Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.4. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana
berpikir masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peranan Bahasa Indonesia
menjadi sangat penting. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia, kami sebagai
mahasiswa dituntut untuk lebih memahami bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. yang salah satunya adalah dengan mengetahui sejarah bahasa Indonesia.
Dari waktu ke waktu, Bahasa Indonesia berkembang dari mulai dari masa
sebelum kolonial hingga sampai di masa era globalisasi. Untuk itulah materi ini
sangat penting untuk dipelajari, karena sangat disayangkan jika sebagai pemakai
bahasa Indonesia tidak mengetahui tentang sejarah bahasa Indonesia. Melalui
perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai
perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maupun dari
segi tata bahasa dan kosa kata serta maknanya. Sekarang Bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa modern yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh
Indonesia tetapi juga di banyak negara. Bahkan keberhasilan bangsa Indonesia
dalam mengajarkan Bahasa Indonesia kepada generasi muda dicatat sebagai
prestasi dari segi peningkatan komunikasi antara warga Negara Indonesia.
Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan
kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita.
1.4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia sebelum Masa Kolonial ?
2. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia pada masa kolonial ?
3. Bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia pada masa era globalisasi ?

1
1.4. Tujuan
1. Dapat memahami tentang sejarah Bahasa Indonesia saat sebelum masa
kolonial
2. Dapat memahami perkembangan Bahasa Indonesia pada masa kolonial
3. Dapat mengetahui penggunaan Bahasa Indonesia pada masa era
globalisasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah sebuah variasi


dari bahasa Melayu. Dalam hal ini dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu
Riau, tetapi telah mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa
kerja dan proses pembakuan pada awal abad ke-20 (Putrayasa, 2018).1

Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara


lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu
sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya
di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara
(Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, n.d.).2

Selain menjadi bahasa penghubung antaretnis dan suku-suku, dulu bahasa


Melayu juga menjadi bahasa penghubung dalam kegiatan perdagangan
internasional di wilayah nusantara. Transaksi antarpedagang, baik yang berasal
dari pulau-pulau di wilayah nusantara maupun orang asing, menggunakan bahasa
pengantar bahasa melayu. Bahasa melayu kala itu adalah lingua franca (bahasa
pengantar dalam pergaulan) antarwarga nusantara dan dengan pendatang dari
manca negara. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa bahasa melayu
ditetapkan sebagai dasar bagi bahasa Indonesia (Kunarto).3

Penggunaan bahasa Melayu sebagai lingua franca atau bahasa pergaulan


bagi suku-suku di wilayah nusantara dan orang-orang asing yang datang ke
wilayah nusantara dibuktikan dalam berbagai temuan prasasti dan sumber-
sumber dokumen (Kunarto). Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7
Masehi), bahasa Melayu (bahasa Melayu Kuno) dipakai sebagai bahasa
kenegaraan.

3
Hal itu dapat diketahui, dari empat prasasti berusia berdekatan yang
ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan tersebut. Prasati
tersebut di antaranya adalah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang
Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari
berbahasa Melayu Kuna. Pada saat itu, bahasa Melayu yang digunakan
bercampur kata-kata bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan, di
Kepulauan Nusantara, para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga
terpaksa menggunakan bahasa Melayu walaupun dengan cara kurang sempurna.
Hal itu melahirkan berbagai varian lokal dan temporal pada bahasa Melayu yang
secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti.

Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah ( tahun abad


ke-9) dan prasasti di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan
penyebaran penggunaan bahasa itu di Pulau Jawa. Penemuan keping tembaga
Laguna di dekat Manila, Pulau Luzon, yang bertuliskann tahun 900 Masehi juga
menunjukkan keterkaitan wilayah tersebut dengan Sriwijaya.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi
bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaanya terbatas di kalangan keluarga
kerajaan di sekitar Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Kemudian, Malaka
merupakan tempat bertemunya para nelayan dari berbagai negara dan mereka
membuat sebuah kota serta mengembangkan bahasa mereka sendiri dengan
mengambil kata-kata yang terbaik dari bahasa di sekitar daerah tersebut. Kota
Malaka yang posisinya sangat menguntungkan (strategis) menjadi bandar utama
di kawasan Asia Tenggara.

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari


peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada

4
batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra
(abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai,
Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke
pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah
Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai
bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan
antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. (Badan
Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, n.d.).2

Bahasa Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling tepat di
kawasa timur jauh. Ejaan resmi bahasa Melayu pertama kali disusun oleh Ch. A.
van Ophuijsen yang dibantu oleh Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi
Soetan Ma’moer yang dimuat dalam kitab Logat Melayu pada tahun 1801.

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa kolonial

Pada saat sebelum kemerdekaan, bahasa Melayu telah digunakan oleh


masyarakat sebagai alat perhubungan atau “lingua franca” di seluruh nusantara
bahkan di eluruh wilayah Asia tenggara. Bahkan, bangsa bangsa asing yang
datang ke Indonesia pun menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi
dengan masyarakat di nusantara.

Buktinya adalah dengan adanya beberapa prasasti yang menggunakan


bahasa Melayu kuno, yaitu Prasasti Kedukan Bukit (683 M) dan Talang Tuo (684
M) di Palembang, Prasasti Kota kapur (686 M) di Bangka, serta Prasasti Karang
Berahi (688 M) di dekat Sungai Musi. Prasasti tersebut di atas merupakan
prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa
Melayu kuno merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat pada
zaman Sriwijaya (Halim, 1976:6-7). Selain di daerah Sumatra, prasasti berbahasa
Melayu kuno juga terdapat di Jawa yaitu Prasasti Gandasuli (832 M) dan Prasasti
Bogor (942 M). Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat dugaan bahwa

5
bahasa Melayu kuno pada saat itu bukan hanya digunakan di Sumatra, melainkan
juga digunakan di Jawa (Arifin, 1988:3). 4

Beberapa hal yang bersejarah tentang bahasa Indonesia pada masa


sebelum kemerdekaan, antara lain :

1. Pada zaman kerajaan sriwijaya, bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa


kebudayaan, bahasa perhubungan, bahasa perdagangan serta bahasa
kerajaan (Arifin, 1988:4).
2. Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan sebagai
bahasa perhubungan masyarakat Indonesia. Pada masa ini, banyak surat
kabar yang diterbitkan dan ditulis dengan bahasa Melayu.
3. Pada tanggal 28 Oktober 1928 saat diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu telah diubah namanya menjadi “Bahasa Indonesia” oleh seluruh
pemuda di tanah air. Sehingga saat itu, bahasa Indonesia telah resmi
diakui menjadi bahasa persatuan dan bahasa nasional.
4. Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah melarang penggunaan bahasa
Belanda. Sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan di bidang politik
maupun pemerintahan. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa pengantar
dalam lembaga pendidikan serta untuk keperluan pengembangan IPTEK.

Peristiwa peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan


bahasa Melayu di Indonesia (sebelum merdeka), antara lain :

1. Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit
buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat). Badan ini pada tahun 1917 diubah menjadi
Balai Pustaka. Badan ini menerbitkan novel (seperti Siti Nurbaya dan

6
Salah Asuhan), buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan. Badan ini sangat membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.
3. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Hal ini merupakan pidato pertama
menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad.
4. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin
mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia
yang kemudian disebut “Bahasa Indonesia”
5. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
6. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru
Bahasa Indonesia.
7. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
2.3 Bahasa Indonesia Setelah Kedatangan Jepang

Keadaan pengajaran bahasa Indonesia—yang oleh pihak Belanda masih


disebut bahasa Melayu— di sekolah-sekolah masih terus seperti itu. Barulah
perubahan drastis terjadi setelah kedatangan Jepang ke Indonesia, awal Maret
1942. Jepang mengganti kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Berbagai
langkah kebijaksanaan pemerintahan pendudukan Jepang yang segera dijalankan
adalah menghapus semua jejak pemerintah Belanda. Di dalamnya, termasuk juga
persoalan bahasa. Instruksi dari Panglima Perang Bala Tentara Dai Nippon yang
dimuat bersamaan dengan edisi pertama surat kabar Asia Raja‚ (29 April
1942/2602) misalnya, jelas merupakan pengumuman pemerintah Jepang
mengenai kebijaksanaan yang akan dijalankan di wilayah Indonesia. Butir

7
keenam dari sepuluh butir maklumat itu berbunyi sebagai berikut: “Nama-nama
negeri dan kota diseloeroeh poelaoe Djawa jang mengingatkan kepada zaman
pemerintah Belanda almarhum ditoekar dengan nama-nama menoeroet kehendak
ra’jat.” Pengumuman sejenis, baik yang menyangkut pemberlakuan
kebijaksanaan politik pemerintah pendudukan Jepang, instruksi-instruksi,
peraturan-peraturan, maupun rencana perayaan hari-hari tertentu yang dianggap
dapat memberi semangat bagi perjuangan bangsabangsa Asia (baca: Jepang). Hal
ini kerap kali mengisi lembaran-lembaran halaman surat kabar Asia Raja.

Bagi pemerintah pendudukan Jepang, dalam soal bahasa yang akan


digunakan dalam urusan kedinasan, memang tidak ada pilihan lain, selain
memilih bahasa Indonesia. Pemerintah Jepang sendiri melarang digunakannya
bahasa Belanda, Inggris, atau bahasa negara-negara yang pro-Sekutu. Sementara
itu, bahasa Jepang sendiri sama sekali belum dikenal masyarakat Indonesia.
Wajar jika kemudian pemerintah Jepang menentukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi yang digunakan dalam berbagai urusan, baik kedinasan, maupun
urusan lain di luar itu. Langkah pertama yang dilakukan Pemerintah Jepang
adalah menerjemahkan buku-buku yang berbahasa pro-Sekutu ke dalam bahasa
Indonesia, termasuk di dalamnya bidang peristilahan. Sebagai realisasi dari
kebijaksanaan itu, tanggal 26 Oktober 1942, dibentuklah Komisi Istilah Bahasa
Indonesia. Salah satu tugas utamanya adalah menciptakan istilah- istilah dalam
bahasa Indonesia untuk menggantikan istilah-istilah bahasa Belanda dan Inggris.
Karya penting yang dihasilkan komisi ini adalah terkumpulnya 7000 istilah baru
bahasa Indonesia. Penerbit Kebangsaan Poestaka Rakyat, Jakarta, lalu
menerbitkannya sebagai Kamoes Istilah dalam dua jilid (I: Kamoes Istilah:
Asing—Indonesia, terbit 1945, II: Kamoes Istilah: Indonesia—Asing, terbit
1947) dengan Kata Pengantar Sutan Takdir Alisjahbana.

Kebijaksanaan Jepang yang menempatkan bahasa Indonesia sebagai


bahasa resmi dalam pemerintahan dan kehidupan sosial-politik telah
menempatkan bahasa Indonesia menjadi begitu penting. Sebulan setelah Jepang

8
menguasi wilayah Indonesia, pemerintah Jepang segera menerbitkan sejumlah
surat kabar dan majalah berbahasa Indonesia.Pada bulan Mei 1942, pemerintah
pendudukan Jepang mengeluarkan perintah bahwa semua toko, restoran, sekolah,
perusahaan, perhimpunan, dan sebagainya diharuskan mengganti papan nama,
tulisan dan reklame dengan yang berbahasa Jepang atau Indonesia.

Begitu pula, pada tahun 1942 itu, E. St. Harapan, penyusun Kitab Arti
Logat Melajoe, diminta segera menyusun kembali kamus itu. Terbitlah pada
tahun itu Kamoes Indonesia yang sebenarnya lebih merupakan edisi revisi Kitab
Arti Logat Melajoe karena di dalamnya memang ada penambahan beberapa entri.
Inilah kamus pertama yang memakai kata Indonesia dalam dunia perkamusan
Indonesia.72 Kamus yang tebalnya 452 halaman itu disusun hanya dalam waktu
70 hari. Waktu yang relatif singkat untuk penyusunan sebuah kamus. Namun,
tampak juga di sini bahwa kebutuhan kamus bahasa Indonesia waktu itu begitu
mendesak untuk segera menghapus segala pengaruh bahasa Belanda.

Mengenai bahasa Indonesia di persekolahan, pemerintah Jepang tetap


menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, di samping dipelajari
juga sebagai mata pelajaran, berdampingan dengan pelajaran bahasa Jepang.
Dalam usaha mempercepat penduduk Indonesia mempunyai kemahiran bahasa
Jepang, di hampir semua media massa yang terbit waktu itu disediakan pula
rubrik-rubrik pelajaran bahasa Jepang dengan terjemahan atau penjelasannya
dalam bahasa Indonesia.5

9
2.4 Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi
Sejalan dengan era globalisasi dan era informasi dewasa ini, kajian
tentang penggunaan Bahasa Indonesia secara lisan dan tulisan sangat penting.
Ada dua hal yang perlu dikaji dalam memandang Bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia.

1. Bahasa Indonesia dalam Perspektif Menggembirakan

Ada sebuah pernyataan menarik yang dikemukakan oleh Sugono (2002),


bahwa bahasa Indonesia menempati urutan ke-4 di dunia. Sugono menjelaskan
bahwa setelah bahasa Inggris, bahasa Mandarin (China), dan bahasa Prancis,
maka bahasa Indonesia yang menempati urutan ke-4. Jika dilihat dari besar
jumlah pendukung dan penuturnya. Bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, yang
digunakan lebih dari 216 juta penduduk Indonesia, lebih kurang 26 juta penduduk
Melayu Malaysia, digunakan oleh bangsa Berunai Darussalam, digunakan oleh
penduduk Melayu yang tinggal di Singapura, digunakan oleh sebagian
masyarakat yang tinggal di Filipina selatan, dan sebagian masyarakat di Afrika
selatan. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh jumlah penduduk yang begitu
besar sangat memungkinkan bahasa Indonesia mendapat perhatian dunia
internasional.6

Hal itu didukung pula oleh adanya 32 perguruan tinggi di dunia yang
membina dan mengembangkan bahasa Indonesia kepada mahasiswa dalam
proses pembelajarannya. Jika dunia internasional bersikap adil, maka bahasa
Indonesia sudah saatnya dijadikan bahasa dunia Internasional. Hal ini sangat
beralasan kata Sugono, karena di samping bangsa Indonesia terus meningkatkan
kemampuan SDM-nya dan mampu pula memanfaatkan SDA secara maksimal.6

Menurut Widada (2003), perkembangan bahasa Indonesia pada saat ini


memperlihatkan perubahan yang cukup pesat dan signifikan. Berbagai istilah dan
kosa kata dari disiplin ilmu tertentu telah mewarnai corak fungsi bahasa
Indonesia sebagai pendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

10
Setiap konsep dan gagasan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangannya dapat diungkapkan dalam bahasa Indonesia. Walaupun
demikian, tidak dapat dipungkiri pula bahwa pertumbuhan istilah dan kosa kata
dalam bahasa Indonesia itu dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang berada dalam percaturan dunia
internasional. Hal itu tentunya sesuatu yang wajar dan alamiah dalam setiap
bahasa yang hidup akibat adanya kontak antarbahasa dan antarbudaya yang ada.7

Menurut Syafi’ie (2003), walaupun pemerintah telah menetapkan UU No


22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, peranan bahasa Indonesia akan tetap
strategis, karena bahasa Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Negara dan
sebagai Bahasa Nasional. Seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan,
termasuk di dalamnya pengelolaan pendidikan di daerah dilaksanakan dalam
bahasa Indonesia.8

Ada hal yang menarik untuk diamati. Bagi kalangan penutur muda,
menggunakan bahasa Indonesia lebih dominan dan disukai daripada
menggunakan bahasa daerah. Salah satu alasannya adalah bahwa para pemuda
memang kurang menguasai bahasa daerah-nya, terutama di lingkungan
masyarakat yang bahasa deerahnya terdapat stratafikasi tutur bahasa (bahasa
Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Bali).

Di samping itu, ada beberapa hal yang menyebabkan para pemuda lebih
suka menggunakan bahasa Indonesia:

 Mobilitas yang tinggi dan kemudahan transportasi memungkinkan


mereka merantau ke luar daerah
 Pemakaian Bahasa Indonesia lebih memungkinkan mereka memperoleh
berbagai kemudahan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, terutama di
kota-kota besar pada lapangan pekerjaan yang formal.
 Memakai bahasa Indonesia menjadikan mereka lebih maju dan prestise.8

