Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HUKUM KENEGARAAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

JUDUL :Perubahan Peraturan UU Dan Pengesahan Dan Pengundangan Peraturan Perundang-


Undangan

Disusun Oleh Kelompok 10

Anggota :

- Mimi Purwati
- Vita Setya Hakiki
- Syamsul Rizal
- Supratman

PRODI ILMU HUKUM

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN BUDAYA SAMAWA REA

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakansebuah sistem, karena di


dalamnya terdapat beberapa peristiwa/tahapan yang terjalin dalam satu rangkaian yang tidak
terpisahkan antara satu dan lainnya. Tahapan tersebut yaitu tahap perencanaan, tahap
penyusunan, tahap pembahasan, tahap pengesahan, tahap pengundangan, dan tahap
penyebarluasan.Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa seharusnya norma hukum yang hendak
dituangkan dalam rancangan Peraturan Perundang-undangan, benar-benar telah disusun
berdasarkan pemikiran yang matang dan perenungan yang memangmendalam, semata-mata
untuk kepentingan umum (public interest),bukan kepentingan pribadi atau golongan.1Sistem
pemerintahan Indonesiamengenal adanya jenis pembagian kewenangan baik antara
kewenangan Pemerintah Pusat maupun kewenangan Pemerintah Daerah. Dalam
pembentukan produk hukum baik pusat maupundaerah, undang-undang memberikan peranan
dan fungsi terhadap elemen pemerintahan baik yang dipusat maupun daerah.

2.1 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Menambah dan menyisipkan perundang-undangan ?


2. Mengganti suatu ketentuan dengan ketentuan lain ?
3. Pengesahan dan pengundangan perundang-undangan ?

3.1 Tujuan Makalah

1. Mengetahui Menambah dan menyisipkan perundang-undangan


2. Mengetahui Mengganti suatu ketentuan dengan ketentuan lain
3. Mengganti Pengesahan dan pengundangan perundang-undangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menambah dan menyisipkan perundang-undangan
Dalam suatu perubahan peraturan perundang-undangan meliputi:
menambah atau menyisipkan ketentuan baru, menyempurnakan, menghapus ketentuan
yang sudah ada yang berbentuk bab, bagian, paragraf, pasal, ayat, perkataan, angka, huruf,
tanda baca, dan lain-lain.
mengganti suatu ketentuan dengan ketentuan yang lain baik yang berbentuk bab,
bagian, paragraf, pasal, ayat, perkataan, angka, huruf, tanda baca, dan lain-lain.Sedangkan
dalam mengadakan perubahan peraturan perundang-undangan hal-hal yang harus
diperhatikan:

perubahan peraturan perundang-undangan dilakukan dengan tidak mengubah


sistematika.
dalam penamaan jika terjadi beberapa kali perubahan hendaknya perumusan penamaan
disebut peraturan perundang-undangan yang diubah dan perubahan yang diadakan itu adalah
perubahan yang keberapa kalinya. dalam konsiderans peraturan perundang-undangan yang
diubah dikemukakan alasan perubahan dan mengapa peraturan yang lama perlu diadakan
perubahan.
batang tubuh dalam perubahan peraturan perundang-undangan terdiri dari dua pasal
yang ditulis dengan angka romawi, yang mana pasal I memuat segala sesuatu perubahan
dengan diawali penyebutan peraturan perundang-undangan yang diubah, dan urutan
perubahan tersebut hendaknya ditandai dengan huruf besar, pasal II memuat ketentuan
mengenai mulai berlakunya peraturan perubahan tersebut. disamping adanya perubahan juga
dikenal adanya pencabutan peraturan perundang-undangan yang disertai dengan penggantian
dan pencabutan tanpa penggantian.
Teknik Penjelasan Peraturan Perundang-Undangan

Penjelasan merupakan suatu kesatuan penjelasan resmi dari pembentuk peraturan


perundang-undangan yang dimaksudkan untuk membantu mengetahui maksud latar
belakang peraturan perundang-undangan diadakan, dan dimaksudkan menjelaskan yang
perlu dijelaskan. Dalam naskah penjelasan terdiri dari pertama penjelasan umum yang berisi
tentang latar belakang pemikiran secara sosiologis, politis, budaya, dan sebagainya
dibentuknya peraturan perundang-undangan , kedua penjelasan pasal demi pasal.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perubahan peraturan perundang-undangan:

- isi penjelasan tidak boleh bertentangan dengan isi peraturan perundang-undangan itu
sendiri.
- penjelasan tidak merupakan pengulangan dari naskahnya atau dalam pasal-pasal.
- penjelasan defenisi atau pengertian yang tidak dijelaskan dalam ketentuan umum.
- penjelasan tidak berisi penambahan norma baru dan apabila suatu pasal ayat tidak
memerlukan penjelasan, hendaknya diberikan keterangan cukup jelas.
- penjelasan dimuat dalam tambahan lembaran negara.

2. Pengesahan dan pengundangan perundang-undangan

Proses akhir dari pembuatan peraturan perundang-undangan adalah pengundangan


dan penyebarluasan yang memerlukan penanganan secara terarah, terpadu, terencana, efektif
dan efesien serta akuntabel. Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-
undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia. Maksudnya agar supaya setiap orang dapat mengetahui peraturan
perundang-undangan, pemerintah wajib menyebarluaskan peraturan perundang-undangan
yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan Berita Negara
Republik Indonesia. Dengan penyebarluasan diharapkan masyarakat mengerti, dan
memahami maksud-maksud yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan,
sehingga dapat melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 1
Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan berwenang melakukan pengundangan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pelaksanaan pengundangan
peraturan perundang-undangan berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor : M.01-HU.03.02 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengundangan dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal
Peraturan Perundang-undangan yang dalam tugas pokok dan fungsinya dilaksanakan oleh
Direktorat Publikasi, Kerja Sama dan Pengundangan Peraturan Perundang-undangan yang
membawahi Subdirektorat Pengundangan Peraturan Perundang-undangan.

Pengundangan peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik


Indonesia meliputi:

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

Peraturan Pemerintah;

Peraturan Presiden mengenai:

1) pengesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan negara lain atau badan
internasional; dan

2) pernyataan keadaan bahaya.

Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-undangan yang


berlaku harus diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dalam hal peraturan perundang-undangan yang ada penjelasannya, maka pengundangannya


ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Berita Negara Republik Indonesia
meliputi peraturan yang dikeluarkan oleh:

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat;


2. Dewan Perwakilan Rakyat;
3. Mahkamah Agung;
4. Mahkamah Konstitusi; dan
5. Menteri, Kepala Badan, lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh
undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang.

Dalam hal peraturan perundang-undangan yang ada penjelasannya, maka pengundangannya


ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia dalam bentuk lembaran lepas dan himpunan.

Tata Cara Pengundangan Peraturan Perundang-undangan

Naskah Peraturan Perundang-undangan yang akan diundangkan dalam Lembaran Negara


Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara
Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia wajib disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan disertai dengan 3 (tiga) naskah
asli dan 1 (satu) softcopy.

Penyampaian dilakukan oleh pejabat yang berwenang dari instansi yang bersangkutan atau
petugas yang ditunjuk disertai surat pengantar untuk diundangkan.

Pengundangan dilakukan dengan memberi nomor dan tahun pada Lembaran Negara Republik
Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, dan memberi nomor pada Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Selanjutnya Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan mengajukan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk ditandatangani.

Naskah peraturan perundang-undangan yang telah ditandatangani Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia, selanjutnya disampaikan kepada instansi pemohon 2 (dua) naskah asli dan 1
(satu) untuk Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan sebagai arsip.

Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia dalam bentuk lembaran lepas dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 14
(empat belas) hari terhitung sejak tanggal peraturan perundang-undangan diundangkan.

Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia dalam bentuk himpunan dilakukan pada akhir tahun.

Anda mungkin juga menyukai