Anda di halaman 1dari 44

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

NOMOR 7 TAHUN 2005

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG


KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2006-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keterkaitan dan konsistensi


antara perencanaan, penganggaran, pelak-sanaan, dan
pengawasan pembangunan daerah perlu disusun rencana
pembangunan jangka panjang daerah;

b. bahwa rencana pembangunan jangka panjang daerah


merupakan kerangka dasar pengelolaan pembangunan
daerah yang bersifat aspiratif terhadap kehendak masyarakat
Kabupaten Sleman yang memuat visi, misi, dan arah
kebijakan pembangunan daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004, Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang
Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor
12, 13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten di Jawa Timur/ Tengah/ Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 14 Agustus
1950).

Dengan persetujuan bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN,
dan
BUPATI SLEMAN,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TENTANG


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN
SLEMAN TAHUN 2006-2025.

Pasal 1

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025 adalah


dokumen perencanaan daerah yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah
yang disusun berdasarkan potensi, permasalahan, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat
serta ditetapkan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

Pasal 2

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025


berkedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah yang
merupakan penjabaran dari kehendak masyarakat Kabupaten Sleman dengan
memperhatikan arah rencana pembangunan jangka panjang nasional.

Pasal 3

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025 berfungsi


sebagai arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan
pembangunan, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat bagi semua pihak di
Kabupaten Sleman.

2
Pasal 4

Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2006-


2025 disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN DAERAH
BAB III DASAR FILISOFIS, VISI, MISI, DAN NILAI-NILAI
BAB IV ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
BAB V PELAKSANAAN
BAB VI PENUTUP

Pasal 5

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman Tahun 2006-2025 adalah


sebagaimana tersebut dalam lampiran Peraturan Daerah ini, dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 6

Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sleman


Tahun 2006-2025 dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah.yang
ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 7

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini


dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sleman.

Ditetapkan di Sleman

Pada tanggal 22 Nopember 2005

BUPATI SLEMAN,

Cap/ttd

IBNU SUBIYANTO

Diundangkan di Sleman.
Pada tanggal 24 Nopember 2005

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SLEMAN,

Cap/ttd

SUTRISNO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2005 NOMOR 1 SERI E


3
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SLEMAN
NOMOR : 7 TAHUN 2005
TANGGAL : 22 NOPEMBER 2005

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah adalah dokumen
perencanaan daerah yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah. RPJP
Daerah disusun berdasarkan potensi, permasalahan, kebutuhan, dan aspirasi
masyarakat. RPJP Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah untuk jangka waktu
20 tahun.

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI


Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Sleman
merupakan pedoman umum bagi aparatur pemerintah daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, organisasi politik, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan
tokoh masyarakat, dan seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Sleman dalam
melaksanakan pembangunan daerah mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Sleman
mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah
yang merupakan penjabaran dari kehendak masyarakat Kebupaten Sleman dengan
tetap memperhatikan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Sleman
berfungsi sebagai arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat bagi
semua pihak di Kabupaten Sleman.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman ditetapkan
dengan maksud memberikan arah dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat di
Kabupaten Sleman.
RPJP Daerah Kabupaten Sleman bertujuan mewujudkan kehidupan yang lebih
demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, kesetaraan jender,
4
menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang beradab, berakhlak
mulia, mandiri, bebas, maju, dan lebih sejahtera lahir batin untuk kurun waktu 20
tahun ke depan.

D. LANDASAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman disusun atas
dasar:
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945
E. Landasan operasional : Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

F. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman


mencakup aspek pembangunan di segala bidang kehidupan untuk jangka waktu 20
tahun, yang disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN DAERAH
BAB III DASAR FILOSOFIS ,VISI, MISI, DAN NILAI - NILAI
BAB IV ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
BAB V PELAKSANAAN
BAB VI PENUTUP

5
BAB II
POTENSI DAN PERMASALAHAN DAERAH

A. POTENSI DAERAH
Pembangunan daerah merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan melalui pengembangan potensi yang dimiliki daerah. Potensi
daerah merupakan modal dasar bagi daerah dalam melaksanakan pembangunan
untuk mewujudkan visi daerah.

1. Lingkungan Strategis

a. Letak wilayah
Kabupaten Sleman terletak di antara 107°15’03” - 100°29’30” bujur timur
dan 7°34’51” - 7°47’03” lintang selatan. Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah; sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah;
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah; dan
sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul,
dan Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Luas wilayah
Luas Kabupaten Sleman lebih kurang 574,82 km2 atau sekitar 18% dari luas
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak wilayah Kabupaten Sleman
terjauh dari utara ke selatan 32 km dan dari timur ke barat 35 km.

c. Topografi, klimatologi, dan penggunaan lahan

1). Topografi
Kondisi permukaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif
datar, kecuali di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian
wilayah di Kecamatan Gamping merupakan daerah perbukitan.
Semakin ke utara kondisi permukaan tanah relatif miring dan di bagian
utara sekitar Lereng Merapi relatif terjal.
Sebagian besar (72,11%) wilayah Kabupaten Sleman mempunyai
ketinggian antara 100 meter hingga 2.500 meter di atas permukaan laut.
Sisanya (27,89%) wilayah Sleman mempunyai ketinggian kurang dari
100 meter di atas permukaan laut.

2). Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk
tropis basah dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 2.206,6
mm/tahun sampai dengan 2.581 mm/tahun. Berdasarkan kondisi iklim
6
tersebut, maka lahan di wilayah Kabupaten Sleman sangat cocok untuk
pengembangan pertanian.

3). Penggunaan lahan


Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Sleman, yaitu di bagian
barat dan selatan, merupakan tanah pertanian yang subur dengan
didukung oleh irigasi teknis. Pada tahun 2003, penggunaan lahan untuk
persawahan mencapai 23.361 ha (40,64%), tegalan 6.440 ha (11,20%),
pekarangan 18.832 ha (32,76%), dan lain-lain 8.849 ha (15,40%).
Selama 5 tahun terakhir, luas lahan persawahan mengalami penyusutan
rata-rata 0,41%/tahun, luas lahan tegalan bertambah rata-rata
0,25%/tahun, luas lahan pekarangan bertambah rata-rata 0,07%/tahun,
dan luas lahan untuk lain-lain bertambah rata-rata 0,09%/tahun.

d. Sumberdaya alam (SDA)


Potensi SDA yang terdapat di Kabupaten Sleman meliputi SDA non-hayati
yaitu air, lahan, udara, dan SDA hayati yang terdiri dari flora dan fauna.
Hingga akhir tahun 2003, cadangan air bawah tanah secara statis mencapai
1.140.000.000 m3, sementara pemakaian air tanah per tahun sebanyak
3
37.527.246,31 m (3,29% dari cadangan air bawah tanah), dengan alokasi
rata-rata per tahun untuk pemakaian domestik sebanyak 32.935.996,24 m3,
hotel 1.245.071,87 m 3, rumahtangga 753.462,66 m3, dan industri
2.592.715,54 m3.
Sumberdaya lahan berupa hutan negara, hutan rakyat, dan hutan kota.
Hutan negara seluas 1.728,91 ha (3,01% dari luas wilayah Sleman) terdiri
dari 1.446,65 ha berupa hutan lindung, 118,61 ha taman wisata, dan 163,68
ha berupa cagar alam. Luas hutan rakyat 3.360 ha (5,80% dari luas wilayah
Sleman), sedangkan luas hutan kota 1,80 ha.
Bahan galian di wilayah Kabupaten Sleman berupa bahan galian golongan
C (BGCC) yang meliputi cadangan pasir (35.247.600 m³), sirtu (108.663.500
m³), andesit (55.272.300 m³), tanah liat (11.478.223 m³), kapur (2.500 m³),
dan breksi batu apung (214.835.000 m³).

e. Lingkungan hidup
Perusahaan-perusahaan di Kabupaten Sleman masih ada yang belum
memenuhi kewajibannya berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan hidup.
Sampai dengan tahun 2004, dari 28 perusahaan yang termasuk dalam
kelompok usaha wajib amdal, sebanyak 17 (60,71%) perusahaan telah
memiliki dokumen amdal. Sedangkan dari 87 perusahaan yang termasuk
dalam kelompok usaha wajib Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya

7
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), baru 70 (80,46%) perusahaan yang
telah memiliki dokumen UKL-UPL.
Perusahaan-perusahaan di Kabupaten Sleman juga berkewajiban
membangun Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Namun, dari 1.400
perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok usaha wajib membangun
IPAL, baru 80 (5,71%) perusahaan yang telah membangun IPAL.
Sampai dengan tahun 2004, Kabupaten Sleman memiliki kelompok/individu
peduli lingkungan, yakni 347 orang kader lingkungan. Kelompok/individu
peduli lingkungan yang telah memperoleh penghargaan di bidang
lingkungan baik tingkat propinsi maupun tingkat nasional, terdiri atas 6 orang
perintis lingkungan, 5 kelompok penyelamat lingkungan, 5 orang pengabdi
lingkungan, dan 5 orang pembina lingkungan.
Sarana pengelolaan sampah di Kabupaten Sleman berupa Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) terdapat di Piyungan Bantul (kerjasama
Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta). Sarana pengelolaan
sampah lainnya yang dimiliki Kabupaten Sleman adalah 7 Lokasi Daur
Ulang Sampah (LDUS), 7 unit transfer depo, 34 unit container, dan 34 unit
Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Sarana angkutan sampah terdiri
dari 11 dump truck dengan kapasitas angkut 330 m³/hari, 6 unit armroll
dengan kapasitas angkut 108 m³/hari, 2 unit pick up dengan kapasitas
angkut 6 m³/hari, 1 unit wheel loader, dan 1 unit buldozer.
Saat ini timbulan sampah di Kabupaten Sleman mencapai 1.613,40 m³/hari,
dikelola oleh masyarakat sendiri sebanyak 74,43% atau 1.200,90 m³/hari,
sedangkan sampah yang terangkut sebanyak 25,57% atau 412,5 m³/hari
dengan rincian dibuang ke TPA 307 m³/hari dan diolah di LDUS sebanyak
105,5 m³/hari.
Lokasi pembuangan sampah di luar TPA yang telah ditentukan, seperti
bantaran sungai sebanyak 152 titik, dengan sumber yang paling dominan
adalah masyarakat setempat 64%, pihak luar 27%, warung PKL setempat
7%, dan restoran/toko setempat 2%.
Cakupan pelayanan persampahan meliputi 17 kecamatan yang terdiri dari
48 perumahan/permukiman, 4 fasilitas kesehatan, 6 fasilitas pendidikan, 5
fasilitas kesehatan, 17 perusahaan swasta, dan 13 fasilitas umum.
Adapun potensi flora dan fauna di kawasan cagar alam Plawangan Turgo
terdapat 88 species flora dan 30 famili (96 species) fauna (meliputi mamalia,
reptil, Ikan, serangga, burung).

f. Karakteristik wilayah
1). Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang dimiliki, Kabupaten Sleman
terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu:

8
a). Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang
menghubungkan kota Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan
Cangkringan (ringbelt) ke utara sampai dengan puncak gunung
Merapi. Di kawasan ini terdapat sumberdaya air dan ekowisata
yang berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya,
b). Wilayah Timur meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian
Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Di wilayah ini terdapat
peninggalan purbakala (candi) sebagai pusat wisata budaya dan
merupakan daerah lahan kering, serta sumber bahan batu putih.
c). Wilayah Tengah merupakan wilayah aglomerasi kota Yogyakarta,
meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan
Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan,
dan jasa.
d). Wilayah Barat yang meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan,
dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah yang
tersedia cukup air dan sumber bahan baku untuk industri kerajinan
mendong, bambu, serta gerabah.
2). Berdasar jalur lintas antardaerah, Kabupaten Sleman dilalui oleh jalur
jalan nasional sebagai jalur ekonomi yang menghubungkan Kabupaten
Sleman dengan kota-kota pelabuhan Semarang, Surabaya, dan
Jakarta. Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan,
Depok, Mlati, Tempel, dan Gamping.
Wilayah Kecamatan Depok, Mlati, dan Gamping dilalui jalan lingkar
(ringroad) sebagai jalan arteri primer di Daerah Istimewa Yogyakarta,
sehingga kecamatan-kecamatan tersebut cepat berkembang.

