Anda di halaman 1dari 3

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi

kognitif global yang biasanya bersifat porogresif dan memengaruhi aktivitas sosial dan
okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Penyakit yang
meningkatkan gejala demensia antara lain adalah penyakit Alzheimer, masalah vaskular
seperti demensia multi infark, hidrosefalus tekanan normal, penyakit parkinson, alkoholisme
kronis, penyakit pick, penyakit huntington, dan acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS).

Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan biaya, tetapi


tantangan gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stres, pemberi perawatan, dan
pemeliharaan martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban kemanusiaan lebih dari
yang dapat diperbaiki perawat.

Patologi

Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua pertiga kasus demensia. Penyebab


spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetik berperan dalam
hal itu. Teori-teori lain yang pernah populer, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain
adalah efek toksik dari alumunium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan
respon autoimun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat penderita
penyakit Alzhaimer: plak amiloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga penurunan
neurotransmiter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer
terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dakam
fungsi kognitif dan memori.

Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protein yang lebih
besar, protein prekursol amiloid (amiloid percursol protein [APP]). Keluarga-keluarga
dengan awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagai sesuatu yang diturunkan telah
menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi
gen APP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga
telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan
menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-
serat sel saraf yang paling berpilin, yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari
simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Aserilkolin dan neurotransmiter
mmerupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati sistem saraf. Defisit
neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yeng kompleks diantara sel-sel
pada sistem saraf. Tau adalah protein dalam cairan serebrospinal yang jumlahnya sudah
meningkat sekalipun pada penyakit Alzzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada
menunjukkan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula ditingkat seluler, dengan atau
menjadi penanda molekular disel-sel tersebut.

Demensia multi infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasien-
pasien yeng menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya berkembang menjadi
infark multipel di otak. Namun tidak semua orang yang menderita infark serebral multipel
mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-
orang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari
sekedar deteriorasi linear pad kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukkan beberapa perbaikan
diantara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.

Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakit yang
lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15-
18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% diantaranya menderita
demensia sedang atau parah sebelum akhirnya meninggal dunia.

Tahapan Demensia

Penyakit Alzheimer dan penyakit lain yang menyebabkan demensia dikenal dengan
keanekaragaman perjalanan penyakitnya, munculnya dan berkembangnya gejala. Berbagai
sistem klasifikasi hadir untuk menandai proses perkembangan penyakit ini. Tabel 36.1
menjelaskan gejala-gejala demensia awal, pertengahan dan tahap akhir. Ada beberapa
tumpang tindih yang harus diperhatikan di antara tahap-tahap tersebut.

Tahapan Awal

Penyakit Alzheimer awal memiliki awitan gejala yang tersembunyi dan membahayakan, pada
kondisi tersebut terjadi demensia vaskular dengan perubahan-perubahan kognisi yang tiba-
tiba. Hilangnya memori terbaru menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi baru. Orang
tersebut dapat menunjukkan pola penilaian yang buruk.

Tahap Pertengahan

Ingatan saat ini dan ingatan mada lampau memburuk selama demensia tahap pertengahan dan
kurangnya penilaian menyebabkan kekhawatiran tentang keselamatan. Tahapan ini
merupakan yahapan yang, karena kurangnya pengendalian impuls, menurunnya ambang
stres, dan kesulitan mengenali lingkungan, yang menantang gejala perilaku merupakan
bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Agresivitas, ansietas, mengeluyur dan gangguan
aktivitas lain, perilaku yang tidak tepat secara sosial, gangguan irama diurnal, berkeras
(gerakan atau vokalisasi berulang), delusi, paranoia, halusinasi, dan upaya untuk
meninggalkan tempat perawatan merupakan hal yang sering terjadi.

Tahap Akhir

Selama demensia tahap akhir, orang tersebut menjadi semakin terikat dengan kursi atau
tempat tidur. Otot-otot semakin kaku, dapat terjadi kontraktur, dan reflek primitif juga dapat
muncul. Partonia adalah refleks primitif dan dimanifestasikan dengan tahapan involunter di
ekstremitas sebagai respons terhadap gerakan pasif yang tiba-tiba. Pemberi perawatan dapat
secara kurang cermat menginterprstasikan respons ini sebagai tindakan melawan pemberi
perawatan. Tanda-tanda pelepasan primitif lainnya seperti refleks menghisap dan
menggenggam dapat terjadi.
Pencegahan Primer

Identifikasi karakteristik individu atau faktor risiko lingkungan untuk penyakit Alzheimer
dapat membantu mengarahkan intervensi preventif untuk penyakit ini. Hasil epidemologi
yang paling konsisten berikatan dengan penyakit Alzheimer adalah meningkatnya prevalensi
dan insidensi yang terkait dengan usia. Individu yang berusia 75-85 tahun cenderung
mengalami demensia tipe Alzheimer daripada serangan jantung. Angka insidensi cenderung
lebih tinggi pada wanita daripada pria di semua kelompok usia, meskipun tidak ada
penjelasan biologis yang bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut. Faktor-
faktor risiko lainnya yang memiliki hubungan dengan penyakit Alzheimer adalah agregasi
familial dari dari sindrom Down, agregasi familial dari penyakit Parkinson, usia ibu yang
sudah lanjut, trauma kepala, riwayat depresi, dan riwayat hipotiroidisme. Tidak ada
perbedaan geografis yang besar dalam hal insidensi maupun prevalensi.

Pencegahan Sekunder

Lansia sering merasa khawatir bahwa mereka mulai mengalami tanda-tanda demensia dan
membutuhkan perawat dan profesional kesehatan lainnya dengan cara yang halus berkaitan
dengan ketakutan tersebut. Individu yang merasa khawatir tentang menderita demensia
hampir selalu tidak mengalami demensia yang sebenarnya, tetapi hanya mengalami
perubahan memori terkait usia antara lain adalah semakin lupa, lebih sulit mempelajari
informasi baru, menurunnya kemampuan mengingat kembali, dan menurunnya kecepatan
untuk membuat kode dan mendapatkan kembali informasi-informasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai