Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Etika Bisnis Dalam Islam
Etika bisnis mejadi sesuatu yang penting dewasa ini. Banyaknya
kasus pelanggaran dalam dunia bisnis di masa lampau yang telah
menimbulkan dampak buruk memunculkan pentingnya kesadaran etika
bisnis. Sebagaimana tujuan dari bisnis adalah keuntungan (uang) maka
sering sekali berabagai pihak mengabaikan norma atau etika untuk
mencapai tujuan tersebut. Islam adalah aturan integral yang mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, dan menjadi penuntun untuk semua
aktivitas manusia termasuk kegiatan ekonomi dan bisnis. Konsep bisnis
dalam Islam melibatkan konsep kekayaan, pendapatan dan barang material
yang merupakan milik Tuhan, dan manusia hanya milikNya. Sebagai
konsekuensinya, setiap muslim memiliki tanggung jawab untuk
mendirikan keadilan di masyarakat. Islam tidak membiarkan begitu saja
pemeluknya bekerja sesuka hati untuk mencapai tujuan dan keinginannya
dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan penipuan,
kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan batil lainnya.
Islam memberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yang boleh dan
yang tidak boleh, yang benar dan salah serta yang halal dan yang haram.
Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal dengan istilah etika.
Prilaku dalam aktivitas bisnis atau usaha juga tidak luput dari adanya nilai
moral atau nilai etika bisnis. Penting bagi para pelaku bisnis untuk
mengintegrasikan dimensi moral ke dalam kerangka/ ruang lingkup
bisnis (Amalia, 2014).
1.1.2 Makanan dan minuman yang halal dan yang haram alam Islam
Manusia memiliki beberapa kebutuhan primer. Salah satu kebutuhan
primer manusia adalah makanan dan minuman. Hidup manusia akan
terancam jika tidak makan dan minum dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian pemenuhan kebutuhan manusia terhadap makanan dan
minuman berkaitan erat dengan pemeliharaan jiwa (hifz al-nafs),
pemeliharaan akal (hifz al-‘aql) dan memeliharaan harta (hifz al-mal)
dalam maqasid al-syari’ah. Dalam ajaran Islam, makanan dan minuman
yang dikonsumsi manusia khususnya umat Islam tidaklah bebas namun
harus selektif, yakni halal sesuai petunjuk Allah dalam al-Qur’an dan
penjelasan Nabi Muhammad saw dalam hadis, serta baik, sehat ( thayyib).
Sighatyang digunakan alQur’an dan hadis dalam menjelaskan makanan
dan minuman haram dalam bentuk lafaz ‘amm. Sehingga semua jenis
makanan dan minuman yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an dan
hadis tersebut memiliki kesamaan illatdengan makanan dan minuman yang
diharamkan dalam al-Qur’an dan hadis, bisa dikategorikan dengan hukum
haram pula berdasarkan metode qiyas. Karena jenis makanan dan
minuman mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan peradaban manusia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Meskipun keragaman makanan dan minuman yang
dikonsumsi manusia berbeda antar satu daerah/negara dengan
daerah/negara lain namun standar halal/tidaknya makanan dan
minuman tersebut bisa mengacu kepada term yang diperkenalkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
1.1.3 Konsep zakat dan pajak dalam islam
Salah satu bentuk ibadah yang sangat menonjolkan kepaduan antara
aspek Ilahiah dan aspek Insaniah adalah Zakat dan Pajak. Zakat dan Pajak
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pemenuhan kewajiban
baik dalam kehidupan beragama maupun bernegara. Zakat dan Pajak
adalah dua istilah yang berbeda dari segi sumber atau dasar
pemungutannya. Zakat untuk kepentingan, yang diatur dalam agama
Islam. Sedangkan Pajak diatur untuk kepentingan, yang diatur oleh Negara
melalui proses Demokrasi yang sah yang ditetapkan dalam undang-
undang, namun dari segi sumber atau dasar pemungutannya sama hal
sifatnya sebagai upaya mengambil atau memungut dari masyarakat untuk
kepentingan sosial. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima,
zakat juga merupakan salah satu kewajiban yang ada di dalamnya.