2. Hukum, Penyelenggaraan Pemerintahan, dan Politik

a. Hukum
Pembangunan hukum yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang
optimal. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih adanya warga masyarakat
yang tidak mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,
seperti pelanggaran atas pemanfaatan tanah, rendahnya disiplin berlalu
lintas, penyalahgunaan ruangan publik untuk kepentingan individu, dan
pembuangan sampah secara liar.

b. Penyelenggaraan pemerintahan
Pemerintah Kabupaten Sleman telah melakukan reformasi birokrasi untuk
memenuhi perkembangan kebutuhan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan untuk mempermudah aparat pemerintah daerah dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.

9
Reformasi birokrasi juga bertujuan untuk menciptakan tata pemerintahan
yang baik (good governance) dengan memperhatikan kebutuhan kecamatan
(desa), sehingga kecamatan (desa) yang terdapat di Kabupaten Sleman
masih merasa memperoleh manfaat berada dalam (orbit) Kabupaten
Sleman.

1). Kelembagaan
Sejak dilaksanakannya otonomi daerah berdasar Undang-Undang No.
22 Tahun 1999, sampai dengan tahun 2003 di Kabupaten Sleman telah
dilakukan 2 kali penataan struktur organisasi.
Pada tahap pertama, berdasarkan Perda No. 12 Tahun 2000, penataan
kelembagaan yang dilakukan lebih mengetengahkan aspek
penggabungan berbagai organisasi kecil yang mempunyai karakter
pekerjaan sejenis menjadi suatu organisasi yang lebih besar dan
kompak, dan mengakomodasi adanya penggabungan antara induk
organisasi yang telah ada dengan berbagai instansi vertikal yang
diserahkan oleh Pemerintah kepada pemerintah daerah. Struktur
organisasi Pemerintah Kabupaten Sleman hasil penataan tahap
pertama terdiri dari 2 sekretariat, yakni Sekretariat Daerah dan
Sekretariat DPRD, 7 dinas, 4 badan, 3 kantor, dan 17 kecamatan.
Penataan kelembagaan tahap kedua dilaksanakan berdasar Perda No.
12 Tahun 2003. Struktur organisasi Pemerintah Kabupaten Sleman
terdiri dari 2 sekretariat, yakni Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD, 9 dinas, 5 badan, 1 RSUD (setingkat badan), 5 kantor, 1 balai
(setingkat kantor), dan 17 kecamatan. Tujuan yang akan dicapai dalam
penataan tahap kedua mewujudkan organisasi yang dapat
menyesuaikan kebutuhan dan tuntutan perubahan (organisasi yang
fleksibel).
Pemerintah Kabupaten Sleman melakukan pengembangan
kelembagaan secara terus menerus (continous improvement) agar
dapat lebih mengoptimalkan fungsi alokasi dan distribusi aset, regulasi
pembentuk sistem, dan pelayanan serta perlindungan masyarakat.

2). Aparatur
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan asset bagi suatu organisasi
dan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan mewujudkan tujuan
organisasi. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Sleman selalu
melakukan pengelolaan sumberdaya manusia (aparatur) yang dimiliki
secara komprehensif dan berkesinambungan.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sleman per Desember 2003
sebanyak 13.140 orang dengan latar belakang pendidikan SD 378
10
orang, SLTP 547 orang, SLTA 4.390 orang, D1 212 orang, D2 2.533
orang, D3 792 orang, D4 27 orang, Sarjana Muda 861 orang, S1 3.300
orang, dan S2 100 orang. Berdasar kelompok umur, banyaknya
pegawai yang berumur kurang dari 26 tahun ada 36 orang, 26-30 tahun
253 orang, 31-35 tahun 927 orang, 36-40 tahun 2.265 orang, 41-45
tahun 3.325 orang, 46-50 tahun 2.909 orang, 51-55 tahun 2.322 orang,
dan lebih dari 55 tahun 1.103 orang.

c. Politik
Kesadaran masyarakat dalam berpolitik telah diwujudkan dalam kegiatan
pemilihan umum (pemilu) tahun 2004 yang diikuti oleh 594.040 orang
pemilih (81,07%) dari 732.698 orang pemilih yang terdaftar. Tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum lebih dari 80% tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap politik sangat tinggi.
Melalui pemilu tahun 2004, masyarakat Sleman telah memilih 45 orang
wakil-wakilnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
dengan rincian: 10 orang dari PDIP, 7 orang dari PAN, 7 orang dari PKB, 6
orang dari Golkar, 4 orang dari PPP, 6 orang dari PKS, 3 orang dari
Partai Demokrat, 1 orang dari PKPB, dan 1 orang dari PDS. Pemilihan
presiden tahap pertama diikuti oleh 609.935 orang dan tahap kedua diikuti
574.573 orang pemilih

3. Ekonomi

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun 1999 sampai dengan 2003
mengalami kenaikan rata-rata 11,66% per tahun, yaitu dari Rp 3.175,309
milyar pada tahun 1999 menjadi Rp 5.451,102 milyar pada tahun 2003.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mengalami kenaikan rata-rata
3,35% per tahun, yaitu dari Rp 1.403,780 milyar pada tahun 1999 menjadi
Rp 1.654,682 milyar pada tahun 2003.
b. Struktur Perekonomian Daerah
Struktur ekonomi Kabupaten Sleman dari tahun 1999 sampai dengan tahun
2003 menunjukkan perkembangan yang positif. Kegiatan ekonomi pada
sektor sekunder dan tersier memberikan nilai tambah (value added) yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sektor primer. Adapun kontribusi sektor
primer (pertanian dan pertambangan) dalam PDRB Kabupaten Sleman
pada tahun 1999 sebesar 19,30% menjadi 16,93% pada tahun 2003, sektor
sekunder (industri, listrik-gas-air bersih, dan bangunan) sebesar 24,36%
pada tahun 1999 dan menjadi 29,37% pada tahun 2003, dan sektor tersier

11
(perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa) sebesar 56,34% pada
tahun 1999 menjadi 53,69% pada tahun 2003.

c. PDRB per kapita


PDRB per kapita atas dasar harga berlaku selama 5 tahun meningkat rata-
rata 9,74% per tahun, yaitu dari Rp 3.671.843 pada tahun 1999 menjadi Rp
5.803.066 pada tahun 2003. PDRB per kapita atas dasar harga konstan
meningkat rata-rata 1,57% per tahun, yatu dari Rp 1.619.503 pada tahun
1999 menjadi Rp 1.755.738 pada tahun 2003.

d. Pertumbuhan ekonomi
Selama periode tahun 1999-2003, pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Sleman mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif setelah mengalami
pertumbuhan negatif pada masa krisis, yaitu sebesar 1,93% pada tahun
1999, 3,63% pada tahun 2000, 4,00% pada tahun 2001, 4,74% pada tahun
2002, dan 4,80% pada tahun 2003.

e. Keuangan daerah
Selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Sleman meningkat rata-rata 43,61% per tahun,
yaitu dari Rp17,889 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp52,979 milyar pada
tahun 2003. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Sleman meningkat dari Rp118,533 milyar tahun 2000 menjadi Rp447,510
milyar tahun 2003 atau meningkat rata-rata 55,71% per tahun. Sumber-
sumber keuangan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
Sampai dengan tahun 2004, pendapatan asli daerah baru memberi
kontribusi sebesar 12,13% dari total anggaran, sehingga dalam membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih sangat
bergantung aliran dana dari pusat berupa dana perimbangan.

f. Investasi
Investasi di Kabupaten Sleman terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Non-Fasilitas. Nilai investasi
tahun 2000 sebesar Rp1.800,90 milyar dengan 20.749 unit usaha dan
menyerap tenaga kerja sebanyak 96.762 orang. Nilai investasi pada tahun
2003 meningkat menjadi Rp2.398,33 milyar dengan 21.828 unit usaha dan
menyerap tenaga kerja 112.391 orang. Dengan demikian nilai investasi
selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 mengalami
peningkatan rata-rata 10,02% per tahun,
Banyaknya unit usaha dalam periode yang sama meningkat rata-rata 1,70%
per tahun dan penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 5,12% per

12
tahun. Kegiatan investasi di Kabupaten Sleman sebagian besar pada
komoditas hasil pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, industri
(pengemasan, pengolahan logam, kayu, dan pengolahan bahan galian
golongan C), dan pariwisata (wisata alam, wisata agro, wisata candi, wisata
museum, wisata budaya, wisata olah raga, dan wisata pendidikan).

g. Prasarana dan sarana ekonomi

1). Sarana Jalan


Pada akhir tahun 2003, panjang jalan kabupaten mencapai 1.085,13
km, meliputi 338,80 km dalam kondisi baik, 465,13 km dalam kondisi
sedang, dan 281,20 km dalam kondisi rusak. Panjang jalan desa
mencapai 2.764,13 km meliputi 150 km dengan kondisi sedang dan
2.614,13 km dengan kondisi rusak. Banyaknya jembatan ada 462 buah,
meliputi jembatan dengan kondisi baik 197 buah, kondisi sedang 188
buah, dan kondisi rusak 77 buah.

