Anda di halaman 1dari 29

WASTE TREATMENT COMPETITION

BIO “ORYZA” BUTANOL : INOVASI BAHAN BAKAR BUTANOL


RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS LIMBAH JERAMI PADI DENGAN
METODE ENZYMATIC HYDROLYSIS DAN FERMENTASI BAKTERI
Clostridium acetobutylicum

Diusulkan oleh:

Ekky Fadholi (102316070/2016)

Syifa Fadlillah (105117034/2017)

Muhammad Alplex Firstonda Katon (102317019/2017)

UNIVERSITAS PERTAMINA

JAKARTA

2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Bio “Oryza” Butanol : Inovasi Bahan Bakar


Butanol Ramah Lingkungan Berbasis
Limbah Jerami Padi dengan Metode
Enzymatic Hydrolysis dan Fermentasi
Bakteri Clostridium acetobutylicum
2. Instansi : Universitas Pertamina
3. Sub Tema Karya : Limbah Pertanian
4. Ketua
a. Nama Lengkap : Ekky Fadholi
b. NIM : 102316070
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Kimia/Fakultas Teknologi Industri
d. Asal Perguruan Tingi : Universitas Pertamina
e. Alamat : Jl. Rawa Simprug 9 No 12, Jakarta 12220
f. No. HP/Telp. : 085886980322
g. Alamat e-mail : ekkyfadholi@gmail.com
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Laksmi Dewi, S.T., M.S.
b. NIDN : 0321059001
c. Alamat : Perumahan Dukuh Zamrud, Bekasi
d. No HP/Telp. : 081357095788

Jakarta, 19 Oktober 2018

Menyetujui,

Dosen Pembimbing, Ketua Tim,

(Laksmi Dewi, S.T., M.S.) (Ekky Fadholi)

NIDN. 0321059001 NIM. 102316070

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Kimia

(Eduardus Budi Nursanto, Ph.D.)

NIP. 116116

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah juga inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
berjudul “Bio “Oryza” Butanol : Inovasi Bahan Bakar Butanol Ramah Lingkungan
Berbasis Limbah Jerami Padi dengan Metode Enzymatic Hydrolysis dan Fermentasi
Bakteri Clostridium acetobutylicum”. Karya tulis ini menyajikan sebuah solusi
permasalahan energi dan lingkungan dengan mengembangkan energi baru
terbarukan. Usulan ini diharapkan dapat diterapkan guna mendukung kebijakan
pemerintah Indonesia dalam penggunaan energi baru terbarukan dalam bauran
energi nasional minimal sebesar 23% pada tahun 2025 dan menjadi 31% pada tahun
2050 seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014.

Dalam proses penyelesaian karya tulis ini, penulis mendapat bimbingan,


koreksi, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Laksmi Dewi, S.T., M.S. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, koreksi dan saran dalam menyusun karya tulis ini.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk
moril maupun materiil.
3. Teman-teman mahasiswa Universitas Pertamina yang senantiasa
mendukung dan memotivasi.

Menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih memiliki banyak
kekurangan, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun agar
mampu menghasilkan karya tulis yang lebih baik. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi penulis dan masyarakat.

Jakarta, 19 Oktober 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................v

DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................viii

ABSTRAK ..........................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3. Tujuan .................................................................................................. 3
1.4. Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biobutanol ........................................................................................... 4


2.2. Jerami Padi .......................................................................................... 5
2.3. Enzymatic Hydrolysis .......................................................................... 7
2.4. Bakteri Clostridium acetobutylicum .................................................... 7
2.5. ABE Fermentation ............................................................................... 8

BAB III METODE PENULISAN

3.1. Tahapan Penulisan ............................................................................... 9


3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 10
3.3. Metode Analisis .................................................................................. 10
3.4. Kerangka Berpikir .............................................................................. 11

v
BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Proses Produksi Biobutanol dari Jerami Padi .................... 12


4.2. Teknik Pemurnian Kandungan Biobutanol ........................................ 13
4.3. Pengaruh Biobutanol Terhadap Emisi Gas Buang ............................. 14

BAB V PENUTUP

5.1. Simpulan ............................................................................................. 16


5.2. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 17

BIODATA KETUA KELOMPOK ..................................................................... 19

BIODATA ANGGOTA 1 ................................................................................... 20

BIODATA ANGGOTA 2 ................................................................................... 20

vi
DAFTAR TABEL

Tabel I. Perbandingan Karakteristik Etanol dan Butanol ................................ 5

Tabel II. Kandungan Jerami Padi ...................................................................... 6

Tabel III. Emisi Bahan Bakar pada Mesin Pembakaran Internal ....................... 15

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Jerami Padi .................................................................................... 6

Gambar II. Bakteri Clostridium acetobutylicum .............................................. 7

Gambar III. Diagram Alir Proses Metode Gas-stripping .................................. 14

viii
Bio “Oryza” Butanol : Inovasi Bahan Bakar Butanol Ramah Lingkungan
Berbasis Limbah Jerami Padi dengan Metode Enzymatic Hydrolysis dan
Fermentasi Bakteri Clostridium acetobutylicum

