Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Teori Medis


A. Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (Neonatus) menurut Marmi & Rahardjo (2015)
bahwa adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28
hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi
(menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik.
Menurut Dep. Kes. RI (2005) dalam Marmi & Rahardjo (2015)
menyebutkan bahwa Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir
yaitu dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan dengan
berat lahir antara 2500- 4000 gram.
Ciri – Ciri Bayi Normal (Dewi, 2010: 2) :
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b. Berat badan 2500-4000 gram.
c. Panjang badan 48-52 cm.
d. Lingkar dada 30-38 cm.
e. Lingkar kepala 33-35 cm.
f. Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
h. Pernafasan ±40-60 x/menit.
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya sudah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Nilai APGAR > 7.
m. Gerak aktif.
n. Bayi lahir langsung menangis kuat.
o. Reflek rooting sudah terbentuk dengan baik.
p. Reflek sucking sudah terbentuk dengan baik.
q. Reflek moro sudah terbentuk dengan baik.
r. Reflek grasping sudah baik.
s. Genetalia
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
urethra yang berlubang serta adanya labia mayora dan minora.
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.
2. Klasifikasi bayi baru lahir
Menurut Manuaba (2010) pembagian usia kehamilan adalah sebagai
berikut :
a. Preterm : Usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).
b. Aterm : Usia kehamilan antara 37 dan 42 minggu (259-293 hari).
c. Post term : Usia kehamilan lebihdari 42 minggu(294 hari).
3. Perubahan yang segera terjadi setelah bayi lahir
Menurut Wiknjosastro (2007), perubahan yang segera terjadi
setelahbayi lahir adalah :
a. Pernafasan Pertama
Derajat hipoksia ringan merangsang usaha bernafas pertama
kalipada neonatus setelah dilahirkan. Dengan usaha bernafas
pertama kali ini cairan yang menempati jalan nafas didorong
kedalam alveoli yang mengembang, sehingga cairan ini dapat
diabsorbsi dengan cepat ke dalam pembuluh dan sirkulasi
limfeparu. Dalam 15 menit setelah lahir cairan ini hilang dan
alveoli mengambang karena udara.
b. Perubahan Pola Sirkulasi Darah
Tekanan darah sistemik bayi sedikit meningkat mengakibatkan
pembalikan arah aliran sementara melalui duktus asteriosus.
Ketika bayi bernafas, tegangan oksigen di dalam darah
meningkat dan dinding maskular duktus ini berkontraksi
sehingga darah yang melaluinya berhenti. Pada saat yang sama,
tekanan di dalam atrium kanan menurun, terjadi peningkatan
serentak aliran darah di seluruh paru. Darah masuk ke
dalamatrium dan mengakibatkan peningkatan tekanan di
dalamatrioum kiri. Karena terjadi perubahan-perubahan tekanan
antara kedua atrium terjadilah penutupan foramen value.
c. Perubahan Fungsi Hati
Hati bayi dapat mengubah glukosa menjadi glikogen secara
efisien sebagaimana hati orang dewasa, tetapi beberapa
enzimnya masih matur yang mengakibatkan terjadinya icterus
fisiologik dalam 6 hari pertama setelah lahir.
d. Pengaturan Suhu Tubuh
Permukaan tubuh bayi baru lahir relatif besar sehingga
pemeliharaan suhu tubuhnya relatif sulit. Suhu tubuh pada
banyak bayi baru lahir menurun 1,5o C segera setelah lahir,
karena hilangnya panas secara cepat dari kulit yang basah, tetapi
kembali menjadi normal dalam beberapa jam.
4. Penilaian bayi baru lahir
Keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan
nilai apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak.Yang dinilai adalah warna kulit, frekuensi nadi,
reaksi rangsangan, tonus otot dan pernafasan (Wiknjosastro, 2007).
Tabel 2.1 Apgar Skor pada Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
a) Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(Warna kulit) Ekstremitas biru
kemerahmerahan
b) Pulse rate
(Frekuensi nadi) Tidak ada Kurang dari lebih dari

100/menit 100/menit

c) Grimace Tidak ada Gerakan Batuk atau


(Reaksi sedikit bersin

rangsangan)

d) Activity Tidak ada Ekstrimitas Gerakan aktif


(Tonus otot) fleksi sedikit
e) Respiration Tidak ada Lemah atau Menangis kuat
(Pernafasan) tidak teratur atau baik
Sumber : Wiknjosastro, 2007

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui penilaian Apgar Scorepada menit


pertama, kelima dan kesepuluh. Pada bayi BBLR terjadipenurunan
tonus otot dan reaksi pengisapan.Denyut jantung dan warna kulit
normal, kecuali jika ada penyulit dalam persalinan.Pernapasan
frekuensi antara 40-50 kali per menit, tapi sering tidak teratur dan
timbul apnea (Wiknjosastro, 2007).

5. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


a. Pengertian Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Menurut Manuaba (2010) dalam Amellia (2019) BBLR adalah
bayi dengan berat kurang dari 2500 tanpa memandang usia gestasi.
Sedangkan menurut Setyarini dan Suprapti (2016) dalam Amellia
(2019) menyebutkan BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan
lahir <2500 gram.
b. Klasifikasi BBLR
Menurut Triana, et al (2015) BBLR diklasifikasikan berdasarkan berat
badan sebagai berikut :
1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
2) Bayi berat badan lahir sampai rendah adlah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 1500 gram.
3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan 1501-2500 gram.
Pengolongan dengan mengabungkan berat badan lahir dan usia
kehamilan sebagi berikut:

1) Bayi kecil untuk masa kehamilahn (KMK) dalam bahasa inggris


disebut small for gestasional age (SGA) atau small for date (SFD),
yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra uteri
dengan berat badan terletak dibawah persentil ke 10 dalam grafik
pertumbuhan intra-uteri.
2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau dalam bahas inggris
disebut appropriate for gestasional age (AGA) yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan, yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-
90 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri.
3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau dalam Bahasa inggris
disebut large for gestasional age (LGA) yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat
badan lebih besar dari usia kehamilan dengan berat badan persentil
ke-90 dalam grafik pertumbuhan intar-uteri.
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalam Kristiani (2014),
terdapat 2 jenis klasifikasi BBLR berdasarkan berat bayi saat lahir :

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500


gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.

c. Etiologi
Bayi berat lahir rendah dapat terjadi pada bayi kurang bulan dan
bayi cukup bulan (Amellia, 2019: 227). Berikut penjelasan tentang
factor risiko penyebab bayi mengalami BBLR berdasarkan masa
gestasi:
1) Prematur murni
Prematur murni adalah neonatus yang lahir dengan usia kehamilan
< 37 minggu. Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
2) Faktor Kehamilan
Menurut Amellia (2019) factor kehamilan yang
mempengaruhi kejadian BBLR adalah berikut ini :
a) Gemeli (hamil ganda), Pada kehamilan ganda
kemungkinan terjadi hidramnion bertambah 10 kali lebih
besar sehingga akan menyebabkan partus prematurus.
Selain itu pada kehamilan ganda pembesaran rahim lebih
besar dari pada kehamilan tunggal sehingga kemungkinan
belum mencapai aterm tetapi sudah partus, karena otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
keregangan tertentu, sehingga setelah melewati batas
tersebut akan terjadi kontraksi sehingga akan
menimbulkan proses persalinan (Saiffudin, 2010).
b) Hamil dengan hidramnion
c) Preeklampsia/Eklampsia, Pada preeklamsi terdapat
spasmus arteriola spinalis desidua akibat menurunnya
aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan
janin terganggu. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan
terhadap rangsangan sering mudah terjadi partus
prematurus (Saiffudin, 2010)
d) Ketuban Pecah Dini (KPD), Jika ketuban sudah pecah,
maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan anak sehingga persalinan harus
segera diakhiri. Pada ketuban pecah dini juga akan
mengawali kontraksi sehingga dapat menyebabkan partus
prematurus (Saiffudin, 2010).
e) Perdarahan antepartum
3) Faktor ibu
Manuaba (2010) menyebutkan faktor ibu yang menyebabkan
kejadian BBLR adalah :
a) Kurang gizi saat hamil
b) Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun, Usia ibu pada waktu
hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan etiologi terjadinya BBLR (Saiffudin, 2010).
Menurut Hartanto (2013) jika umur ibu kurang dari 18
tahun masih dalam masa pertumbuhan sehingga panggul
masih relatif sempit yang mangakibatkan KPD, dan KPD
merupakan faktor predisposisi terjadinya BBLR prematur
dan jika umur ibu lebih dari 35 tahun merupakan faktor
penyebab kelainan kongenital.
c) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d) Ibu memiliki riwayat penyakit menahun seperti :
(1) Hipertensi
(2) Jantung
(3) Gangguan pembuluh darah (perokok)
4) Faktor Janin
5) Faktor Kebiasaan
6) Dismatur
Merupakan bayi yang lahir dengan berat lahir tidak sesuai dengan
usia kehamilannya menurut Maryunani (2014). Berikut factor
penyebab BBLR :
1) Faktor Ibu
a) Ibu yang mengidap penyakit hipertensi
b) Gagal ginjal kronik
c) Perokok
d) Menderita Diabetes Militus
e) Toksemia
f) Hipoksia ibu
g) Gizi buruk
h) Peminum alcohol
2) Faktor Janin
a) Kelainan kromosom
b) Gemelli
c) Infeksi dalam kandungan (TORCH)
d) Cacat bawaan
3) Faktor Uteri dan Plasenta
a) Kelainan pembuluh darah
b) Insersi tali pusat yang tidak normal
c) Uterus bicornis
d) Infark plasenta
e) Sebagian plasenta terlepas
4) Faktor Eksternal
Kondisi social ekonomi yang rendah. Ibu yang berstatus sosial
ekonomi rendah, nutrisi dan rumahnya buruk serta tinggal di
tempat yang jauh lebih padat dan kondisi tidak higienis.Selain
itu karena faktor kurang gizi menyebabkan sekitar 70% wanita
hamil mengalami anemia ringan, bahkan 4-5% mengalami
anemia berat.
d. Gambaran Klinis BBLR
Menurut Manuaba (2010) gambaran umum yang muncul pada BBLR
adalah :
a) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gr
b) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm
c) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
d) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
e) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
f) Kepala relative besar
g) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
h) Otot hipotonik-lemah
i) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas)
j) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus
k) Kepala tidak mampu tegak
l) Pernafasan sekitar 45 sampai 50 per menit
m) Frekuensi nadi 100 sampai 140 per menit

e. Komplikasi pada BBLR


Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat
untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim. Penyakit yang
terjadi pada bayi BBLR berhubungan dengan belum matangnya fungsi
organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur kehamilan
saat bayi dilahirkan. Makin tidak sempurna organ-organnya., hal ini
harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal (Surasmi, 2003).
Adapun masalah-masalah yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1) Hipotermia
Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal
dan stabil yaitu 36oC-37oC, setelah lahir bayi dihadapkan pada
suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panasbagi tubuh selain itu
hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas yang sangat
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, lemak subkutan yang sedikit, luas permukaan tubuh
relatif besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas (Surasmi, 2003).

2) Sindrom Gawat Nafas


Kesukaran pernapasan pada bayi BBLR dapat disebabkan belum
sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding
alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum
pada minggu ke-35 kehamilan (Surasmi, 2003).
3) Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama
menunjukkan bahwa hipoglikemia sebanyak 50% pada
bayiBBLR. Glukosa merupakan sumber utama energi selama
masajanin. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah
50-60mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi dengan
beratbadan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dl (Surasmi, 2003).
BBLR membutuhkan ASI atau PASI sesegera mungkin
setelahlahir dan minum sangat sering setiap 2 jam pertama pada
minggu pertama (Proverawati dan Ismawati, 2010).
1) Perdarahan Intrakranial
Pada bayi BBLR pembuluh darah masih sangat rapuh
hinggamudah pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi
karenatrauma lahir, diseminated (Surasmi, 2003).
2) Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar,
kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi
bilirubin inderek menjadi bilirubin direk belum sempurna,
dankadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar kurang (Surasmi, 2003).
3) Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang belum
matang dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan
terjadinya integritas kulit, terutama pada daerah yang
seringtertekan dalam waktu lama (Surasmi, 2003).

f. Tindakan Bidan dalam menghadapi BBLR menurut Wiknjosastro (2007)


adalah sebagai berikut :
1) Melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi
2) Melakukan pemantaun terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu,
respirasi dan heart rate
3) Mengkaji reflek menghisap
4) Mempertahankan kehangatan
5) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak
6) Memberitahukan hasil kolaborasi
7) Memberi nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi
8) Melakukan perawatan tali pusat
9) Melakukan penimbangan secara ketat
10) Memberikan informasi pada ibu/keluarga tentang keadaan bayinya
g. Reflek BBLR
1) Reflek moro :
Reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi.
Caranya: bayi pada posisi telentang kepalanya dibiarkan jatuh dengan
cepat beberapa centimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. Bayi
akan terkejut, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan
tangan terbuka diikuti dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Pada
bayi BBLR tidak selalu diikuti oleh gerakan fleksi (Matondang, 2003).
2) Reflek rooting : Jika pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan kepalanya
ke sisi yang disentuh itu untuk mencari puting susu (Farrer, 2003). Pada
bayi BBLR lemah, karena otot hipotonik, kepala biasanya mengarah ke
satu sisi, gerakan otot jarang (Wiknjosastro, 2005).
3) Reflek walking : Jika bayi didirikan dengan memegang badannya di
bawah kedua lengannya sedemikian rupa sehingga kedua kakinya
menyentuh suatu permukaan yang keras, maka ia akan mengangkat
mula-mula tungkai dan kemudian tungkai yang lainnya seperti gerakan
mencoba berjalan atau melangkah. Reflek ini biasanya menghilang
dalam tempo 48 jam (Farrer, 2003). Pada bayi BBLR otot masih
hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi,
sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi (Hassan, 2005).
4) Reflekgrasping : Reflek ini dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada
telapak tangan bayi, jari-jari tangan bayi akan menggenggam.
(Matondang, 2003)
5) Reflek sucking
Bayi normal yang matur akanberusaha menghisap setiap benda yang
menyentuh bibirnya. Juga terdapat reflek menelan (Farrer, 2003). Pada
bayi BBLR reflek lemah (Wiknjosastro, 2005)
6) Reflek tonic neck :
Bayi diletakkan pada posisi telentang, kepala digaris tengah, dan
anggota gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke
kanan. Maka akan terjadi ekstensi anggota gerak sebelah kanan, dan
fleksi anggota gerak sebelah kiri (Matondang, 2003).Pada kasus bayi
prematur reflek tonik leher lemah (Wiknjosastro, 2007).
II. Teori Manajemen Kebidanan
A. Identitas Pasien
Menurut Marmi (2015; h. 87), identitas merupakan suatu alat
pengenal bayi agar tidak tertukar dan mudah dikenali.
B.
1. Riwayat Kesehatan Ibu
1) Ibu dengan hepatitis : ibu yang positif untuk antigen hepatitis B
(HbsAG) dan antigen e hepatitis B (HbsAG) beresiko paling tinggi
mentransmisi virus. Penyakit yang di derita ibu saat hamil juga bisa
mempengaruhi keadaan bayi saat dilahirkan. Karena pada saat ibu hamil
dengan hepatitis B ini melahirkan, dapat ditularkan secata vertikal
melalui plasenta, terkontaminasi darah selama melahirkan, dan transmisi
melalui laktasi . (Paulette S.Haws.2008.138).
2) Ibu dengan HIV : transmisi HIV melalui kontak dengan darah semen,
sekresi serviks dan ASI yang terinfeksi, transmisi vertikal sebelum atau
membran mukosa dengan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi.
Pada ibu yang menderita penyakit HIV ini beresiko menularkan HIV
pada bayinya saat menyusui. Karena ketika puting susu ibu lecet dan bayi
akan tertularkan virus HIV yang menyebabkan berat badan bayi rendah.
(Paulette S.Haws.2008.142).
3) Ibu dengan Diabetus Melitus : pada ibu dengan diabetes mellitus
saat kehamilannya, selain terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi
insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan
resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi
dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi). Hal ini bisa menyebabkan bayi yang lahir dengan makrosomi
dan hiperglikemia.
(Paulette S.Haws.2008.145).
2. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a) Riwayat Kehamilan
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak.Sejak hamil berapa
minggu tempat ANC dan riwayat kehamilan.
1. Imunisasi TT :Untuk mengetahui belum atau sudah, kapan dan
berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan
bayi terhadap penyakit tetanus.
2. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan HariPerkiraan Lahir
(HPL) digunakan untuk menentukanumur kehamilan
(Wiknjosastro, 2007).
b) Riwayat persalinan sekarang
Berisi tentang jenis persalinan, penolong, lama persalinandari kala I
sampai kala IV, keadaan anak, jumlah airketuban dan adakah
komplikasi dalam persalinan (Kosim, 2007).
c) Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah melakukan operasi
(Nursalam, 2009).
3. Pola kebutuhan sehari-hari:
a) Nutrisi
Pemberian nutrisi pada BBLR sekitar 3 jam setelah bayi lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung untuk mengetahui ada
tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah dengan cara
memasang sonde (Manuaba, 2010).
b) Eliminasi
BBLR yang diberi makanan dengan tepat, setiap harinya dapat
buang air sebanyak 1 – 6 kali dengan tinja yang berkonsistensi setengah
padat (Ladewig, 2006). Untuk mengetahui sistem pencernaan dan
metabolisme tubuh meliputi frekuensi BAB, warna, konstipasi dan
BAK, warna dan frekuensi (Surasmi.2003).
Feses atau tinja pertama yang dikeluarkan oleh bayi terdiri atas
mekonium, yaitu bahan seperti ter, berwarna hijau gelap yang terbentuk
dalam saluran usus selama kehidupan didalam rahim. Defekasi harus
terjadi dalam 24 jam pertama setelah usus kemasukan makanan (ASI),
mekonium berangsur-angsur beralih menjadi feses bayi baru lahir yang
berwarna kuning normal (Helenfarren.2001:186).
Feses transisi dikeluarkan sejak hari ketiga sampai ke enam tinja
dari bayi yang disusui ibunya lebih lunak, berwarna kuning emas dan
tidak mengiritasi kulit.
c) Aktivitas
Pada awal kelahiran bayi melakukan istirahat pada saat inisiasi
menyusui dini yaitu pada 30 menit pertama. Berikut merupakan urutan
perilaku bayi pada saat menyusu untuk pertama kali :

Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu


1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit pertama
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan 30-60 menit setelah
membawa jarinya ke mulut lahir dengan kontak
3 Bayi mengeluarkan air liur kulit dengan kulit terus
4 Bayi menendang, menggerakkan menerus tanpa terputus
kaki, bahu, lengan dan badannya
ke arah dada ibu dengan
mengandalkan indra
penciumannya
5 Bayi melekatkan mulutnya ke
puting ibu
(Depkes RI, 2008:130)

d) Istirahat
Bayi mempunyai kesempatan untuk memulihkan diri dari proses
persalinan dan periode trasnsisi ke kehidupan luar uterin, berlangsung
dalam fase tidur selama 30 menit sampai 2 jam persalinan (Marmi,
2012).
e) Personal hygiene
Mandi : …. x/hari
Ganti pakaian bayi : … x ganti popok … x sehari
Bayi sudah dimandikan jam …., setiap BAK, pakaian bayi kotor atau
basah pakaian bayi selalu diganti (Marmi, 2012)

DATA OBYEKTIF

Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2009).

1. Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencangkup keadaan
umum baik, sedang, lemah (Matondang, 2003).
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis,apatis,
somnolen, spoor, delirium (Matondang, 2003).
(3) Tanda-tanda vital, meliputi :
1) Pernafasan ( Respirasi Rate): Pemeriksaan harus mencakup
frekuensi pernapasan,irama atau keteraturan, kedalaman, dan
tipe atau pola pernapasan (Matondang, 2003). Pada bayi dengan
BBLR pada hari pertama frekuensi pernafasan 40 – 50per menit,
hari-hari berikutnya 35 – 45 menit per menit(Wiknjosastro,
2005).
2) Suhu : Pada umumnya yang diukur adalah suhu aksila. Dapat
pula diukur di rektum, lipat paha, atau bawah lidah.Pada
umumnya suhu aksila 1oC lebih rendah dari padasuhu rektum,
sedangkan suhu mulut 0,5oC lebih rendahdari pada suhu rektum.
Dalam keadaan normal suhuaksila adalah 36-37oC (Matondang,
2003).Pada bayi dengan BBLR suhu tubuh berkisar 34oC –
37oC(Wiknjosastro, 2005).
3) Denyut Jantung : Dinilai pada keempat ekstremitas. Penilaian
mencakup frekuensi atau laju nadi, irama, kualitas nadi,
danekualitas nadi (Matondang, 2003). Pada bayi BBLR nadi
seperti bayi normal, yaitu 100-160 kali per menit (Wiknjosastro,
2005).
2. Pemeriksaan Fisik Sistematis
Pemeriksaan fisik secara sistematis adalah sebagai berikut :
a) Kepala : Bentuk mesochepal atau mikrochepal serta adakah
kelainan cephal (Wong, 2004).
b) Rambut : Bersih/tidak, mudah dicabut/tidak, warnanya apa (Farrer,
2003).
c) Muka : Bersih/tidak, warnanya apa, sistematis/tidak (FKUI, 2002).
d) Mata : Adakah kotoran di mata, warna putih disklera dan warna
merah muda dikonjungtiva (Varney, 2004).
e) Hidung: Adakah nafas cuping, kotoran yangmenyumbat di jalan
nafas (Farrer, 2003).
f) Telinga : Adakah serum atau cairan dan simetris atautidak (Wong,
2004). Pada BBLR tulang rawan daun telinga belum
sempurnapertumbuhannya, sehingga seolah-olahtidak teraba
tulang rawan daun telinga (Surasmi, 2003).
g) Mulut : Bibir warna apa, mukosa basah atau kering, adakah
kelainan labioskisis atau labiopalatoskisis (Surasmi, 2003).
h) Leher: Adakah pembesarankelenjar thyroid,adakah keretakan pada
clavicula (normalrata atau tanpa gumpalan di sepanjangtulang
simetris) (Varney, 2004)
i) Dada : adakah pembesaran buah dada, pernafasan, adakah retraksi,
frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan (Wong, 2004).
j) Abdomen : Adakah pembesaran hati dan limfa, talipusat berdarah
atau tidak pembuluh darah pada tali pusat, warna tali pusat (Farrer,
2003).
k) Kulit : Adakah lanugo sedikit atau berlebih,apakah kulit lembab
atau hangat ketikadisentuh, adakah pengelupasan pada
kulit(Varney, 2004). Pada BBLR rambut lanugo masih banyak
(Surasmi, 2003).
l) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun, jikaperempuan
apakah labia mayora sudah menutupi labia minora (Varney, 2004).
Pada BBLR testis belum turun padaskrotum dan labia mayora
belum menutupi labia minora (Wiknjosastro, 2007).
m) Ekstremitas : Adakah terdapat kelainan seperti oedema, polidaktili
atau sindaktili, fraktur ekstremitas danatrogiposis (pergerakan
sendi yang terbatas) (Wong, 2004). Tumit mengkilap,telapak kaki
halus (Surasmi, 2003).
n) Tulang Punggung : Adakah pembengkakan atau ada cekungan
(Wong, 2004).
o) Anus : Adakah lubang anus atau tidak (Farrer, 2003).
3. Pemeriksaan Refleks
a) Reflek Moro
Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan terangkat ke atas
dan ke bawah, terkejut dan relaksasi dengan cepat atau positif
(Wiknjosastro, 2005). Pada BBLR tidak selalu diikuti oleh gerakan
fleksi (Matondang, 2003).
b) Reflek Rooting
Sentuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala menoleh ke arah
sentuhan.Pada bayiprematur reflek rooting lemah (Stright,2005).
Pada bayi BBLR, karena otothipotonik, kepala biasanya mengarah
kesatu sisi, gerakan otot jarang (Wiknjosastro, 2007).
c) Reflek Suching
Reflek menghisap pada bayi premature reflek menghisap dan
menelan belumsempurna pada BBLR reflek lemah (Wiknjosastro,
2007).
d) Reflek Plantar
Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jari diletakkan di
dasar jari-jari kakinya (Matondang, 2003). Pada bayi BBLR reflek
plantar berkurang (Stright, 2005).
e) Reflek Tonic Neck : Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala
diputar ke satu sisi. Normalnyareflek ini tidak terjadi setiap kali
kepaladiputar (Matondang, 2003). Pada bayi BBLR reflek tonic
leher lemah (Wiknjosastro, 2006).
f) Reflek Palmar
Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya
seketika bila jari diletakkan di telapak tangan (Stright, 2005). Pada
BBLR gerakan otot jarang tetapi lebihbaik dari bayi cukup bulan
(Wiknjosastro, 2007).
4. Pemeriksaan Antropometri
a) Lingkar Kepala : Pada kasus BBLR biasanya lingkar kepala
kurang dari 33 cm (Manuaba, 2010).
b) Lingkar dada : Pada kasus BBLR biasanya lingkar dada kurang
dari 30 cm (Manuaba, 2010).
c) Panjang badan : Pada BBLR biasanya panjang badan kurang dari
45 cm (Surasmi, 2003).
d) Berat badan : Pada BBLR biasanya berat badan kurang dari 2.500
gr (Surasmi, 2003).
ASASSMENT

a. Diagnosa kebidanan
Yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan (Varney, 2007).
Diagnosa : Bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah.

Dasar :
Data Subyektif : Ibu mengatakan bayi kecil (Ladewig, 2006)
Data Objektif :
 BB kurang dari 2.500 gram (Wiknjosastro,2007).
 PB kurang dari 46 cm
 LK kurang dari 33 cm, LD kurang dari 30 cm
 Alat kelamin pada bayi laki-laki testisnya belum turun dan
pada perempuan labia mayora belum menutupi minora
 Reflek bayi masih lemah.
b. Masalah
Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney,
2007). Masalah yang umumnya muncul pada bayi baru lahir dengan Berat
Badan Lahir Rendah adalah terganggunya pemenuhan nutrisi.
c. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati-hati dan kritis
pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan
kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-
masalah yang spesifik (Varney, 2007).Pada kasus Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) ini potensial terjadi hipotermi, sindrom gawat nafas,
hipoglikemi, hiperbilirubinemia, (Varney, 2007).
1) Hipotermi
Dalam kandungan bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal
dan stabil yaitu 36oC-37oC, setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi
pengaruh pada kehilangan panas bagi tubuh selain itu hipotermi dapat
terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas yang sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan
yang sedikit, luas permukaan tubuh relatif besar dibanding dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Surasmi, 2003).
2) Sindrom Gawat Nafas
Kesukaran pernapasan pada bayi BBLR dapat disebabkan belum
sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru
yangmerupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan
dindingalveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai
maksimumpada minggu ke-35 kehamilan (Surasmi, 2003).
3) Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan
bahwa hipoglikemia sebanyak 50% pada bayiBBLR. Glukosa
merupakan sumber utama energi selama masajanin. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60mg/dl selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi dengan beratbadan lahir rendah dalam kadar
40 mg/dl (Surasmi, 2003). BBLR membutuhkan ASI atau PASI
sesegera mungkin setelahlahir dan minum sangat sering setiap 2 jam
pertama pada minggu pertama (Proverawati dan Ismawati, 2010).
4) Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar,kurangnya
enzim glukorinil transferase sehingga konjugasibilirubin inderek
menjadi bilirubin direk belum sempurna, dankadar albumin darah
yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar
kurang (Surasmi, 2003).

d. Antisipasi
Antisipasi adalah masalah yang mencerminkan kesinambungan dariproses
manajemen kebidanan. Beberapa data mengidentifikasikan situasiyang
gawat dimana bidan harus segera bertindak atau untuk dikonsultasi dengan
dokter atau untuk dikonsultasikan anggota tim kesehatan yanglain sesuai
kondisi pasien (Varney, 2007).
a) Antisipasi gangguan pernafasan
Hindari kehilangan panas dengan cara metode Kangguru, periksa bayi
dan hitung nafas dalam semenit, ukur suhu axilla, mendorongibu mulai
menyusui bayinya (Wiknjosastro, 2005).
b) Antisipasi pertahanan suhu tubuh bayi menurut Wiknjosastro (2005),
meliputi :
1) Kontak kulit : Dapat dilakukan dengan cara metode kangguru
2) Pemancar panas : Dapat diketahui dengan cara sinar matahari dapat
masuk di kamar
3) Inkubator : Bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr dirawat
dalam inkubator dengan suhu 35oC dan untuk berat badan 2000 –
2500gr dengan suhu 34°C dapat diturunkan 1oC per minggu.
4) Ruang hangat :Untuk menghindari hilangnya panas dari tubuh bayi
melalui proses radiasi dan konfeksi.
c) Antisipasi Hipoglikemi
BBLR membutuhkan ASI atau PASI sesegera mungkin setelah lahir
dan minum sangat sering setiap 2 jam pertama pada minggu pertama
(Proverawati dan ismawati, 2010).

PELAKSANAAN

a. Perencanaan
Adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau kebutuhan
pasien.Berfungsi untuk menuntun perawatan yang diberikan kepada pasien
sehingga tercapai tujuan dan hasil yang optimal atau diharapkan (Varney,
2007). Rencana asuhan pada bayi berat badan lahir rendah menurut
Wiknjosastro (2007), antara lain :
a) Lakukan pemantauan terhadap kondisi bayi
b) Lakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu,
respirasi dan heart rate
c) Kaji reflek menghisap
d) Pertahankan kehangatan
e) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
f) Berikan hasil kolaborasi
g) Beri nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi
h) Lakukan perawatan tali pusat
i) Lakukan penimbangan secara ketat
j) Berikan informasi pada ibu/keluarga tentang keadaan bayinya
b. Implementasi / Tindakan
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh dari perencanaan.
Pelaksanaan asuhan ini bias dilakukan untuk klien atautenaga kesehatan
lainnya (Varney, 2007). Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan
BBLR menurut Wiknjosastro (2007) adalah sebagai berikut :
a) Melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi
b) Melakukan pemantaun terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu, respirasi
dan heart rate
c) Mengkaji reflek menghisap
d) Mempertahankan kehangatan
e) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak
f) Memberitahukan hasil kolaborasi
g) Memberi nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi
h) Melakukan perawatan tali pusat
i) Melakukan penimbangan secara ketat
j) Memberikan informasi pada ibu/keluarga tentang keadaan bayinya
c. Hasil
Sebuah perbandingan antara hasil yang aktual dengan hasil yang
diharapkan. Dilakukan penilaian apakah rencana asuhan yang telah disusun
dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya seperti yang telah
diidentifikasikan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007). Pada kasus
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ini yang ingin dicapai adalah terjadi
kenaikan berat badan pada bayi, bayi terhindar dari hipotermi, keadaan
umum bayi baik, kebutuhan cairan terpenuhi, reflek hisap bayi baik
(Varney, 2007).

Anda mungkin juga menyukai