Anda di halaman 1dari 17

Anak Indonesia Paling Malas Baca Buku

JAKARTA - Anak Indonesia ternyata paling malas membaca buku. Salah satu indikatornya,
Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah survei minat baca yang dilakukan The Programme
for International Student Assessment (PISA). Enggak cuma itu, kemampuan sains dan matematika
pelajar Indonesia juga paling buncit dari 65 negara yang disurvei PISA.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, wilayah negara yang
luas dan jumlah penduduk besar merupakan salah satu faktor yang memengaruhi buruknya prestasi
Indonesia tersebut. Bahkan, keadaan makin parah pada daerah terpencil dan minim akses
transportasi.

"Di sisi lain, kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah. Jika seluruh tantangan bisa diselesaikan,
maka jumlah penduduk yang besar akan menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia," ujar Anies, di
Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (25/3/2015).

Ironisnya, Anies mengakui, tidak hanya minat baca, minat anak-anak Indonesia ke perpustakaan
juga rendah. Bahkan, fasilitas perpustakaan memadai di beberapa sekolah pun tidak dimanfaatkan
dengan baik.

"Kami memang bertekad meningkatkan minat baca masyarakat mengingat perannya yang
berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Tanah Air," imbuh Mantan Rektor
Universitas Paramadina itu.

Komitmen memperbaiki bidang matematika, sains dan minat baca anak-anak Indonesia ini akan
dimulai dengan membenahi para pengajar. Sebab, guru berperan penting dalam pembelajaran dan
percontohan. Anies akan menjadikan para guru sebagai pelopor utama gerakan menaikkan minat
baca.

"Langkahnya adalah membiasakan guru untuk membaca. Kebiasaan guru dalam membaca pasti
akan menurun kepada siswanya," tutur Anies.

Perubahan juga akan dilakukan pada kurikulum. Orientasinya, kata Anies, akan menuju
pembudayaan minat baca. Perpustakaan pun akan dibuat sebagai tempat yang lebih familiar untuk
para siswa.
http://www.kaskus.co.id/thread/5513066454c07a60488b4567/anak-indonesia-paling-malas-baca-
buku/

Indonesia Lemah Dalam Membaca dan


Matematika
Arie Heraldin

Foto : Anies Baswedan/Foto: Alfery

JAKARTA - Menteri Pendidikan Kebudayaan (Mendikbud), Anies


Baswedan mengungkapkan, berdasarkan laporan Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia
mempunyai masalah yang sangat serius dan lemah dalam membaca
dan matematika.

"Tingkat equvalensinya (kelulusan) anak-anak di Indonesia 3 tahun lebih


lambat. Bahkan, kemampuan membaca dan matematika yang menjadi
hal mendasar, Indonesia juga lemah," ungkap Anies usai peluncuran
review laporan kebijakan nasional untuk pendidikan di Indoneisa dari
OECD di hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/3).

Selain itu, kata Anies, dalam Trends International Mathematics and


Science Study (TIMSS) yang di ikuti kelas dua Sekolah Menengah
Pertama (SMP) tahun 2011, Indonesia berada di peringkat bawah nomor
38 dari 45 negara. Sementara, di penilaian ilmu pengetahuan, Indonesia
berada di rangking 40 dari 45 negara.

"Hasil ini menggambarkan rendahnya tingkat prestasi anak di sekolah


dan menyebabkan anak dikeluarkan di usia 13 tahun, saat di kelas 2
SMP. Sedangkan dalam penilaian. Progress Internasional reading
Literaty Results in science (PIRLS), Indonesia berada di rengking 42 dari
45 negara," katanya.

Anies menjelaskan, salah satu manusia yang terdidik, adalah manusia


yang bisa membaca, suka membaca dan bisa mengkespresikan
pikirannya secara tertulis. Sehingga, peningkatakan membaca tentunya
bisa dilakukan lewat kurikum, tapi yang dilihat paling mendasar adalah
guru, misalnya berapa tingkat grade membaca guru.
"Jangan hanya anak-anak didiknya yang di uji terus, tapi mereka (Guru,
red) juga harus diuji. Untuk itu, Gurunya juga harus memiliki
kemampuan membaca dan membiasakan membaca, agar siswanya
akan terbawa untuk membaca," tutur Anies. Kemudian, sarana
perpustakaan harus dipersiapkan, tapi jangan hanya menyiapkan
perpustkaan saja tapi tidak ada peminatnya. Agar tujuan perpustakan
untuk menunjang baca benar terealisasi.