(1)Laksmi Dewi, S.T., M.S., (2)Ekky Fadholi, (3)Syifa Fadlillah,


(4)Muhammad Alplex Firstonda Katon

Universitas Pertamina, 12220, Jakarta, Indonesia

(1)laksmi.dewi@outlook.com, (2)ekkyfadholi@gmail.com,
(3)syifa.fadlillah@gmail.com, (4)defirkat14@gmail.com

Abstrak Ketidakseimbangan antara laju produksi dengan laju konsumsi energi fosil
yang semakin meningkat setiap tahunnya dapat mengakibatkan krisis energi di
masa depan. Penggunaan energi fosil yang berlebihan pun memiliki dampak negatif
terhadap lingkungan seperti perubahan iklim global, dan berpotensi menghasilkan
beragam zat pencemar yang dapat menurunkan kualitas udara. Pengembangan
sumber energi alternatif merupakan suatu langkah penting untuk mengurangi
ketergantungan terhadap energi fosil, serta sebagai wujud dukungan terhadap
kebijakan pemerintah Indonesia dalam merealisasikan kemandirian energi melalui
energi baru terbarukan salah satunya yaitu pengembangan biobutanol. Biobutanol
adalah senyawa alkohol yang memiliki ikatan empat atom karbon dan merupakan
salah satu bahan bakar terbarukan yang diproduksi dari biomassa melalui proses
fermentasi bakteri Clostridium acetobutylicum. Biobutanol memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan bioetanol antara lain lebih tidak korosif sehingga lebih
mudah untuk didistribusi, memiliki energi pembakaran yang lebih besar, memiliki
kandungan energi yang lebih tinggi, serta dapat langsung digunakan sebagai bahan
bakar mesin pengganti bensin tanpa perlu ditambahkan dengan bahan bakar fosil
dan tanpa harus melakukan modifikasi mesin. Jerami padi merupakan limbah hasil
pertaninan yang sarat mengandung selulosa sehingga potensial untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku produksi biobutanol. Jenis data yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah data sekunder dengan pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai literatur akuntabel yang memiliki relevansi dengan pembahasan. Produksi
biobutanol berbasis jerami padi ini yakni melalui tahap pretreatment menggunakan
metode Enzymatic Hydrolysis dan selanjutnya tahap fermentasi bakteri Clostridium
acetobutylicum menghasilkan butanol dan produk samping berupa aseton dan
etanol. Biobutanol mampu meminimalisir ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil serta dapat menyebabkan penurunan emisi gas buang secara signifikan
sehingga menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Kata Kunci: Biobutanol, Clostridium acetobutylicum, Energi Baru Terbarukan,


Enzymatic Hydrolysis, Jerami Padi.

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Disadari sepenuhnya hampir semua sumber energi yang digunakan di


Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil yang tidak terbarukan.
Ketidakseimbangan antara laju produksi dengan peningkatan laju konsumsi energi
fosil setiap tahunnya dapat mengakibatkan krisis energi di masa depan. Menurut
data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas), konsumsi minyak bumi di Indonesia mencapai 1,628 juta barel
per hari. Hal ini berbanding jauh dengan kapasitas produksi minyak bumi yang
hanya sebesar 786 ribu barel per hari (KESDM, 2015). Oleh karena itu, diperlukan
suatu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak demi
terwujudnya ketahanan energi nasional.

Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan antara lain perubahan iklim global, gangguan
kesehatan dan berpotensi menghasilkan beragam zat pencemar yang dapat
mencemari udara, seperti gas Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx),
Sulfur Oksida (SOx), Hidrokarbon (HC), Ozon (O3), dan partikulat yang sebagian
besar diakibatkan oleh kendaraan bermotor (Colls, 2010). Salah satu solusi untuk
menangani masalah ini yaitu dengan cara mengembangkan bahan bakar alternatif
terbarukan ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar minyak dan sebagai
upaya untuk mendukung kebijakan pemerintah Indonesia dalam menargetkan
penggunaan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional minimal sebesar
23% pada tahun 2025 dan menjadi 31% pada tahun 2050 seperti yang tertuang pada
Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014.

Biobutanol merupakan salah satu bahan bakar yang potensial di masa depan
karena berasal dari bahan baku yang terbarukan serta ramah lingkungan. Biobutanol
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bioetanol diantaranya tekanan
uap yang lebih rendah dan lebih tidak korosif sehingga lebih mudah untuk
2

didistribusi, memiliki energi pembakaran yang lebih besar, memiliki densitas energi
yang lebih tinggi, serta dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar mesin
pengganti bensin tanpa perlu ditambahkan dengan bahan bakar fosil dan tanpa harus
melakukan modifikasi mesin (Mahaprata, 2017).

Dalam karya tulis ini, digunakan jerami padi sebagai bahan baku untuk
memproduksi biobutanol. Jerami padi merupakan salah satu biomassa generasi
kedua yang mengandung selulosa sehingga potensial untuk dimanfaatkan sebagai
bahan baku produksi biobutanol. Saat ini jerami padi belum termanfaatkan dengan
baik karena sebagian besar hanya digunakan sebagai pakan ternak dan sisanya
dibiarkan membusuk atau dibakar. Hal ini dapat merusak lingkungan dan menjadi
penyumbang gas rumah kaca karena menghasilkan polutan (CO2, NOx, SOx).
Sehingga penggunaan jerami padi lebih potensial untuk diolah menjadi biobutanol
karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi yakni mencapai 39% berat kering,
27% hemiselulosa dan kandungan lignin sebesar 12% (Novia, 2014).

Biobutanol diproduksi dengan cara hidrolisis dan fermentasi mikroba.


Komponen terbesar polisakarida pada biomassa adalah selulosa, hemiselulosa dan
lignin, sehingga untuk memecah komponen-komponen tersebut diperlukan bantuan
enzim yang spesifik. Sebagian besar limbah pertanian yang mengandung
lignoselulosa dapat didegradasi oleh enzim selulase pada proses hidrolisis menjadi
senyawa yang lebih sederhana yaitu glukosa (Anindyawati, 2010).

Clostridium acetobutylicum merupakan salah satu bakteri genus


Clostridium yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan biobutanol. Clostridium
acetobutylicum memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bakteri
penghasil butanol lainnya diantaranya dapat memberikan keuntungan untuk proses
fermentasi selulosa yang berlangsung dalam keadaan anaerob, dapat bertahan pada
pH rendah, berkisar antara 4,5-5 dengan suhu optimum 37oC, serta mampu
menguraikan selulosa dan hemiselulosa untuk memproduksi biobutanol (Whitman,
2009).
3

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan


beberapa permasalahan yaitu :

1. Bagaimanakah teknik produksi biobutanol dari jerami padi?


2. Bagaimanakah teknik untuk memurnikan kandungan biobutanol?
3. Bagaimanakah pengaruh bahan bakar biobutanol terhadap emisi gas buang?
1.3. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai melalu penulisan ini ialah untuk :

1. Mengetahui teknik produksi biobutanol dari jerami padi.


2. Mengetahui teknik untuk memurnikan kandungan biobutanol.
3. Membandingkan pengaruh bahan bakar biobutanol terhadap emisi gas
buang.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan penulis antara lain :
1. Gagasan ini dapat dijadikan acuan atau wacana usaha untuk meminimalisasi
ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil.
2. Sebagai salah satu upaya pengembangan bahan bakar alternatif pengganti
bahan bakar fosil yang ramah lingkungan tanpa merusak ekosistem alam.
3. Mendayagunakan limbah jerami padi yang belum termanfaatkan dengan
optimal sebagai bahan baku produksi biobutanol.
4. Sebagai wujud dukungan terhadap kebijakan pemerintah Indonesia yang
menargetkan pada tahun 2025 kebutuhan energi nasional sebesar 23%
berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT).
5. Sebagai bentuk pengabdian dan kontribusi kepada negara dan masyarakat
berlandaskan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biobutanol

Butanol adalah senyawa alkohol yang memiliki ikatan empat atom karbon
dan empat struktur isomer dengan rumus molekul n-C4H9OH, dihasilkan dari
biomassa yang diproduksi melalui proses fermentasi bakteri Clostridium
acetobutylicum atau disebut ABE Fermentation. Menurut Lee (2008), butanol
memiliki sifat:

a. Berbentuk cair dan tidak berwarna pada suhu kamar (23oC)


b. Berat Molekul (BM) : 74,123 g/gmol
c. Titik Didih : 118oC
d. Titik Leleh : -89,3oC
e. Cetane Number : 12

Biobutanol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan ekstraktan dalam


industri kosmetik dan farmasi. Namun, dewasa ini biobutanol berpotensi sebagai
alternatif bahan bakar pengganti bioetanol karena memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan bioetanol antara lain tekanan uap yang lebih rendah dan lebih
tidak korosif sehingga lebih mudah untuk didistribusi, memiliki energi pembakaran
yang lebih besar, memiliki densitas energi yang lebih tinggi, serta dapat langsung
digunakan sebagai bahan bakar mesin pengganti bensin tanpa perlu ditambahkan
dengan bahan bakar fosil dan tanpa harus melakukan modifikasi mesin (Mahaprata,
2017). Berikut perbandingan karakteristik antara bioetanol dengan biobutanol
disajikan dalam Tabel I.
5

Tabel I. Perbandingan Karakteristik Etanol dan Butanol (Ndaba dkk., 2015)

Karakteristik Etanol Butanol


Titik Didih (oC) 78 118
Densitas pada 15oC (kg/dm3) 0,79 0,81
Kandungan Energi (MJ/kg) 26,9 33,1
Energi Pembakaran (MJ/dm3) 19,6 29,2
Air-Fuel Ratio 9,0 11,2
Kandungan Oksigen (wt%) 34,8 21,6
Bilangan Oktan Riset (RON) 129 96
Bilangan Oktan Mesin (MON) 102 78
Bahang Penguapan (MJ/kg) 0,92 0,43

2.2. Jerami Padi

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang subur, dan memiliki
wilayah yang luas dalam bidang pertanian, termasuk pertanian padi yang setiap
tahunnya dapat menghasilkan limbah berupa jerami padi dalam jumlah yang besar.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015, produksi padi di
Indonesia mencapai 75,4 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan, produksi
jerami padi yang dihasilkan dapat mencapai 50% dari produksi gabah kering panen
atau sekitar 37,7 juta ton. Sejauh ini, jerami padi merupakan limbah hasil pertanian
yang belum termanfaatkan dengan optimal, karena selama ini sebagian besar jerami
padi hanya digunakan untuk pakan ternak, media tumbuh jamur dan terkadang
harus dibakar ketika jumlahnya masih berlimpah. Namun dewasa ini, jerami padi
memiliki potensi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi bahan bakar
terbarukan biobutanol, karena merupakan golongan kayu lunak yang mengandung
komponen utama selulosa dan komponen lainnya seperti hemiselulosa, lignin, dan
abu. Adapun gambar jerami padi ditampilkan pada gambar I, dan kandungan jerami
padi disajikan pada Tabel II.
6

Jerami padi dapat dilihat pada Gambar I sebagai berikut :

Gambar I. Jerami Padi

Sumber : Anonim, 2014

Adapun kandungan jerami padi disajikan pada Tabel II sebagai berikut :

Tabel II. Kandungan Jerami Padi (Novia, 2014)

Komponen Kandungan (%)


Selulosa 39 (± 1)
Hemiselulosa 27 (± 0,5)
Lignin 12 (± 0,5)
Abu 11 (± 0,5)

Kesulitan dalam proses degradasi lignoselulosa adalah susunan yang


heterogen dari polisakarida yang terdapat pada dindng sel, yaitu berupa lignin.
Lignin berfungsi untuk mempererat selulosa dan hemiselulosa menjadi satu,
sehingga tumbuhan menjadi kaku atau dapat berdiri tegak. Proses pretreatment
(perlakuan awal) berfungsi untuk membuka struktur lignoselulosa menjadi
komponen yang lebih sederhana sehingga mudah untuk dihidrolisis dan lebih
mudah diakses oleh enzim. Dalam proses degradasi, penggunaan lignoselulosa
harus melalui tahapan delignifikasi untuk melepaskan selulosa dan hemiselulosa
dari ikatan kompleks lignin. Proses ini penting dilakukan sebelum hidrolisis bahan
selulotik, karena lignin dapat menghambat penetrasi enzim sebelum hidrolisis
berlangsung (Anindyawati, 2010).
7

2.3. Enzymatic Hydrolysis

Enzymatic Hydrolysis adalah proses konversi karbohidrat kompleks


menjadi monomer sederhana dengan bantuan enzim. Hidrolisis dengan bantuan
enzim sebagai katalis memiliki kelebihan dibandingkan hidrolisis menggunakan
asam, diantaranya memerlukan energi yang lebih rendah, terjadi pada kondisi
optimal yakni pada pH 4,5-5 dan suhu 40-50oC, serta tidak menimbulkan masalah
korosi karena menggunakan bahan yang rendah toksik. Selama proses enzymatic
hydrolysis, selulosa didegradasi oleh enzim selulase untuk mereduksi gula yang
dapat difermentasi oleh bakteri menjadi butanol. Faktor yang memengaruhi hasil
monomer gula melalui proses enzymatic hydrolysis yaitu suhu, pH, konsentrasi
substrat, dan jumlah enzim (Liu, 2014).

2.4. Bakteri Clostridium acetobutylicum

Bakteri Clostridium acetobutylicum merupakan salah satu bakteri genus


clostridium yang dapat dimanfaatkan untuk proses produksi biobutanol.
Clostridium acetobutylicum merupakan bakteri anaerob dan bersifat mesofilik yang
dapat bertahan pada pH rendah berkisar antara 4,5-5 dengan suhu optimum 37oC.
Selain itu, bakteri ini mampu mendegradasi selulosa dan hemiselulosa sehingga
dapat menghasilkan sejumlah produk yang berguna seperti aseton, etanol dan
butanol (Whitman, 2009). Berikut ini adalah gambar bakteri Clostridium
acetobutylicum.

Gambar II. Bakteri Clostridium acetobutylicum

Sumber : Anonim, 2012


8

2.5. ABE Fermentation

Proses fermentasi ABE adalah suatu proses yang melibatkan bakteri


Clostridium acetobutylicum untuk memproduksi aseton, butanol dan etanol dari
karbohidrat yang terkandung pada biomassa. Proses ini terbagi menjadi dua fase
antara lain fase pertama adalah fase produksi asam (acidogenesis) yaitu gula
dikonversi menjadi asam butirat dan asam asetat. Selanjutnya fase kedua adalah
fase produksi pelarut (solvontogenesis) yakni asam butirat dan asam asetat
disatukan bersama bakteri clostridium acetobutylicum dan dikonversi
menghasilkan produk aseton, butanol dan etanol atau yang disebut dengan
fermentasi ABE (Wang, 2011).