2). Sarana Irigasi


Sarana irigasi terdiri atas bendung sebanyak 1.043 buah, embung
sebanyak 2 buah, saluran pembawa sepanjang 299,80 km, bangunan
pelengkap sebanyak 3.430 buah, saluran pembuang sepanjang 4.662
km, dan tanggul banjir sepanjang 6,50 km.

3). Listrik
Kebutuhan listrik masyarakat kabupaten Sleman berasal dari PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Daya terpasang 207.868 KVA dengan total pelanggan sebanyak
212.151 orang.
Sebagian besar ruas jalan Kabupaten dan ruas jalan desa sudah
dilengkapi dengan lampu penerangan jalan umum (LPJU). Sampai saat
ini jumlah LPJU yang berijin dan biaya beban daya listriknya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah sebanyak 4.342 buah, terdiri 2.632
buah lampu jenis mercuri/natrium, 1.241 buah lampu TL, dan 469 buah
lampu pijar.

4). Pos dan telekomunikasi


Sarana pelayanan pos dan giro sebanyak 25 buah, sedangkan sarana
pelayanan telekomunikasi sebanyak 39.597 SST terdiri dari pelayanan
instansi pemerintah 5.492 SST, pelayanan swasta perorangan 32.866
SST, pelayanan telpon umum koin 372 buah, pelayanan telepon umum
kartu (TUK) dan telepon pin 210, dan pelayanan wartel 657 buah.

13
5). Sarana perdagangan

Sarana perdagangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2003 terdiri dari


36 pasar pemerintah, 19 buah pasar desa, 52 mini market, 4
supermarket, 6 pasar hewan, dan 1 pasar buah. Pasar pemerintah di
Kabupaten Sleman seluas 134.155 m2, ditempati oleh 12.424 pedagang
dan dilengkapi dengan 1.185 kios, 454 los, dan 1.615 bango.

6). Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

a). Koperasi

Pada tahun 2000, jumlah koperasi di Kabupaten Sleman berjumlah


476 unit, meliputi kopersi produksi sebanyak 55 unit, koperasi
konsumsi 387 unit, koperasi jasa 8 unit, koperasi simpan pinjam
sebanyak 19 unit, dan koperasi pemasaran 7 unit, dengan anggota
181.004 orang. Jumlah modal sendiri Rp23,05 milyar, simpanan
sukarela Rp19,11 milyar, sisa hasil usaha (SHU) yang dibagi
Rp4,91 milyar, dan volume usaha Rp109,62 milyar.
Pada tahun 2003, koperasi yang aktif di Kabupaten Sleman
sebanyak 511 unit, meliputi koperasi produksi sebanyak 57 unit,
koperasi konsumsi 417 unit, koperasi jasa 8 unit, koperasi simpan
pinjam sebanyak 22 unit, dan koperasi pemasaran 7 unit, dengan
anggota 183.517 orang. Jumlah modal sendiri Rp36,94 milyar,
simpanan sukarela Rp26,53 milyar, sisa hasil usaha (SHU) yang
dibagi Rp7,51 milyar, dan volume usaha Rp154,37 milyar.
Selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 terjadi penambahan
jumlah koperasi sebesar 7,35%, penambahan jumlah anggota
sebesar 1,39%, jumlah modal sendiri meningkat sebesar 60,23%,
dan peningkatan volume usaha sebesar 40,82%.

b). Usaha Kecil dan Menengah (UKM)


Sampai dengan tahun 2003, banyaknya UKM mencapai 21.757 unit
yang bergerak di berbagai bidang usaha, meliputi usaha
perindustrian sebanyak 14.764 unit dengan tenaga kerja 59.885
orang, dan sebanyak 6.993 unit bergerak di bidang perdagangan,
jasa, dan lain-lain dengan tenaga kerja 52.506 orang.

7). Lembaga keuangan


Lembaga keuangan bank yang terdapat di Kabupaten Sleman pada
tahun 2003 terdiri dari Kantor Cabang Bank BNI 46 sebanyak 1 buah
dengan 7 buah kantor cabang pembantu dan 4 buah kantor kas, Kantor
Cabang Bank Pembangunan Daerah sebanyak 1 buah dengan 4 buah
kantor cabang pembantu dan 10 buah kantor kas, Kantor Cabang BRI
14
sebanyak 1 buah dengan kantor kas 27 buah, Kantor Cabang Bank
Danamon sebanyak 1 buah, Bank Mandiri 2 buah, Bank Panin 1 buah,
Bank Bukopin 2 kantor cabang pembantu, Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) 36 buah, dan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) 12 buah. Selain itu,
terdapat lembaga-lembaga keuangan non-bank, antara lain pegadaian,
jasa asuransi, dan lembaga-lembaga keuangan tingkat desa seperti
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) 32 buah, Badan Usaha Kredit
Pedesaan 17 buah, Badan Kredit Desa 22 buah, Usaha Ekonomi Desa
(UED), Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP), dan Usaha Sosial
dan Ekonomi Pedesaan (USEP). Keberadaan lembaga keuangan
tersebut ternyata dapat membantu kelancaran kegiatan perekonomian
masyarakat.
Simpanan masyarakat Kabupaten Sleman pada lembaga keuangan
terdiri dari giro, deposito, dan tabungan. Simpanan masyarakat pada
tahun 2000 berjumlah Rp970,85 milyar dan pada tahun 2003 menjadi
Rp1.463,20 milyar atau meningkat rata-rata 10,80% per tahun. Secara
rinci jumlah simpanan dalam giro sebesar Rp125,11 milyar tahun 2000
menjadi Rp212,04 milyar tahun 2003 atau meningkat rata-rata 14,10%
per tahun, deposito sebesar Rp334,86 milyar tahun 2000 menjadi
Rp346,51 milyar pada tahun 2003 atau meningkat rata-rata 0,86% per
tahun, dan tabungan sebesar Rp510,88 milyar tahun 2000 menjadi
Rp904,65 milyar tahun 2003 atau meningkat rata-rata 15,36% per
tahun.
Kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat
Kabupaten Sleman pada tahun 2000 sebesar Rp276,82 milyar, menjadi
Rp927,28 pada tahun 2003, atau meningkat rata-rata 49,62% per tahun.
Secara rinci, jumlah kredit menurut jenis penggunaannya adalah kredit
modal kerja Rp112,57 milyar pada tahun 2000, menjadi Rp320,98
milyar pada tahun 2003, atau meningkat rata-rata 41,80% per tahun,
kredit investasi Rp45,97 milyar pada tahun 2000, menjadi Rp176,71
milyar tahun 2003, atau meningkat rata-rata 56,65% per tahun, dan
kredit konsumsi Rp118,28 milyar pada tahun 2000, menjadi Rp429,59
milyar tahun 2003, atau meningkat rata-rata 53,71% per tahun.

8). Kepariwisataan
Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya dalam pembangunan
kepariwisataan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam, wisata
budaya, dan wisata minat khusus.
Wisata alam meliputi kawasan wisata Kaliurang, kawasan Kaliadem,
dan kawasan wisata Agro Salak Pondoh Turi.

15
Wisata budaya meliputi kawasan wisata candi, upacara adat, dan
museum. Kawasan wisata candi meliputi 10 buah candi (Prambanan,
Kalasan, Sari, Gebang, Banyunibo, Sambisari, Murangan, Barong, Ijo,
Ratu Boko) dan 2 situs arkeologi (situs Watu Gudik dan Kedulan).
Selain itu, masih terdapat 56 situs dan 3 tempat penampungan benda
cagar budaya. Upacara adat yang terdapat di Kabupaten Sleman di
antaranya Suran Kaliurang, Suran Mbah Demang, Suran Batok Bolu,
Merti Bumi Tunggularum, Saparan Ki Ageng Wonolelo, Saparan
Gamping, Merti Dusun Mbah Bregas, Tuk Sibeduk, Ki Ageng Tunggul
Wulung, dan Labuhan Merapi.
Selain itu terdapat 7 museum dan monumen (Jogja Kembali, Dirgantara
Mandala, Geologi dan Mineral UPN, Affandi, Nyoman Gunarsa, Ulen
Sentalu, Pancasila Sakti).
Wisata minat khusus meliputi wisata pedesaan di 9 desa budaya
(Brayut, Tanjung, Sambi, Grogol, Mlangi, Candi Abang, Plempoh,
Srowolan, Pajangan), 3 desa pertanian (Jamur, Garongan, Bokesan), 4
desa agro (Gabugan, Jambu, Trumpon, Kelor), desa fauna (Ketingan), 5
desa kerajinan (Sendari, Brajan, Gamplong, Sangubanyu, Malangan),
dan 4 desa wisata alam (Kaliurang Timur, Turgo, Kinahreja,
Tunggularum), wisata pendidikan di 5 perguruan tinggi negeri dan 28
perguruan tinggi swasta serta wisata olah raga dengan fasilitas 3
lapangan golf, 2 stadion, 9 kolam renang, dan jalur tracking di Lereng
Merapi.
Sarana pendukung pariwisata yang dapat berfungsi sebagai tempat
MICE (Meeting, Incentive Tour, Conference, dan Exhibition), yaitu 14
hotel berbintang (1.723 kamar), 85 hotel non-bintang (1.290 kamar), dan
127 pondok wisata (564 kamar), 12 restoran (tipe talam gangsa 7 buah
dan tipe talam seloka 5 buah), 98 rumah makan (kelas A 7 buah, kelas
B 36 buah, dan kelas C 55 buah), 43 biro perjalanan wisata, 19 cabang
biro perjalanan wisata, dan 4 agen perjalanan wisata. Sarana rekreasi
dan hiburan umum meliputi 11 kafe, 8 balai pertemuan umum, teater
terbuka, teater tertutup, dan panggung terbuka.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di wilayah
Kabupaten Sleman pada tahun 1998 mencapai 1.775.525 orang,
menjadi 2.343.916 orang pada tahun 2003, atau meningkat rata-rata
5,71% per tahun.

9). Air bersih


Pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Sleman berasal
dari 2 mata air dan 18 sumur bor, dan dilayani melalui 12 kantor

16
cabang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yaitu Kantor Cabang
Sleman, Godean, Depok, Pakem, Ngemplak, Tambakrejo, Mlati,
Sidomoyo, Nogotirto, Ngaglik, Berbah, dan Prambanan. Sampai dengan
tahun 2004 banyaknya pelanggan 19.329 sambungan rumah (SR)
dengan cakupan pelayanan 13,11% dari jumlah penduduk.

