Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

Halaman judul

Oleh:

Oleh:
Kelas II C
Kelompok VI
AYU PUTRI LESTARI NIM.1194761920293
FITRIA NOOR HIKMAH NIM.1194761920300
JULIANCE YOLANDA PUTRI NIM.1194761920306
MILKA THEANA NIM.1194761920312
PEBRIANTO NIM.1194761920323
YOVI CLAUDIA NIM.1194761920335

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

A. Latar belakang.................................................................................................. 3

B.Kompetensi praktikum ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

A. Enzim ............................................................................................................... 4

BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 11

A. Alat................................................................................................................. 11

B. Bahan ............................................................................................................. 11

C.Prosedur kerja .................................................................................................... 11

BAB IV HASIL .................................................................................................... 12

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 13

BAB VI KESIMPULAN ...................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Enzim adalah golongan protein yang merupakan unit fungsional dalam
metabolisme sel. Enzim merupakan biokatalisator bagi reaksi-reaksi yang
terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Sebagai biokatalisator, enzim memiliki
spesifitas yang sangat tinggi baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis
reaksi yang dikatalisisnya. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengkatalisis
satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu substrat tertentu.

Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:


suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Keberadaan inhibitor
juga dapat mempengaruhi aktifitas enzim.

Setiap enzim memiliki suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim


memiliki aktivitas maksimal. Enzim yang terdapat di dalam tubuh manusia
mempunyai suhu optimum sekitar 370C. Di bawah atau di atas suhu optimum,
aktivitas enzim menurun. Pada suhu mendekati nol, enzim menjadi tidak aktif,
tetapi secara stuktural enzim tersebut tidak rusak. Jika suhu dinaikan aktivitas
enzim kembali meningkat. Namun demikian kenaikan suhu yang cukup besar
dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi sehingga aktivitas
katalitiknya hilang. Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses
biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel.

B.Kompetensi praktikum
1. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat
melakukan analisis pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
2. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat
melakukan analisis pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Enzim
Enzim adalah protein yang pada hakekatnya mengkatalisis semua reaksi
biokimia. Enzim ini berubah menjadi sangat khas, seperti misalnya terhadap
jenis reaksi yang dikatalisisnya dan bahkan tempat pada substrat khusus
dimana enzim itu dapat berfungsi. Enzim memulai kegiatan dengan
membentuk suatu kompleks dengan substratnya. Kompleks enzima-substrat
dapat digabung menjadi satu oleh tarikan van der Waals dan tarikan
elektrostatik oleh ikatan hidrogen, atau yang kurang umum oleh pembentukan
ikatan kovalen. Kompleks terbentuk pada sisi aktif dari enzim. Tempat ini
juga merupakan daerah enzim yang memacu reaksi yang khas. Sisi aktif itu
harus memiliki atom dan konfigurasi yang tepat, baik untuk mengikat maupun
untuk mengkatalisis (Pine, dkk., 1988).

Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh


reaksi kimia dalam sistem biologis.Semua enzim murni yang telah diamati
sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada
integritas strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi
biologis, dari reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang
bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena
enzim menurunkan energy pengaktifan yang dengan sendirinya akan
mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat
membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai
membentuk enzim bebas dan produknya (Lehninger,1995).

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-


masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease,
arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal
dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on

4
Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam
enam golongan besar.

Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang


peranan.

Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):

1) Oksidoreduktase
2) Transferase
3) Hidrolase
4) Liase
5) Isomerase
6) Ligase

Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya

holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim

adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim
adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus
yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang
terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus
prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai
yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya
merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat
merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).

Enzim meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara

produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk

tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang

normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang

sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak

5
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya

(Salisbury, 1995).

Sebagai mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai

struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja
yang mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis
struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor
tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya
(Sadikin, 2002).

Secara dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro,


1992) :

1) berfungsi sebagi biokatalisator


2) merupakan suatu protein
3) bersifat khusus atau spesifik
4) merupakan suatu koloid
5) jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6) tidak tahan panas

Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam

maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat
tertentu.Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan
laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan
energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).

Enzim-enzim hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang

berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan
menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk
mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali
hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. Contohnya adalah
enzim enzim dari golongan protease dan urase serta beberapa jenis enzim lainnya
(Dwidjoseputro, 1992).

6
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi
melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai
menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury, 1995).

Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya


saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim
akan menjadi non aktif pada suhu 50o C (Poedjiadi, 2006).

Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak,
sehingga substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim
tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada
umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah


(Dwidjoseputro, 1992) :

1. suhu

Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena
enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi
dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim
berkurang.

2. pH

Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya


berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi
protein.

3. konsentrasi enzim

Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

7
4. konsentrasi substrat

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan


menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan
reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.

5. zat-zat penghambat

Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap


penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.Dalam
banyak sistem akibat suhu tes reaksi enzim adalah mirip dengan tabiat bahwa laju
reaksi meningkat dengan kenaikan suhu dan akhirnya enzim kehilangan semua
aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyak enzim berfungsi optimal
dalam batas-batas suhu antara 25-370C. Akibat dari pH terhadap suatu reaksi
enzim menjadi rumit oleh beberapa factor yang dapat saling bersaing. Laju rekasi
berkurang di kedua sisi pH optimum untuk setiap kombinasi dari tiga alasan yang
mungkin (Page, 1989) :

a) Protein enzim dapat mengalami denaturasi akibat pH ektrem tinggi atau


rendah.
b) Protein enzim dapat memerlukan gugus-gugus asam amino yang
c) terionisasi pada rantai samping yang mungkin aktif hanya pada suatu
keadaan ionisasi.
d) Substrat dapat diperoleh atau kehilangan proton dan reaktif dalam hanya
satu bentuk muatan.

1) Kelebihan enzim sebagai katalis antara lain (Suhtandry, 1985) :


a. mempunyai tenaga katalitik yang jauh lebih besar.
b. Spesifikasi pada substrat sangat besar sekali.
c. Mempercepat reaksi tanpa produksi samping.

8
d. Berjalan pada suhu temperatur normal.
e. Bekerja dengan urutan reaksi tertentu.
f. Reaksi menyimpan dan menghasilkan reaksi kimia.

Dalam tubuh manusia terdapat bermacam-macam proses biokimia dan tiap


proses menggunakan katalis enzim tertentu. Untuk membedakannya maka setiap
enzim diberi nama. Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama
substratnya, dengan penambahan “ase” dibelakangnya. Substrat adalah senyawa
yang bereaksi dengan bantuan enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan
urea (substrat) dinamakan urease (Poedjiadi, 1994).
Selain mampu meningkatkan reaksi, enzim memiliki dua sifat lain sebagai katalis
sejati. Pertama, enzim tak berubah oleh reaksi yang dikatalisnya. Kedua (dan yang
penting), walaupun dapat mempercepat reaksi, enzim tidak mengubah kedudukan
normal dari kesetimbangan kimia. Dengan kata lain, enzim dapat membantu
mempercepat pembentukan produk, tetapi akhirnya jumlah produk tetap sama
dengan produk yang diperoleh tanpa enzim (Lehninger, 1982).
B. Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksorin yang berperan penting
dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva
mensekresi saliva ke dalam rongga mulut. Saliva terdiri dari cairan encer
yang mengandung enzim dan cairan kental mengandung mukus. Menurut
struktur anatomis dan letaknya, kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva
dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan
saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya.
Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi
(manis, asam, asin dan pahit), psikis (emosi dan stress), dan rangsangan
sakit. Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar
ini kira-kira 1 sampai 1,5 liter per hari.
C. Amilum (Pati)
Amilum sebagai polisakarida yang terdapat banyak di alam, yaitu pada
sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut
pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu

9
mengandung pati yang setelah dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan
rakyat di daerah Maluku. Umbi yang terdapat pada ubi jalar atau akar pada
ketela pohon atau singkong mengandung pati yang cukup banyak, sebab
ketela pohon tersebut selain dapat digunakan sebagai makanan sumber
karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku dalam pabrik tapioka
(Poedjiadi, 1994).
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28 %) dan sisanya
amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan
asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan
dengan bantuan enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang
dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum
yang terdapat dalam makanan kita.
Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk
maltosa (Poedjiadi, 1994).

D. Larutan Iodin
Iodin atau Iodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada
tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini
diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Iodin adalah halogen yang
reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif. Sebagai
catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan lebih
elektropositif daripada iodin, tetapi kelangkaan astatin membuat sulit
untuk mengkonfirmasikan hal ini.

10
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum adalah:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Pemanas air
4. Alat gelas

B. Bahan
Bahan yang digunakan pada prkatikum adalah:
1. Larutan kanji 1%
2. Saliva encer (1:9)
3. Iodine 0,1 M

C.Prosedur kerja
Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

Siapkan alat dan bahan

Encerkan saliva encer 1:9 dua tetes dan tambahkan larutan


kanji 1% 2,5 ml di masing- masing tabung

Tambahkan iodine 0,1M 2 tetes

Dicelupkan Di diamkan pada Dipanaskan pada air Dipanaskan pada air


kedalam air es pada suhu ruang panas38°C panas 98°C
suhu 5°

11
Diamkandan tetes pada plat tetes dengan interval 5
BAB IV
Tentukan kecepatan penguraian masing masing
HASIL
Tabel 1. Pengaruh temperatur terhadap aktifitas enzim amilase

Waktu perubahan
Tabung Gambar
(menit)
(suhu)
5 10 15 20

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Kamar perubahan, perubahan, perubahan, perubahan,
bening bening bening bening

Terjadi
Tetap Tetap Tetap
5℃ perubahan
bening bening bening
bening
Terjadi
Tetap Tetap Tetap
perubahan
38℃ bening bening bening
bening
keunguan keunguan keunguan
keunguan
Terjadi
Tetap Tetap
perubahan Tetap
98℃ ungu ungu
ungu ungu
keabuan keabuan
keabuan keabuan

12
BAB V

PEMBAHASAN
Pada percobaan praktikum ini dilakukan dengan mengidentifikasi
pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, masing masing tabung diisi dengan
larutan amilum 1% , saliva encer, dan iodine 0,01 M.

Tabung pertama yang berisi larutan yang berisi saliva encer dan larutan
amilum ditempatkan pada suhu kamar (25⁰C) . Tabung kedua yang berisi saliva
encer dan larutan amilum dicelupkan kedalam air es sampai (5⁰C). Tabung ketiga
yang berisi saliva encer dan larutan amilum di letakkan di penangas air sampai
(38⁰C). Tabung keempat yang berisi saliva encer dan larutan amilum di letakkan
di penangas air sampai (98⁰C) , dan masing-masing tabung ditambahkan iodine
0,01 M sebanyak 2 tetes . Pengujian ini di lakukan pada interval 5 di plat tetes.

Dari tabel pengamatan, pada larutan tabung suhu kamar dan larutan
tabung 5⁰C tidak mengalami perubahan warna. Hanya ada dua tabung yang
mengalami perubahan yaitu tabung 38⁰C berubah menjadi warna ungu muda dan
98⁰C berubah menjadi ungu keabu-abuan. Untuk larutan pada tabung reaksi
dipanaskan terlihat perubahan warna tapi tidak menjadi bening. Seharusnya pada
suhu 98⁰C tidak terjadi perubahan warna karena struktur konfirmasi dari enzim
sudah rusak disebabkan karena pemanasan pada suhu yang tinggi akan
mengakibatkan struktur protein mengalami denaturasi. Dan pada tabung yang
suhu 38⁰C ini sesuai dengan teori yakni enzim amilase bekerja efektif pada suhu
38⁰C.

Adanya kesalahan yang terjadi pada percobaan ini, mungkin disebabkan


oleh kurang telitinya praktikum saat mengamati perubahan warna yang terjadi
atau karena kualitas alat dan bahan yang kurang baik.

13
BAB VI

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:

1) Suhu sangat mempengaruhi aktivitas enzim.


2) Aktivitas enzim akan cepat pada suhu optimum, namun jika melewati suhu
optimum maka aktivitasnya akan menurun .
3) Jika suhu tinggi maka akan mempercepat pemecahan atau perusakan
enzim.

14
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik, Erlangga , Jakarta.

Lehninger, A.L., 1997, Dasar-dasar biokimia Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Patong, A. R., 2009, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., dan Hammond, G.S., 1988, Kimia
Organik II, Penerbit ITB, Bandung.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

15
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apakah yang dimaksud dengan aktivitas enzim?


2. Bagaimana pengaruh tempratur terhadap keaktifan suatu enzim?
Jawab:
1. Kinetika enzim adalah bidang biokimia yang berkaitan dengan pegukuran
kuantitatif laju reaksi yang dikatalis oleh enzim dan studi sistematik
tentang faktor-faktor mempengaruhi laju tersebut
2. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena
enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan
terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka
bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi
efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan
menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat
menaikkan kecepatan reaksi.

16

Anda mungkin juga menyukai