2. Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang maksimal
3. Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik dan sesuai dengan dimensi
vertikal
4. Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan fonetik dan estetik saja
5. Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang
Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan perawatan yang dapat
meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan menggunakan perawatan objektif yang
dikemukakan Saunders et al, yaitu:
1. Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap
2. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dibuat terlebih dahulu
3. Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior rahang atas
4. Melapisi permukaan oklusal gigi artifisial posterior dengan cast gold
Agar pasien dapat melakukan gerakan “menggiling” dengan baik, inklinasi cuspal tidak
mungkin sama dengan pasien-pasien lainnya, dan diperlukan teknik pembuatan khusus untuk
bagian oklusal gigi tiruan rahang atas. Lapisan cast gold pada bagian oklusal dapat digunakan,
tetapi harganya mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembuatannya.
Pendekatan lain, yang telah berhasil dilakukan, adalah mengubah anatomi oklusal gigi tiruan
rahang atas dengan menggunakan light-cured resin komposit, atau amalgam.
• Kombinasi Bedah Pra Prostetik dan Prostodontik
Kelly berpendapat bahwa sebelum dilakukan perawatan dengan menggunakan gigi tiruan,
perubahan-perubahan besar yang sudah ada sebaiknya dilakukan perawatan bedah terlebih
dahulu. Kondisi ini termasuk jaringan flabby (hiperplastik), hiperplasia papila, dan tuberositas
yang membesar. Gigi tiruan lengkap rahang bawah menghasilkan prognosis yang lebih baik pada
pasien sindrom kombinasi dan gigi-gigi asli anterior rahang bawah ada keterlibatan periodontal.
Gigi tiruan dengan penyangga implant menghasilkan retensi, stabilisasi, fungsi, dan kenyamanan
bagi pasien serta lebih stabil saat oklusi. Untuk melakukan prosedur ini prostodontis harus
berkonsultasi dengan ahli bedah mulut. Tahun 2001, Wennerberg et al melaporkan keberhasilan
jangka panjang penggunaan implant di rahang bawah sebagai penyangga protesa fixed yang
berlawanan dengan gigi tiruan lengkap lepasan rahang atas.
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komponen GTP
Komponen – komponen gigi tiruan lengkap antara lain :
1. Basis
Merupakan bagian gigi yang menggantikan tulang alveolaryang sudah hilang, dan berfungsi
mendukung (elemen) gigi tiruan. Di desain sesuai diatas sisa alveolar ridge dan disekitar gingiva.
2. Flange
Bagian dari basis yang membentang diatas mukosa, melekat dari margin servikal gigi hingga
batas gigi tiruan

3. Post Dam
Berupa pembuatan bendungan di depan vibrating line yang menghubungkan kedua hamular
notch. Postdam dibuat berbentuk bead/alur dengan lebar 2 mm kedalaman 1-1,5 mm dan
semakin landai ke arah anterior. Ini merupakan bagian retensi dari gigi tiruan rahang atas yang
tergantung dari suction seal.
4. Gigi tiruan (anasir)
Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang. Dalam seleksi elemen ada metode pemilihan gigi anterior
dan posterior serta faktor-faktor yang harus diperhatikan, yaitu ukuran, bentuk, tekstur
permukaan, warna, dan bahan elemen.
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang anatomi pendukung
Salah satu cara untuk menanggulangi kekurangan dari basis gigi tiruan lepas resin akrilik
adalah dengan penggunaan bahan pelapis lunak yang diaplikasikan pada permukaan anatomis
basis gigi tiruan lepas. Bahan pelapis lunak permanen yang bersifat elastis dan kenyal dapat
diaplikasikan pada permukaan anatomis basis gigi tiruan lepas, sehingga akan diperoleh daya
tahan ridge terhadap tekanan pengunyahan, karena tekanan akan didistribusikan secara merata.
- Alveolar Ridge
Alveolar ridge adalah jaringan pendukung utama basis gigi tiruan lepas untuk menahan
tekanan pengunyahan. Alveolar ridge terdiri dari mukosa yang menghadap gigi tiruan,
submukosa, periosteum dan tulang alveolar dibawahnya.(O Boucher Carl, 1975:7). Alveolar
ridge yang tajam adalah alveolar ridge yang bentuk puncaknya kecil dan sangat tajam akibatnya
tidak mampu menahan tekanan sebanyak alveolar yang masih lebar.(Zarb GA, 2002:78)
Resorpsialveolar biasanya terjadi secara merata, tetapi kadang-kadang resorbsi terjadi secara
tidak teratur dan berlebihan pada salah satu dimensi, sehingga alveolar ridge yang terbentuk
tidak sesuai untuk mendukung gigi tiruan sebagian lepas.(Hopkins, 1989:26). Alveolar ridge
permukaannya ditutupi oleh mukosa tipis yang atropi dan
bila terkena tekanan pengunyahan akan menimbulkan rasa sakit sehingga pasien merasa tidak
nyaman.
Macam-macam Bentuk Alveolar Ridge
Menurut (Itjiningsi, 1996:8, Sudiono & Anggraeni,2001:166) macam-macam bentuk alveolar
ridge adalah sebagai berikut:

1. Alveolar ridge dengan bentuk U yaitu dimana permukaan labial atau bukal sejajar
dengan permukaan lingual atau palatal.(gambar 1)
2. Alveolar ridge dengan bentuk V yaitu dimana ridge dengan puncak sempit, dan
kadang-kadang tajam seperti pisau.(gambar 2)
3. Alveolar ridge dengan bentuk jamur atau bulbous atau omega yaitu dimana
bentuknya membesar atau melebar di puncaknya. Bentuk jamur berleher dan
menimbulkan undercut.(gambar 3)

Gambar 1 Alveolar Ridge bentuk “U”

Gambar 2 Alveolar Ridge bentuk “V”

Gambar 3 Alveolar Ridge bentuk “Omega”


Kepentingan bentuk lingir
(1) Bentuk “U”
yang paling menguntungkan dibandingkan dengan bentuk lainnya. Makin lebar puncak lingir
makin dapat menahan daya kunyah. Sisi yang sejajar dapat menahan daya ungkit dan
perpindahan tempat akibat daya horisontal
(2) Bentuk“V”
kurang menguntungkan dibandingkan dengan bentuk “U” terutama bila tajam seperti pisau.
Geligi tiruan yang dipasang akan menimbulkan rasa sakit, karena mukoperiosteum sekitar lingir
terasa terjepit. Untuk mengatasi dapat kita lakukan peredaan pada bagian anatomi landasan di
daerah sekitar tadi.
(3) Bentuk Jamur” (“Bulbous”)
mempunyai keuntungan yang sama seperti bentuk “U” tetapi adanya gerong akan menyulitkan
dan menimbulkan rasa sakit pada saat geligi tiruan dipasang ataupun saat dilepas. Bila dilakukan
peredaan akan menjadi tempat penimbunan sisa makanan dan kebocoran karena “seal”
terganggu. Akibatnya geligi tiruan akan kehilangan kekokohannya. Bila terdapat bentuk “Jamur”
pada kedua sisi harus dikoreksi secara bedah.

Menurut (Syafrinani dan ismet, 2001 : 249, Sudiono dan Anggraini, 2001:165) pada dasarnya
factor-faktor yang mempengaruhi resorpsi dapat dikelompokan dalam tiga kelompok,yaitu :
1. Faktor anatomik ; termasuk dalam factor ini adalah struktur tulang alveolar, ukuran dan
bentuk residual alveolar ridge, kualitas tulang alveolar, serta kualitas mukosa diatas tulang
alveolar.
2. Factor biologic/metabolic ; meliputi usia, seks dan hormonal.
3. Factor mekanik/fungsi ; dipengaruhi oleh besar,arah dan frekuensi tekanan yang bekerja
pada jaringan pendukung geligi tiruan.

 Batas Anantomis merupakan batas-batas yang harus didapatkan pada saat mencetak
untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi pada gigi tiruan. Adapun batas batas
anatomis dari rahang itu sendiri diabagi menjadi dua bagian yaitu :
- Rahang Atas :
1. Frenulum labii superior
2. Ruggae palatina
3. Frenulum buccalis
4. Tuberositas maxillae
5. Hamular notch
6. Vibrating line
7. Processus alveolaris
8. Incisivus papilae
9. Fornix
10. Vovea palatine

- Rahang bawah :
1. Frenulum labii inferior
2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum buccalis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid line

Batas-Batas Anatomis

a. Rahang atas
 Frenulum Labialis
Terlihat sebagai lipatan dari membrane mukosa meluas dari lapisan mukosa bibir
kearah puncak sisa ridge permukaan labial.frenulum ini dapat sempit atau lebar,pada
hasil cetakan terliahat sebagai cekungan berbentuk V.
 Vestibulum labialis
Terletak disebelah kiri dan kanan dari frenulum labialis.Disebelah distal dibatasi oleh
frenulum bukalis.Daerah ini harus terisi dengan sempurna untuk mendapatkan retensi
tetapi tidak boleh berlebihan sehingga mengubah penampilan pada hasil cetakan akan
terlihat sebagai suatu penonjolan yang memanjang.

