Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Nabil Hilmy

200110180086

Kombang A

PENDEKATAN DAN MODEL KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Pendekatan komunikasi yang seyogyanya menjadi perantara atau jembatan

menujupembebasan dan pencerahan bagi masyarakat, malah terkungkung oleh model

komunikasi (linier) sebagaimana paradigma pembangunan. Perhatian dan pemahaman

terhadap aspek-aspek komunikasi, baik unsur maupun teori komunikasi, tampaknya menjadi

penyebab kegagalanpendekatan yang dimaksud. Pendekatan komunikasi untuk tujuan

pembangunan yangberlangsung, belum member ruang bagi tumbuhnya sinergis miliki peran

dan fungsi komunikasi. Kenyataan ini telah menimbulkan persoalan serius dalam

pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

Paradigma dominan pembangunan yang berlangsung sejak tahun 1950 sampai

tahun1970-an, ikut memengaruhi penggunaan pendekatan komunikasi. Akibatnya, dalam

banyak hal,tidak bisa dihindari paradigma tersebut menjadi ciri pendekatan komunikasi

pembangunan.Pengaruh dan paradigma tersebut terlihat pada penggunaan model komunikasi

yang vertikalsebagai suatu proses mekanistik sebagaimana teori komunikasi Shanon dan

Weaver. Secaralangsung atau tidak, sadar atau tidak, penggunaan model ini telah mewarnai

pendekatankomunikasi pembangunan. Selain itu, model ini terjebak pada pengaruh perspektif

dramaturgis Erving Goffman dan Kenneth Buke

A. POTRET PARADIGMA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Sejak awal tahun 50-an para sarjana dan praktisi pembangunan percaya bahwa

mediamassa dapat digunakan dalam proses modernisasi masyarakat. Begitu kuatnya media

massa saatitu, membuat Daniel Lerner ( 1958 ) terdorong melakukan penelitian yang

mendalam tentangefek media massa dalam masyarakat. Studi yang dilakukannya kemudian

disusun dalam bukuklasiknya dengan judul

The Passing of the Traditional Society. Hasil pengamatan yang dilakukannya menunjukan

bahwa terdapat kolerasi yang kuat antara petunjuk media massa danperkembangan sosial
ekonomi serta politik pada suatu negara.
Dengan kata lain, ia menunjukan bahwa media massa digunakan sebagai perantara dan

petunjuk modernisasi dalam masyarakat.Mengomentari potret paradigma komunikasi dalam

pembangunan dewasa ini, tentunyatidak akan lepas dari paradigma dominan pembangunan,

yang pemikirannya didasarkan padateori modernisasi, teori ketergantungan, dan teori system

dunia. Namun, kenyataannya teori-teoritersebut dianggap gagal dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan.Dengan menggunakan keitiga teori tersebut,

paradigma pembangunan diformulasikan denganpendekatan dari atas kebawah (top-down),

pusat-pinggiran atau dari negara maju ke negaramiskin yang cenderung satu arah ( linier ).

Asumsinya, dengan kemajuan teknologi, denganmendorong arus vertikal, dan menekankan

pembangunan ekonomi.

B. KRITIK PENDEKATAN MEKANISTIK MEDIA MASSA

Merujuk dari apa yang telah dijelaskan sebelumnya, pengaruh paradigma

dominanpembangunan justru memunculkan problematika dalam konsep dan penerapan

komunikasipembangunan hampir di segala bidang. Ide pembangunan yang menjadi tema

sentralpembangunan tidak cukup mendapatkan dukungan dari tingkat bawah ( masyarakat ).

Penelitianyang dilakukan Harrold Lasswell menyebutkan bahwa aspek komunikasi dalam

modelpembangunan pada paradigma awal, tidak memberikan sumbangan pemikiran sama

sekali padaisu-isu pulbik, seperti kemiskinan dan kesejahteraan, menuju suatu perubahan.

Pada modelkomunikasi yang mekanisti, arus komunikasi berimplikasi pada pemusatan arus

informasi yangcenderung menciptakan keterganrungan pada sumber pesan. Sumber

komunikasi dalam modelsatu arah didefinisikan sebagai komunikator yang memiliki otoritas

dan kewenangan ataukekuasaan dalam menentukan isi pesan atau ide pembangunan. Dalam

hal ini, pemerintahsebagai komunikator.

C. PENDEKATAN KOMUNIKASI PARTISIPATORIS

Konsep ini merupakan pendekatan baru dalam strategi komunikasi pembangunan

yangmelihat unsure-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (sumber-penerima)

memilikikesetaraan dalam posisi dan peran . Mody (1991) dalam tulisan.a mengatakan bahwa
sejak tahun1970-an banyak studi komunikasi telah dilakukan terhadap pendekatan ini.
Demikian juga Riley(1992) menyatakan bahwa sebagian besar pendekatan komunikasi

pembangunan memilikikarakteristik pada penekanan partisipasi masyarakat di tingkat akar

rumput. Asumsi pendekatanpartisipatif memandang masyarakat sebagai penerima informasi

memiliki kemampuan untuk membangun dirinya dan lingkungannya dengan segala potensi

yang ada, baik aspek ekonomi, sosial-budaya maupun politik. Di sini, ruang dan peluang

masyarakat untuk terlibat cukup penuhcukup terbuka sehingga memegang posisi sentral

dalam melakukan perubahan demi Keberhasilan pembangunan. Partisipasi sendiri menurut

Paul memiliki empat tingkatan seperti yang dikutip dalamBracht dan Tsourus (1990), yaitu :

(1) information sharing

Hal ini merupakan tingkatan terendah partisipasi, di mana para agen membagi

informasi, dan memberi pemahaman terhadapinformasi informasi dalam memfasilitasi orang

bertindak;

(2) concultation

Hal ini merupakan tingkatan kedua partisipasi, di mana orang mempunyai peluang

untuk berbagi, bertanya,menyimak dan bertindak terhadap agen perubahan;

(3) decision making

Hal ini merupakantingkatan ketiga, di mana pada tingkat ini orang mempunyai

peluang dan kesempatan untuk bermain dan berperan dalam menentukan desain dan

implementasi dalam melakukan perubahansocial; dan

(4) initiating action

Hal ini merupakan tingkatan tertinggi dalam partisipasi, di manapada tingkat ini orang

telah mengambil inisiatif dan memetuskan proses perubahan yangdiinginkan. Pemilihan ini

membantu para perencana dan pelaksana para pembangunan,mengetahui partisipasi yang

telah dicapai dari suatu program pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai