Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap kelompok masyarakat tentu mempunyai masalahnya masing- masing. Salah
satunya adalah masalah dalam bidang kesehatan. Dalam keadaan ini, ada masyarakat yang
memahami masalah yang terjadi di sekitarnya. Namun, juga banyak masyarakat yang tidak
mengetahui dan mengenal masalah yang ada di sekitarnya bahkan juga ada masyarakat yang
tidak mengetahui potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing. Adanya masalah dan
ketidakmampuan mengenali masalah dari masyarakat serta penyelesaiaan yang berhubungan
dengan potensi yang ada pada mereka merupakan salah satu hal yang harus ditangani dalam
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam suatu kelompok masyarakat. Agar
masyarakat menjadi masyarakat yang mampu memberdayakan potensi yang ada di dalam diri
mereka dalam upaya mengenal dan menyelesaikan masalah yang ada. Baik secara individu
ataupun dengan kader kesehatan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami membahas tentang
partisipasi sosial, bagaimana masyarakat mampu untuk mengenal dirinya, mamahami potensi
yang ada dalam diri mereka, mengetahui memahami masalah yang terjadi disekitarnya dan
penyadaran masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa yang dimaksud dengan konsep persiapan sosial dan kaderisasi dalam PPM ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Mengetahui dan memahami tentang konsep persiapan sosial, mulai dari tahap pengenalan
msayarakat, pengenalan masalah san penyadaran masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Persiapan Sosial
Dalam praktik kebidanan/tenaga kesehatan tujuan persiapan sosial adalah mengajak
partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan selanjutnya sampai dengan
perencanaan program, pelaksanaan hingga pengembangan program praktik perawatan
kesehatan masyarakat. Kegiatan- kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada
persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-program
kesehatan yang akan dilaksanakan.
2.1 PENGENALAN MASYARAKAT
Tahap pengenalan masyarakat dapat dilakukan melalui jalur formal (informal leader),
sebagai pihak yang bertanggung jawab secara teknis administratif dan birokratif suatu
wilayah yang akan dijadikan daerah binaan. Pendekatan terhadap informal leader umumnya
melalui pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah tersebut dan pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau instansi terkait yang bertanggung jawab dalam
bidang kesehatan masyarakat. Pendekatan ini didahului melalui surat permintaan daerah
binaan yang akan dijadikan lahan praktik dilengkapi proposal rencana pembinaan suatu
daerah binaan.

Setelah ada persetujuan dari instansi terkait yang menangani kegiatan tersebut, langkah
selanjutnya yang harus ditempuh adalah mengadakan pendekatan terhadap tokoh-tokoh
informal yang ada di wilayah tersebut. Diantaranya adalah tokoh-tokoh masyarakat seperti
sesepuh, pemuka agama, guru, tokoh pemuda, ketua PKK, dasawisma, ketua PKMD/LKMD
dan sebagainya. Hal ini penting untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan
yang akan dijalankan. Tanpa bantuan tokoh-tokoh informal kegiatan- kegiatan yang akan
dilaksanakan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal. Seperti kita ketahui bahwa tokoh-
tokoh informal dalam masyarakat pada umumnya merupakan panutan dari masyarakat secara
keseluruhan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan masyarakat
secara keseluruhan.

Oleh karena itu petugas datang ketengah-tengah masyarakat dengan hati yang terbuka
dan kemauan serta keiginan untuk lebih mengenal masyarakat sebagaimana adanya sambil
menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan
pembinaan perawatan kesehatan masyarakat. Pendekatan tokoh-tokoh informal hendaknya
lebih ditujukan kepada PKMD/LKMD, PKK, kader kesehatan dan dasa wisma atau promotor
kesehatan desa yang berkaitan erat dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan
masyarakat.

Hal ini penting dilakukan karena masyarakat Indonesia masih bersifat paternalistik,
dengan dikenalnya pemimpin-pemimpin masyarakat formal dan informal, diharapkan
penyebaran gagasan dan kegiatan mendapat dukungan penuh dari masyarakat, sehingga
mereka berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan tersebut.

2.2 PENGENALAN MASALAH


Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh yang benar-
benar menjadi kebutuhan masyarakat saat ini, diperlukan interaksi dan interelasi dengan
masyarakat setempat secara mendalam. Hal ini dapat dikakukan melalui survey kesehatan
masyarakat dalam ruang lingkup terbatas. Sehingga masalah-masalah yang dirumuskan
benar-benar masalah yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu
keterlibatan masyarakat mulai saat ini sangat diperlukan, sehingga mereka manyadari
sepenuhnya masalah yang mereka hadapi dan sadar bagaimana cara mengatasi masalah
tesebut, dan hal ini sangat menentukan keberhasilan program perawatan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Dalam tahap ini mungkin ditemukan banyak masalah
kesehatan masyarakat yang sangat beragam diantaranya masalah gizi masyarakat, keluarga
berencana, pelayanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi dan sebagainya. Agar masalah
tersebut dapat diatasi secara baik, maka perlu dilakukan menyusun skala prioritas
penanggulangan masalah bersama-sama masyakat formal dan informal.
2.3 PENYADARAN MASYARAKAT
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka :
1. Menyadari masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
2. Secara sadar mereka mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
3. Mereka tahu cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan dan
keperawatan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada pada mereka. Agar masyarakat
dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan dan keperawatan
diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik, seperti kita
ketahui berbagai istilah yang sering dipergunakan dalam rangka menyadarkan masyarakat,
yaitu :
1. Lokakarya mini kesehatan
2. Musyawarah masyarakat desa
3. Rembuk desa
Hal ini dilakukan untuk menyadarkan, membicarakan langkah- langkah yang akan ditempuh
dalam penanggulanagan masalah, penyusunan program kegiatan yang menyangkut petugas,
biaya, sarana dan prasarana serta bentuk-bentuk kerjasama lintas sektoral dari instansi terkait
maupun lintas program, sehingga jelas peranan-peranan yang harus dilaksanakan oleh
masing-masing pihak yang berkepentingan dalam mencapai tujuan masyarakat yang lebih
luas.
Hal-hal yang mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah :
1. Libatkan masyarakat secara keseluruhan baik formal maupun informal, sehingga mereka
sadar bahwa itu adalah masalah mereka bersama yang perlu segera diatasi
2. Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah, sesuaikan dengan potensi dan sumber
daya yang ada pada masyarakat
3. Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat
4. Kesadaran dari kelompok-kelompok kecil masyarakat hendaknya disebarkan kepada
kelompok masyarakat yang lebih luas
5. Adakan interaksi dan interalasi dengan tokoh-tokoh masyarakat secara intensif dan akrab,
sehingga mereka dapat dimanfaatkan untuk usaha motivasi, komunikasi sehingga dapat
menggugah kesadaran masyarakat
6. Dalam mengatasi sifat-sifat paternalistik masyarakat dapat memanfaatkan jalur
kepemimpinan masyarakat setempat dalam mendapatkan legitimasi dari pihak pemerintah
setempat untuk mempercepat kesadaran masyarakat
2.3.1 Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam mini lokakarya, atau dalam
musyawarah masyarakat desa, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Dan beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat
adalah :
1. Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
2. Libatkan peranserta masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan maslah
3. Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu dan sumberdaya yang tersedia di
masyarakat
4. Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam
penanggulangan masalah
2.3.2 Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam melakukan penilaian dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu :
1. Selama Kegiatan Berlangsung, disebut juga penilaian formatif, penilaian ini dilakukan
untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai perencanaan
penanggulangan masalah yang disusun. Penilaian semacam ini juga dapat disebut dengan
monitoring. Sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.

2. Penilaian Setelah Program Selesai Dilaksanakan, disebut juga penilaian sumatif, penilaian
ini dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan, atau
disebutkan juga penilaian pada akhir program. Sehingga dapat diketahui apakah tujuan atau
target tertentu dalam pelayanan kesehatan telah tercapai atau belum.
2.3.3 Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan, dan dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu :
1. Perluasan Kuantitatif, yaitu perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang dilakukan,
apakah pada wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
2. Perluasan Kualitatif, yaitu perluasan dengan arti meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan
yang telah dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang
dilayani.

Mekanisme Alih Peranan Antara Petugas Dan Masyarakat

Dalam pengorganisasian masyarakat sejak awal harus disadari oleh petugas, bahwa
masyarakat harus memperoleh kesempatan belajar dan proses belajar sehingga pada akhirnya
harus dapat mengambil alih peranan petugas kesehatan. Oleh karena itu sejak awal
keterlibatan masyarakat dalam setiap langkah kegiatan sangat diperlukan, sehingga terjadilah
alih teknologi dari tenaga profesional dan tenaga non profesional, yaitu tenaga kesehatan
kepada masyarakat yang dibina untuk meneruskan kelanjutan kegiatan-kegiatan pembinaan.
Sebab itu rencana pendelegasian wewenang secara bertahap kepada masyarakat sangat
Mekanisme Alih Peranan Antara Petugas Dan Masyarakat Dalam pengorganisasian
masyarakat sejak awal harus disadari oleh petugas, bahwa masyarakat harus memperoleh
kesempatan belajar dan proses belajar sehingga pada akhirnya harus dapat mengambil alih
peranan petugas kesehatan. Oleh karena itu sejak awal keterlibatan masyarakat dalam setiap
langkah kegiatan sangat diperlukan, sehingga terjadilah alih teknologi dari tenaga profesional
dan tenaga non profesional, yaitu tenaga kesehatan kepada masyarakat yang dibina untuk
meneruskan kelanjutan kegiatan-kegiatan pembinaan. Sebab itu rencana pendelegasian
wewenang secara bertahap kepada masyarakat sangat diperlukan, yang disesuaikan dengan
kesiapan dan kemampuan masyarakat setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, petugas kesehatan memegang
peranan penting untuk menciptakan situasi belajar mengajar tertentu yang membuat
masyarakat khususnya kader kesehatan, dasawisma, memperoleh pengalaman belajar yang
optimal dari kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan mulai dari tahap awal sampai dengan
tahap akhir dengan bekal pengalaman belajar ini selanjutnya akan meningkatkan kemampuan
mereka untuk dapat melaksankan kegiatan secara mendiri tanpa tergantung kepada pihak lain.
Dan bantuan dari pihak lain diperlukan kalau benar-benak dianggap perlu.
3.2 SARAN
Dalam konsep persiapan sosial, partisipasi dan kaderisasi dalam upaya pengorganisasian
dan pengembangan masyarakat hal utama yang harus dikuasai oleh tenaga kesehatan adalah
untuk mampu untuk mengenali masyarakat, masalah yang ada dalam masyarakat dan
penyadaran masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
https://dokumen.tips/documents/makalah-kelp-1docx.html

Anda mungkin juga menyukai