Nama Mahasiswa :
NPM :
A. PENDAHULUAN
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat
di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu
absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengahgelas air
atau cairan yang lain.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah.
Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh
dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur padasuasana netral atau basa di usus.
Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul gtidak bolehdi buka, obat tidak boleh
dikunyah.
Adapun prinsip-prinsip pemberian obat:
1. Tepat Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga
saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi
obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat
nama obat dan kerjanya.
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan
lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor
register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya.
Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri
akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi
dari gelang identitasnya.
4. Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan ,
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari
obat.
6. Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Pap smear:
- Spekulum
- Cytobrush
- Spatula ayre
- Kaca objek dengan label
- alkohol 95%
- bengkok
- sarung tangan
- Lidi kapas
2 Jaga privacy
FASE ORIENTASI
3 Ucapkan salam dan sebutkan nama
4 Identifikasi identitas klien
5 Menjelaskan tujuan tindakan, prosedur, dan kontrak
6 Menjaga keamanan klien, merespon reaksi klien
FASE KERJA
7 Cuci tangan
8 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
9 Tawarkan kien untuk BAK ( mengosongkan kandung kemih) dan
bersihkan area genitalia, pastikan tidak ada pembesaran uterus
10 Mempersilahkan ibu berbaring ke atas bed ginekologi dan mengatur
posisi litotomi
11 Memakai APD ( clemek, masker, kaca mata, penutup kepala ) jika
diperlukan
12 Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis dan kunci spekulum
13 Periksa serviks apakah normal atau tidak
14 Terlebih dahulu dilakukan tindakan pengambilan sampel
endoserviks (dari kanalis servikalis), karena kandungan musin yang
banyak mencegah pengeringan sel. Ini penting, terutama bila sampel
sel berada dalam satu kaca benda
15 Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan cytobrush,
pengambilan dengan lidi kapas (cotton bud).
16 Setelah diyakinkan cytobrush mencakup keseluruhan kanalis
servikalis dilakukan pemutaran sehingga sel melekat pada sikat
tersebut
17 Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar
cytobrush (bukan dengan menggesek lurus) sehingga mengisi
sebagian kaca benda yang telah diberi nomor atau nama masing-
masing pasien (dianjurkan kaca benda frosted end atau yang mudah
ditulis dengan pencil).
18 Selanjutnya untuk pengambilan bahan ektoserviks dengan spatula
Ayre (ujung yang pendek) dimasukkan ke dalam endoserviks
sedalam mungkin, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360̊ searah
jarum jam.
19 Bila pada pemeriksaan/inspekulo ditemukan kelainan cerviks
bermakna, dilakukan pengambilan sampel khusus (diagnostic pap
smear).
20 Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi
yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45̊ satu kali
usapan
21 Masukkan segera (dalam hitungan detik) apusan pada kaca benda ke
dalam botol berisi cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa negara
fiksasi dilakukan dengan semprotan (spray fiksatif, bukan hair
spray).
22 Bila sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi,
sediaan direndam di dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit,
keluarkan dan keringkan di udara terbuka. Sediaan apus jangan
direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu karena akan
terjadi distorsi sel.
23 Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam
wadah transport dan dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk
diproses dan diperiksa.
IVA:
-Pemeriksa duduk di depan vulva, dengan sumber cahaya terang
berupa lampu sorot di belakang pemerik
-Visualisasi serviks dengan spekulum cocor bebek kering tanpa
pelumas
-Setelah serviks terlihat jelas, dengan sumber cahaya terang dari
belakang pemeriksa, serviks dipulas dengan asam asetat 3-5%.
Ditunggu selama 1-2 menit. Dilihat perubahan pada serviks dengan
mata telanjang.
-Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut
acetowhite pada daerah transformasi (IVA positif). Jika tidak
terlihat bercak putih pada daerah transformasi disebut IVA negatif
FASE TERMINASI
24 Melepaskan speculum setelah mengendurkan sekrum yang terkunci
25 Membersihkan vulva dengan desinfektan
26 Rapikan alat
27 Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan
28 Kontrak kegiatan selanjutnya
29 Cuci tangan
30 Dokumentasikan
Depok, …………………………………
Jumlah nilai yang didapat
Nilai = x 100% =
30 Evaluator,
……………………………………
Referensi:
Lowdermilk, D. L, Perry, S. E.Cassion, M. C. (2013). Keperawatan Maternitas Volume 2. Edisi
Bahasa Indonesia 8. Mosby: Elsivier(singapure) PteLtd.
Perry, S. E. Hockenberry, M. J. Lowdermilk D. L. , Wilson D. (2014). Maternal Child Nursing Care.
5th edittion. Mosby: Elsivier Inc.