Halaman judul
Oleh:
Oleh:
Kelas II C
Kelompok VI
AYU PUTRI LESTARI NIM.1194761920293
FITRIA NOOR HIKMAH NIM.1194761920300
JULIANCE YOLANDA PUTRI NIM.1194761920306
MILKA THEANA NIM.1194761920312
PEBRIANTO NIM.1194761920323
YOVI CLAUDIA NIM.1194761920335
A. Latar belakang.................................................................................................. 3
A. Enzim ............................................................................................................... 4
A. Alat................................................................................................................. 11
B. Bahan ............................................................................................................. 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Enzim adalah golongan protein yang merupakan unit fungsional dalam
metabolisme sel. Enzim merupakan biokatalisator bagi reaksi-reaksi yang
terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Sebagai biokatalisator, enzim memiliki
spesifitas yang sangat tinggi baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis
reaksi yang dikatalisisnya. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengkatalisis
satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu substrat tertentu.
B.Kompetensi praktikum
1. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat
melakukan analisis pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
2. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat
melakukan analisis pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Enzim
Enzim adalah protein yang pada hakekatnya mengkatalisis semua reaksi
biokimia. Enzim ini berubah menjadi sangat khas, seperti misalnya terhadap
jenis reaksi yang dikatalisisnya dan bahkan tempat pada substrat khusus
dimana enzim itu dapat berfungsi. Enzim memulai kegiatan dengan
membentuk suatu kompleks dengan substratnya. Kompleks enzima-substrat
dapat digabung menjadi satu oleh tarikan van der Waals dan tarikan
elektrostatik oleh ikatan hidrogen, atau yang kurang umum oleh pembentukan
ikatan kovalen. Kompleks terbentuk pada sisi aktif dari enzim. Tempat ini
juga merupakan daerah enzim yang memacu reaksi yang khas. Sisi aktif itu
harus memiliki atom dan konfigurasi yang tepat, baik untuk mengikat maupun
untuk mengkatalisis (Pine, dkk., 1988).
4
Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam
enam golongan besar.
1) Oksidoreduktase
2) Transferase
3) Hidrolase
4) Liase
5) Isomerase
6) Ligase
adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim
adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus
yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang
terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus
prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai
yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya
merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat
merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk
tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang
normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang
sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
5
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya
(Salisbury, 1995).
struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja
yang mendukung fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis
struktur tersebut, diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor
tersebut tidak terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya
(Sadikin, 2002).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam
maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat
tertentu.Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan
laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan
energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
berat molekulnya ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan
menjadi suatu koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk
mengubah substrat menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali
hasil akhir menjadi substrat jika kondisi lingkungan berubah. Contohnya adalah
enzim enzim dari golongan protease dan urase serta beberapa jenis enzim lainnya
(Dwidjoseputro, 1992).
6
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu
perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi
melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai
menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury, 1995).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak,
sehingga substrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim
tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada
umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).
1. suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi
menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena
enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi
dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim
berkurang.
2. pH
3. konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
7
4. konsentrasi substrat
5. zat-zat penghambat
8
d. Berjalan pada suhu temperatur normal.
e. Bekerja dengan urutan reaksi tertentu.
f. Reaksi menyimpan dan menghasilkan reaksi kimia.
9
mengandung pati yang setelah dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan
rakyat di daerah Maluku. Umbi yang terdapat pada ubi jalar atau akar pada
ketela pohon atau singkong mengandung pati yang cukup banyak, sebab
ketela pohon tersebut selain dapat digunakan sebagai makanan sumber
karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku dalam pabrik tapioka
(Poedjiadi, 1994).
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28 %) dan sisanya
amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan
asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan
dengan bantuan enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang
dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum
yang terdapat dalam makanan kita.
Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk
maltosa (Poedjiadi, 1994).
D. Larutan Iodin
Iodin atau Iodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada
tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini
diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Iodin adalah halogen yang
reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif. Sebagai
catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan lebih
elektropositif daripada iodin, tetapi kelangkaan astatin membuat sulit
untuk mengkonfirmasikan hal ini.
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum adalah:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Pemanas air
4. Alat gelas
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada prkatikum adalah:
1. Larutan kanji 1%
2. Saliva encer (1:9)
3. Iodine 0,1 M
C.Prosedur kerja
Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
11
Diamkandan tetes pada plat tetes dengan interval 5
BAB IV
Tentukan kecepatan penguraian masing masing
HASIL
Tabel 1. Pengaruh temperatur terhadap aktifitas enzim amilase
Waktu perubahan
Tabung Gambar
(menit)
(suhu)
5 10 15 20
Terjadi
Tetap Tetap Tetap
5℃ perubahan
bening bening bening
bening
Terjadi
Tetap Tetap Tetap
perubahan
38℃ bening bening bening
bening
keunguan keunguan keunguan
keunguan
Terjadi
Tetap Tetap
perubahan Tetap
98℃ ungu ungu
ungu ungu
keabuan keabuan
keabuan keabuan
12
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan praktikum ini dilakukan dengan mengidentifikasi
pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, masing masing tabung diisi dengan
larutan amilum 1% , saliva encer, dan iodine 0,01 M.
Tabung pertama yang berisi larutan yang berisi saliva encer dan larutan
amilum ditempatkan pada suhu kamar (25⁰C) . Tabung kedua yang berisi saliva
encer dan larutan amilum dicelupkan kedalam air es sampai (5⁰C). Tabung ketiga
yang berisi saliva encer dan larutan amilum di letakkan di penangas air sampai
(38⁰C). Tabung keempat yang berisi saliva encer dan larutan amilum di letakkan
di penangas air sampai (98⁰C) , dan masing-masing tabung ditambahkan iodine
0,01 M sebanyak 2 tetes . Pengujian ini di lakukan pada interval 5 di plat tetes.
Dari tabel pengamatan, pada larutan tabung suhu kamar dan larutan
tabung 5⁰C tidak mengalami perubahan warna. Hanya ada dua tabung yang
mengalami perubahan yaitu tabung 38⁰C berubah menjadi warna ungu muda dan
98⁰C berubah menjadi ungu keabu-abuan. Untuk larutan pada tabung reaksi
dipanaskan terlihat perubahan warna tapi tidak menjadi bening. Seharusnya pada
suhu 98⁰C tidak terjadi perubahan warna karena struktur konfirmasi dari enzim
sudah rusak disebabkan karena pemanasan pada suhu yang tinggi akan
mengakibatkan struktur protein mengalami denaturasi. Dan pada tabung yang
suhu 38⁰C ini sesuai dengan teori yakni enzim amilase bekerja efektif pada suhu
38⁰C.
13
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:
14
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik, Erlangga , Jakarta.
Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., dan Hammond, G.S., 1988, Kimia
Organik II, Penerbit ITB, Bandung.
15
JAWABAN PERTANYAAN
16