200110180086
Kombang A
terhadap aspek-aspek komunikasi, baik unsur maupun teori komunikasi, tampaknya menjadi
pembangunan yangberlangsung, belum member ruang bagi tumbuhnya sinergis miliki peran
dan fungsi komunikasi. Kenyataan ini telah menimbulkan persoalan serius dalam
banyak hal,tidak bisa dihindari paradigma tersebut menjadi ciri pendekatan komunikasi
yang vertikalsebagai suatu proses mekanistik sebagaimana teori komunikasi Shanon dan
Weaver. Secaralangsung atau tidak, sadar atau tidak, penggunaan model ini telah mewarnai
pendekatankomunikasi pembangunan. Selain itu, model ini terjebak pada pengaruh perspektif
Sejak awal tahun 50-an para sarjana dan praktisi pembangunan percaya bahwa
mediamassa dapat digunakan dalam proses modernisasi masyarakat. Begitu kuatnya media
massa saatitu, membuat Daniel Lerner ( 1958 ) terdorong melakukan penelitian yang
mendalam tentangefek media massa dalam masyarakat. Studi yang dilakukannya kemudian
The Passing of the Traditional Society. Hasil pengamatan yang dilakukannya menunjukan
bahwa terdapat kolerasi yang kuat antara petunjuk media massa danperkembangan sosial
ekonomi serta politik pada suatu negara.
Dengan kata lain, ia menunjukan bahwa media massa digunakan sebagai perantara dan
pembangunan dewasa ini, tentunyatidak akan lepas dari paradigma dominan pembangunan,
yang pemikirannya didasarkan padateori modernisasi, teori ketergantungan, dan teori system
pusat-pinggiran atau dari negara maju ke negaramiskin yang cenderung satu arah ( linier ).
pembangunan ekonomi.
sekali padaisu-isu pulbik, seperti kemiskinan dan kesejahteraan, menuju suatu perubahan.
Pada modelkomunikasi yang mekanisti, arus komunikasi berimplikasi pada pemusatan arus
komunikasi dalam modelsatu arah didefinisikan sebagai komunikator yang memiliki otoritas
dan kewenangan ataukekuasaan dalam menentukan isi pesan atau ide pembangunan. Dalam
memilikikesetaraan dalam posisi dan peran . Mody (1991) dalam tulisan.a mengatakan bahwa
sejak tahun1970-an banyak studi komunikasi telah dilakukan terhadap pendekatan ini.
Demikian juga Riley(1992) menyatakan bahwa sebagian besar pendekatan komunikasi
memiliki kemampuan untuk membangun dirinya dan lingkungannya dengan segala potensi
yang ada, baik aspek ekonomi, sosial-budaya maupun politik. Di sini, ruang dan peluang
masyarakat untuk terlibat cukup penuhcukup terbuka sehingga memegang posisi sentral
Paul memiliki empat tingkatan seperti yang dikutip dalamBracht dan Tsourus (1990), yaitu :
Hal ini merupakan tingkatan terendah partisipasi, di mana para agen membagi
bertindak;
(2) concultation
Hal ini merupakan tingkatan kedua partisipasi, di mana orang mempunyai peluang
Hal ini merupakantingkatan ketiga, di mana pada tingkat ini orang mempunyai
peluang dan kesempatan untuk bermain dan berperan dalam menentukan desain dan
Hal ini merupakan tingkatan tertinggi dalam partisipasi, di manapada tingkat ini orang
telah mengambil inisiatif dan memetuskan proses perubahan yangdiinginkan. Pemilihan ini