I. PENDAHULUAN
Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau
ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati
yang terluas dengan luas mencapai 143 ribu hektar. Dengan luasan hutan
mangrove yang ada, Provinsi Riau diharapkan menjadi pusat riset dan
Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Pelalawan, Siak dan Indragiri Hilir. Bengkalis
memiliki kawasan hutan mangrove yang luas. Luas hutan mangrove di Kabupaten
Bengkalis pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 69.000 ha, berkurang menjadi
bentuk pemanfaatan hutan mangrove menurut Kustanti (2011) yaitu: hasil hutan
mangrove baik hasil kayu dan non-kayu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku kertas, bahan makanan,
mangrove Desa Sebauk juga telah dilirik oleh pemerintah setempat, hal ini
Kabupaten Bengkalis pada bulan Agustus 2017 untuk meninjau keadaan hutan
dan peluang untuk menjadi kawasan ekowisata. Oleh karna itu penulis merasa
Kajian Potensi hutan mangrove untuk dijadikan objek ekowisata di Desa Sebauk
ekonomi bagi masyarakat sekitar yang selama ini hanya memanfaatkan hutan
Desa Sebauk masih alami namun daerah ini masih tercemar akan limbah rumah
tangga dan sampah plastik hal ini tentu saja sanggat berpengaruh pada kelestarian
mangrove. ?
pemangku kebijakan).
kebijakan. Dalam hal ini pemerintah daerah dan semua pihak yang terkait dalam
di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Hutan mangrove
pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut
pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal
5
dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang
besar dan arus pasang surut yang kuat. Ekosistem mangrove banyak ditemukan di
pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung
(Bengen, 2001).
Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang
tersendiri yang sangat unik. Hutan ini meskipun termasuk dalam golongan besar
plants). Hutan ini merupakan peralihan habitat lingkungan darat dan lingkungan
laut, maka sifat-sifat yang dimiliki tidak persis sama seperti sifat-sifat yang
(biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan
dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai juvenile dan larva ikan serta
kerang (shellfish) dari predator. Habitat mangrove juga merupakan tempat hidup
yang datar. Biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya ekosistem
6
mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai
besar atau delta yang alirannya banyak mengadung lumpur dan pasir, mangrove
biasanya tumbuh meluas. Mangrove tidak tumbuh di pantai terjal dan berombak
besar dengan arus pasang surut yang kuat karena hal ini tidak memungkinkan
akan terbentuk zonasi vegetasi mangrove. Berikut ini adalah sebaran jenis
1) Daerah yang paling dekat dengan laut dan substrat agak berpasir, sering
ditumbuhi oleh Avicennia sp. Pada zona ini, Avicennia sp biasanya berasosiasi
dengan Sonneratia sp. yang dominan tumbuh pada substrat lumpur dalam yang
Rhizophora sp, pada zona ini juga dijumpai Bruguiera sp dan Xylocarpus sp.
3) Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera sp.
7
4) Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah, biasa
1) Mangrove terbuka yaitu mangrove yang berhadapan dengan laut, zona ini
dikuasai dari jenis Avicennia sp, Sonneratia sp, dimana area pantai tergenang
oleh air serta substratnya pasir berlumpur yang kaya akan bahan organik.
2) Mangrove tengah yaitu mangrove yang terletak di belakang mangrove zona
hingga hampir tawar. Zona ini biasanya di dominasi oleh komunitas Nypa sp
yang umum ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa),
Xylocarpus molucensis. Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi
pola zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan. Seperti tipe
laut (ekoton), sehingga hewan dari kedua lingkungan ini dapat ditemukan di
pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata dan burung. Kelompok ini
tidak mempunyai sifat adaptasi khusus untuk hidup di dalam hutan mangrove,
karena mereka melewatkan sebagian besar hidupnya diluar jangkauan air laut
lainnya.
2003):
lingkungan laut.
2) Sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta sebagai
pantai untuk bahan bangunan, bahan pembuatan kapal, kayu bakar serta bahan
baku industri arang maupun industri kertas. Tegakan mangrove dapat melindungi
pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut.
Hasil hutan mangrove baik hasil kayu dan non-kayu dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai bahan konstruksi, kayu bakar, bahan baku kertas, bahan
2.2. Ekowisata
pariwisata yang secara ekologis memberikan manfaat yang layak secara ekonomi
dan adil secara etika, serta memberikan manfaat sosial terhadap masyarakat.
2008).
buatan. Wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara pada saat ini memiliki
yang memiliki keanekaragaman ekologi. Salah satu potensi alam yang dapat
sosial dan budaya masyarakat. Masyarakat berperan sebagai pelaku dan penerima
masyarakat dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat (Rizky, 2013).
budaya setempat.
2) Pendidikan, kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur
pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
hewan yang ada disekitar daerah wisata, Kegiatan pendidikan bagi wisatawan
ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya. Kegiatan ini dapat
didukung oleh alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi.
3) Pariwisata, pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan
lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal
berkelanjutan.
5) Partisipasi masyarakat setempat, partisipasi masyarakat akan timbul, ketika
masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat maka alam/ budaya itu harus
dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balik antara atraksi wisata-
negara.
memelihara dirinya sendiri. Ketiga kriteria tersebut dapat dipenuhi jika setiap
sumberdaya alam yang sangat berpotensi. Potensi yang bernilai tinggi dan dapat
diambil yaitu untuk dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata. Suatu upaya
hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem pesisir yang penting, dilindungi
Berbagai macam produk dan jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari
ekosistem hutan mangrove yaitu Salah satu jasa lingkungan yang berpeluang
tanpa merusak eksosistem hutan yang ada. Vegetasi hutan yang terletak melintang
dari arah arus laut merupakan keindahan dan keanekaragaman vegetasi yang
berbeda dari formasi hutan lainnya. Terlihat dari keunikan penampakan vegetasi
(Kustanti, 2011).
mangrove, spesies mangrove, kekhasan, pasang surut. Termasuk objek biota yang
maka alam/budaya itu harus dikelola dan dijaga. Hubungan timbal balik antara
dari ekowisata dan didukung oleh Partisipasi masyarakat. Penting bagi suksesnya
dalam pengelolaan adalah partisipasi dalam setiap tahapan pengelolaan, mulai dari
lainnya dan satu negara dengan negara lainnya. Banyak faktor yang dapat
berasal dari luar masyarakat seperti seperti sistem politik atau dapat juga berasal
Ada tiga hal utama penghambat partisipasi yaitu politik, administratif dan sosial
utama. Dalam ekowisata, pemandu adalah orang lokal yang pengetahuan dan
dalam jasa yang di berikan kepada pengunjung. Pusat informasi menjadi hal yang
terpenting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan
nilai dari pengalaman seorang pengunjung yang bisa memperoleh informasi yang
lengkap tentang lokasi atau kawasan dari segi budaya, sejarah, alam, seni,
III. METODOLOGI
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
dipakai untuk mengetahui aspek potensi kondisi (potensi penawaran daya tarik
Bersambung
No Jenis Data Aspek-aspek Metode Pengumpulan Data
Aspek Partisipasi dan Persepsi Masyarakat
c. Menjaga Kelestarian c. Kuesioner, Wawancara,
17
Lingkungan Pengamatan
d. Membersihkan Lingkungan d. Kuesioner, Wawancara,
e. Berjualan Pengamatan
f. Pemandu Wisata e. Kuesioner, Wawancara,
g. Keramah Tamahan Pengamatan
f. Kuesioner, Wawancara,
Pengamatan
g. Kuesioner, Wawancara,
Pengamatan
Aspek Persepsi Pemangku-Pemangku Kebijakan
6 Persepsi a. Karakteristik Responden a. Kuesioner, wawancara
b. Pengetahuan Tentang Lokasi b. Kuesioner, wawancara
Penelitian c. Kuesioner, wawancara
c. Pengetahuan Tentang d. Kuesioner, wawancara
Ekosistem Mangrove e. Kuesioner, wawancara
d. Pengetahuan Tentang
Ekowisata
e. Kebijakan dan Koordinasi
sebagai berikut :
masyarakat.
pemukiman masyarakat.
18
Metode Transek Garis dan Petak Contoh (Line Transeck Plot), yaitu metode
yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut
1) Pada setiap stasiun pengamatan ditetapkan transek garis dari arah laut ke arah
darat sepanjang 100 meter, (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan
mangrove terjadi.
2) Setiap titik sampling ditetapkan transek garis dari arah laut kearah darat.
3) Sepanjang garis diletakan petak contoh (10x10 m2) paling kurang tiga petak.
10 m
A 10 m C
Keterangan:
A = Petak contoh 1 : 10x10 m2
B B = Petak contoh 2 : 10x10 m2
C = Petak contoh 3 : 10x10 m2
jumlah individu setiap jenis kemudian dibedakan antar pohon, anakan dan
semai. Pohon adalah vegetasi (dengan diameter batang > 4 cm pada setinggi
dada atau sekitar 1,3 m dari atas tanah (Gambar 3). Anakan adalah vegetasi
mangrove dengan tinggi > 1 m dan diameter batang < 4 cm pada setinggi dada
19
(sekitar 1,3 m dari atas tanah). Semai adalah vegetasi dengan tinggi kurang dari
Gambar 1. Pengukuran Batang Pohon Setinggi Dada (1,3 m dari atas tanah)
Keterangan:
SP: Kode jenis mangrove DBH: Diameter batang setinggi dada
IND: Jumlah tegakan Pohon: Diameter > 4 cm
mangrove)
21
dari ekowisata)
David (2006), dalam metode ini untuk menentukan responden tidak ada jumlah
minimal yang harus dipenuhi, sepanjang responden yang dipilih adalah orang-
yang termasuk dalam kelompok usia muda dan dewasa yaitu berkisar 20-55 tahun
karakteristik responden (nama, jenis kelamain, umur, nama istansi, alamat istansi
dan jabatan). Unsur persepsi yang diamati dari masing-masing lembaga yaitu
lainnya.
yang diwawancarai terdiri atas pemangku kebijakan yang terkait langsung dengan
diwawancarai.
dengan bantuan aplikasi Microsoft Excell 2013. Prosedur analisis data mengacu
1. Kerapatan (K) =
3. Frekuensi (F) =
6. Dominansi (m2/Ha) =
Nilai penting berkisar 0-300, nilai penting ini memberikan suatu gambaran
9. Ketebalan mangrove (m) = Jarak dari bibir pantai menuju ke daratan yang
kerusakan kerapatan (Tabel 4). Hal tersebut bertujuan untuk menunjukkan hutan
2007):
IKW = ∑ [Ni/Nmaks] x 100%
1. Kategori S1
faktor pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau
hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara
nyata.
