Anda di halaman 1dari 20

ISLAM DI INDONESIA

KELOMPOK 3

NAMA NIM
RIFKY ANFAL 44119010012
ADI ATHALA 441190100
SYAH PRADANA PUTRA 44119010009
MUHAMMAD RIZKAL ABDILLAH 441190100

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
ANGKATAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Ilam Di Indonesia” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Andika Rachman,
S.Pd.I, M.Pd.I Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengertian bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Andika Rachman, S.Pd.I, M.Pd.I
selaku dosen, Pendidikan Agama Islam. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 06 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………….…………i
KATA PENGANTAR……………………………………………….….……...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………….…….........iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………............1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….……….2
1.3 Tujuan…………………………………………………….………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….……….3
2.1 Sejarah Dan Perkembangan Islam Di Indonesia………..…….3
2.1.1 Perkembangan Islam Di Sumatera……………………………4
2.1.2 Perkembangan Islam Di Pulau Jawa…………………………4
2.1.3 Perkembangan Islam Di Sulawesi…………………………….6
2.1.4 Perkembangan Islam Di Kalimantan………………………….6
2.1.5 Perkembangan Islam Di Irian Jaya……………………………7
2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Kebudayaan Islam….8
2.3 Peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia……9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….16
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..16
3.2 Saran……………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Beliau memulai dakwah menyebarkan agama Islam dari
tanah kelahirannya, Makkah Al Mukarramah. Pada awalnya dakwah beliau
hanya diikuti oleh beberapa orang terdekat saja. Banyak dari kalangan
orang-orang Quraisy yang menentang dakwah beliau. Bahkan mereka
memusuhi Nabi dan orang-orang yang mengikuti ajarannya. Hingga
berbagai usaha pembunuhan Nabi pun sering dilakukan orang-orang
Quraisy. Selama sekitar sepuluh tahun dakwah beliau di Makkah, jumlah
pengikut masih sangat sedikit.
Kemudian di tahun kesebelas kenabiannya, beliau dan para pengikut
melakukan hijrah ke Madinah. Disinilah Nabi Muhammad mulai menyusun
strategi dakwah untuk mengajak orang masuk Islam. Pertama kali yang
beliau lakukan adalah membentuk pemerintahan. Dengan kegigihan Nabi
dan para sahabat dalam berdakwah, Islam pun semakin menyebar luas ke
tanah berbagai tanah arab. Dan jumlah umat Islam pun semakin hari
semakin bertambah. Hal ini dapat kita lihat dari peperangan-peperangan
yang dilakukan Rasulullah SAW. Perang Badar yang merupakan perang
besar pertama umat Islam melawan orang-orang kafir hanya membawa
pasukan sekitar 300 orang, kemudian Perang Uhud membawa pasukan
1000 orang. Dan peperangan-peperangan berikutnya dengan jumlah
pasukan yang semakin banyak. Setelah Rasulullah wafat, dakwah Islam
dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Di zaman para khalifah inilah Islam
sudah mulai merambah ke berbagai negara dan benua. Termasuk
diantaranya negara Indonesia, yang mulai dimasuki Islam pada zaman
Khalifah Usman bin ‘Affan. Beliau mengirimkan delegasi untuk
menyampaikan Islam ke negeri Cina. Dan sebelum sampai di negeri Cina
para delegasi singgah di Nusantara. Dari delegasi yang dikirim Khalifah
Usman inilah Islam mulai berkembang di Indonesia. Kemudian dakwah
dilanjutkan oleh para pedagang dari India. Sehingga jumlah umat Islam di
Indonesia terus bertambah setiap harinya. Hingga saat ini dakwah Islam di
Indonesia masih terus berlanjut. Dan dari berbagai survei menunjukan
bahwa mayoritas penduduk di Indonesia adalah Muslim.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam di
indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sejarah dan perkembangan Islam di Indonesia.
2. Mengetahui peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia.
2. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Islam di Indonesia