Sekjen EOCD, Angel Gurria mengatakan, perlu ada prioritas utama


Indonesia dalam meningkatkan hasil pendidikan dasar dan
memberdayakan siswa untuk membangun keterampilan dan
pemahaman yang mendasar tersebut. "Bantuan tambahan diperlukan
untuk mengatasi tingkat kesiapan dan motivasi siswa yang rendah,"
katanya.

Selain itu, kunci keberhasilan pendidikan akan bergantung pada


perbaikan standar mengajar dan kepemimpinan di sekolah. "Guru-guru
perlu didukung agar dapat lebih meningkatkan profesionalitasnya dan
dapat lebih akuntabel atas hasil pencapaian mereka," ujar Gurria

Untuk itu, pihaknya merekomendasikan pendidikan Indonesia di PAUD


bagi orang miskin, meningkatkan partisipasi belajar di tingkat di tingkat
SD, meningkatkan tingkat relevensi di tingkat pendidikan menengah,
mengelola keberagaman, meningkarkan koordinasi dan keterlibaran
industri dalam sistem pendidikan kejuruan serta teknis,
meningaktkanbpendidikan di jenjang penidikan tinggi, dengan
memprioritaskam pembanhunan nasional.

Sementara, Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Satria Dharma


menyatakan, budaya membaca masyarakat Indonesia masih lemah
dengan hanya menempati peringkat paling rendah di antara 52 negara
di Asia Timur pada tahun 2009 dan mendapat skor 396 membaca siswa
Program For International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012,
dari peringkat 64 dari 65 negara.

Satria mengatakan, pendidikan itu begitu penting, karena dahulu siswa


Algemene Middelbare School (AMS) (SMA zaman Belanda dulu) di
Yogyatakarta wajib baca 25 buku sastra dalam waktu 3 tahun, tak jauh
di bawah SMA Forest Hills (New York), di atas SMA Wanne-Eickel
(Jerman Barat) hari ini. Bahkan di AMS Hindia Belanda menjadi luar
biasa, karena 25 buku dibaca dalam 4 bahasa, yaitu Belanda, Inggris,
Jerman dan Perancis.

"Siswa AMS wajib menulis 1 karangan dalam satu minggu. Lalu


karangan disetor, diperiksa guru, dan diberi angka. Panjang karangan 1
halaman. 36 karangan setahun, 108 karangan 3 tahun. Ketika mereka
masuk universitas, tugas menulis makalah dan skripsi dilaksanakan
dengan merdu dan lancar," katanya.

Senada juga diungkapkan Pengamat Pendidikan, Retno Listyarti.


Menurutnya, pada assement internasional oleh World Bank, buruknya
pendidikan Indonesia pada siswa mengacu pada hasil 10 tahun ujian
nasional yang menjadi penentu kelulusan. Kemudian test PISA adalah
tes membaca dan menganalisis bacaan dimana posisi anak-anak
Indoneisa jeblok satu level dengan Ghana, negeri miskin di Afrika.

"Paling penting adalah Indonesia adalah masuk dalam tragedi Nol Buku
yaitu tidak ada satu pun buku yang dibaca oleh anak Indonesia dalam
penelitian ini. Anak Indonesia hanya membaca 27 halaman buku dalam
365 hari atau 1 tahun, dengan urutan pertama Finlandia dengan 300
halaman dalam 5 hari dan anak Indonesia 1 halaman dibaca 14 hari,"
beber Retno.
http://m.radarpena.com/welcome/read/2015/03/26/17242/6/2/-Indonesia-Lemah-Dalam-Membaca-
dan-Matematika
Ini Alasan Anies Baswedan Nyatakan 'Gawat Darurat Pendidikan di
Indonesia'
author : Ade Sulaeman
Tuesday, 09 December 2014 - 08:30 pm