4. Kondisi Sosial Budaya

a. Kependudukan
Dalam kurun waktu 1999 sampai dengan 2003, banyaknya penduduk
Kabupaten Sleman meningkat dari 838.628 orang pada tahun 1999 menjadi
884.727 orang pada tahun 2003, atau meningkat rata-rata 1,35% per tahun.
Banyaknya pendatang di Kabupaten Sleman selama 5 tahun terakhir
46.011 orang dan banyaknya penduduk yang pindah 28.151 orang,
sehingga terjadi migrasi masuk neto sebanyak 17.860 orang. Pertambahan
penduduk alami selama 5 tahun sebesar 28.239 orang.

b. Kesehatan
Derajad kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan,
kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan usia harapan
hidup, angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup), angka kematian ibu
melahirkan (per 100.000 persalinan), dan status gizi.
Selama periode tahun 2000-2003, usia harapan hidup meningkat dari 71,50
tahun menjadi 72,84 tahun, angka kematian bayi (AKB) mengalami
penurunan dari 11,25 per 1.000 menjadi 8,47 per 1.000, angka kematian ibu
(AKI) mengalami penurunan dari 84,60 per 100.000 menjadi 76,19 per
100.000. Proporsi penduduk dengan gizi lebih mengalami penurunan dari
1,71% menjadi 1,24%; gizi baik meningkat dari 85,92% menjadi 87,55%; gizi
kurang menurun dari 11,47% menjadi 10,47%; dan gizi buruk menurun dari
0,90% menjadi 0,74%.

c. Pendidikan
Perkembangan pendidikan di Kabupaten Sleman dalam kurun waktu 5
tahun terakhir dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK untuk SD
110,26% pada tahun 1999 menurun menjadi 109,17% pada tahun 2003,
APK untuk SMP 97,02% pada tahun 1999 menurun menjadi 84,43% pada
tahun 2003, APK untuk SMA/SMK 81,25% pada tahun 1999 menurun
menjadi 74,28% pada tahun 2003. APM untuk SD 96,02% pada tahun 1999
menjadi 93,51% pada tahun 2003, untuk SMP 68,76% pada tahun 1999
menjadi 58,95% pada tahun 2003, dan untuk SMA/SMK 53,45% pada tahun
1999 menjadi 52,12% pada tahun 2003.
17
Selama periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2003, rata-rata lama
sekolah mengalami peningkatan dari 9,26 tahun pada tahun 1999 menjadi
10,25 tahun pada tahun 2003, sedangkan angka melek huruf mengalami
peningkatan dari 86,35% pada tahun 1999 menjadi 90,87% pada tahun
2003.
Pada tahun 2003, di Kabupaten Sleman terdapat 5 perguruan tinggi negeri
dengan jumlah mahasiswa 72.444 orang dan 30 perguruan tinggi swasta
dengan jumlah mahasiswa kurang lebih 69.406 orang.

d. Generasi muda dan olah raga


Pembinaan generasi muda dilakukan melalui 13 organisasi kepemudaan
tingkat Kabupaten dan 96 organisasi tingkat desa. Sarana pembinaan
generasi muda yang tersedia di wilayah Kabupaten Sleman meliputi: 5
pondok pemuda, 1 buah youth center, 9 lokasi bumi perkemahan, 4
gelanggang mahasiswa, 3 padepokan, 1 sanggar kegiatan belajar (SKB),
dan 75 gedung serbaguna.
Pembinaan olah raga dilakukan melalui 18 organisasi cabang olah raga dan
20 kelompok olah raga masyarakat tingkat Kabupaten serta 25 kelompok
olah raga masyarakat tingkat Kecamatan.
Sarana pembinaan olah raga yang tersedia di wilayah Kabupaten Sleman
meliputi: 99 lapangan sepak bola, 423 lapangan bola volley, 374 lapangan
bulu tangkis, 456 buah meja tenis, 86 lapangan tenis, 53 lapangan bola
basket, 3 lapangan sepak takraw, 1 lapangan tembak, 3 lapangan golf, 4
lapangan panahan, 1 ring tinju, 11 kolam renang, 4 lokasi panjat tebing.

e. Ketenagakerjaan

1). Penduduk usia kerja


Penduduk usia kerja (15-64 tahun) selama 5 tahun terakhir mengalami
peningkatan rata-rata 2,67% per tahun, yaitu dari 671.021 orang tahun
1999 menjadi 745.624 orang tahun 2003.

2). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu banyaknya angkatan
kerja dari setiap 100 orang penduduk selama kurun waktu 5 tahun
terakhir mengalami perubahan yang bervariasi. Angka TPAK menurun
rata-rata 0,40% per tahun dari 61,25 pada tahun 1999 menjadi 60,27
pada tahun 2003.

3). Angka Beban Tanggungan


Angka beban tanggungan menurun dari 44,46 pada tahun 1999
menjadi 39,45 pada tahun 2003. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2003,

18
setiap 100 orang penduduk Kabupaten Sleman yang berusia produktif
(15-64 tahun) harus menanggung kurang lebih 39 orang penduduk usia
0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Kondisi ini relatif lebih baik
dibandingkan pada tahun 1999, yakni setiap 100 orang
penduduk
Kabupaten Sleman yang berusia produktif harus menanggung kurang
lebih 44 orang penduduk.

4). Penduduk bekerja menurut lapangan usaha utama


Penduduk yang bekerja di Kabupaten Sleman pada tahun 2003
sebanyak 434.490 orang tersebar di berbagai sektor. Sektor tertinggi
dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian (28,99%), diikuti
oleh sektor jasa (22,77%), perdagangan (22,06%), industri pengolahan
(11,82%), konstruksi (4,38%), keuangan (3,94%), angkutan (3,76%),
pertambangan (1,93%), listrik/gas/air (0,26%), dan lain-lain (0,09%).

5). Pelatihan kerja


Pelayanan pelatihan kerja bagi masyarakat dilakukan oleh 1 Balai
Latihan Kerja dan 32 Lembaga Pelatihan Kerja milik swasta. Pelatihan
yang diberikan meliputi berbagai induk kejuruan yaitu otomotif, listrik,
teknologi mekanik, bangunan, pertanian, aneka kejuruan, tata niaga,
dan kewirausahaan. Balai Latihan Kerja mampu memberi pelatihan
1.100 orang per tahun dengan sistem institusional dan non-institusional.

f. Kesejahteraan Sosial
Berdasar kriteria keluarga sejahtera, dari 226.230 kepala keluarga pada
tahun 2003, 10,30% tergolong Keluarga Pra Sejahtera, 26,70% tergolong
Keluarga Sejahtera I, 23,93% tergolong Keluarga Sejahtera II, 30,55%
tergolong Keluarga Sejahtera III, dan 8,52% tergolong Keluarga Sejahtera III
Plus.
Banyaknya pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Sleman meningkat
rata-rata 4,36% per tahun, yaitu dari 130.409 PUS pada tahun 1999 menjadi
136.092 PUS pada tahun 2003. Peserta KB aktif mengalami peningkatan
rata-rata 3,54% per tahun, yaitu dari 102.379 orang pada tahun 1999
menjadi 105.999 orang pada tahun 2003.
Panti sosial yang ada di Kabupaten Sleman pada tahun 2003 sebanyak 31
buah, terdiri dari 17 panti sosial asuhan anak, 1 panti sosial petirahan anak,
1 panti sosial bina remaja, 1 panti sosial tresna wreda, 3 panti sosial bina
daksa, 4 panti sosial bina grahita, 3 panti sosial bina rungu wicara, dan 1
panti sosial karya wanita. Di samping panti sosial juga terdapat tempat
penitipan anak (TPA) sebanyak 10 buah. Tenaga kesejahteraan sosial

19
masyarakat (TKSM) sebanyak 500 orang, sedangkan jumlah organisasi
sosial 74 buah.
Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tahun 2003 meliputi:
anak balita terlantar sebanyak 540, anak terlantar 4.404, anak korban tindak
kekerasan atau perlakuan salah sebanyak 21, anak jalanan 249, wanita
rawan sosial ekonomi 1.348 orang, wanita korban tindak kekerasan 52
orang, lanjut usia terlantar 7.287 orang, penyandang cacat fisik 2.807 orang,
penyandang cacat mental retardasi 1.057 orang, penyandang cacat mental
psikotik 772 orang, penyandang cacat ganda 546 orang, penyandang cacat
bekas penderita penyakit kronis 62 orang, tuna susila 54 orang, pengemis
44 orang, gelandangan 9 orang, bekas napi 363 orang, korban
penyalahgunaan narkoba 61 orang, keluarga berumah tidak layak huni
3.636 orang, keluarga bermasalah sosial psikologis 651 orang, pemulung
279 orang, dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana 6.972
orang.

g. Kesenian dan Kebudayaan


Di Kabupaten Sleman terdapat beranekaragam seni sebagai perwujudan
dari hasil cipta, rasa, karsa, dan karya masyarakat yang meliputi: seni tari
(265 kelompok), seni musik (331 kelompok), wayang (9 kelompok), sastra (5
kelompok), teater tradisional (43 kelompok), dan drama tari (6 kelompok).
Seni non-pertunjukan meliputi: seni rupa (32 kelompok) dan seni kriya (40
kelompok).
Upacara adat dan tradisi budaya yang masih berkembang di masyarakat di
antaranya 10 macam upacara adat, 20 macam tradisi budaya, dan tradisi
budaya perorangan yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia.
Esensi dari kegiatan ini adalah pelestarian nilai-nilai budaya untuk
membentuk jatidiri bangsa.
Peninggalan sejarah dan purbakala berbentuk cagar budaya (68
situs/candi), benda cagar budaya (3 tempat penampungan), makam/tempat
ziarah (7 tempat), pesanggarahan (3 tempat), museum (7 buah), dan
monumen (32 buah). Peninggalan sejarah dan purbakala tersebut dapat
dijadikan sebagai obyek penelitian arkeologi, arsitektur, geologi, ilmu
humaniora, dan sejarah. Selain itu, peninggalan sejarah dan purbakala
merupakan bagian dari keanekaragaman budaya bangsa dalam rangka
memperkuat kepribadian bangsa.

h. Agama
Kerukunan antarumat beragama di Kabupaten Sleman sangat baik. Hal ini
ditunjukkan oleh tidak adanya konflik antarpemeluk agama. Komposisi
penduduk menurut agama pada tahun 2003 adalah sebagai berikut: Islam
20
809.343 jiwa, Katolik 52.586 jiwa, Kristen 20.962 jiwa, Hindu 1.144 jiwa,
dan Budha 692 jiwa.
Sarana ibadah berupa masjid 1.773 buah, mushola 289 buah, langgar 1.066
buah, gereja Katolik 52 buah, gereja Kristen 40 buah, kapel 12 buah, rumah
kebaktian 10 buah, pura 4 buah, dan vihara 1 buah.

i. Ketentraman dan ketertiban masyarakat


Ketertiban masyarakat diperlukan untuk menciptakan stabilitas daerah
dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan tentram. Pada
tahun 2003 terjadi 1.043 kasus tindak kejahatan terdiri dari pencurian (594
kasus), penipuan (107 kasus), narkoba (86 kasus), penganiayaan (77
kasus), penggelapan (64 kasus), pengrusakan (24 kasus), pelanggaran
susila (23 kasus), penghinaan (17 kasus), dan kasus lainnya (51 kasus).
Pelanggaran peraturan daerah sebanyak 139 kasus, meliputi 75 kasus telah
disidangkan, 24 tersangka disidik, dan 40 orang dibina.