Adapun reaksi pembentukan aseton, butanol dan etanol adalah sebagai


berikut :

Aseton : C6H12O6 + H2O  C3H6O + 3CO2 + 4H2

Butanol : C6H12O6  C4H10O + 2CO2 +H2O

Etanol : C6H12O6  2C2H6O + 2CO2

(Fajariah, 2012)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi antara lain


substrat atau medium fermentasi yang berfungsi untuk menyediakan zat gizi yang
diperlukan oleh mikroba untuk pertumbuhan, memperoleh energi, bahan
pembentuk sel dan biosintesa produk-produk metabolisme. Kemudian banyaknya
mikroorganisme yang diinokulasikan kedalam medium fermentasi. Lalu kadar air
sebagai komponen utama dari setiap proses fermentasi yang digunakan untuk
pemanasan, pendinginan, pembersihan dan pembilasan. Selanjutnya faktor pH
medium fermentasi yang penting untuk pertumbuhan bakteri, dan faktor terakhir
adalah suhu fermentasi yang menentukan macam mikroba yang dominan selama
proses fermentasi (Fajariah, 2012).
9

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Tahapan Penulisan

Penyusunan karya tulis ini memiliki beberapa tahapan yang dilakukan


sebagai landasan untuk pengembangan konsep dasar dari permasalahan yang
diangkat. Tahapan-tahapan tersebut adalah :

1. Tahap penentuan tema dan perumusan masalah

Tahapan ini merupakan konsep dasar dalam penyusunan keseluruhan isi


karya tulis. Penentuan tema dan perumusan masalah yang sedang dibahas
merupakan tujuan pada tahapan ini sebagai langkah pertama dalam
penyelesaian penyusunan karya tulis.

2. Tahap pengumpulan landasan teori dan data


Tujuan tahapan ini adalah mencari landasan teori dan data atau informasi
yang relevan dengan penjabaran permasalahan dan studi kasus yang sedang
dibahas dalam penyusunan karya tulis.
3. Tahap analisis
Tahapan analisis teori dan teori akan disintesis dan dihubungkan sesuai
dengan topik kajian dan permasalahan yang sedang dibahas sehingga dapat
ditemukan beberapa solusi alternatifnya. Kemudian dilakukan penyusunan
karya tulis berdasarkan informasi yang telah dipersiapkan secara sistematis.
4. Tahap penarikan kesimpulan dan saran
Tahapan ini bertujuan untuk menyimpulkan keseluruhan isi penulisan
menjadi satu pemahaman yang utuh dan bersifat komprehensif. Kesimpulan
didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan pembahasan serta didukung dengan saran sebagai alternatif
solusi yang dapat ditawarkan guna mengatasi permasalahan yang sedang
dibahas.
10

3.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini


menggunakan beberapa metode yaitu :

1. Tinjauan Pustaka
Data dan informasi yang diperoleh diambil dari berbagai literatur akuntabel
yang diperoleh dari perpustakaan yang memiliki relevansi dengan
pembahasan.
2. Tinjauan Media
Informasi-informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan
karya tulis ini diperoleh dari jurnal penelitian edisi cetak dan online, serta
artikel ilmiah yang bersumber dari internet yang akuntabel. Informasi yang
diperoleh dalam tinjauan ini merupakan tambahan dari teori-teori yang
menjadi acuan.
3.3. Metode Analisis

Metode pendekatan pada proses analisis yang digunakan dalam penulisan


karya tulis ini adalah :

1. Metode deskriptif analitis


Metode deskriptif analitis yaitu mengelola dan mendeskripsikan informasi
dari literatur yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga dapat
merepresentasikan keadaan yang sebenarnya pada obyek yang dikaji.
2. Metode komparatif analitis
Metode komparatif analisis yaitu membandingkan gagasan yang ditawarkan
dengan beberapa teori dan informasi yang memiliki relevansi dengan
gagasan.
11

3.4. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir digunakan untuk mempermudah proses penyusunan


penulisan. Adapun kerangka berpikir pada penulisan ini dijelaskan pada bagan alur
sebagai berikut :

LATAR BELAKANG
 Adanya isu kelangkaan energi
 Jerami padi yang belum termanfaatkan dengan baik dan memiliki potensi
sebagai bahan baku produksi biobutanol
 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 tentang kebijakan Energi Nasional

TINJAUAN PUSTAKA
 Biobutanol
 Jerami Padi
 Enzymatic Hydrolysis
 Bakteri Clostridium acetobutylicum
 ABE Fermentation

EKSPLORASI PERMASALAHAN
 Penurunan persediaan bahan bakar fosil di muka bumi
 Jerami padi yang kurang dimanfaatkan dengan optimal
 Konsep penerapan biobutanol sebagai energi alternatif untuk transportasi

BIOBUTANOL SEBAGAI INOVASI BAHAN BAKAR TERBARUKAN


RAMAH LINGKUNGAN DARI JERAMI PADI

PEMURNIAN KANDUNGAN BIOBUTANOL MENGGUNAKAN


METODE GAS-STRIPPING

KESIMPULAN DAN SARAN


12

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Proses Produksi Biobutanol dari Jerami Padi

Produksi biobutanol dari jerami padi ini akan menghasilkan produk bahan
bakar terbarukan ramah lingkungan, yang terdiri dari proses pretreatment
(perlakuan awal) menggunakan metode Enzymatic Hydrolysis untuk
menghilangkan lignin dan untuk mengonversi karbohidrat kompleks menjadi
monomer sederhana yang berasal dari selulosa dan hemiselulosa. Selanjutnya
proses fermentasi ABE untuk menghasilkan biobutanol beserta produk samping
berupa aseton dan etanol. Terdapat beberapa kelebihan proses fermentasi ABE
antara lain :

1. Teknologi sudah diaplikasikan (establish)


2. Menghasilkan produk samping yang berguna dan memiliki nilai ekonomi.
3. Bahan baku fleksibel dengan produk yang konsisten.
4. Proses ini dapat menggunakan jerami padi sebagai bahan baku. Jerami padi
mudah diperoleh dan terjamin keberlanjutannya.

Produk yang dihasilkan dari proses fermentasi ABE adalah :

1. Aseton : Pelarut berbagai macam plastik dan serat sintesis


2. Butanol : Bahan bakar transportasi.
3. Etanol : Campuran bahan bakar konvensional (gasolin).
4.1.1. Proses Pretreatment (Praperlakuan)

Pertama, jerami padi digiling hingga menjadi bubuk dengan ukuran partikel
maksimum sebesar 4 mm dan ditambahkan 4% (w/w) H2SO4 pada muatan padatan
15% (w/w). Praperlakuan dilakukan pada suhu 121oC selama 60 menit. Kemudian
sampel yang telah diberikan praperlakuan, dinetralisasikan dengan 10N NaOH agar
membuat pH menjadi 5,00. Padatan dipisahkan dengan pengayak basah dan
dikeringkan pada suhu kamar untuk menghilangkan kelembaban yang berlebih.
13

4.1.2. Enzymatic Hydrolysis

Jerami padi yang telah diberi praperlakuan kemudian dilakukan hidrolisis


menggunakan bantuan enzim selulase sebesar 10% (w/w) muatan padatan dengan
konsentrasi sebesar 30 FPUs/g (substrat kering) untuk proses sakarifikasi dari
jerami padi yang telah dilakukan praperlakuan. Kemudian hidrolisis dilakukan pada
kondisi pH 4,8 pada suhu 50oC dan 200 rpm selama 48 jam didalam 0,05M larutan
penyangga sitrat.

4.1.3. Proses Fermentasi

Proses Fermentasi dilakukan dengan menggunakan medium yang


mengandung 50 g/L glukosa, 1,5 g/L ammonium asetat, 0,2 g/L MgSO4.7H2O, 0,5
g/L KH2PO4, 0,5 g/L K2HPO4, 0,01 g/L NaCl, 1,5 g/L ekstrak ragi, 0,001 Asam
Benzoat Para Amino, 0,00001 g/L biotin, dan 0,001 Thiamin. Kemudian
ditambahkan kalsium karbonat sebagai agen larutan penyangga dan pH media
diatur menjadi 6,8, serta ditambahkan 0,5 g/L HCl sebagai agen pereduksi. Media
fermentasi lalu disterilisasi dengan cara autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit
dan didinginkan hingga suhu 37oC. Selanjutnya, digunakan kultur Clostridium
acetobutylicum pada 10% (v/v) sebagai inokulum untuk produksi biobutanol.
Kemudian ditambahkan 1,5 g/L ekstrak ragi sebagai sumber nitrogen organik,
vitamin, dan nutrien penting lainnya. Serta ditambahkan kalsium karbonat sebagai
larutan penyangga pada hidrolisat.

4.2. Teknik Pemurnian Kandungan Biobutanol

Metode ini bertujuan untuk mengeliminasi kandungan toksik dari


biobutanol. Terdapat beberapa metode untuk memurnikan kandungan biobutanol
salah satunya menggunakan metode tradisional yaitu distilasi. Namun metode ini
mengonsumsi lebih banyak energi dan membutuhkan banyak biaya untuk
keseluruhan proses karena butanol memiliki titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan air, sehingga metode ini kurang potensial untuk digunakan. Beberapa
metode lain diantaranya adalah Liquid-Liquid Extraction (LLE) dan Pervaporation.
Kekurangan pada metode LLE adalah mahal karena membutuhkan solven organik
yang mahal, juga kandungan toksik pada ekstraktan menjadikan metode LLE
14

kurang efektif. Sedangkan pada metode pervaporation, kekurangan metode ini


diantaranya kecacatan pada membran dan hilangnya intermediat fermentasi
(Kaminski, 2011).