 Frenulum bukalis
Terletak disebelah bukal prossesus alvolaris,di sebalah anterior vestibulum bukalis
dan disebelah posterior vestibulum labialis frenulum ini akan bergerak kearah
anterior dan posterior otot – otot anguli oris,buksinator dan obricularis oris.Cekungan
yang terbentuk pada hasil cetakan akan memberikan kebebasan gerak otot-otot wajah
untik mencegah lepasnya gigitiruan.
 Vestibulum bukalis
Terletak disebelah distal dari frenulum bukalis dan mesial dari hamular notch.
 Proccecus alveolaris
Resobsi alveolaris setelah pencabutan gigi dapat merubah bentuk sisa
alveolar,terjadinya resorbsi secara progresif pada sisa elveolar menjadi terjadi lebih
sempit dan lebih pendek sedangkan sisa alveolar yang ideal mempunyai yang lebar
dan lereng yang sejajar.Menyempitnya sisa alveolar puncak menjadi lebih tajam
akibatnya tidak mampu menahan tekanan kunyah.jika tulang alveolar sempit
sebaiknya gunakan teknik mencetak dengan sedikit tekanan .
 Tuber maxilaris
Suatu penonjolan pada bagian posterior rahang atas yang terletak pada regio M1,M2
dan M3 yang berfungsi sebagai retensi pada rahang atas. Pemeriksaan juga
mengggunkan kaca mulut untuk melihat sedang dan dangkal.
 Alveolar tuberkel
Terletak disebelah disebelah distal dari sisa ridge.di sayap bukal didaerah disto bukal
dari tuberkel,kadang terletak perlekatan otot yang kecil.di dapat bila pasien membuka
mulut dan menggerakan rahang ke lateral, akan terbentuk sayap disto bukal oleh tepi
anterior dari prossesus koronoideus.dihasil cetakan terlihat sebagai suatu peninjolan
yang halus sesuai dengan besar/lebar vestinulum
 Fossa pterygo-maxillaris /hamular notch
Terletak disebelah distal alv.tuberkel.suatu cekungan yang sempit terdiri dari
jaringan ikat kendor.Dihasil cetakan akan terliahat sebagai suatu tonjolan disebelah
distal dari alveolar tuberkel.Hamular notch berfungsi untuk memberikan
kenyamanan dan retensi pada pasien .pemeriksaan dapat menggunakan kaca mulut
dengan menekan palatum lunak.
 Posterior palatal seal
Batas posterior viting survace adalah vibrating line(AH Linekan garis khayal yang
menandai batas akhir permukaan palatum. Vibrating line ada 2 regio
 Vibrating line anterior(VLH)
Garis khayal terletak pada batas palatum durum dan palatum molle.
 Vibrating line posterior(VLP)
Merupakan batas atau garis khayal antara bagian palatum molle yang gerakanya
sedikit(kecil dan terbatas ) dengan bagian palatum molle yang jelas waktu gerakan
fungsional(aktif)

b. Rahang bawah
 Frenulum labialis
Terlihat sebagai lipatan dari membrana mukosa.dihasil cetakan berupa suatu
cekungan sisa ridge dihasil cetakan terlihat sebagai cekungan.
 Frenulum bukalis
Merupakan lipatan membrane mukosa yang meluas dari refleksi membrana mukosa
sebelah bukal ke lereng atau puncak sisa ridge di daerah sebelah distal tonjolan
kaninus.
 Retromolar pad
Daerah berbentuk buah per kecil,hasil cetakanya terlihat sebagai cekungan berbentuk
per disebelah distal alveolar groove.
 Ruang retromylohioid
Terdapat pada bagian distal dari sulkus lingualis. Ruangan ini menjadi satu di bagian
mesial dengan bagian anterior pilar tonsilar,dibagian posterior oleh retromilohyoid
yang dibentuk dibagian posterior oleh konstriktor superior, bagian lateral oleh
mandibula dan raphe mandibulla,dianterior oleh tuberositas lingualis,disebelah
inferior oleh oto t mylohioyd. Di hasil cetakan ruangan retromilohyoid terlihat
sebagai suatu eminentia atau tonjolan.
 Frenulum lingualis
Bila ujung lidah diangkat,dapat terlihat lipatan membran mukosa yang terletak diatas
otot glenioiglosus dan origo nya dibagian atas dari spina genial mandibula. Dihasil
cetakan terlihat sebagai cekungan.

Anda mungkin juga menyukai