B. PERMASALAHAN DAERAH
Mewujudkan transformasi dari kondisi saat ini menjadi kondisi yang lebih baik dalam
kurun waktu 20 tahun ke depan, bukan merupakan hal yang mudah. Hal ini
disebabkan oleh masih adanya beberapa permasalahan yang dihadapi, di antaranya:

1. Kualitas pelayanan kepada masyarakat belum optimal


Dalam menyelenggarakan pelayanan publik, yang merupakan salah satu fungsi
penting pemerintah, Kabupaten Sleman telah berupaya membenahi kualitas
pelayanan publik sesuai dengan prinsip-prinsip “Good Governance”. Sebagai
langkah awal, Kabupaten Sleman telah berupaya meningkatkan kinerja aparat
dengan mereformasi pola berpikir (mindset) aparatur untuk senantiasa berfokus
pada tugas pokoknya, yaitu memberikan pelayanan masyarakat secara
profesional. Pembenahan pola pikir aparatur tersebut juga disertai dengan
pembenahan sistem manajemen pemerintahan yang salah satunya adalah
sistem pelayanan publik, seperti pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu
Atap (UPTSA) untuk memberikan pelayanan di bidang perijinan. Namun
demikian hingga saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman merasa masih
belum dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal. Oleh
karena itu di masa yang akan datang perlu dilakukan perbaikan secara terus
menerus (continous improvement), baik menyangkut sistem maupun SDM,
sehingga kinerja aparatur pemerintah Kabupaten Sleman semakin baik.
Penyebab belum optimalnya kinerja aparatur pemerintahan Kabupaten Sleman
di antaranya adalah
a. Masih terdapat sebagian aparat yang belum memiliki budaya kerja yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan;

21
b. Belum tersedianya ukuran standar minimum pelayanan; dan
c. Perkembangan sarana dan prasarana pelayanan publik yang dimiliki belum
mampu mengimbangi perkembangan kebutuhan pelayanan kepada
masyarakat.

2. Keluarga miskin masih cukup banyak


Dalam penanganan keluarga miskin, Pemerintah Kabupaten Sleman telah
berupaya mengurangi dan memberdayakan masyarakat miskin melalui
beberapa program, seperti Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
(P2KP), Program Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD),
Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan dan Kecil (P4K), bantuan beras
miskin (raskin), Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar
Minyak (PKPS-BBM), dan membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (KPKD). Namun demikian, segala upaya yang telah dilakukan tersebut
masih belum berhasil menurunkan banyaknya keluarga miskin secara signifikan,
sehingga mengharuskan pemerintah Kabupaten Sleman berusaha lebih keras
untuk mengurangi banyaknya keluarga miskin.

3. Kualitas dan manajemen data masih rendah


Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik melalui perencanaan
pembangunan daerah, perlu dukungan data dan informasi yang akurat dan
mutakhir. Dukungan tersebut sangat menentukan tingkat efisiensi, efektivitas,
dan akuntabilitas dalam menyelenggarakan pembangunan daerah.
Pemerintah Kabupaten Sleman telah berupaya meningkatkan kualitas dan
manajemen data, antara lain dengan menghimpun berbagai data melalui
dinas/instansi dan menganalisis dengan metode yang sahih. Namun demikian,
upaya tersebut belum mampu menghasilkan data dan informasi dengan tingkat
akurasi seperti yang diharapkan. Hal ini terutama disebabkan oleh belum adanya
pengintegrasian data dari dinas/instansi, sistem informasi manajemen yang
belum memadai, dan belum dimanfaatkannya sistem jaringan komputer secara
maksimal.

4. Peranserta swasta dan dunia usaha dalam pembangunan masih belum


optimal
Keberhasilan pembangunan daerah tidak dapat lepas dari peran serta pihak
swasta dan dunia usaha. Partisipasi dan peran aktif yang dilakukan sesuai
dengan porsinya tidak hanya menghidupkan roda perekonomian saja, namun
juga pembangunan daerah secara menyeluruh. Di sisi lain terdapat beberapa hal
yang dianggap menghambat peran swasta dan dunia usaha dalam proses
pembangunan. Salah satunya adalah proses perijinan yang dirasa berbelit-belit,
mahal, dan lamban. Persepsi tersebut sebenarnya tidak semua benar, karen

22
proses perijinan diperlukan bukan hanya sebagai sumber pendapatan dan
pengendalian, tetapi juga pembinaan terhadap dunia usaha itu sendiri. Pada
hakekatnya perijinan merupakan pemberian hak dalam pengelolaan asset
daerah, sehingga harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Dengan
demikian pemerintah Kabupaten Sleman perlu memberikan penyadaran kepada
masyarakat dan dunia usaha bahwa penataan dalam pemanfaatan asset daerah
Kabupaten Sleman menjadi sangat penting.
Dalam hal promosi daerah, usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah
Kabupaten Sleman dirasakan masih belum mencukupi, baik di tingkat nasional
maupun internasional. Informasi tentang potensi dan kondisi kabupaten Sleman
belum dapat tersebar secara luas dan benar. Di sisi lain, penyediaan sarana dan
prasarana pendukung bagi investasi swasta belum dapat sepenuhnya dipenuhi,
hal ini terlihat dari kawasan-kawasan yang direncanakan untuk lokasi investasi
belum diikuti dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang
memadai. Hal lain yang cukup besar pengaruhnya terhadap minat swasta
adalah harga lahan di Kabupatan Sleman yang relatif tinggi jika dibandingkan
dengan harga tanah di daerah sekitarnya.
Dari sisi tenaga kerja, hampir sebagian besar angkatan kerja memiliki kualifikasi
pendidikan tinggi, sehingga tuntutan upah menjadi lebih tinggi sementara
ketrampilan yang dimiliki angkatan kerja belum memadai. Masalah lain di bidang
ketenagakerjaan adalah angkatan kerja yang tersedia belum sesuai dengan
lapangan kerja yang tersedia atau dibutuhkan dunia usaha.

5. Keamanan dan ketertiban masyarakat masih belum sepenuhnya kondusif


Kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kabupaten Sleman
secara umum relatif cukup baik, relatif tenang, tidak ada pertentangan suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA). Kondisi ini tercipta karena peran serta
aktif masyarakat di bidang keamanan dan ketertiban, yang dapat dibuktikan
dengan kegiatan keamanan lingkungan (kamling) di setiap pedukuhan berjalan
baik. Namun demikian jika dilihat dari angka kriminalitas, terutama pencurian
kendaraan bermotor dan penyalahgunaan narkoba masih relatif tinggi jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Propinsi DIY.

23
BAB III
DASAR FILOSOFIS, VISI, MISI, DAN NILAI - NILAI

A. DASAR FILOSOFIS PERENCANAAN DAERAH


Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang memerlukan satu filosofi
pembangunan yang memiliki cakrawala yang luas dan mampu menjadi pedoman
bagi daerah untuk menentukan visi, misi, dan arah pembangunan.
Filosofi pembangunan daerah Sleman digali dari filosofi luhur nenek moyang bangsa
Indonesia, yaitu: ”Gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja” dengan
pengertian sebagai berikut:

Gemah Ripah : perwujudan keadaan masyarakat yang tercukupi kebutuhan


lahir dan batin.
Loh Jinawi : perwujudan keadaan lahan (tanah) berserta tanam-tanaman
yang ada di atasnya sangat subur.
Tata Titi : suatu kondisi masyarakat yang taat pada aturan, disiplin,
Tentrem demokratis, bijak dalam bertindak, aman, tentram, dan damai.
Kerta Raharja : tercapainya tingkat kemakmuran/ kesejahteraan di masyarakat
yang ber-pedoman pada keselamatan lahir dan batin.
Rangkuman : perwujudan suatu kondisi masyarakat yang memiliki
kemakmuran, kesejahteraan dengan penuh rasa kedamaian,
keamanan, dan keteraturan.

Implementasi filosofis juga diwujudkan dalam slogan pembangunan desa terpadu di


Kabupaten Sleman, yakni “SLEMAN SEMBADA”. Secara harfiah SEMBADA dapat
dipahami sebagai suatu sikap dan perilaku yang berwatak kesatria,
bertanggungjawab, taat azas, setia menepati janji, pantang menyerah, tabu berkeluh
kesah, bulat tekad, kukuh mempertahankan kebenaran menghindari dari perbuatan
tercela, mampu menangkal dan mengatasi segala masalah, tantangan dan ancaman
yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri, rela berkorban, dan
mengabdi bagi kepentingan dan kesejahteraan bersama.
Sebagai slogan untuk upaya pembangunan, SEMBADA merupakan singkatan yang
dapat diuraikan atas arti huruf-hurufnya sebagai berikut:
S: Sehat
Yaitu kondisi masyarakat yang sehat jasmani, rohani, sosial dan lingkungan.
E: Elok dan Edi
Elok adalah aspek keindahan yang alami yang hanya diciptakan oleh Pencipta
Alam, misalnya pemandangan alam; sedang Edi adalah aspek keindahan sebagai
hasil rekayasa manusia, misalnya pembuatan pertamanan.

24
M: Makmur dan Merata
Yaitu kondisi masyarakat yang terpenuhi segala kebutuhan lahir dan batin merata
di seluruh wilayah, lapisan dan golongan masyarakat.
B: Bersih dan Berbudaya
Yaitu kondisi lingkungan yang terbebas dari segala bentuk pencemaran, kondisi
masyarakat yang bersih lahir batin, bebas dari cerca cela, tak berprasangka
buruk, menjauhi berbagai bentuk kecemburuan. Di samping itu juga berbudi luhur
dan memiliki sikap budaya bangsa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
A: Aman dan Adil
Yaitu kondisi masyarakat yang bebas dari rasa ketakutan dan kekhawatiran,
bebas dari gangguan dan rongrongan yang mengancam keselamatan lahir dan
batin karenja terjaminnya rasa keadilan dalam tata kehidupan.
D: Damai dan Dinamis
Yaitu kondisi masyarakat yang jauh dari pertikaian dan silang sengketa, mantap
dalam menciptakan berbagai bentuk kerukunan, semua permasalahan
diselesaikan dengan musyawarah, namun tetap menggalakkan dinamika
masyarakat secara individu maupun kelompok merangsang aktivitas yang kreatif
dan inovatif dalam memperlancar laju pembangunan.
A: Agamis
Yaitu kondisi masyarakat yang mengutamakan nilai-nilai agama sebagai landasan
semua akal pikiran dan pertimbangan rasa dalam melaksanakan kehendak demi
terciptanya kondisi masyarakat yang sehat, makmur yang merata, berbudaya,
aman dan adil, damai dan dinamis, serta kondisi alam yang bersih, elok dan edi.