More Sharing ServicesShare|Share on facebookShare on twitter

kompas.com

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan baru saja mengambil sebuah keputusan besar,
sekaligus kontroversial, yaitu menghentikan kurikulum 2013. Salah satu alasan Anies menghentikan
kurikulim ini tercantum dalam pidatonya Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia.
Intisari-Online.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan baru saja mengambil
sebuah keputusan besar, sekaligus kontroversial, yaitu menghentikan kurikulum 2013. Salah satu
alasan Anies menghentikan kurikulim ini tercantum dalam pidatonya “Gawat Darurat Pendidikan di
Indonesia.”

Pidato yang disampaikan dalam acara “Silaturahmi Kementerian dengan Kepala Dinas” di Jakarta,
Senin (1/12/2014) tersebut, disampaikan pula beberapa fakta buruk tentang pendidikan di Indonesia.

Berikut ini alasan Anies Baswedan berani menyatakan kondisi “gawat darurat pendidikan di
Indonesia”:

1) Berdasarkan pemetaan Kemdikbud terhadap 40.000 sekolah pada 2012, ditemukan bahwa 75%
sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.

2) Hasil Uji Kompetensi Guru terhadap 460.000 guru pada 2012 menunjukkan bahwa rata-rata nilai
uji kompetensi guru di Indonesia hanya 44,5, padahal standar yang diharapkan adalah 70.

3) Hasil pemetaan The Learning Curve – Pearson (akses dan mutu pendidikan) pada 2013 dan 2014
menempatkan Indonesia di peringkat “juru kunci” dari 40 negara.

4) Dalam hal mutu pendidikan tinggi, hasil pemetaan Universitas21 pada 2013 menempatkan
Indonesia di peringkat 49 dari 50 negara.

5) Pada 2011, Indonesia berada di peringkat 40 dari 42 negara dalam pemetaan Trends in
International Mathematics and Science.

6) Sejak PISA tahun 2000 hingga 2012, Indonesia tetap pada peringkat 64 dari 65 negara.

7) Selain itu, 76% anak Indonesia di PISA tidak mencapai level 2 (level minimal untuk keluar dari
kategori low achievers). Hanya 0,3% anak Indonesa berada di level tertinggi (5 dan 6).

8) Hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia memiliki minat baca serius. Hal ini merujuk pada 0,001 sata
UNESCO meneliti minat baca orang Indonesia pada 2012.

Itulah alasan Anies Baswedan berani menyatakan kondisi “gawat darurat pendidikan di Indonesia”.

http://intisari-online.com/read/ini-alasan-anies-baswedan-nyatakan-gawat-darurat-pendidikan-di-
indonesia
Anies Baswedan: Anak Indonesia Ketinggalan
Tiga Tahun
Kemampuan membaca anak Indonesia duduki peringkat kedua terbawah dunia
Rabu, 25 Maret 2015 | 14:19 WIB

Oleh : Harry Siswoyo, Moh Nadlir

Anak-anak Aceh ini tidak pernah merasakan bagaimana getirnya para pahlawan merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah. Bagi mereka yang penting saat ini Indonesia sudah merdeka. (VIVAnews/Zulfikar Husein)

VIVA.co.id - Hasil studi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan


Bangsa-Bangsa, Unesco, menyebut peringkat kemampuan membaca anak Indonesia berada di
urutan kedua terbawah di dunia. Akibatnya, kemampuan perkembangan anak Indonesia jauh
mundur bila dibandingkan dengan anak dari negara lain.

Kesimpulan ini juga berkorelasi dengan temuan Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD). Di mana terungkap bahwa anak Indonesia ternyata tiga
tahun lebih lamban perkembangannya dibanding anak dari negara lain. (Baca: Tersuruk
karena Minat Baca Buruk)

"Karenanya kita sedang cari cara untuk mengatasi masalah mendasar anak-anak didik
di Indonesia pada umumnya itu, kita tekankan di situ," ujar Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Anies Bawesdan usai memaparkan hasil riset tersebut dalam Launch of
the 2015 Indonesia Economic Survey and Education Policy Review di Jakarta Pusat,
Rabu 25 Maret 2015. (Baca: Industri Buku Tersandera Sinetron?)