4.2.1. Metode Gas-Stripping

Metode Gas-stripping merupakan metode yang simple nan ekonomis serta


dapat dikombinasikan dengan fermentasi ABE. Oksigen bebas N2 atau gas yang
diproduksi selama fermentasi (CO2 dan H2) disemprotkan secara kontinu kedalam
reaktor, dan effluent gas dialirkan ke kondenser untuk dikondensasi. Kelebihan dari
metode ini yaitu prosesnya sederhana, sudah diterapkan dan dapat diaplikasikan
dalam skala besar, produk yang volatil dalam keadaan bersih karena produk
nonvolatil seperti asam organik, nutrien dan sel tidak dihilangkan, tidak
memerlukan gas dari luar karena gas yang dihasilkan pada proses fermentasi dapat
kembali digunakan, laju penghilangkan solven tidak dibatasi oleh resistansi transfer
masa tidak seperti metode pervaporasi, serta menghasilkan produk yang lebih
bersih (Gottumukkala, 2014). Diagram alir proses metode Gas-stripping
diilustrasikan pada Gambar III sebagai berikut :

Gambar III. Diagram Alir Proses Metode Gas-stripping

Sumber : Gottumukkala, 2014.

4.3. Pengaruh Biobutanol Terhadap Emisi Gas Buang

Densitas bahan bakar semakin meningkat setiap kali dilakukan penambahan


konsentrasi biobutanol. Semakin besar densitas bahan bakar, maka kadar oksigen
didalamnya semakin besar, sehingga lebih mudah terjadi pembakaran sempurna
didalam ruang pembakaran. Dapat dilihat pada Tabel III bahwa terjadi penurunan
15

kadar karbon monoksida secara signifikan setiap penambahan konsentrasi


biobutanol. Penurunan ini dikarenakan kandungan senyawa aromatiknya semakin
kecil pada bahan bakar sehingga mengakibatkan proses pembakaran terjadi dalam
kondisi cukup oksigen. Selain itu, penambahan konsentrasi biobutanol dapat
meningkatkan angka setana bahan bakar yang dapat memperkecil keterlambatan
penyalaan dalam proses pembakaran. Dengan berkurangnya keterlambatan
penyalaan, maka bahan bakar yang bereaksi dengan oksigen semakin besar,
sehingga mengurangi hidrokarbon yang tidak dapat terbakar dan karbon
monoksida. Namun setiap penambahan proporsi biobutanol, NOx yang dihasilkan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena suhu pembakaran yang lebih tinggi
(Honig, 2014).

Berikut ini adalah hasil emisi bahan bakar pada mesin pembakaran internal.

Tabel III. Emisi Bahan Bakar pada Mesin Pembakaran Internal (Honig, 2014).

Emisi (g/km)
Bahan Bakar
CO CO2 NOx HC
31,81 1,911 3,28 0,185
B5

B30 19,19 1,911 4,20 0,150

B50 14,74 1,912 11,98 0,209

B85 10,47 1,913 13,63 0,212

B100 9,56 1,825 12,60 0,186

E85 31,85 1,901 4,48 0,296

Gasolin 34,83 1,924 3,48 0,208

Keterangan :

B5: Campuran 5% n-Butanol dan 95% gasolin.

B30: Campuran 30% n-Butanol dan 70% gasolin.

B100: 100% n-Butanol.

E85: Campuran 85% Etanol dan 15% gasolin.


16

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam karya tulis ini,
maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Konsep produksi biobutanol dari jerami padi dengan proses fermentasi ABE
sangat menguntungkan karena selain menghasilkan biobutanol, proses ini
juga menghasilkan produk lain yang berguna dan bernilai ekonomi.
2. Penggunaan metode Gas-stripping dapat mengeliminasi toksik dan
memurnikan kandungan biobutanol sehingga dapat dilakukan proses
produksi biobutanol yang berkelanjutan supaya target penggunaan energi
baru terbarukan dalam bauran energi nasional minimal sebesar 23% pada
2025 dapat tercapai.
3. Penggunaan bahan bakar biobutanol dapat mereduksi emisi gas buang
secara signifikan sehingga lebih ramah lingkungan dan dapat mewujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat.
5.2. Saran

Berdasarkan keseluruhan pembahasan dalam karya tulis ini, maka penulis


memberikan beberapa saran antara lain :

1. Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk konsep produksi


biobutanol berbasis biomassa lignoselulosa oleh pemerintah, institusi
pendidikan dan lembaga riset sehingga mampu diterapkan.
2. Pemerintah perlu melakukan pemberian anggaran dana untuk realisasi
produksi biobutanol berbasis biomassa lignoselulosa supaya dapat
digunakan di Indonesia.
3. Masyarakat perlu mendukung kebijakan pemerintah dan berkontribusi
kepada negara untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil
dan menghasilkan bahan bakar terbarukan yang ramah lingkungan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Anggita Rezki. 2016. Cadangan Minyak Habis 12 Tahun Lagi, Pemerintah
Fokus Energi Baru. https://katadata.co.id/berita/2016/10/28/cadangan-
minyak-habis-12-tahun-lagi-pemerintah-fokus-energi-baru, Diakses pada 16
Juni 2018.

Anindyawati T. 2010. Prospek Enzim dan Limbah Lignoselulosa Untuk Produksi


Bioetanol. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI: Bogor.

Anonim. 2012. https://scitechdaily.com/fermentation-process-for-making-


explosives-helps-boost-biofuel-production/clostridium-acetobutylicum/,
diakses pada 23 Juni 2018.