11
Bangsa Indonesia selalu bertekad menjunjung tinggi semua ketentuan
yang ada dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan termasuk
mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Oleh karena itu,
semua urusan negara yang resmi, seperti urusan tata usaha negera, peradilan,
penyelengaraan politik selalu menggunakan bahasa Indonesia. Di samping itu,
bahasa Indonesia juga digunakan dalam hubungan internasional; bahasa
Indonesia digunakan sebagai alat perhubungan tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan, pemerintahan, dan pelaksanaan pembangunan; bahasa
Indonesia digunakan sebagai prasyarat kecakapan untuk menduduki suatu
jabatan, menjadi pegawai negeri dan pegawai BUMN; serta bahasa Indonesia
harus digunakan pula pada papan nama berbagai perusahan pemerintah dan
swasta di seluruh wilayah Republik Indonesia. Di samping itu, sampai tahun
pelajaran 2008/2009 pemerintah masih mengevaluasi mata pelajaran bahasa
Indonesia secara nasional sebagai syarat mutlak bagi siswa untuk mendapatkan
STK dan STTB.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional Bahasa Indonesia dijadikan sebagai


garis kebijakan dalam penentuan jenis Bahasa pengantar atau objek studi.
Kebijakan ini berkaitan dengan:

 Bagaimana peserta didik memperoleh kemahiran dalam menggunakan


Bahasa kebangsaannya demi tercapainya perpaduan nasional dan
pemerataan kesempatan kerja.
 Bagaimana orang dapat memahami etnisnya sehingga ia dapat
menghayati dan melestarikan warisan budayanya
 Bagaimana orang dapat mempelajari jenis bahasa asing dengan bantuan
komunikasi bahasa Indonesia (Alwi, 2000:23). Dengan memperhatikan
berbagai perspektif yang menggembirakan dari bahasa Indonesia
tersebut, ada beberapa catatan penting yang dapat digaris bawahi:

12
 Bahasa Indonesia didukung oleh jumlah penutur yang besar. Bahasa
Indonesia dipelajari di dalam dan luar negeri, dan sangat memungkinkan
dijadikan sebagai Bahasa dunia internasional.
 Berbagai istilah dan kosa kata dari disiplin ilmu pengetahuan tertentu
telah mewarnai corak fungsi Bahasa Indonesia sebagai pendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Setiap konsep dan gagasan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangannnya dapat diungkapkan dalam bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia akan tetap strategis karena Bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai Bahasa Negara dan juga sebagai Bahasa Nasional.
 Digemari oleh kalangan penutur muda.
 Semua urusan negara yang resmi, seperti urusan tata usaha negara,
peradilan, penyelenggaraan politik selalu menggunakan Bahasa
Indonesia.
 Dalam Sistem Pendidikan Nasional bahasa Indonesia dijadikan garis
kebijakan dalam penentuan jenis bahasa pengantar atau objek studi.
2. Bahasa Indonesia dalam perspektif persimpangan jalan

Gunarwan (2000) menyatakan bahwa bahasa Indonesia meskipun sudah


tergolong sebagai bahasa modern, tetapi dalam kenyataannya belum dapat
berfungsi sebagai komunikasi dalam arti yang seluas-luasnya. Kenyataan itu
dapat dibuktikan ketika orang Indonesia berkomunikasi mengglobal masih
menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Dari permasalahan itu
timbul pertanyaan “Apakah keberadaan bahasa Inggris akan mengancam
kedudukan bahasa Indonesia?” Dihadapkan dengan pertanyaan ini Gunarwan
hanya menyatakan bahwa persaingan tersebut secara tidak langsung memang
membuat posisi bahasa Indonesia cenderung terdesak. Gunarwan juga
mengadakan perbandingan kekuatan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan
variabel kekuasaan bahasa, daya tarik bahasa, dan tekanan bahasa. Dari
perbandingan itu menunjukkan bahwa hampir semua lini posisi bahasa Inggris

13
lebih unggul dari bahasa Indonesia. Pada aspek kekuasaan bahasa, dengan
menggunakan enam indikator: demografi, dispersi, mobilitas, ekonomi, idiologi,
dan kebudayaan, ternyata lima di antaranya bahasa Inggris lebih berkuasa
daripada bahasa Indonesia. Hanya satu-satunya menunjukkan kesetaraan adalah
aspek idiologi, itu pun masih berupa tanda tanya.9

Lebih menarik diperhatikan saat ini, setiap sekolah baik negeri maupun
swasta dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi telah
membelajarkan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran atau matakuliah
penting di sekolah tersebut. Bahkan sudah ada issu bahwa beberapa yayasan akan
menerapkan bahasa pengatar SLTP dengan menggunakan bahasa Inggris. Ironis
sekali, karena satu sisi bangsa Indonesia merasa perlu mempelajari bahasa
Inggris dan memanfaatkannya sebagai wahana komunikasi internasional untuk
mengejar ketinggalan dari bangsa lain, pada sisi lain kita harus mempertahan
bahasa Indonesia agar tetap kuat, dicintai, dan dikembangkan supaya sejajar
dengan bahasa modern dunia internasional lainnya.

Dengan kenyataan itu Gunarwan membuat kesimpulan bahwa bahasa


Inggris berpotensi mengancam kedudukan bahasa Indonesia. Hal ini dapat
dipahami bahwa semakin penting bahasa Inggris di mata orang Indonesia pada
umumnnya, maka ia dapat mengurangi loyalitas orang Indonesia pada bahasa
Indonesia. Ini dapat dimengerti karena nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme berdasarkan bahasa yang sudah ada di wilayah Indonesia. Loyalitas
orang Indonesia akan menurun dalam wujud rasa hormat atau ikatan sentimental
kepada bahasa Indonesia dapat pula menurunkan kadar nasionalisme orang
Indonesia.9

Apabila diamati secara seksama memang bahasa Inggris saat ini


menduduki posisi yang sangat penting. Bahasa Inggris sebagai wahana
komunikasi internasional paling luas pemakaiannya, yang meliputi bahasa ilmu
pengetahuan, bahasa ekonomi, bahasa teknologi, dan bahasa politik dan budaya.

14
David Gladol (dalam Ali Saukah, 2003) mengemukakan beberapa informasi
penting tentang peran bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional,
dengan data-data sebagai berikut:

 Bahasa Inggris sebagai bahasa pertama digunakan di 43 negara, dengan


jumlah penutur lebih kurang 375 juta orang
 Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua digunakan di 63 negara, dengan
kecenderungan sebagai penutur bahasa kedua pada bahasa tersebut
menjadi penutur bahasa pertama,
 Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa asing oleh lebih kurang 750 juta
orang di berbagai negara,
 Ada 19 negara di antara negara-negara yang penduduknya menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa asing berubah menjadi bahasa Inggris
sebagai bahasa pertama,
 Peran bahasa Inggris di dunia internasional bertambah kuat dengan
kenyataan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa utama dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi,
 Lebih kurang 28% buku-buku di dunia diterbitkan dengan menggunakan
bahasa Inggris.10

Menurut Syafi’ie (2003) masyarakat Indonesia yang berada pada strata


sosial menengah ke atas cenderung berusaha menguasai bahasa Inggris. Berbagai
alasan yang mereka kemukakan, di antaranya:

 Adanya motivasi sosial untuk masuk ke dalam pergaulan di kalangan elite


masyarakat, karena adanya citra elite, intelektual, maju, dan sejenisnya;
 Adanya motivasi ekonomi untuk memungkinkan memperoleh
kesempatan yang lebih luas mendapatkan berbagai jenis pekerjaan yang
ditawarkan berbagai perusahaan yang pada umumnya mempersyaratkan
kemampuan penguasaan bahasa Inggris secara aktif;

15
 Adanya motivasi pedagogis untuk menyerap berbagai ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan berbagai motivasi itu, kecenderungan masyarakat
untuk menguasai bahsa Inggris semakin meningkat.8

Arus globalisasi melaju dengan pesat dan cepat. Kecepatan itu ditandai
dengan munculnya berbagai konsep dan gagasan baru tentang ilmu pengetahuan
dan teknologi, yang di dalamnya termasuk Iptek di Indonesia. Perkembangan
Iptek berkaitan erat dengan perkembangan bahasa sebagai sarana pendukungnya.
Arus globalisasi akan berdampak pada perkembangan bahasa Indonesia
(Abdullah, 2000).

Perkembangan dan penggunaan bahasa Indonesia pada era globalisasi


dan infor-masi ini mendapat tantangan yang cukup berarti. Tantangan itu boleh
jadi datang dari bangsa Indonesia sendiri atau datang dari luar Indonesia akibat
perkembangan ilmu pengetahaun dan teknologi serta hubungan internasional
yang sangat global. Tantangan dari bangsa Indonesia dapat berwujud:

 Dimungkinkannya disintegrasi bangsa, daerah-daerah tertentu


menginginkan berdiri sendiri dan menggunakan bahasa daerahnya
sebagai pengganti bahasa Indonesia;
 Dimungkinkan bangsa Indonsia ke depan lebih mencintai bahasa asing,
terutama bahasa Inggris sebagai alat berkomunikasi, dan secara
berangsur-angsur meninggalkan bahasa Indonesia.
 Tantangan yang datang dari luar bangsa Indonesia dimungkinkan akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya hubungan
perdagangan bebas dan ekonomi global, komunikasi hubungan
internasional sangat mendesak bangsa Indonesia supaya menguasai
bahasa asing, dan tuntutan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak
dan menjanjikan dengan persyaratan penguasaan bahasa asing secara
aktif.11

16
Masih terbuka kemungkinan bahasa Indonesia semakin tersingkirkan
akibat faktor-faktor lain. Hal-hal itu akan terjadi apabila tidak ada komitmen
yang kukuh dari bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengembangkan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan kebanggaan bagi bangsa
Indonesia. Di samping itu harus adanya kemampuan bangsa Indonesia tampil
sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Sebagaimana dua negara Asia yang
telah menjadi macan Asia saat ini, yakni Negara Jepang dan negara Korea
Selatan. Kedua negara tersebut, kalau dilihat dari jumlah penutur dan pendukung
bahasa kedua negara jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan penutur dan
pendukung bahasa Indonesia, tetapi dengan perkembangan teknologinya bangsa
lain berusaha mempelajari bahasa kedua negara tersebut.

2.5 Pengaruh Bahasa Inggris di Era Global

Memasuki era globalisasi dan informasi, bangsa Indonesia dituntut


mampu bersaing denga bangsa-bangsa lain dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam era ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi suatu
keharusan karena dapat menentukan kemampuan suatu bangsa untuk menang
dalam persaingan. Indonesia sebagai negara yang baru berkembang tidak
mustahil menerima pengaruh tersebut. Kemudian masuklah ke dalam bahasa
Indonesia istilah-istilah atau kata-kata asing, karena memang pengertian dan
makna yang dimaksudkan oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa
Indonesia (Marsudi, 2009). Mampu berbicara denga baik dan lancar bahasa
Inggris tidak lagi menjadi nilai tambah, namun sudah menjadi tuntutan atau
kebutuhan bagi setiap orang di era globalisasi saat ini. Ini karena pengaruh bahasa
Inggris di hampir semua aspek dalam kehidupan. Bahasa Inggris sekarang bukan
lagi hal yang sangat tidak biasa, tapi bahasa Inggris telah menjadi norma terutama
di era globalisasi.12

Bahasa Inggris menurut Riani (2014) adalah sebuah bahasa yang


merupakan bahasa resmi dari Negara Inggris. Namun, seiring denga
meningkatnya teknologi bahasa Inggris menjadi dikenal banyak orang. Dapat

17
disimpulkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan oleh Inggris
dan negara-negara persemakmurannya yang terus berkembang hingga menjadi
bahasa internasional yang paling banyak digunakan di dunia. Bahasa Inggris
tidak hanya sebagai persyaratan akademis untuk penguasaan terbatas dalam
aspek pengetahuan bahasa, tapi juga sebagai bahasa teknologi dan sains. Artinya
bahasa Inggris digunakan untuk berkomunikasi dan diekstrak dalam sains dan
teknologi. Sepertinya sebagian besar menggunakan bahasa Inggris, dan bahkan
beragam dokumen dan pedoman teknis untuk penggunaan dan peningkatan
perangkat yang bisa berbahasa Inggris. 13

Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali


dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap
perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai
berikut: pertama, eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa
gaul. Dalam pergaulan Internasional, Bahasa Indonesia mewujudkan identitas
bangsa Indonesia. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin
pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan
terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak
adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi
muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. (Rahayu, 2015)
Sebagai bahasa pengantar internasional, bahasa Inggris tidak hanya disebut
media komunikasi global, namun juga memainkan peran yang lebih penting
dalam pendidikan, bisnis, diplomasi, teknologi, perdagangan, industri,
perbankan, komputasi, kedokteran, penerbangan, teknik, budaya, sosial.
instruksi, bahkan dalam semua aspek kehidupan. Kebanyakan orang percaya
bahwa era globalisasi sangat penting untuk menguasai setidaknya bahasa Inggris
atau bahasa asing lainnya.14

Melihat kenyataan, kemampuan bahasa Inggris akan menjadi faktor


penyumbang kesuksesan dalam bidang akademik dan pekerjaan. Oleh karena itu,
di era globalisasi ini penting untuk belajar bahasa Inggris atau bahasa asing

18
lainnya. Klaim lain bahwa jika tanpa penguasaan bahasa Inggris itu baik, sebuah
negara tidak akan maju. Sosiolinguistik mempunyai peran yang dominan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk penutur asing. Oleh karena
banyaknya ragam bahasa Indonesia maka pengajar bahasa Indonesia untuk orang
asing harus juga mengajarkan bahasa Indonesia berdasarkan tempat dan konteks
sosialnya selain bahasa Indonesia ragam baku. Dengan demikian, mahasiswa
asing tidak akan banyak mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dalam
masyarakat sehari-hari. Sebaiknya dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk
orang asing disesuaikan juga dengan konteks sosialnya bukan sekedar bahasa
Indonesia formal.15

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari sepanjang sejarah Bahasa Indonesia dari sebelum masa kolonial,


bahasa Indonesia adalah sebuah variasi dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di
Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Selain itu, perkembangan Bahasa Indonesia pada masa kolonial


dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti yang menggunakan bahasa Melayu
kuno. Prasasti tersebut merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Hal
ini menunjukkan bahwa Bahasa Melayu kuno merupakan alat komunikasi yang
dipakai oleh masyarakat pada zaman Sriwijaya.

Penggunaan Bahasa Indonesia pada masa era globalisasi, Bahasa


Indonesia digunakan oleh sejumlah penduduk yang begitu besar sangat
memungkinkan bahasa Indonesia mendapat perhatian dunia internasional
termasuk dalam bentuk kajian lisan dan tulisan.

3.2. Saran

Mahasiswa pada masa millenial ini diharapkan bisa mengetahui lebih


dalam tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Putrayasa, I. N. (2018). Sejarah Bahasa Indonesia.

2. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. (n.d.). Sekilas Tentang


Sejarah Bahasa Indonesia. Retrieved Agustus 20, 2019, from Badan
Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan:
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Se
kilas%20Tentang%20Sejarah%20Bahasa%20Indonesia

3. Kunarto, E. (n.d.). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


UNJA.

4. Soedradjad, R.. Bab III : Bahasa Indonesia dalam Tulisan Ilmiah


5. Suharsono. 2001. “Bahan Kuliah Bahasa Indonesia.” Hand-out. Fakultas
Ilmu Budaya. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada,
6. Sugono Dendy. 2002. Bahasa Indonesia Urutan Keempat di Dunia.
http://www.icmi.or. id/berita-091002.htm
7. Widada, Hs. 2003. Reaktualisasi Peran Bahasa Indonesia dalam Konteks
Lokal dan Global. Makalah disampaikan pada Kongres Bahasa Indonesia
VII, Jakata 14-17 Oktober 2003.
8. Syafi’ie, Imam. 2003. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Perspektif
Globalisasi dan Otonomi Daerah. Makalah disampaikan pada Pertemuan
Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia XXV Perguruan Tinggi Negeri dan
Perguruan Tinggi Swasta Se-Indonesia di Yogyakarta 6-7 Oktober 2003.
9. Gunarwan, Asim. 2003. Bahasa Indonesia Belum Jadi Bahasa Komunikasi
Luas.http://www.kompas .com/kompas-cetak/0003/11/dikbud/baha09.htm.
10. Saukah, Ali. 2003 Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia. Malang:
Universitas Malang.
11. Suyanto. 2002. Tantangan Global Pendidikan Nasional. Makalah
Disampaikan pada 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R Tilaar, M.Sc.Ed.
12. Marsudi. 2009. Jati Diri Bahasa Indonesia di Era Globalisasi Teknologi
Informasi. Jurnal Sosial Humaniorah Vol.2, No.2. November 2009

21
13. Riani. 2014. “Dominasi Bahasa Inggris pada Nama Badan Usaha di
Yogyakarta”.
14. Rahayu, Putri. 2015. Menumbuhkan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dalam Pendidikan dan Pengajaran”
15. Saddhono, Kundharu. 2012. “Pengembangan Buku Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing: Studi Kasus di Universitas Sebelas Maret (The Development
of Indonesian Language Textbooks for Foreign Students:A Case Studies in
Sebelas Maret University) dalam The 3rd AISOFOLL di Jakarta 30 Oktober
-1 November 2012 oleh SEAMEO QITEP.

22

Anda mungkin juga menyukai