Menurut mantan Rektor Paramadina ini, selama ini publik selalu terfokus pada upaya
untuk penilaian terhadap siswa. Padahal seharusnya, fokus penilaian kemampuan juga
harus disasarkan kepada tenaga pendidiknya.

"Kita selama ini menilai siswa, sekarang kita harus menilai guru, jangan
lagimasalahin ujian, kurikulum, tapi sekarang masalahkan hal dasar tadi saja, yakni soal
membaca dan logika," kata Anies.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/605778-anies-baswedan--anak-indonesia-ketinggalan-tiga-
tahun

Survei PIRLS: Literasi Membaca Siswa Indonesia Peringkat 41 dari 45 Negara

Srie, - PIRLS atau studi internasional tentang literasi membaca untuk siswa kelas IV sekolah dasar
menempatkan Indonesia berada pada peringkat nomor 41 dari 45 negara (negara bagian) yang menjadi
peserta.

Hasil studi menunjukkan skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia adalah 405, atau berada dibawah
skor rata-rata siswa internasional sebesar 500, dengan standar deviasi 100.
Lima peringkat tertinggi diduduki oleh siswa di negara Rusia (skor = 565), Hongkong (564), negara bagian
Alberta Kanada (560), Singapura (558), dan negara bagian Britis Kanada (558).

Skor Indonesia masih berada di atas empat negara lainnya yang ikut dalam studi tersebut, yaitu Qatar
(skor = 353), Kuwait (330), Maroko (323) dan Afrika Selatan (302).

Daftar skor dan peringkat negara selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini yang bersumber dari
Balitbang Kemdikbud.

Apa Itu PIRLS?

PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah studi internasional tentang literasi
membaca yang dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational
Achievement) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.

PIRLS diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu pada tahun 2001, 2006 dan 2011. Sejak tahun 2006
Indonesia mulai ikut berpartisipasi sebagai peserta PIRLS, yang pada saat itu telah diikuti oleh 45 negara
(negara bagian) di dunia.

Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh dari keikutsertaannya dalam PIRLS, antara lain adalah
untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi siswa di negara-
negara lain di dunia.

Dengan ikut PIRLS juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang turut berpengaruh atas prestasi yang
diraihnya itu. Untuk selanjtunya, hasil studi tersebut dapat digunakan sebagai masukan dalam
perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Hasil studi PIRLS dan hasil studi lainnya, seperti TIMSS, telah dijadikan sebagai bagian dari masukan yang
penting bagi pemerintah Indonesia dalam menyusun Kurikulum 2013 yang rencananya akan mulai
diterapkan pada bulan Juli 2013.

Dalam studi PIRLS, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan,
seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel,
pengelolaan dan analisis data, serta pengendalian mutu.

Pada PIRLS 2006, pengembangan tes dan angket dipusatkan di Boston College, Boston, USA, dan
penentuan sampel sekolah ditentukan oleh Statistics Canada, di Ottawa, Kanada. Sedangkan pengolahan
datanya dilakukan di Data Processing Center, Hamburg, Jerman.

Metodologi Survei

Dasar dari penilaian literasi membaca dalam PIRLS 2006 adalah tujuan membaca dan proses
pemahaman. Tujuan membaca dikelompokkan dalam dua bagian yang sama, yaitu (1) berpengalaman
sastra (50%) dan (2) memperoleh dan menggunakan informasi (50%).

Sementara itu, proses pemahaman dikelompokkan menjadi empat bagian yang berbeda, yaitu proses
pemahaman dalam (1) mengambil informasi secara eksplisit (20%), (2) membuat kesimpulan secara
langsung (30%), (3) menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan infortmasi (30%), dan (4)
mengevaluasi isi, bahasa dan unsur teks (20%).

Berdasarkan atas spesifikasi itu, kemudian dituangkan menjadi soal-soal, yang selanjutnya disusun
menjadi buku-buku tes literasi. Selain itu, siswa, orangtua, guru dan kepala sekolah juga diberikan
angket tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan pembelajaran membaca bagi siswa.

Dalam studi PIRLS, populasinya adalah siswa kelas IV SD di Indonesia. Penentuan sampel dilakukan
berdasarkan tiga strata, yaitu jensi sekolah (SD/MI), status sekolah (negeri/swasta), dan lokasi sekolah
(desa/kota). Tercatat, sampel yang terpilih adalah sebanyak 4.950 siswa dari 170 SD/MI negeri dan
swasta, serta berlokasi di desa dan di kota.
Dari segi waktunya, pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret-April 2006 secara bersamaan di
sekolah-sekolah yang terpilih sebagai sampel.

Dalam pelaksanaannya, para siswa dalam satu kelas utuh diberikan buku tes untuk dikerjakan selama 80
menit. Setelah itu, siswa, orang tua, guru dan kepala sekolah diminta untuk mengisi angket. *** [Srie]

http://www.srie.org/2013/03/survei-pirls-literasi-membaca-siswa.html

TINGKAT MEMBACA INDONESIA PALING


RENDAH
Share this Article :

Suka membaca, girls? Did you know, ada beberapa lembaga di dunia yang
menghitung seberapa tinggi tingkat kemauan dan kemampuan membaca
masyarakat di seluruh dunia?

Kualitas pendidikan
Organisation for Economic Co-operation and Development atau OECD adalah
organisasi yang bertujuan meningkatkan perekonomian dan kehidupan sosial
masyarakat dunia. OECD melakukan tes terhadap 470.000 anak berusia 15
tahun di seluruh dunia untuk mengetahui kualitas pendidikan mereka. Dan lima
negara dengan nilai membaca, matematika dan sains terbaik di seluruh dunia
berdasarkan data dari OECD adalah,

Membaca Matematika Sains


1. RRC (Shanghai) 1. RRC (Shanghai) 1. RRC (Shanghai)
2. Korea Selatan 2. Singapura 2. Finlandia
3. Finlandia 3. Hong Kong 3. Hong Kong
4. Hong Kong 4. Korea Selatan 4. Singapura
5. Singapura 5. Taiwan 5. Jepang

Di mana Posisi Indonesia?


Dari 68 negara yang mengikuti tes, Indonesia menempati peringkat ke-60 untuk
tes membaca, peringkat ke-63 untuk tes matematika dan peringkat ke-63 untuk
tes sains. Artinya, Indonesia termasuk 10 negara dengan nilai membaca,
matematika dan sains terendah di dunia.

Terendah dia Asia Timur


Menurut laporan Bank Dunia dan studi IEA (International Association for the
Evaluation of Education Achievement), tingkat membaca terendah dipegang oleh
Indonesia (skor 51,7), di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand (skor 65,1),
Singapura (skor 74,0) dan Hong Kong (skor 75,5).

Kabar baiknya, meski sistem pendidikan kita masih terus dibenahi, tapi para
orangtua di Indonesia makin menyadari perencanaan pendidikan bagi anak-anak
mereka, hasil survei MasterCard 2012 menggarisbawahi masyarakat kita tengah
berkembang ke arah yang baik, terutama di sektor pendidikan. Duh!

(dea, foto: kompasiana.com)

http://www.kawankumagz.com/read/tingkat-membaca-indonesia-paling-rendah

Siswa Indonesia Peringkat 64 Dari 65


Negara,Tapi Paling Bahagia di Dunia
REP | 06 December 2013 | 06:34 Dibaca: 1930 Komentar: 27 5
para pelajar berpegang pada batang baja sisi jembatan yang runtuh saat mereka menyeberangi sungai untuk sampai ke
sekolah di Desa Sanghiang Tanjung di Lebak, Indonesia

Kita masih ingat dengan berita perjuangan para pelajar di Propinsi


Banten,yang begitu gigih dalam menuntut ilmu dengan cara bergantungan di
sebuah jembatan yang sudah runtuh untuk mencapai sekolahnya,walaupun
nyawa taruhananya,karena sedikit saja mereka lengah dan jatuh akan
terseret dengan arus deras yang mengalir dibawah jembatan yang mereka
lalui ini.Berita ini menjadi Headline semua media massa pada saat itu.Bahkan
berita ini juga menarik perhatian dunia dan dailymail juga sempat menurunkan
laporannya terkait kejadian ini.

Berita ini kemudian dimuat di Dailymail.co.uk. pada tanggal 20-1-2012 dengan


judul Think the school run is bad? Children face Indiana.Berita ini
mengupas perjuangan anak- anak pergi kesekolah sekilas sedang berakting
layaknya dalam adekan film Indiana Jones And the Temple of Doom.Sekilas
mereka seperti melakukan adekan dalam film Indiana Jones,tapi ini
sesungguhnya kenyataan yang mereka jalani setiap hari untuk menempuh
sekolahnya.Sungguh sangat berliku jalan yang harus ditempuh untuk
mengecap pendidikan bagi anak-anak yang tinggal didaerah yang kurang
mendapat perhatian dari pusat.
Dunia pendidikan kita ini selalu dihinggapi berbagai masalah pelik ,dan
terutama didaerah-didaerah terpencil yang jauh dari pantauan.Mulai dari
kurangnya jumlah guru, mutu pendidikan,kwalitas guru,alat perlengkapan
sekolah yang jauh dari memadai serta kondisi sekolah yang sudah tidak layak
untuk digunakan.Belum lagi masalah status gurunya yang masih
honor,kadang dibayar ala kadarnya,tapi lebih banyak tidak dibayar sama
sekali.Hanya karena panggilan hati nurani saja yang membuat mereka masih
betah mau mengajar.Banyaknya kendala yang belum diatasi oleh dunia
pendidikan kita berpengaruh pada hasil dari pendidikan itu sendiri.Hasil survei
yang baru diumumkan oleh Program for International Student Assessment
(PISA) tentang pendidikan dan kemampuan siswa sekolah dari 65
negara,menjadi bukti kegagalan kita dalam membenahi dunia pendidikan kita
selama ini.

Pada awal Desember ini sebuah organisasi dalam naungan Organization


Economic Cooperation and Development (OECD) yang bernama Program for
International Student Assessment (PISA) telah mengadakan sebuah survei
mengenai sistim pendidikan dan kemampuan dari siswa sekolah.PISA ini
telah mengadakan survei sejak tahun 2000 lalu.Survei diadakan tiap 3 tahun
sekali.

Pada tahun 2012 lalu PISA telah melakukan survei terhadap 65 negara
didunia mewakili 80 % ekonomi global dunia.Lebih dari 510 ribu pelajar yang
berusia 15 tahun dan 16 tahun telah menjalani tes yang diadakan selama dua
jam.Ujian yang dilakukan meliputi,Matematika,Membaca,Ilmu pengetahuan
ilmiah (Sains).Jumlah siswa yang ikut tes ini mewakili 28 juta dari total
populasi 80 % penduduk dunia.Tes dilakukan selama dua jam dengan
kombinasi soal ujian pilihan ganda dan terbuka.Kepala sekolah juga ikut
berpartisipasi pada tes ini dengan menjawab beberapa pertanyaan
tentang latar belakang siswanya, tentang sekolahnya ,serta wawasan tentang
lingkungan sekitarnya.dan sistim yang dipakai dalam proses pengajaran.Hasil
survei PISA ini baru diumumkan awal Desember 2013 ini.

Dalam pesannya Andreas Schleicher(OESD)mengatakan Pendidikan hari ini


akan menentukan ekonomi dimasa depan.Hasil survei ini juga menempatkan
negara -negara Asia Timur mendominasi peringkat 10 besar dalam bidang
matematika,membaca dan ilmiah.Hasil ini juga cukup mengejutkan dimana
Amerika Serikat,Inggris dan Jerman yang selama ini terkenal sebagai tempat
berburu ilmu pengetahuan justru posisi mereka terlempar dari 10
besar.Jerman berada pada posisi 16,Inggris menempati posisi 26 dan
Amerika serikat pada posisi 36.Adapun untuk peringkat pertama adalah
Shanghai.Shanghai sendiri mewakili negara China.Posisi kedua adalah
Singapura.Ketiga Hongkong.Negara Qatar sebagai negara kaya dengan hasil
minyak dan gas berada pada posisi 63 dengan nilai 376 untuk
Matematika,388 untuk membaca dan 384 untuk ilmu pengetahuan ilmiah.