SEMBADA, berfungsi sebagai wahana untuk mencapai kondisi SLEMAN yang


Sejahtera, Lestari, dan Mandiri.
Sejahtera dimaksudkan sebagai suatu kondisi wilayah dan masyarakat yang
terpenuhi kebutuhan lahiriah, batiniah, dunia dan akherat.
Lestari dimaksudkan tumbuh berkembang terus menerus, berkelanjutan dan
berkesinambungan, mampu mengikuti perubahan keadaan sesuai dengan
perkembangan.
Mandiri dimaksudkan berdiri di atas kemampuan sendiri, bebas dari sifat
ketergantungan, tetapi tetap memiliki keterikatan dengan lingkungan.
Dengan demikian, secara keseluruhan SEMBADA berfungsi sebagai wahana untuk
mewujudkan kondisi wilayah dan masyarakat yang terpenuhi kebutuhan lahiriah,
batiniah, dunia dan akherat, tumbuh berkembang terus menerus, berkelanjutan dan
berkesinambungan, mampu mengikuti perubahan keadaan sesuai dengan
perkembangan, berdiri di atas kemampuan sendiri, bebas dari sifat ketergantungan,
tetapi tetap memiliki keterikatan dengan lingkungan.

25
Berdasarkan filosofi pembangunan daerah Kabupaten Sleman tersebut dapat diambil
kesepakatan bersama selama 20 tahun berupa visi, misi, dan arah pembangunan
daerah Kabupaten Sleman.

B. VISI
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman 2006-2025
menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu “Terwujudnya
masyarakat Kabupaten Sleman yang sejahtera, demokratis, dan berdaya
saing”.

Sejahtera : perwujudan keadaan masyarakat yang maju dan tercukupi


kebutuhan lahiriah dan batiniah yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat
karena terpenuhinya kebutuhan ekonomi, sosial, dan religius.

Demokratis : perwujudan komitmen untuk melembagakan pelibatan yang


membuka ruang bagi semua elemen masyarakat untuk turut
serta dalam kebijakan dalam rangka mencapai kesejahteraan
masyarakat

Berdaya saing : perwujudan keadaan masyarakat yang sejahtera memiliki


keunggulan komparatif dan kompetitif, sehingga mampu
bersaing secara sehat dengan didasari oleh keyakinan akan
potensi dan permasalahan yang dimiliki untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan.

Visi ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam misi yang akan menjadi tanggungjawab
seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Sleman yang terdiri dari aparatur pemerintah
daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, organisasi politik, organisasi sosial
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, lembaga
pendidikan, dunia usaha, dan tokoh masyarakat untuk mencapai cita-cita masa
depan.

C. MISI
1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik;
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat; dan
4. Meningkatkan kehidupan bermasyarakat yang demokratis.

Penjelasan masing-masing misi:


Misi kesatu
Misi ini merupakan upaya Kabupaten Sleman dalam mewujudkan cita-cita mulia
yang memerlukan dukungan dari seluruh komponen masyarakat dalam pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan yang mengedepankan partisipasi, kerangka hukum
yang adil, transparansi, responsibilitas, berorientasi pada konsensus bersama, adil,
efektif dan efisien, akuntabel, dan misi yang strategis.
26
Misi ini menjiwai implementasi misi-misi yang lainnya.

Misi kedua
Misi ini merupakan upaya pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten Sleman
dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat terutama kesejahteraan sosial dan
ekonomi yang dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang stabil dan
berkesinambungan dengan mekanisme pasar yang berlandaskan persaingan sehat
serta memperhatikan nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, dan berwawasan
lingkungan.

Misi ketiga
Misi ini merupakan upaya Kabupaten Sleman dalam membangun sumberdaya
manusia yang sehat, cerdas, produktif, kompetitif, dan berakhlak mulia sebagai
kunci dari keberhasilan pelaksanaan misi yang lainnya. Upaya tersebut dilakukan
melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi mutu pelayanan dasar.

Misi keempat
Misi ini merupakan upaya Kabupaten Sleman dalam menegakkan supremasi hukum
sebagai sarana untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat serta
kehidupan bermasyarakat yang demokratis. Penegakan supremasi hukum dilakukan
untuk menjaga norma/kaidah hukum dalam masyarakat serta mempertahankan nilai-
nilai sosial dan rasa keadilan masyarakat.

Keempat misi di atas dijabarkan dan dilaksanakan melalui prioritas pembangunan


daerah yang berupa program-program pembangunan daerah, yang diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kualitas hidup masyarakat,
mewujudkan masyarakat yang demokratis, dan terwujudnya tata pemerintahan yang
baik.

D. PRINSIP-PRINSIP DAN NILAI-NILAI (CORE VALUES)


Prinsip-prinsip dan nilai-nilai organisasi yang perlu dikembangkan untuk mencapai
visi dan misi daerah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip
Demokrasi : Menjunjung tinggi kebebasan menge-luarkan pendapat
dalam kehidupan masyarakat.
Partisipasi : Setiap warga memiliki suara yang sama dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui
intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya.
Transparansi : Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi. Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi
secara langsung dapat diterima oleh mereka yang

27
membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
Akuntabilitas : Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor
swasta dan masyarakat (civil society) bertang-gungjawab
kepada publik dan lembaga-lembaga pemangku
kepentingan (stakeholders).
Desentralisasi : Penyerahan sebagian wewenang kabupaten kepada
pemerintah di bawahnya.

2. Nilai-nilai
Keadilan : Sikap dan tindakan seorang aparatur yang
memperlakukan orang lain sesuai dengan fungsi, peran
dan tanggung-jawabnya dan memperhatikan hak dan
kewajiban masyarakat.
Profesional : Terampil, handal, dan bertang-gungjawab dalam
menjalankan profesinya.

Integritas : Kepribadian yang dilandasi unsur kejujuran, keberanian,


kebijaksanaan, dan pertanggung-jawaban sehingga
menimbulkan kepercayaan dan rasa hormat.
Tanggung jawab : Kesediaan menanggung sesuatu, yaitu bila salah wajib
memperbaikinya atau berani dituntut atau diperkarakan.
Kemandirian : Sifat, watak, dan tindakan yang jelas dan tidak bergantung
pada pihak lain.
Disiplin : Sikap yang selalu taat kepada aturan, norma dan prinsip-
prinsip tertentu.
Kerjasama : Komitmen diantara anggota organisasi untuk saling
mendukung satu sama lain, menghindari ego sektoral
yang mementingkan bagian organisasinya sendiri.
Kesetaraan : Semua bagian organisasi akan bekerja sesuai dengan
fungsi masing-masing dengan tetap memperhatikan pen-
capaian hasil akhir bagi organisasi secara keseluruhan.
Kebersamaan : Sikap dan perilaku yang secara bersama-sama pada
dalam Keragaman suatu ruang atau waktu yang sama menunjukkan tingkah
laku secara spontan demi kepentingan dan tujuan yang
sama.

28
BAB IV
ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus


dilaksanakan secara terpadu dan serasi serta diarahkan untuk mengembangkan daerah
sesuai dengan prioritas dan potensi wilayah/kawasan. Dalam pelaksanaan
pembangunan daerah perlu didukung adanya prakarsa dan peran aktif masyarakat
termasuk pendayagunaan pengawasan serta koordinasi pembangunan. Kemampuan
daerah dalam manajemen dapat lebih mendayagunakan potensi yang dimiliki daerah dan
kemampuan daerah dalam rangka mendukung sumber-sumber penerimaan daerah.
Kerjasama antardaerah dalam rangka pembangunan daerah dan pengembangan
wilayah/kawasan perlu terus ditingkatkan agar daerah-daerah dalam satu wilayah
pembangunan dapat tumbuh secara serasi dan mampu memecahkan masalah-masalah
wilayah secara bersama-sama.
Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan termasuk penanggulangan
kemiskinan, diutamakan bagi kecamatan/desa/kelurahan yang tertinggal dan kurang
berkembang sehingga ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial dengan
kecamatan/desa/kelurahan lain dapat dikurangi.

A. PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN

1. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


a. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme aparatur pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. Meningkatkan kepatuhan aparatur pemerintah pada kebijakan dan peraturan
yang ditetapkan agar penyelenggaraan pemerintahan lebih efisien dan
efektif;
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kerja dalam
rangka memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat;
d. Meningkatkan akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah melalui pengawasan
internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat;
e. Meningkatkan kesejahteraan PNS melalui pola renumerasi berbasis sistem
kinerja baik individual maupun instansi;
f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penentuan kebijakan publik,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan daerah melalui
mekanisme yang sah;
g. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang semakin kuat,
demokratis, dinamis dan bertanggung jawab;
h. Mempertahankan netralitas birokrasi dalam kehidupan politik;

29
i. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi termasuk pengembangan e-
government dalam penyelenggaraan pemerintahan yang transparan,
pelayanan masyarakat, dan pengembangan potensi daerah; dan
j. Penataan sistem administrasi kependudukan yang mengarah pada
peningkatan pelayanan, kualitas data dan informasi kependudukan.

2. Politik
a. Mempertahankan keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
bertumpu pada ke-Bhineka Tunggal Ika-an dan membangun bangsa dan
watak bangsa yang dinamis dan demokratis;
b. Meningkatkan etika dan moral budaya politik sesuai dengan prinsip
demokrasi Pancasila serta menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
c. Meningkatkan kemandirian dan fungsi partai politik dalam menyerap,
menyampaikan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat dengan
mengembangkan sikap bijaksana dan menjunjung tinggi etika demokrasi;
d. Mewujudkan kebebasan media massa, berkumpul, berserikat, dan
menyatakan pendapat setiap warga masyarakat secara bertanggungjawab;
dan
e. Meningkatkan kesadaran bela negara kepada masyarakat dalam upaya
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Agama
a. Memantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral, spiritual,
dan etika dalam kehidupan individu, bermasyarakat, dan bernegara;
b. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana ibadah;
c. Meningkatkan kerukunan hidup beragama dan mengembangkan sikap
toleransi dalam kehidupan beragama; dan
d. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga keagamaan untuk kesejahteraan
umat.

4. Pembangunan Perdesaan
a. Meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat dengan
memanfaatkan potensi dan sumberdaya alam setempat, namun harus
mempertimbangkan kelestarian lingkungan;
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan lembaga kemasyarakatan
perdesaan agar mandiri dan berdaya saing;
c. Melestarikan sifat kegotongroyongan dan kebersamaan masyarakat sesuai
budaya serta tradisi setempat dalam pengelolaan prasarana dan sarana
perdesaan; dan
30
d. Memperkuat ketahanan ekonomi perdesaan.melalui pengembangan dan
pelembagaan jaring pengaman sosial ekonomi

5. Pembangunan Perkotaan
a. Meningkatkan pembangunan perkotaan dengan prinsip berwawasan
lingkungan melalui sektor andalan, yakni pendidikan, jasa pariwisata,
industri kecil/perdagangan, dan berjati diri budaya serta didukung dengan
tempat hunian yang layak;
b. Mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan agar mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat melalui kerjasama pemerintah dan
swasta/masyarakat; dan
c. Mengembangkan kelembagaan pemerintahan di perkotaan yang sesuai
dengan tingkat kebutuhan pelayanan masyarakat perkotaan.

B. KETERTIBAN DAN KEAMANAN

1. Hukum
a. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung
kegiatan perekonomian, sosial, budaya dan politik dalam menghadapi era
persaingan global, serta melindungi kepentingan rakyat;
b. Mengembangkan budaya hukum di masyarakat agar tercipta kesadaran dan
ketaatan hukum;
c. Mendorong terlaksananya penegakan supremasi hukum agar lebih
menjamin terciptanya kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, serta
menghargai dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
d. Mengupayakan pengakuan Hak Atas Kekayaan Intelektual secara luas;
e. Meningkatkan integritas dan profesionalitas aparatur penegak hukum untuk
menumbuhkan kepercayaan masyarakat; dan
f. Mendorong terwujudnya lembaga peradilan yang mandiri dan independen
guna mewujudkan pengayoman pada masyarakat.

2. Ketentraman dan Ketertiban


a. Meningkatkan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban masyarakat
untuk menciptakan stabilitas daerah yang bebas dari ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan;
b. Meningkatkan kesadaran swakarsa masyarakat untuk menjaga
ketentraman dan ketertiban;
c. Meningkatkan perlindungan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan
aparat pemerintah dan swadaya masyarakat;

31
d. Meningkatkan pelayanan umum dan fungsi perlindungan kepada
masyarakat dalam penanganan bencana dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat;
e. Mewujudkan situasi kondusif di daerah melalui peningkatan peran Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dalam penegakan peraturan daerah; dan
f. Meningkatkan upaya deteksi dini, pencegahan, dan penangulangan
peredaran dan penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang, dan zat
adiktif.

C. EKONOMI

1. Pertanian

a. Meningkatkan ketahanan pangan yang diarahkan pada keragaman


sumberdaya pangan, peningkatan produktivitas hasil pertanian, penerapan
teknologi tepat guna yang ramah lingkungan;
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam pelaksanaan
pengembangan pertanian yang berorientasi agroindustri dan agribisnis
dengan memanfaatkan peluang yang ada;
c. Memantapkan kelembagaan untuk mewujudkan petani yang kuat, dinamis,
mandiri, dan berdaya saing;
d. Mengembangkan komoditas unggulan dan diversifikasi produk dengan
menggali potensi wilayah secara optimal sesuai peluang pasar guna
meningkatkan pendapatan petani;
e. Meningkatkan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura
yang berkelanjutan melalui peningkatan pengenalan dan penerapan
teknologi dalam budidaya pertanian maupun pengelolaan pasca panen;
f. Meningkatkan pembangunan perkebunan yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan industri, menunjang peningkatan ekspor serta mengembangkan
agribisnis yang terpadu;
g. Meningkatkan pembangunan peternakan yang diarahkan pada
pemberdayaan dan pengembangan peternakan rakyat, guna mendorong
diversifikasi produk dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani; dan
h. Memperluas jaringan pemasaran hasil usaha peternakan dan peningkatan
pengawasan ternak melalui pengawasan lalu-lintas ternak, cegah dini, dan
kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet).

2. Perikanan
a. Meningkatkan pembangunan perikanan yang diarahkan pada usaha
agribisnis perikanan meliputi benih ikan, ikan konsumsi, ikan hias,
penanganan pasca panen, dan diversifikasi produk olahan perikanan;

32
b. Memperluas jaringan pemasaran hasil usaha perikanan; dan
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perikanan.

3. Kehutanan
a. Meningkatkan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian
sumberdaya alam dan kelangsungan fungsi serta mutu lingkungan hidup;
b. Meningkatkan fungsi hutan sebagai salah satu faktor penentu ekosistem
lingkungan, melindungi plasma nutfah, dan mengembangkan
keanekaragaman hayati dengan memberdayakan masyarakat di sekitar
kawasan hutan;
c. Melestarikan hutan dengan prioritas di daerah aliran sungai, kawasan hutan
lindung, dan hutan rakyat;
d. Mengembangkan hutan pendidikan yang berfungsi sebagai hutan penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
e. Meningkatkan pengelolaan lahan kritis untuk mempertahankan kesuburan
tanah, memelihara dan mempertahankan sumber air.

4. Pertambangan
a. Meningkatkan pembangunan pertambangan untuk mendorong kegiatan
ekonomi masyarakat, melalui penganekaragaman pengolahan hasil
pertambangan yang efisien dan efektif untuk memperluas dan menciptakan
lapangan kerja dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam
dan lingkungan hidup; dan
b. Meningkatkan pengelolaan pertambangan diselenggarakan dengan
melibatkan peran serta masyarakat dan terpadu lintas daerah.

5. Industri
a. Meningkatkan pembangunan industri, terutama pengembangan kelompok
kecil yang terdapat di sentra/kantong-kantong industri, industri rumahtangga,
dan perdesaan;
b. Meningkatkan pembangunan industri yang diarahkan dengan
mengutamakan pemanfaatan bahan baku lokal dan teknologi tepat guna
serta industri teknologi tinggi ramah lingkungan;
c. Meningkatkan pembangunan industri yang diarahkan sebanyak mungkin
memanfaatkan dan mengolah bahan lokal dari hasil pertanian dan industri
yang manghasilkan input bagi proses produksi pertanian, serta rekayasa
mesin/alat tepat guna dalam rangka menghasilkan produk unggulan baik
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor; dan

33
d. Meningkatkan pembangunan dan pengembangan industri menengah dan
besar diarahkan sesuai dengan tata ruang dan dapat menyerap tenaga lokal
sebanyak-banyaknya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

6. Energi
a. Meningkatkan pembangunan energi yang diarahkan untuk peningkatan
produktivitas perekonomian daerah secara tepat guna dan berhasil guna
serta memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Meningkatkan dan mengembangkan energi alternatif dengan memanfaatkan
semua potensi sumber energi yang tersedia; dan
c. Meningkatkan pembangunan jaringan listrik pedesaan keseluruh
perdusunan sehingga dapat meningkatkan kegiatan pembangunan yang
bersifat produktif untuk pengembangan potensi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

7. Perdagangan
a. Mewujudkan sistem perdagangan yang berkeadilan, efisien, dan efektif
dengan memanfaatkan ketersediaan barang dan jasa, kelancaran arus
distribusi, dan pemantapan pelaksanaan perlindungan konsumen;
b. Meningkatkan perdagangan barang dan jasa yang diarahkan pada
penganekaragaman jenis, jumlah, dan mutu komoditas dalam negeri dan
ekspor sesuai dengan permintaan pasar;
c. Memelihara dan menciptakan peluang pasar dengan peningkatan daya
saing, penyempurnaan prasarana dan sarana perdagangan, sistem
informasi pasar, serta kegiatan promosi yang lebih terstruktur dan terarah;
d. Meningkatkan peran serta koperasi, pemilik modal, dan lembaga keuangan
melalui sistem kemitraan guna meningkatkan produksi, pemasaran dan
perlindungan usaha kecil dan menengah;
e. Meningkatkan profesionalisme pengusaha kecil dan menengah untuk dapat
bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri; dan
f. Mengembangkan usaha informal dan tradisional yang diarahkan agar
tumbuh menjadi unsur ekonomi rakyat yang tangguh, mandiri dan berdaya
saing serta mampu berperan dalam penciptaan usaha dan lapangan kerja.

8. Transportasi
a. Meningkatkan sistem dan manajemen transportasi sebagai faktor
pendukung utama untuk mengembangkan kegiatan ekonomi, sosial budaya,
politik, keamanan dan ketertiban, serta sarana meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;

34
b. Memelihara dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi agar tetap
dalam kondisi mantap untuk mendukung kelancaran arus barang dan jasa
dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat;
c. Mengembangkan sarana transportasi pedesaan dan perkotaan secara
terpadu untuk menunjang pengembangan wilayah terutama desa-desa yang
masih tertinggal.

9. Keuangan dan Kekayaan Daerah


a. Mengelola dan mengembangkan keuangan dan kekayaan daerah secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan,
kepatutan, dan sebesar-besar manfaat untuk masyarakat;
b. Meningkatkan penerimaan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
sumber-sumber pendapatan daerah, dan sumber-sumber penerimaan
lainnya yang sah;
c. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat untuk membayar pajak
dan retribusi secara jujur dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembiayaan
pembangunan daerah agar tercapai kesinambungan pembangunan dan
kemandirian daerah;
e. Mengalokasikan pembiayaan pembangunan untuk usaha-usaha produktif
yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan kesempatan berusaha
dengan tetap melaksanakan upaya penghematan tanpa mengurangi mutu
pelayanan; dan
f. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan keuangan dan kekayaan
daerah terutama melalui pengawasan melekat untuk mencegah
pemborosan dan segala bentuk penyimpangan.

10. Dunia Usaha


a. Menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif bagi kegiatan investasi yang
berwawasan lingkungan dan mampu meningkatkan kesempatan berusaha
dan kesempatan kerja lokal;
b. Membentuk dan atau meningkatkan kelembagaan yang profesional dalam
pengembangan penanaman modal di daerah;
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penanaman modal diarahkan untuk
meningkatkan peran aktif swasta dan masyarakat dalam pembangunan
daerah; dan
d. Meningkatkan kemitraan usaha antarlembaga usaha koperasi, swasta dan
pemerintah.

35
11. Koperasi
a. Mengembangkan koperasi dan UMKM dengan menitikberatkan kepada
aspek permodalan, sumberdaya manusia, kelembagaan, dan pemasaran
berbasis pada sentra dan KSP/USP agar menjadi unit usaha yang tangguh
dan lebih mampu berperan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing;
b. Mengembangkan koperasi dan UMKM agar lebih mampu berperan sebagai
penyedia barang dan jasa pada pasar domestik khususnya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat banyak; dan
c. Mengembangkan Bussines Development Services (BDS) sebagai lembaga
yang memberikan pelayanan dan pendampingan kepada sentra-sentra
produksi dan koperasi.

12. Tenaga Kerja


a. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja untuk membentuk
tenaga kerja yang memiliki etos kerja dan jiwa wirausaha yang tangguh,
terampil, dan menguasai teknologi;
b. Meningkatkan pendayagunaan dan penyaluran tenaga kerja yang didukung
informasi ketenagakerjaan dalam dan luar negeri serta perencanaan tenaga
kerja yang komprehensif dengan memperhatikan kemampuan dan kualitas
tenaga kerja;
c. Mendorong dan memfasilitasi terciptanya community college base untuk
meningkatkan peran masyarakat dalam mempersiapkan tenaga kerja yang
berkualitas;
d. Memantapkan perlindungan tenaga kerja meliputi hak berserikat,
keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial tenaga kerja; dan
e. Mengupayakan perlindungan khusus bagi tenaga kerja wanita sesuai
dengan kodrat, harkat, dan martabatnya.

13. Telekomunikasi dan Informasi


a. Meningkatkan pelayanan pos dan telekomunikasi yang menjangkau dan
merata ke seluruh perdesaan;
b. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam menguasai,
memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk menciptakan keunggulan kompetitif daerah;
c. Meningkatkan peran media komunikasi dan informasi untuk memeratakan
dan mempermudah akses masyarakat dalam memperoleh informasi, dan
menjalin hubungan timbal balik antara masyarakat dengan pemerintah
dalam berbagai aspek;

36
d. Meningkatkan peran mass-media dan cyber-media yang bebas dan
bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang obyektif, akurat,
edukatif, dan terkini sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif;
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam mengembangkan
media telekomunikasi dan informasi; dan
f. Meningkatkan upaya-upaya pencegahan dampak negatif atas pemanfaatan
teknologi informasi.

D. LINGKUNGAN HIDUP

1. Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam


a. Melestarikan fungsi lingkungan hidup dengan menerapkan prinsip-prinsip
pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan;
b. Mengelola sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan generasi
sekarang tanpa mengabaikan kepentingan generasi yang akan datang
dengan mempertimbangkan keseimbangan aspek ekonomi, sosial budaya
dan lingkungan; dan
c. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam yang
efektif berdasarkan tata kelola yang baik melalui pendidikan, perumusan
kebijakan yang berwawasan lingkungan, penegakan hukum, dan partisipasi
masyarakat.

2. Penataan Ruang
a. Menyusun rencana dan mengendalikan tata ruang secara transparan
dengan melibatkan masyarakat dan swasta;
b. Memanfaatkan ruang secara serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan
serta berwawasan lingkungan berdasarkan rencana tata ruang yang telah
disepakati; dan
c. Mengembangkan produk-produk perencanaan tata ruang yang lebih rinci di
kawasan strategis dan prioritas sebagai instrumen pengendalian lahan dan
kepastian investasi.

3. Pertanahan
a. Meningkatkan penatagunaan tanah yang berazaskan keterpaduan,
kemanfaatan, keserasian, keselarasan, keterbukaan, keadilan, dan
keberkelanjutan;
b. Meningkatkan pengendalian penggunaan tanah secara adil, transparan, dan
produktif dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat dan masyarakat
adat berdasarkan rencana tata ruang; dan
c. Mengembangkan sistem informasi dan manajemen pertanahan yang
semakin handal, sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan dan
kepastian hukum.
37
E. PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM

1. Perumahan
a. Mengembangkan perumahan yang memenuhi standar rumah sehat secara
merata dan menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dengan
memperhatikan rencana tata ruang;
b. Mengembangkan perumahan vertikal di perkotaan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan lahan dan mengantisipasi tingginya harga tanah; dan
c. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan perumahan oleh
masyarakat dan swasta dengan melibatkan peran perbankan dan koperasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Fasilitas Umum
a. Membangun fasilitas umum pada kawasan permukiman dan pusat-pusat
pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam mengembangkan,
mengelola, dan memelihara fasilitas umum; dan
c. Menerapkan prinsip-prinsip pemulihan biaya (cost recovery) secara selektif
dalam mengembangkan fasilitas umum.

F. KESEHATAN

1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


a. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan lingkungan dengan
pendekatan paradigma sehat;
b. Meningkatkan pemahaman dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) terutama pada tatanan rumahtangga, institusi pendidikan, dan
institusi kesehatan;
c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam upaya kesehatan, dengan
memanfaatkan potensi lokal;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mewujudkan jaminan
kesehatan bagi seluruh masyarakat secara bertahap; dan
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan sistem
kesehatan daerah.

2. Penyediaan Prasarana dan Sarana


a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kesehatan; dan
b. Meningkatkan ketersediaan informasi yang akurat, tepat waktu, lengkap
melalui jaringan kerjasama.

38
G. PARIWISATA DAN BUDAYA

1. Pengembangan Pariwisata
a. Mengembangkan pariwisata dengan pendekatan sistem yang utuh dan
terpadu bersifat multidisipliner dan partisipatoris untuk meningkatkan daya
tarik obyek wisata;
b. Meningkatkan ragam dan kualitas produk pariwisata serta promosi dan
pemasaran, baik di dalam maupun di luar negeri dengan memanfaatkan
kerjasama kepariwisataan regional secara optimal;
c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang kepariwisataan untuk
mendukung Program Sapta Pesona; dan
d. Mewujudkan pariwisata berwawasan agama, lingkungan dengan berdasar
pada kearifan budaya lokal agar mampu berdaya saing global untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Pengembangan Budaya
a. Mengembangkan kebudayaan daerah melalui pelestarian dan perlindungan
nilai-nilai luhur budaya daerah untuk memperkuat jati diri, meningkatkan
harkat dan martabat serta kepribadian bangsa;
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggali nilai-nilai luhur
budaya daerah dan menerima nilai-nilai positip yang berasal dari luar
melalui pengembangan karya, cipta, rasa, dan karsa untuk memperkaya
khasanah/keanekaragaman budaya bangsa di daerah; dan
c. Melestarikan nilai-nilai budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala
termasuk kawasan cagar budaya, sistem nilai dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat serta mengembangkan kesenian tradisional dan
kreasi baru untuk menunjang pariwisata.

H. PENDIDIKAN

1. Sumberdaya Manusia
a. Meningkatkan dan perluasan pendidikan anak usia dini dalam rangka
mengembangkan sikap, nilai-nilai, pengetahuan dan daya cipta;
b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki jati diri dan
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan
tuntutan pasar pada semua jenjang pendidikan;
c. Meningkatkan kualitas tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan
inovasi dalam pengembangan pembelajaran yang berstandar nasional
maupun global; dan
d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan dasar dan menengah
menuju wajib belajar 12 tahun.

39
2. Prasarana dan Sarana
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pendidikan pada
semua jenjang pendidikan; dan
b. Menyelaraskan dan melengkapi kurikulum dengan aspek-aspek ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan kondisi daerah.

3. Kelembagaan
a. Meningkatkan kerjasama antarlembaga pendidikan, lembaga ilmu
pengetahuan dan teknologi, dunia usaha, maupun dunia industri dalam
peningkatan mutu pendidikan;
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan non-formal yang setara
dengan pendidikan formal; dan
c. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang memiliki kompetensi dan
inovasi dalam pengembangan pembelajaran yang berstandar nasional
maupun global.

I. PERLINDUNGAN SOSIAL

1. Kesejahteraan Sosial
a. Meningkatkan ketahanan sosial dan memberdayakan penyandang masalah
kesejahteraan sosial;
b. Meningkatan pemahaman masyarakat rawan bencana dan penyantunan
terhadap korban akibat bencana;
c. Meningkatkan kepedulian sosial terhadap penyandang cacat, fakir miskin,
anak terlantar, kelompok rentan sosial, serta lanjut usia; dan
d. Meningkatkan kualitas keluarga melalui program keluarga berencana.

2. Peranan Perempuan
a. Meningkatkan peran perempuan dalam mengakses, mengontrol,
memanfaatkan, dan berpartisipasi dalam pengarusutamaan gender;
b. Meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan di segala bidang
dengan hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan pria
berdasarkan kodrat, harkat, dan martabatnya;
c. Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan perempuan agar dapat
berperan aktif di segala bidang kehidupan bangsa; dan
d. Meningkatkan peran perempuan dan organisasi perempuan untuk
mewujudkan kesejahteraan keluarga.

40
3. Pemuda dan Olah Raga
a. Menciptakan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam
mengaktualisasikan segenap potensi diri, melalui organisasi sosial politik
dan organisasi kemasyarakatan;
b. Meningkatkan kualitas generasi muda agar dapat mandiri, unggul dan
berdaya saing;
c. Meningkatkan prestasi olah raga di sekolah dan masyarakat; dan
d. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana olah raga.

41
BAB V
PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman merupakan arah


dan pedoman bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah bagi lembaga-lembaga
daerah dan seluruh rakyat Kabupaten Sleman.

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten


Sleman maka:

1. Bupati selaku kepala pemerintahan di daerah berkewajiban menjalankan tugas


penyelenggaraan pemerintahan daerah, berkewajiban untuk mengerahkan semua
potensi dan kekuatan pemerintahan dalam melaksanakan dan mengendalikan
pembangunan daerah.

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan pemerintah daerah serta lembaga-lembaga


daerah lainnya baik pemerintah maupun swasta berkewajiban melaksanakan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman sesuai dengan
tugas, fungsi, dan wewenangnya berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman dalam


pelaksanaannya dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) yang berupa rencana pembangunan daerah 5 tahunan yang memuat uraian
kebijakan secara rinci dan terukur serta sasaran/target yang akan dicapai, yang
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau Rencana Strategis Daerah


(Renstrada) dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.

42
BAB VI

PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman tahun 2006-2025


berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan ditetapkannya Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah yang baru.

Selama belum ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana


Kerja Pemerintah Daerah berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Sleman tahun 2006-2025, pemerintah daerah dapat menggunakan dokumen
perencanaan pembangunan daerah sebelumnya.

Keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai visi dan misi


tergantung pada peran aktif masyarakat serta sikap mental, tekad, semangat, ketaatan
dan disiplin para penyelenggara pemerintahan. Sehubungan dengan itu semua kekuatan
sosial politik, organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu
menyusun program menurut fungsi dan kemampuan masing-masing dalam
melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman.

Hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara lebih merata dan adil oleh segenap
warga masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan lahir dan
batin dalam suasana yang demokratis, aman, tentram, dan damai.

BUPATI SLEMAN

Cap/ttd

IBNU SUBIYANTO

43
44

Anda mungkin juga menyukai