Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN KHALIFAH

Khalifah adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW (570–632). Kata "Khalifah" (‫ خليفة‬Khalīfah) sendiri dapat
diterjemahkan sebagai "pengganti" atau "perwakilan". Pada awal keberadaannya,
para pemimpin Islam ini menyebut diri mereka sebagai "Khalifat Allah", yang berarti
perwakilan Allah (Tuhan). Akan tetapi pada perkembangannya sebutan ini diganti
menjadi "Khalifat rasul Allah" (yang berarti "pengganti Nabi Allah") yang kemudian
menjadi sebutan standar untuk menggantikan "Khalifat Allah". Meskipun begitu,
beberapa akademisi memilih untuk menyebut "Khalīfah" sebagai pemimpin umat
Islam tersebut.

Khalifah juga sering disebut sebagai Amīr al-Mu'minīn (‫ )المؤمنين أمير‬atau "pemimpin
orang yang beriman", atau "pemimpin orang-orang mukmin", yang kadang-kadang
disingkat menjadi "amir".
Setelah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), kekhalifahan yang dipegang berturut-turut oleh
Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Kesultanan Utsmaniyah, dan beberapa
kekhalifahan kecil, berhasil meluaskan kekuasaannya sampai ke Spanyol, Afrika
Utara, dan Mesir.

Khalifah berperan sebagai pemimpin ummat baik urusan negara maupun urusan
agama. Mekanisme pemilihan khalifah dilakukan baik dengan pemilu ataupun
dengan majelis Syura' yang merupakan majelis Ahlul Halli wal Aqdi yakni para ahli
ilmu (khususnya keagamaan) dan mengerti permasalahan ummat. Sedangkan
mekanisme pengangkatannya dilakukan dengan cara bai'at yang merupakan
perjanjian setia antara Khalifah dengan ummat.

Khalifah memimpin sebuah Khilafah, yaitu sebuah sistem pemerintahan yang begitu
khas, dengan menggunakan Islam sebagai Ideologi serta undang-undangnya
mengacu kepada Al-Quran & Hadist.
Secara ringkas, Imam Taqiyyuddin An Nabhani (1907-1977) mendefinisikan Daulah
Khilafahsebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum Syariat Islam dan mengembang risalah Islam ke seluruh
penjuru dunia (Imam Taqiyyuddin An Nabhani, Nizhamul Hukmi fil Islam, hal. 17).
Dari definisi ini, jelas bahwa Daulah Khilafah adalah hanya satu untuk seluruh dunia.
Jabatan dan pemerintahan kekhalifahan terakhir, yaitu kekhalifahan Utsmani
berakhir dan dibubarkan dengan pendirian Republik Turki pada tanggal 3 Maret
1924 ditandai dengan pengambilalihan kekuasaan dan wilayah kekhalifahan
oleh Majelis Besar Nasional Turki, yang kemudian digantikan oleh Kepresidenan
Masalah Keagamaan (The Presidency of Religious Affairs) atau sering disebut
sebagai Diyainah.
PERANAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada
dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia
sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua,
memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun (ar ri’ayah).

1. Memakmurkan Bumi

Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT.


Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-
luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat
dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar
tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi
itu.

2. Memelihara Bumi

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan
akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara
dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi
kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan
sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu
dihindari.

Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia


mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau
penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah
agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya.
Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).

Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk


memelihara bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih
banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh
sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini
sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW
dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari
pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah
sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi :
Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:
“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali
dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang
besar“. (QS Al Isra : 4)

Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan
menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak
melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT
karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang
berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash :
7)
KEPEMIMPINAN UMAT ISLAM PASCA NABI WAFAT

1. Pengertian Khulafaur Rasyidin


Kata Khulafaur rasyidin berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata khulafa’ (‫)خلفاء‬dan ar-rasyidin(‫)الراشدين‬. Kata khulafa’ adalah bentuk jamak dari
kata khalifah(‫)خليفة‬. Kata khulafa’berarti banyak khalifah, sedangkan kata khalifah
menurut bahasa pemimpin atau pengganti, maksudnya adalah orang yang berada di
belakang seseorang.
Kata ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari kata ar-rasyid (‫)الراشد‬. Kata ar
rasyidin berarti orang yang mendapat petunjuk (hidayah), sedangkan kata ar-
rasyid menurut bahasa berarti orang yang benar, lurus atau pintar, serta arif dan
bijaksana.
Jadi pengertian khulafaur rasyidin (‫ )الراشدين خلفاء‬adalah orang-orang yang ditunjuk
sebagai pengganti atau pemimpin yang benar, lurus atau pintar, serta memperoleh
petunjuk (hidayah), dan arif lagi bijaksana.
Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad sebagai kepala pemerintahan dan kepala
Negara diemban oleh sahabatnya secara berturut-turut. Termasuk penggantinya
inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan,
Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang mendapat petunjuk. Keempatnya
adalah Abu Bakar (memerintah 632-634 M), Umar bin Khattab (memerintah 634-
644 M), Usman bin Affan (memerintah 644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib
(memerintah 656-661 M).

Istilah Khulafaur Rasyidin dapat kita jumpai dalam hadits Rasulullah. Nabi bersabda
sebagaimana berikut:

‫ قيل ما‬,‫ أهل السنة والجماعة‬: ‫ ما هي يا رسول هللا ؟ قال‬: ‫” ستفرق أمتي على ثالثة و سبعين كلهم في النار اال واحدة ً قيل‬
”‫هي يا رسول هللا ؟ قال ما على سنتي و سنة الخلفاء الراشدين‬

Artinya : “umatku akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan


ditempatkan di neraka kecuali satu golongan. “Apa yang satu golongan itu?”
Tanya seorang sahabat. Nabi SAW menjawab: “kelompok ahlus sunnah wal
jamaah” sahabat bertanya lagi,”siapakah mereka?” nabi menjawab, “mereka yang
taat kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin”.
Tidak lama Khulafaur Rasyidin menjadi penerus nabi. Hanya 31 tahun dimulai dari
tahun 632 M dan berakhir tahun 661 M. namun 31 tahun tersebut sangat
menentukan bagi keberadaan Islam. Masa itu adalah masa konsolidasi dan masa
pemantapan dasar-dasar Islam dan peradabannya. Khulafaur Rasyidin yang berhasil
menyelamatkan akidah Islam dari pembangkangan kaum murtad dan nabi palsu.
Khulafaur Rasyidin pula yang pertama kali berhasil membawa Islam keluar dari
kungkungan padang pasir Jazirah Arab untuk menaklukkan Persia, Syam dan Mesir.
Sejarah tentu akan lain jika pada saat itu Khulafaur Rasyidin gagal menunaikan
tugasnya.

1. 1. Khalifah Pertama: Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/ 632-634 M)


2. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak berwasiat apapun tentang siapa yang akan
menjadi khalifah pengganti nabi. Persoalan yang besar ini beliau serahkan kepada
musyawarah umat Islam.[1] Setelah nabi wafat, golongan Anshor bermusyawarah
dibalai Bani Sa’idah dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah berpendapat bahwa
kepemimpinan umat Islam sepatutnya dipegang oleh golongan Anshor, dari
golongan Muhajirin bermusyawarah di masjid Nabawi dipimpin oleh Umar bin
Khattab, berpendapat bahwa yang sepantasnya memimpin umat Islam dari golongan
Muhajirin.
Perbedaan tersebut dapat didamaikan dengan ucapan dari Abu Ubaidah yang
mengatakan : “Hai kaum Anshar, kamu adalah orang yang pertama menolong dan
membela, maka janganlah pula kamu yang pertama merusakkannya”. Dengan sadar
maka bersatulah antara golongan Anshar dan golongan Muhajirin dengan
mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah secara aklamasi, yang pertama didahului
dengan jabatan tangan Umar bin Khattab yang diikuti oleh sahabat-sahabat yang
lain.