sumber bbc.co.uk

Berikut ini peringkat 10 besar bidang Matematika dengan nilai

 1. Shanghai 613
 2. Singapore 573
 3. Hong Kong 561
 4. Taiwan 560
 5. South Korea 554
 6. Macau-China 538
 7. Japan 536
 8. Liechtenstein 535
 9. Switzerland 531
 10. Netherlands 523

Source: OECD
Berikut ini 10 besar bidang ilmiah

 1. Shanghai 580
 2. Hong Kong 555
 3. Singapore 551
 4. Japan 547
 5. Finland 545
 6. Estonia 541
 7. South Korea 538
 8. Vietnam 528
 9. Poland 526
 10. Canada 525

Source: OECD

Berikut ini 10 besar bidang membaca

 1. Shanghai 570
 2. Hong Kong 545
 3. Singapore 542
 4. Japan 538
 5. South Korea 536
 6. Finland 524
 7. Ireland 523
 8. Taiwan 523
 9. Canada 523
 10. Poland 518

Source: OECD

Adapun data lengkap peringkat 65 negara yang berpartisipasi dalam survei ini
dapat dilihat pada tabel berikut.

Peringkat siswa Indonesia berada posisi 64 dari 65 negara.Indonesia hanya


lebih baik dari negara Peru yang menempati posisi paling buncit dalam survei
ini. Indonesia mendapatkan nilai 375 untuk matematika,untuk membaca
Indonesia mendapatkan nilai 396 dan ilmiah siswa Indonesia dapat nilai
382Posisi Indonesia berada pada dasar jurang dalam survei ini.Kita tidak
usah terlalu bermimpi membandingkan dunia pendidikan kita dengan negara
tetangga Singapura yang memang jauh diatas kita.Dengan negara Vietnam
saja yang baru bangkit membangun negaranya kita masih kalah
jauh.Vietnam berada pada peringkat 7 untuk ilmiah dengan nilai 528.
Organisasi OECD ini mengatakan perbedaan nilai Indonesia dan Peru
yang berada paling bawah dengan peringkat negara-negara peringkat
atas itu artinya sama dengan ketinggalan 6 tahun dalam dunia pendidikan.Itu
artinya dunia pendidikan kita ketinggalan 6 tahun dari China.

Sedikit menghibur Siswa Indonesia walaupun peringkatnya termasuk paling


rendah ,tapi dalam survei tentang kebahagian di sekolah,Siswa Indonesia
menempati peringakat pertama,diantara 65 negara yang disurvei.Keadaan ini
berbanding terbalik dengan kemampuan dibidang matematika, membaca dan
ilmu pengetahuan ilmiah.Adapun daftar peringkat 65 negara siswanya paling
bahagia bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Dari tabel diatas siswa Indonesia mendapatkan nilai kebahagian paling tinggi
disusul oleh Albania pada urutan kedua dan Peru yang berada pada peringkat
paling bawah dalam bidang matematika,membaca dan ilmiah berada pada
urutan ketiga.Korea Selatan justru siswanya merasa paling tidak bahagia
diantara 65 negara yang disurvei.

Semoga saja hasil survei ini bisa menjadi cambuk bagi dunia pendidikan
untuk lebih baik dan lebih maju dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di
kemudian hari.Walaupun untuk mewujudkannya tidak mudah dan
gampang.Masih banyak yang menjadi Pr bagi dunia pendidikan kita yang
harus dibenahi dengan segera.Sekarang kita sudah ketinggalan 6 tahun
dalam dunia pendidikan dengan negara Cina.Kalau tidak cepat bertindak dan
berbenah dunia pendidikan kita akan semakin ketinggalan.Dengan Vietnam
saja kita sudah kalah sekarang dalam dunia pendidikan.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/06/siswa-indonesia-paling-bahagia-di-dunia-615696.html

Anda mungkin juga menyukai