Anonim. 2014. http://www.infoagribisnis.com/2014/10/pakan-ternak-2/, diakses


pada 23 Juni 2018.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi di Indonesia (ton), 1993-2015.


https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/865, diakses pada 10
Oktober 2018

Colls J, Tiwary A. 2010. Air Pollution. New York (USA): Routledge Press.

Fajariah, Hayuni Devina. 2012. Pemanfaatan Serbuk Gergaji Menjadi Biobutanol


dengan Hidrolisis Selulase dan Fermentasi Bakteri Clostridium
acetobutylicum. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Gottumukkala L. 2014. Biobutanol from Lignocellulosic Biomass by a Novel


Clostridium sporogenes BE01. National Institute for Interdisciplinary
Science and Technology. India.

Hidayat, Mohamad Rusdi. 2013. Teknologi Pretreatment Bahan Lignoselulosa


dalam Proses Produksi Bioetanol. Biopropal Industri Vol. 4 No. 1 : 33-48.
Pontianak.

Honig V, Kotek M, Marik J. 2014. Use of Butanol as a Fuel for Internal Combustion
Engines. Agronomy Research 12(2), 333-340. CULS-Czech University of
Life Sciences Prague, Kamycka. Czech Republic.

Kaminski Wladyslaw, Tomczak Elwira, Gorak Andrzej. 2011. Biobutanol-


Production and Purification Methods. Ecological Chemistry and Engineering
Vol. 18, No.1.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2015. Indonesia Energy Outlook.
https://www.esdm.go.id/id/publikasi//indonesia-energy-outlook diakses pada
02 Agustus 2018.
18

Lee, S.Y., Park, J.H., Jang, S.H., Nielsen, L.K., Kim, J., Jung, K.S. 2008.
Fermentative Butanol Production by Clostridia. Biotechnol. Bioeng. 101(2),
209-28.

Liu, D., Chen, Y., Ding, F.Y., Zhao, T. 2014. Biobutanol Production in a
Clostridium acetobutylicum Biofilm Reactor Integrated with Simultaneous
Product Recovery by Adsorption. Biotechnol Biofuels; 7:5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang


Kebijakan Energi Nasional.

Mahaprata, Manoj Kumar., Arvind Kumar. 2017. A Short Review on Biobutanol,


a Second Generation Biofuel Production from Lignocellulosic Biomass.
Journal of Clean Energy Technologies, Vol. 5, No. 1. National Institute of
Technology. India.

Ndaba B, Chiyanzu I, Marx S. 2015. N-Butanol Derived from Biochemical and


Chemical Routes : A Review. Biotechnology Reports 8 (2015) 1-9.

Novia, Windarti Astriana, Rosmawati. 2014. Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi
dengan Metode Ozonolisis-Simultaneous Saccharification and Fermentation
(SSF). Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Procentese, Alessandra. 2014. Processes for Biobutanol Production from


Renewable Resources.

Tomas-Pejo E., Alvira P., Ballesteros M., Negro M.J. 2011. Pretreatment
Technologies for Lignocellulose-to-Bioethanol Conversion. pp: 149-176

Wang, S., Zhang, Y., Dong, H. 2011. Formic Acid Triggers the “Acid Crash” of
Acetone-Butanol-Ethanol Fermentation by Clostridium Acetobutylicum.
Applied and Environmental Microbiology, 77(5), 1674-1680.

Whitman W.B. 2009. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology 2nd edition


Volume : 3 The Firmicutes. New York.
19

BIODATA KETUA KELOMPOK

Nama Lengkap : Ekky Fadholi

Tempat dan Tanggal Lahir : Indramayu, 14 Oktober 1997

NIM : 102316070

Program Studi/Jurusan : Teknik Kimia

Fakultas : Fakultas Teknologi Industri

Perguruan Tinggi : Universitas Pertamina

E-mail : ekkyfadholi@gmail.com

No. HP : 089618371339

Penghargaan di Bidang Ilmiah : 1) 3rd place winner in the 4th International

Biotechnology Competition and Exhibition


2018 in University Teknologi Malaysia, Johor
Bahru, Malaysia in the Biofuel Innovation
Category

2) 2nd winner in Essay and Presentation Contest

Batch II in Universitas Jenderal Soedirman


2018

3) TOP 4 LKTIN Green Chemistry Unpad 2017


20

BIODATA ANGGOTA 1

Nama Lengkap : Syifa Fadlillah

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Desember 1998

NIM : 105117034

Program Studi/Jurusan : Kimia

Fakultas : Fakultas Sains dan Komputer

Perguruan Tinggi : Universitas Pertamina

E-mail : syifa.fadlillah@gmail.com

No. HP : 08128810248

Penghargaan di Bidang Ilmiah : -

BIODATA ANGGOTA 2

Nama Lengkap : Muhammad Alplex Firstonda Katon

Tempat dan Tangal Lahir : Bantul, 25 Februari 1999

NIM : 102317019

Program Studi/Jurusan : Teknik Kimia

Fakultas : Fakultas Teknologi Industri

Perguruan Tinggi : Universitas Pertamina

E-mail : defirkat14@gmail.com

No. HP : 089519843640

Penghargaan di Bidang Ilmiah : -

Anda mungkin juga menyukai