2. Kategori S2
Daerah ini tergolong cukup sesuai (quite suitable), pada kelas kesesuaian
ini mempunyai faktor pembatas yang agak berat untuk suatu penggunaan kegiatan
25
3. Kategori S3
Sesuai bersyarat, pada kelas ini mempunyai faktor pembatas yang lebih
4. Kategori TS
Daerah ini tergolong tidak sesuai (not suitable), yakni mempunyai faktor
Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian antara bobot dan skor dari
jenis mangrove, pasang surut serta objek biota. Pemberian bobot berdasarkan
Skor
Skor
Skor
Skor
Kategori (R), (RS), (STS) dan (TS) dikelompokan menjadi satu yaitu
kelompok A, sedangkan (ST), (T), (SS), dan (S) dikelompokan kedalam kelompok
table 7.
Office Excell 2013. Katagori yang diukur yaitu rataan hitung mean, klasifikasi
3.5. Asumsi
penelitian
2) Responden yang dipilih dianggap telah mewakili pendapat dari komponen
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, S. 2015. Riau Diharapkan Jadi Pusat Riset Hutan Mangrove. Dikutip
dari: http://mediacenter.riau.go.id/read/11785/riau-diharapkan-jadi-pusat-
riset-hutan-mangrove.html. Yang Diakses Pada 26 Desember 2016 Pukul
20:03 WIB.
Yoswaty, D dan J. Samiaji. 2013. Buku Ajar Ekowisata Bahari. UR Press, Riau.
111 hlm.
LAMPIRAN
33
lokasi penelitian
34
ORGANISASI PENELITIAN
1. PENELITI
Nama : Wahid
Alamat : Jalan. Swakarya. Gang Serai. Panam - Pekanbaru
NIM : 1404120306
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Jurusan : Ilmu Kelautan
2. DOSEN PEMBIMBING I
Nama : Dr. Ir. Joko Samiaji, M.Sc.
Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
NIP : 19650930 198903 1 002
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
3. DOSEN PEMBIMBING II
Nama : Ir. Musrifin Galib, M.Sc.
Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
NIP : 19590922 198702 1 001
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
36
JADWAL PENELITIAN
hingga Januari 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jadwal penelitian ini
sebagai berikut :
Waktu Kegiatan
No. Kegiatan September’17 Oktober’17 November’17 Desember’17 Januari’18 Februari’18 Maret’18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapan * * * * * *
Proposal
2. Revisi * * * * * *
Proposal
3. Seminar * * *
Proposal
4. Pengambilan * * * *
Data
5. Penyusunan * *
Hasil
6. Revisi * * *
Hasil
7. Seminar *
Hasil
8. Ujian * *
Sarjana
37
2. Pelaksanaan Penelitian
Biaya transportasi : Rp. 600.000,-
3. Biaya Akomodasi
Dokumentasi : Rp. 100.000,-
Jumlah : Rp.2.100.000,-
4. Penyusunan Laporan
Pengetikan dan perbanyak laporan : Rp. 300.000,-
Jumlah : Rp.900.000,-
OUTLINE SEMENTARA
DAFTAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan dan Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Mangrove
2.1.1. Pengertian Ekosistem Mangrove
2.1.2. Karakteristik dan Zonasi Hutan Mangrove
2.1.3. Fauna di Ekosistem Mangrove
2.1.4. Fungsi dan Manfaat Vegetasi Mangrove
2.2. Ekowisata
2.2.1. Defenisi Ekowisata
2.2.2. Prinsip dan Kriteria Ekowisata
2.2.3. Ekowisata Mangrove
2.3. Partisipasi Masyarakat Lokal
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Bahan dan Alat
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Metode dan Mekanisme Pengukuran Vegetasi Mangrove
3.3.2. Potensi Permintaan Pengunjung
3.3.3. Partisipasi dan Persepsi Masyarakat Lokal
3.3.4. Persepsi Pemangku Kebijakan
3.4. Analisis Data
3.4.1. Pengamatan Vegetasi Mangrove
3.4.2. Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove
3.4.3. Partisipasi dan Persepsi Masyarakat
3.5. Asumsi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PETA LOKASI PENELITIAN
PETA TITIK SAMPLING
ORGANISASI PENELITIAN
JADWAL PENELITIAN
ANGGARAN BIAYA
OUTLINE SEMENTARA
KUISIONER