Pada tahun 30 Hijriah atau 651 M, hanya berselang sekitar 20 tahun
dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Usman ibnu ‘Affan RA mengirim
delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama
berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para
utusan Usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Dalam versi lain disebutkan
bahwa suatu golongan Zaidiyah yang pro terhadap Ali ibn Abi Thalib
mengungsi dari kerajaan Bani Umayyah karena dikejar-kejar, telah
bermukim di Cina sebelum tahun 750 M. Inilah perkenalan pertama
penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang
Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi
dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. Islam masuk Indonesia bukan
dari pedagang India atau Persi tapi langsung dari Arab dan penyiarnya
orang Arab Islam. Adapun pengikut-pengikut mereka adalah pedagang-
pedagang dari Gujarat yang turut mengambil bagian dalam perdagangan.
Daerah di Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah, kemudian lama kelamaan
agama Islam masuk ke pelosok tanah air dengan pesatnya.
Pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula
dimasuki Islam di Indonesia antara lain:
- Drs. Juned Pariduri
Islam masuk di Sumatera Utara (Tapanuli) pada abad ke-7 atau sekitar
tahun 670 M, karena ada makam Syekh Mukaiddin di Tapanuli, makam
tersebut berangka tahun 48 H (670 M).
- Dr. Hamka
Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 atau sekitar tahun 674 M.
- Zainal Arifin Abbas
Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 sekitar tahun 648 M.
Para ahli tersebut berpendapat bahwa Islam masuk di Indonesia pada abad
ke-7 berarti pada abad ke-13 Islam sudah berkembang dengan pesatnya
dan telah merata di seluruh Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan batu nisan yang berciri khas Islam. Dari kerajaan
Samudera Pasai, Islam menyebar ke seluruh pulau Sumatera, Malaka
sampai ke pulau Jawa. Setelah itu di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan
Islam yang besar (Demak, Banten, Cirebon, Aceh, Mataram, Pajang,
Makassar, dan lain-lainnya dan kemudian menjadi pusat tempat
penyebaran Islam.

2.1.1 Perkembangan Islam di Sumatera


Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu
itu di Sumatera telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683 – 1030 M)
yang menjadikan Islam masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan,
dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka
kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam bagi daerah-daerah,
seperti di Samudera Pasai sehingga berdirilah kerajaan Islam yang pertama
di Samudera Pasai.

2.1.2 Perkembangan Islam di Pulau Jawa


Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima pada
tahun 674 M, masuknya Islam ke Jawa Timur di tandai dengan adanya
makam Fatimah binti Maimun yang di batu nisannya bertuliskan Arab,
sekitar tahun 1082 M, dan masuknya Islam ke Jawa Barat disiarkan oleh
haji Purba pada pemerintahan Mundingsari pada tahun 1190 M. Islam
dapat berkembang dengan pesat ketika kerajaan Majapahit (Hindu)
merosot. Islam di Jawa tidak akan pernah lepas dari peranan Walisongo
yang begitu gigih dalam menyiarkan Islam, sehingga dengan cepat Islam
berkembang ke seluruh Pulau Jawa. Adapun jasa-jasa Walisongo dalam
penyebaran Islam di Jawa adalah menyebarkan Islam kepada penduduk
pedalaman pulau Jawa, sebelum Wlisongo, Islam hanya berkembang di
daerah pesisir, Walisongo berhasil mendirikan beberapa kerajaan Islam di
Pulau Jawa, yaitu: Demak, Pajang, dan Banten, Walisongo juga berhasil
mengubah kesenian Jawa dari pengaruh Hindu menjadi pengaruh Islam.
Setelah berdirinya kerajaan Islam Demak tahun 1500 M, maka Jawa
Tengah merupakan salah satu pusat kegiatan agama Islam, adapun wali
yang mengembangkan Islam di Jawa yaitu:
- Sunan Gresik
Beliau berasal dari Kasyan Bangsa Arab, kemudian menyiarkan
Islam di kota Gresik.
- Sunan Ampel
Beliau keturunan putri raja Aceh yang menikah dengan seorang
penyiar Islam dari Arab. Beliau menyiarkan Islam di Ampel dan
Surabaya.
- Sunan Bonang
Membentuk kader-kader Islam dengan mendirikan pondok
pesantren.
- Sunan Drajat
Beliau menyiarkan Islam di Sedayu, Jawa Timur.
- Sunan Kalijaga
Mengajarkan Islam dengan memasukan hikayat Islam kedalam
cerita wayang yang dipertunjukkan untuk rakyat.
- Sunan Giri
Beliau belajar Islam di Malaka selama tiga tahun, kemudian
menyebarkan Islam di Giri (dekat Gresik).
- Sunan Muria
Beliau adalah putra dari sunan Kalijaga yang menikah derngan Dewi
Sujinah dan mempunyai seorang putra yang bernam Pangeran
Santri. Untuk kepentingan dakwahnya Dia ciptakan lagu “Sinom dan
Kinanthi”.
- Sunan Kudus
Mengajarkan Islam dengan cara memperdalam agama dan mengikis
habis pengaruh Hindu.
- Sunan Gunung Jati
Beliau belajar Islam di Makkah. Menyiarkan Islam yang berpusat di
Gunung Jati
.
2.1.3 Perkembangan Islam di Sulawesi
Islam di Sulawesi tidak sebaik Islam di Jawa dan Sumatera, cara
pengislaman di Sulawesi pun dilakukan dengan jalan damai, tidak ada
kekerasan sama sekali. Adapun yang menyiarkan Islam di Sulawesi adalah
Datuk Ribandang dan Datuk Sulaiman.
Di wilayah Sulawesi Utara mulai dari Mandar sampai Manado pada
pertengahan abad ke-16 menjadi bawahan Kerajaan Ternate yang rajanya
adalah seorang muslim. Atas ajakan Raja Ternate, Raja Bolang
Mongondow memeluk Islam. Sampai ke timur Kepulauan Maluku, pada
awal abad ke-16 telah memiliki kerajaan Islam, yakni Kerajaan Bacan.
Mubaligh dari kerajaan Ini terus mendakwahkan Islam kawasan tetangga
Papua melalui perdagangan.

2.1.4 Perkembangan Islam di Kalimantan


Sekitar tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya
bergelar Sultan Suryanullah dan pada saat itu juga banyak rakyat Banjar
yang memeluk agama Islam begitu pula dengan daerah-daerah yang
berada di bawah kekuasaan Banja. Pengembangan Islam di Kutai
dilakukan oleh dua orang muslim dari Makassar yang bernama Tuan
Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, dengan cepat Islam berkembang
di Kutai, termasuk raja mahkota memeluk Islam. Kemudian pengembangan
Islam dilanjutkan ke daerah-daerah pedalaman pada pemerintahan Aji di
Langgar. Pada tahun 1550 M, di Sukadan (Kalimantan Barat) telah berdiri
kerajaan Islam. Ini berarti jauh sebelum tahun itu, rakyat telah memeluk
agama Islam, adapun yang meng-Islamkan daerah Sukadana adalah orang
Arab Islam yang datang dari Sriwijaya. Di Sukadana Sultan yang masuk
Islam adalah Panembahan Giri Kusuma (1591) dan Sultan Hammad
Saifuddin (1677). Sebelum Islam masuk ke Dayak, suku Dayak
menyembah berhala, tapi lama-kelamaan kebanyakan dari mereka
memeluk Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan perdagangan,
pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh
pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya
diteruskan oleh keturunan-keturunan mereka dengan penuh semangat.

2.1.5 Perkembangan Islam di Irian Jaya


Masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan
hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain faktor
pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini
adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam
berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni Kerajaan Bacan. Bahkan
keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah
menguasai beberapa daerah di Papua sejak abad ke-16 dan telah tercatat
dalam sejarah. Sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama dan
Salawati pada abad ke-16 telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam.
Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat
di pulau-pulau tadi memeluk agama Islam, khususnya yang di wilayah
pesisir. Sementara yang di pedalaman masih tetap menganut paham
animisme. Masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad ke 17,
atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen Protestan yang
masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yaitu ketika dua
orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler mendarat
kemudian menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana.
2.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di Indonesia
Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di Indonesia
pada masa perkembangan agama Islam, yaitu berupa warisan seni dan
ilmu pengetahuan yang merupakan ungkapan penghayatan sekaligus
saluran pewartaan atau penyiaran ajaran Islam. Karya seni yang bercorak
Islam terdapat di bidang bangunan, seni musik, seni pahat lukis, seni
kaligrafi, dan seni sastra. Peninggalan yang paling jelas di bidang bangunan
atau arsitektur adalah bangunan masjid. Masjid-masjid yang berasal dari
masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di nusantara antara lain
masjid kuno di Demak, masjid Sendang Duwur Agung Kasepuhan di
Cirebon, masjid Agung di Banten, dan masjid Nanggroe Aceh Darussalam
Peninggalan berikutnya di bidang bangunan adalah keraton, di lihat dari
corak bangunannya, tampak bahwa keraton pada masa pertumbuhan
agama Islam merupakan perpaduan antara corak seni Hindu, Islam, dan
masyarakat setempat, dari perpaduan ini menghasilkan corak bangunan
yang khas. Peninggalan selanjutnya adalah makam. Bagian makam yang
paling penting adalah nisan karena nisan merupakan tanda peringatan
yang utama. Dari nisan sebuah makam dapat kita ketahui siapa yang
meninggal dan kapan meninggalnya. Oleh karena itu pada nisan akan di
jumpai huruf atau angka. Nisan ada yang di buat dengan ukir-ukiran dan
dihiasi dengan tulisan Arab atau kaligrafi. Dengan demikian pada masa ini
telah berkembang ilmu pengetahuan tentang tulis-menulis Arab (kaligrafi)
Peninggalan seni musik terungkap dari tradisi sekaten, yaitu gamelan yang
dibunyikan pada perayaan gerebeg Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi
ini masih terjaga dengan baik pada Keraton Yogyakarta. Perkembangan
seni pahat dapat di lihat dari ukir-ukiran yang terdapat pada lengkungan
dan gerbang masjid, keraton, atau pada nisan. Seni pahat yang
berkembang pada masa perkembangan Islam tidak ada yang berupa
patung-patung karena hal itu bertentangan dengan ajaran Islam.
Peninggalan ilmu pengetahuan dan budaya pada bidang sastra adalah
berupa hikayat, babad, dan syair yang tertulis dengan huruf daerah, ada
juga yang menggunakan huruf Arab. Naskah-naskah yang terkenal antara
lain primbon-primbon abad ke-16 sunan Bonang dan syair-syair melayu
yang indah dari Hamzah Fansuri.

2.3 Peranan umat Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia


Selama berabad-abad Indonesia mengalami penjajahan. Kekayaan
alam yang melimpah ruah jatuh ke tangan penjaah. Bukan hanya menjajah
politik dan ekonomi bangsa, tetapi juga menjajah hak asasi yang paling
mendasar bagi umat Islam, yaitu menjajah paham-paham agama Islam
untuk ditukar dengan paham Komunisme, Liberalisme, dan agama lain.
Atas dasar penindasan tersebut, semangat jihad mulai dikobarkan.
Pada abad ke-17 sampai 19 perlawanan umat Islam sudah nyata
digerakkan dan dipelopori tokoh-tokoh pahlawan Islam, seperti Sultan
Agung (Mataram), Sultan Agung Tirtayarsa dan Kyai Tapa (Banten), Sultan
Hasanuddin (Makassar), Teukeu Cik Ditiro (Aceh), Teuku Imam Bonjol
(Minangkabau), dan para kyai di seluruh pondok pesantren.
Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, musuh-musuh masih berusaha menggagalkan arti dari
proklamasi tersebut. Untuk itu, Rois Akbar, K.H. Hasyim Asy’ari
menyerukan resolusi jihad. Tercetusnya resolusi jihad membuat para
pemuda di kala itu menggabungkan diri ke dalam pasukan Hizbullah yang
dipimpin oleh Zainal Arifin. Kemudian orang Islam yang awam bergabung
ke dalam barisan Sabilillah dibawah pimpinan K.H. Wahab Hasbullah. Pada
waktu revolusi 1945 – 1949, mereka menjadi pengawal revolusi dengan
merebut persenjataan Jepang untuk melawan agresi sekutu.
Namun sangat disayangkan, begitu besarnya kebencian penjajah
kepada muslimin di Indonesia. Snouck Hurgronje, penasihat pemerintah
kolonial Belanda menyampaikan sarannya kepada pemerintah kolonial
Belanda (Dutch Islamic Policy) dengan tujuan mematahkan perlawanan
umat Islam. Antara lain Snouck Hurgronje menyarankan, “yang harus
ditakuti pemerintah (pemerintah Belanda) bukanlah Islam sebagai agama,
tetapi Islam sebagai doktrin politik. Biasanya dipimpin small-minority yang
fanatik, yakni ulama yang membaktikan hidupnya terhadap cita-cita Pan
Islamisme. Golongan ulama ini lebih berbahaya kalau pengaruhnya meluas
kepada petani di desa-desa. Karena itu disarankan supaya pemerintah
bertindak netral terhadap Islam sebagai agama dan sebaliknya bertindak
tegas terhadap Islam sebagai doktrin politik.”
Maka para penjajah berhasil melakukan strategi dalam pembuatan
naskah UUD 1945. Ketika para pendiri Republik ini berhasil merumuskan
satu gentlement agreement yang sangat luhur dan disepakati pada tanggal
22 Juni 1945 kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Sesungguhnya Piagam Jakarta inilah mukadimah UUD ’45 yang pertama.
Selanjutnya tanggal 17 Agustus 1945 pada hari Jum’at dan bulan
Ramadhan, Indonesia lahir sebagai negara dan bangsa yang merdeka.
Hendaknya disadari oleh setiap muslim bahwa Republik yang lahir itu
adalah sebuah negara yang “berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari‘at Islam bagi pemeluk – pemeluknya.”
Namun keesokan harinya tanggal 18 Agustus rangkaian kalimat
“dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”,
itu dihapus, diganti dengan kalimat: Yang Maha Esa. Inilah awal
pengkhianatan terhadap Islam dan umat Islam.
Dinamika zaman terus berjalan, kini umat Islam Indonesia menjadi
umat yang mayoritas, yaitu 90% dari semua bangsanya, yang seharusnya
memiliki arti penting dalam maju mundurnya kehidupan bangsa ini, sebab
umat Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha
mempersatukan bangsa, disini terdapat beberapa peranan penting umat
Islam dalam berbangsa:
• Pada tahun 1960, umat Islam berusaha mencegah gagasan nasakom dan
pada tahun 1965 mengusulkan pembubaran PKI untuk menyelamatkan
pancasila dan kesatuan bangsa.
• Mempelopori penbentukan “front Pancasila” yang kemudian diteruskan
dengan penganiayan G30SPKI sebagai landasan lahirnya Orde Baru.
• Majelis Ulama Indonesia (MUI) didirikan sehubungan dengan tugasnya
yang utama, yaitu memberikan pertimbangan mengenai kehidupan
beragama kepada pemerintah dan menjadi penghubung antara pemerintah
dan ulama.
• Untuk memperkuat ideologi Pancasila, umat Islam memajukan pendidikan
umum dan pendidikan agama dalam mencerdaskan bangsa dan kesadaran
bernegara serta memperkokoh persatuan dan kesatuan.
Namun untuk mencapai kesatuan dan kemajuan, umat Islam membentuk
lembaga-lembaga, baik berupa organisasi sosial maupun lembaga –
lembaga pendidikan, seperti :

1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)


MUI didirikan pada tanggal 26 Juli 1975, pertama kali diketuai oleh
Prof. Dr. Hamka, hingga tahun 1981, kemudian diketuai oleh K.H Syukri
Ghozali (1981 – 1983), setelah beliau wafat digantikan oleh K.H Hasan
Basri (1983 – 1990), kemudian dilanjutkan oleh Prof. KH. Alie Yafie (1990
– 2000), selanjutnya dipimpin oleh KH. M. Sahal Mahfudz(2000 – 2005),
dan sekarang dipimpin oleh K.H Ahmad Cholil Ridwan, Lc.
Tujuan utama dari MUI adalah “menjadi penerjemah serta menyampaikan
pikiran-pikiran dan kegiatan pembangunan Nasional dan daerah kepada
masyarakat.

2. Nahdlatul Ulama (NU)


Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami
bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi,
telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan
martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang
muncul 1908 tersebut dikenal dengan “Kebangkitan Nasional“. Semangat
kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana setelah rakyat
pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa
lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan. Organisasi Nahdlatul Ulama ini bergerak dalam bidang
pendidikan dan dakwah, terutama dalam pembinaan pesantren-pesantren
di berbagai daerah di Indonesia.

3. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan.

4. Organisasi Mahasiswa Islam


Organisasi Mahasiswa Islam berkembang sesuai dengan semakin
majunya dunia perguruan tinggi dan semakin banyaknya generasi Islam
dari golongan terpelajar, mereka menghimpun diri dalam wadah organisasi
mahasiswa, di antaranya sebagai berikut :
a. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
b. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam berdiri pada tanggal 05
Februari 1947 (14 Rabiul awal 1366 H) di Yogjakarta oleh Lafran Paile.
Organisasi ini bergerak dalam bidang politik, yang mempunyai tujuan
utama, yaitu: “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab kepada masyarakat adil dan
makmur yang diridhoi Allah.”
c. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
d. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
Organisasi Mahasiswa Muslim yang lahir di era reformasi yaitu
tepatnya KAMMI lahir para ahad tanggal 29 Maret 1998 pukul 13.00 WIB
atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam
naskah Deklarasi Malang. Anggotanya tersebar di hampir seluruh PTN/PTS
di Indonesia. Selain itu, memiliki cabang juga di Jepang. KAMMI muncul
sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis
mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan
Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia
yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
5. Organisasi Pelajar Islam
a. PII (Pelajar Islam Indonesia)
Sebuah organisasi Islam yang didirikan di kota Yogyakarta pada tanggal 4
Mei 1947. Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani,
Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji.
b. IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah)
c. IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama)
d. IPPNU (Ikatan Putri Nahdlatul Ulama)
e. KAPMI (Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia)
6. Organisasi Islam yang lain
a. GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam)
b. MDI (Majelis Dakwah Islamiyah)
c. MMI (Majelis Muslimin Indonesia)
d. GP. Anshar, IPM, Pemuda Muslim
e. HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam)
f. HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)
Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi
kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi
agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan
bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial
kemasyarakatan). Politik yang diemban Hizbut Tahrir adalah politik
syar’iyah yaitu pelayanan terhadap ummat. Syekh Taqiyyuddin An Nabhani
adalah pendiri Hizbut Tahrir. Pendirian Hizbut Tahrir didasarkan pada QS
Ali ‘Imran ayat 104, yang berbunyi “Dan hendaklah ada diantara kamu,
segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan
mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”
g. FPI (Front Pembela Islam)
FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani
1419 H) di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di
Selatan Jakarta oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh dan Aktivis Muslim
dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari daerah Jabotabek.
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara
ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar di setiap
aspek kehidupan.

h. Ikhwanul Muslimin
Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan
kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan,
Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Ikhwanul
Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik
Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara
pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah
oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara
berdaulat bagi Republik Indonesia. Ikhwanul Muslimin kemudian semakin
berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang
memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi.

i. Persatuan Ummat Islam (PUI)


Organisasi massa Islam di Indonesia yang lahir pada 5 April 1952 di
Bogor. Ia lahir dalam kondisi di mana kebanyakan organisasi di Indonesia
kala itu cenderung terpecah belah. PUI lahir sebagai hasil fusi dua
organisasi besar kala itu. Yaitu Perikatan Ummat Islam (PUI) pimpinan KH
Abdul Halim, yang berpusat di Majalengka, dengan Persatuan Ummat Islam
Indonesia (PUII) pimpinan KH Ahmad Sanusi, yang berpusat di Sukabumi.
Ormas hasil fusi ini kemudian melakukan kegiatannya di sejumlah bidang,
yaitu pendidikan, sosial, kesehatan masyarakat, ekonomi dan dakwah.
Bahkan ormas ini sekarang telah merintis kegiatan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Sekarang diketuai oleh KH. Cholid
Fadlullah, SH.

j. Hidayatullah
Hidayatullah adalah sebuah gerakan pemikiran yang mencoba
menerjemahkan slogan tersebut secara lebih konkrit sehingga Al Qur’an
dan As-Sunnah menjadi ‘blue print’ pengembangan peradaban Islami.
Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973/2 Dzulhijjah 1392 H di
Balikpapan dalam bentuk sebuah pesantren oleh Ust. Abdullah Said (alm),
kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial,
dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di
seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal
9 – 13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk
organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) dan
menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah yang telah diuraikan diatas dapat kita
ambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Negara Indonesia sejak tahun
651 M. Yaitu pada zaman Khalifah Usman bin ‘Affan yang pada waktu itu
mengirim delegasi untuk mengenalkan pemerintahan Islam ke Negeri Cina,
namun dalam perjalanan ke Cina tersebut delegasi singgah di Indonesia
dan mengenalkan kepada penduduk tentang Islam. Semakin hari dakwah
Islam terus berkembang pesat dari sejak dinasti umayyah yang mendirikan
pangkalan dagang di Sumatera. Dari sini terbuka jalur perdagangan orang-
orang Arab ke Indonesia dengan membawa ajaran Islam. Perkembangan
Islam di Indonesia tidak terlepas dari dakwah para wali, terutama di wilayah
Jawa.

3.2 Saran
Di era modern dakwah Islam terus berkembang. Dengan banyaknya
organisasi-organisasi yang membawa misi dakwah Islam membuat ajaran
Islam terus terjaga. Hal ini berpengaruh terhadap terhadap jumlah pemeluk
Islam. Ajaran Islam yang universal dan sesuai fitrah manusia, sangat
mudah diterima oleh berbagai kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36500907/Makalah_Sejarah_dan_Perkembang
an_Islam_di_Indonesia?auto=download

Anda mungkin juga menyukai