Keesokan harinya barulah dilakukan baiat umum di Masjid Nabawi . Pidato Abu
Bakar setelah dibaiat adalah: “Wahai manusia, saya telah diangkat sebagai Khalifah,
padahal saya bukanlah orang yang terbaik di antara kamu, maka jikalau aku
menjalankan tugasku dengan baik aka ikutilah aku, jika saya berbuat salah maka
betulkanlah aku.[2]
1. Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah sahabat Nabi SAW yang paling utama. Pengalamannya amat luas
dan jasanya amat besar terhadap agama. Dia adalah seorang bangsawan Quraisy,
berkedudukan tinggi dalam kaumnya, hartawan dan dermawan. Jabatannya dikala
nabi masih hidup, selain menjadi saudagar yang kaya, ia adalah ahli nasab dan ahli
hukum yang jujur. Dia telah merasakan pahit getirnya hidup bersama rasulullah
sampai pada hari wafatnya Rasulullah. Ialah yang diserahi untuk menjadi imam
shalat, karenanya umat Islam memandang ialah yang paling berhak menjadi khalifah
daripada yang lainnya.
Selain itu, Abu Bakar adalah orang yang sederhana, jabatannya sebagai khalifah
tidak menyebabkannya hidup bermewah-mewah. Ia tidak mau menyalahgunakan
jabatannya sebagai penguasa untuk memperkaya dirinya sendiri ataupun
keluarganya. Ia meninggal dalam kesederhanaan.

1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Abu Bakar Ash-Siddiq


Jasa-jasa Abu Bakar adalah:

1) Memberantas nabi-nabi palsu

2) Memerangi orang-orang yang ingkar zakat, yang beranggapan bahwa


membayar zakat hanya kepada nabi Muhammad, setelah nabi wafat tidak ada lagi
kewajiban.

3) Memberantas orang-orang murtad, yang belum memahami tentang Islam.

4) Menghimpun Al Qur’an atas usulan Umar bin Khattab dengan alasan:

a) Banyak penghafal Al Qur’an yang gugur syahid.

b) Tulisan yang ada di pelepah-pelepah kurma, batu-batu tulang, dikhawatirkan


rusak dan hilang.

c) Untuk menjaga kemurnian Al Qur’an, penulisan tersebut diserahkan kepada


Zaid bin Tsabit dan disimpan oleh khalifah Abu Bakar.

5) Memperluas wilayah penyebaran agama Islam ke Hiroh (dijadikan pusat


pertahanan dan ibu kota di luar Arab), Anbar dan Persia, Daumatul Jandal, Yarmuk,
Syam (pernah dikuasai tentara Romawi), dan Syria. Abu Bakar menugaskan empat
panglima perangnya untuk menguasai Syria dari Romawi Timur yang dipimpin oleh
Kaisar Heraklius. Mereka adalah Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di
Damaskus, Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Horns, Amr bin Ash ditugaskan di
Palestina, dan Surahbil bin Hasanah di Yordan.[3]
Peninggalan Abu Bakar:

1) Mushaf Al Qur’an.

2) Wilayah kekuasaan Islam.


3) Semangat, tekad, sikap untuk berpegang pada kebenaran dan berkorban jiwa
harta demi membela agama Islam.[4]

1. 2. Khalifah Kedua: Umar bin Khattab (13-23 H/ 634-644 M)


2. Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukkan Syam, Abu
Bakar jatuh sakit. Saat itulah Abu Bakar berfikir untuk menunjuk satu orang sebagai
penggantinya. Pilihannya jatuh pada Umar bin Khattab, pandangannya yang jauh
membuat Abu Bakar yakin bahwa Umar adalah yang tepat untuk menggantikannya.

Meskipun begitu, sebelum menentukan Umar, Abu Bakar meminta penilaian para
sahabat besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdur Rahman bin Auf, Usman
bin Affan dan Asid bin Hudhair Al-Anshary, Said bin Zaid, dan sahabat-sahabatnya
dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya mereka menyepakati pilihan
Abu Bakar.[5] Dengan meninggalnya Abu Bakar pada hari Senin tanggal 23 Agustus
624 M dalam usia 63 tahun, maka pemerintahan Islam langsung dipegang oleh
Umar bin Khattab yang telah ditunjuk oleh Abu Bakar dan disetujui oleh seluruh
umat Islam secara aklamasi dengan tidak meninggalkan asas demokrasi Islam.
Dengan hati yang ikhlas mereka semua ikut membaiat Umar sebagai Khulafaur
Rasyidin II.[6]Maka demikianlah, kaum muslim pada tahun 634 M(13 H) membaiat
Umar sebagai Khalifah.
1. Keutamaan Umar bin Khattab
Umar adalah seorang yang keras dan tegas. Karena ketegasan dan kekerasannya
membedakan yang benar dari yang salah, ia dijuluki dengan “Al-Faruq”, artinya
pembeda antara yang benar dan yang salah. Bahkan ia pernah menghukum cambuk
anaknya sendiri karena meminum khamr. Bagi Umar, ketegasan pelaksanaan hukum
harus dikenakan tehadap siapapun tanpa pandang bulu. Khalifah Umar juga
gampang tersentuh hatinya melihat kesusahan umatnya. Ia juga seorang pemimpin
yang rendah hati, demi memperhatikan kesejahteraan umatnya, Umar tidak segan-
segan meninjau langsung kondisi kesejahteraan umat. Itulah kebijaksanaan Umar
saat menjabat sebagai khalifah.

1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Umar bin Khattab


1) Umar bin Khattab membagi daerah Islam menjadi beberapa wilayah atau
propinsi yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur:
 Propinsi Kufah dipimpin Sa’ad bin Abi Waqosh.
 Propinsi Basrah dipimpin Utbah bin Khazwan.
 Propinsi Fustat (Mesir) dipimpin Amru bin Ash.
2) Membentuk dewan-dewan.

3) Menetapkan tahun Hijriyah sebagai tahun baru Islam.

4) Membangun dan memperindah masjid-masjid seperti: Masjidil Haram, Masjid


Nabawi, Masjid Amru bin Ash di Mesir.[7]

1. 3. Khalifah Ketiga: Usman bin Affan (23-35 H/ 644-656 M)


2. Proses Pengangkatan Usman bin Affan Sebagai Khalifah
Ketika Umar merasakan ajalnya sudah dekat, ia menunjuk enam orang sahabatnya
yang terpilih menjadi dewan di zamannya. Salah satu dari sahabat itu dipilih dan
yang mendapat suara tebanyak akan menjadi Khalifah. Enam orang calon sebagai
penggantinya terdiri dari:

 Usman bin Affan


 Ali bin Abi Thalib
 Thalhah bin Ubaidillah
 Zubair bin Awwam
 Sa’ad bin Abi Waqqash
 Abdurrahman bin Auf.
Dewan ini bertugas memilih salah seorang di antara mereka yang akan
menggantikan sebagai Khalifah ketiga. Abdur Rahman bin Auf ditunjuk sebagai
ketua panitia pemilihan, sedangkan proses pemilihan adalah musyawarah untuk
mufakat.

Pada hari Rabu waktu Shubuh, 4 Dzulhijjah 23 H, Khalifah Umar yang hendak
mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya ditikam oleh Abu
Lu’luah Fairus, seorang budak dari Persia, milik Mughirah bin Syu’ban. Abu Lu’luah
menikam Umar karena merasa kesal dengan kata-kata Umar kepadanya sehari
sebelumnya.[8]
Sesudah Umar wafat, Abdur Rahman bin Auf memulai tugasnya dengan
menghimpun pendapat dari anggota dewan dan dari pemuka-pemuka Muhajirin dan
Anshar, begitu pula mendengar pendapat dari rakyat kecil. Dari usahanya itu,
disampaikan bahwa umumnya kaum muslimin mencalonkan dua orang unggulan
yaitu Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Dalam pemilihan timbul kesulitan dalam menetapkan calon Khalifah. Kesulitan


tersebut timbul karena:

1) Berdasarkan pendapat umum, mayoritas masyarakat menginginkan Usman bin


Affan menjadi khalifah.

2) Di kalangan anggota dewan timbul perbedaan pendapat. Abdur Rahman bin


Auf cenderung memilih Usman bin Affan, sedangkan Sa’ad bin Abi Waqosh memilih
Ali bin Abi Thalib.

3) Thalhah bin Ubaidillah, salah satu diantara enam calon khalifah masih berada
di luar kota, sehingga belum diketahui pendapatnya.

Bekat ketekunan dan kebijaksanaan Abdur Rahman bin Auf, maka terpilihlah
Usman bin Affan menjadi Khalifah pada usia 70 tahun pada tahun 23 H (644 M),
kemudian Ali-pun mengucapkan baiat kepada Usman bin Affan.[9]
Pada hari Rabu waktu Shubuh, 4 Dzulhijjah 23 H, Khalifah Umar yang hendak
mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya ditikam oleh Abu
Lu’luah Fairus, seorang budak dari Persia, milik Mughirah bin Syu’ban. Abu Lu’luah
menikam Umar karena merasa kesal dengan kata-kata Umar kepadanya sehari
sebelumnya.

1. Keutamaan Usman bin Affan


Usman bin Affan termasuk salah seorang yang pertama masuk Islam . ia pernah
menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu dan di zaman Abu Bakar ia
menjadi penasihat Khalifah. Usman bin Affan juga terkenal dengan kesholehan dan
kejujurannya dalam agama. Dia pernah menafkahkan sebagian hartanya untuk
memajukan Islam. Dia disayangi oleh Rasulullah sampai dinikahkan dengan
putrinya Ruqayyah , setelah Ruqayyah wafat dinikahkan dengan putrinya yang lain
Ummu Kultsum. Oleh karena itu Usman diberi gelar Dzun Nurain yang artinya
mempunyai dua cahaya dan pernah hijrah dua kali ke Habasyah dan ke Madinah.
1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Usman bin Affan
Jasa-jasanya adalah:

1) Membangun dan memperindah Masjid Nabawi di Madinah.


2) Mengadakan penulisan dan penggandaan Al Qur’an yang dikenal
dengan Mushaf Usmani atau Mushaf al Imam. Panitia penggandaan terdiri dari:
Zaid bin Tsabit sebagai ketua dengan anggotanya yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin
Ash, dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Hasilnya sebanyak lima mushaf, satu
disimpan oleh Khalifah Usman, sisanya masing-masing dikirim ke Makkah, Syria,
Basrah dan Kufah.
3) Membangun angkatan laut yang tangguh untuk menangkis serangan musuh
terutama melawan pasukan Romawi yang ingin merebut kota Iskandariyah.

4) Memperluas wilayah Islam sampai ke Armenia, Afrika (Tunisia), Tripoli (Libya)


dan Azerbaijan serta kepulauan Cyprus kemudian dilanjutkan ke Konstantinopel,
Turki dan negara-negara Balkan (Yugoslavia dan Polandia).

Usman adalah orang yang lemah lembut dan dermawan. Namun dikarenakan
kelembutan dan sifat dermawannya tersebut, Usman bin Affan banyak
dimanfaatkan oleh family-familinya dalam menduduki jabatan pemerintahan
sehingga terkenal dengan family system. Akhir pemerintahan Usman muncul
seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam dengan tujuan mengadu domba umat
Islam untuk menghancurkan Islam. Orang tersebut bernama Abdullah bin Saba’
yang menyebarkan fitnah kesana kemari yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah
Usman oleh Al Ghofiqi.[10]
1. 4. Khalifah Keempat Ali bin Abi Thalib (35 – 40 H/ 656 – 661 M)
2. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Saat akhir kepemimpinan Khalifah Usman, banyak sekali terjadi fitnah disana sini.
Kaum pemberontak mengepung rumah Usman bin Affan. Beberapa sahabat yang
utama mengirim putra masing-masing untuk melindungi jiwa Khalifah Usman bin
Affan. Setelah pengepungan sampai pada hari ke delapan belas, Usman meminta
bantuan kepada Muawiyah dan kepada wali-wali lain. Mengetahui hal tersebut, para
pemberontak kian marah dan sebagian mereka masuk kediaman Khalifah Usman.
Mereka memukul Khalifah Usman dengan pedang sehingga membawa kematiannya
dan merampas hartanya, keadaan kacau dan berbaur antara anti Usman dan pro
Usman. Kejadian nista yang menyedihkan itu terjadi pada tahun 35 H (656 H).

Selain itu Ali bin Abi Thalib juga mengirim anaknya Hasan dan Husain untuk ikut
melindungi Usman. Namun itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa
Khalifah Usman. Pembunuhan secara keji ini menyisakan suasana mencekam,
terutrama di Madinah. Tidak ada satu pemimpin yang bisa menunjukkan apa yang
harus dilakukan. Keadaan ini berlangsung beberapa kali. Beberapa sahabat seperti
Zubair bin Awwam dan Tholhah bin Ubaidillah ingin membaiat Ali sebagai khalifah.
Namun Ali belum mengambil tindakan apapun.

Setelah didesak terus-menerus, akhirnya Ali bersedia dibaiat sebagai Khalifah pada
24 Juni 656 M bertempat di Masjid Nabawi.

1. Keutamaan Ali bin Abi Thalib


Ali adalah seorang yang zuhud dan sederhana. Ia tidak senang dengan kemewahan
hidup, bahkan menentangnya. Ali bin Abi Thalib adalah perwira yang tangkas,
cerdas, tangkas, teguh pendirian, dan pemberani. Tak ada yang meragukan
keperwiraanya. Berkat keperwiraannya tersebut, Ali mendapat
julukan Asadullah yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-
segan mengganti pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat
Islam.
1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Ali bin Thalib
Jasa-jasanya adalah:

1) Khalifah Ali mengganti gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman yang
kebanyakan dari family-famili khalifah tanpa memperhatikan kemampuan, keadilan
dan akhlak mereka (hanya mementingkan pribadinya). Tindakan ini menimbulkan
akibat antara lain munculnya tiga golongan (golongan Ali, golongan Aisyah, dan
golongan Zubair dan Tholhah., meletusnya perang Jamal, perselisihan antara Ali dan
Muawiyah dan terjadinya perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin ini, muncullah
Khawarij dan Syiah.[11]
2) Menarik kembali tanah milik Negara dan harta baitul Mal yang dibagi-bagikan
kepada pejabat dan family-famili khalifah Usman biarpun ditentang oleh para
gubernur lama. Kemudian dikembalikan fungsinya untuk kepentingan Negara dan
golongan lemah.

3) Memerintahkan kepada Abul Aswad Ad Duali untuk mengarang buku tentang


pokok-pokok ilmu Nahwu (Qoidah Nahwiyah) untuk mempermudah orang
membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

4) Membangun kota Kufah yang kemudian dijadikan pusat pengembangan ilmu


pengetahuan Nahwu, Tafsir, Hadis dan lain-lain. Pada akhirnya khalifah Ali dibunuh
oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.

Anda mungkin juga menyukai