Sedangkan Pajak, menyangkut kewajiban masyarakat terhadap Negara
yang menjadi institusi mayarakat yang dibentuk dan diberi tanggungjawab
untuk mengelola kepentingan Negara. Pemungutan Pajak harus
mendapatkan persetujuan dari rakyat melalui Undang-undang yang
ditetapkan oleh pemerintah, dan semuanya itu adalah untuk kepentingan
bersama.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana etika bisnis dalam Islam?
b. Bagaimana makana yang halal dan yang haram dalam Islam?
c. Bagaimana konsep zakat dan pajak dalam Islam?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui etika bisnis dalam Islam
b. Untuk mengetahui makanan yang halal dan yang haram dalam Islam
c. Untuk mengetahui konsep zakat dan pajak dalam Islam
1.4 Manfaat
a. Dapat mengetahui etika dan bisnis dalam Islam
b. Dapat mengetahui makanan yang halal dan yang haram dalam Islam
c. Dapat mengetahui mengetahui konsep zakat dan pajak dalam Islam
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Etika bisnis dalam Islam
Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis
tentang nilai, norma, atau moralitas. Dengan demikian, moral berbeda dengan
etika. Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai baik dan buruk,
sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa sesuatu
itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk. Ini berada pada tataran
moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk apa alasan
pikirannya merupakan lapangan etika. Etika secara umum merujuk pada
baik buruknya perilakumanusia. Etika merupakan dasar baik dan buruk yang
menjadi referensi pengambilan keputusan individu sebelum melakukan
serangkaian kegiatan.
Bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi,
konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa, dan pemerintahan,
yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan bang dan jasa ke
konsumen. Bisnis secara islam pada dasarnya sama dengan bisnis secara umum,
hanya saja harus tunduk dan patuh atas dasar ajaran Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-
Ijma, dan Qiyas(ijtihad)serta memperhatikan batasan-batasan yang tertuang dalam
sumber-sumber tersebut. Etika bisnis Islam adalah akhlak dalam menjalankan
bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya
tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik
dan benar. Nilai etik, moral, susila atau akhlak adalah nilai-nilai yang mendorong
manusia menjadi pribadi yang utuh. Seperti kejujuran, kebenaran, keadilan,
kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih.
Dasar-Dasar Etika Ekonomi Islam
Di antara nilai-nilai etika ekonomi Islam yang terangkum dalam ajaran
filsafat ekonomi Islam adalah terdapat dua prinsip pokok, yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah tauhid. Prinsip tauhid ini mengajarkan manusia tentang
bagaimana mengakui keesaan Allaha sehingga terdapat suatu konsekuensi
bahwa keyakinan terhadap segala sesuatu hendaknya berawal dan berakhir
hanya kepada Allah Swt. Tauhid diumpamakan seperti beredarnya planet-
planet dalam tata surya yang mengelilingi
matahari. Kesatuan-kesatuan dalam ajaran tauhid hendaknya berimplikasi
kepada kesatuan
manusia dengan Tuhan dan kesatuan manusia dengan manusia serta
kesatuan manusia dengan
alam sekitarnya.
Kedua, prinsip keseimbangan mengajarkan manusia tentang
bagaimana meyakini segala
sesuatu yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Hal ini
dapat dipahami dari
Alquran yang telah menjelaskan bahwa “Engkau tidak menemukan sedikit pun
ketidakseimbangan dalam
ciptaan Yang Maha Pengasih. Ulang-ulanglah mengamati apakah engkau
melihat sedikit ketimpangan” (QS
67: 3). Prinsip ini menuntut manusia bukan saja hidup seimbang, serasi,
dan selaras dengan
dirinya sendiri, tetapi juga menuntun manusia untuk mengimplementasikan
ketiga aspek tersebut
dalam kehidupan. Oleh karena itu, seorang pengusaha dipandu untuk
menghindari segala bentuk
eksploitasi terhadap sesama manusia. Dari sini dapat dimengerti
mengapa Islam melarang
segala praktek riba dan pencurian, tetapi juga penipuan yang
terselubung. Bahkan, Islam
melarang kegiatan bisnis hingga pada menawarkan barang pada di saat
konsumen menerima
tawaran yang sama dari orang lain.
Fungsi Etika Bisnis Islam
Pada dasarnya terdapat fungsi khusus yang diemban oleh etika bisni Islami.
Dijelaskan
sebagai berikut :
1. Etika bisnis berupaya mencari cara untuk menyelaraskan dan
menyerasikan berbagai kepentingan dalam dunia bisnis.
2. Etika bisnis juga mempunyai peran untuk senantiasa
melakukan
perubahan kesadaran bagi masyarakat tentang bisnis, terutama bisnis Islami.
Dan caranya biasanya dengan memberikan suatu pemahaman serta cara
pandang baru tentang bisnis dengan menggunakan landasan nilai-nilai
moralitas
dan spiritualitas, yang kemudian terangkum dalam suatu bentuk bernama etika
bisnis.
3. Etika bisnis terutama etika bisnis Islami juga bisa berperan memberikan
satu
solusi terhadap berbagai persoalan bisnis modern ini yang kian jauh dari
nilainilai etika. Dalam arti bahwa bisnis yang beretika harus benar- benar
merujuk
pada sumberutamanya yaitu Al-Quran dan Sunnah.
2.2 Makanan yang halal dan yang haram dalam Islam
Makanan menurut bahasa adalah terjemahan dari kata tha'ambentuk tunggal dari
athi'mah.
Dalam bahasa Indoensia makanan berarti segala yang boleh dimakan seperti
penganan, lauk pauk
dan kue-kue. Sedangkan pengertian makanan menurut istilah adalah apa saja yang
dimakan oleh manusia
dan disantap, baik berupa barang pangan, maupun yang lainnya. Makanan
menurut al-Qur'an, ada yang halal dan
ada yang haram.
Minuman adalah nama dari sesuatu yang dapat diminum, yaitu segala
sesuatu yang ditidak dikunyah. juga dipakai dalam arti minuman yang
memabukkan. Dari uraian tentang pengertian makanan dan minuman, dapat
disimpulkan, bahwa di antara makanan dan minuman baik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, maupun dari hewan sudah ada ketetapan hukumnya, yaitu
ada yang dihalalkan dan ada yang diharamkan. Istilah makanan (‫ )مﺎﻌط‬yang
dihalalkan atau diharamkan, sering digunakan dalam al-Qur'an dalam
pengertian umum, meliputi makanan dan minuman. Al-Qur'an memberikan
keterangan, bahwa makanan untuk manusia dan hewan telah tersedia dibumi,
tetapi memerlukan usah-usaha sebelum dimakan. Selain itu manusia disuruh
memakan makanan yang halal dan baik (tayib) dengan tiada berlebihan, atau
melampaui batas. Halal dalam hal mencari, mengambil dan
mengumpulkannya dan tidaklah dengan cara yang haram. Memakan yang
haram itu terlarang, karena akibatnya dosa dan bahaya. Baik (tayib), artinya
berkhasiat kepada tubuh manusia, menjadikan tubuh manusia sehat dan kuat.
Dilarang memakan makanan yang merusak tubuh, akal dan pikiran. Makan
dengan cara berlebihan atau melampaui batas, akibatnya membahayakan
kesehatan tubuh manusia. Setiap keluarga hendaknya memperhatikan prinsip
“halal dan baik (‫ )طﺎﺒﯿ ﻻﻼﺣ‬dalam memilih makanan dan minuman, karena
makanan dan minuman itu tidak hanya berpengaruh kepada jasmani, tetapi
juga berpengaruh terhadap rohani dan kehidupan di akhirat,
Konsep Dasar Halal dan Haram Dalam Islam
Halal adalah sesuatu yang tidak menimbulkan kerugian dan Allah
memberikan wewenang untuk melakukannya. Haram adalah sesuatu yang secara
tegas dilarang Allah untuk dikerjakan dan pelakunya diancam siksa serta
hukumannya secara permanen di akhirat bahkan terkadang ditambah sangsi di
dunia.
Pada perinsipnya kehalalan dan keharaman yang ditetapkan Allah dan
Rasul bersifat Universal. Dalam ajaran Islam hanya kondisi darurat sajalah yang
bisa mentolerir keharamannya. Dalam melakukan aktifitasnya apapun harus
disertai mengucapkan nama Allah seperti pada saat makan,
1. Perintah Allah mencari makanan yang halal lagi baik
Allah menjadikan kecukupan pangan sebagai salah satu dari dua sebab
utama kenyamanan atau kewajaran dalam ibadah.
2. Al-Qur’an hanya mengharamkan Al-Khabatis
Selain menghalalkan yang baik al-qur’an pun mengharamkan yang
buruk antara lain :
 Bangkai
 Darah
 Babi
 Binatang yang disembelih atas selain Allah
 Arak
3. Makanan haram dalam Hadits
Beberapa jenis makanan yang diharamkan dalam sabda Rasulullah
SAW yaitu :
 Binatang buas yang bertaring dan burung yang memiliki cakar
 Khimar Ahliayah
 Al-Jalalah
 Hewan yang diperintahkan agama untuk dibunuh
 Hewan yang dilarang untuk dibunuh

Anda mungkin juga menyukai