Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan
sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi
dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu
diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita
sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian, Prinsip, Landasan, dan Bentuk Penindasan HAM


a. Pengertian HAM
Hak asasi manusia (disingkat HAM, bahasa Inggris: human rights, bahasa
Prancis: droits de l'homme) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena
ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di
manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada
prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-
bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. Hak asasi manusia
biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata lain, negaralah yang
mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak
asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, hak
asasi manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil dan politik yang
berkenaan dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, dan kebebasan berpendapat), serta hak ekonomi, sosial, dan
budaya yang berkaitan dengan akses ke barang publik (seperti hak untuk
memperoleh pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, atau hak atas
perumahan).

b. Prinsip-prinsip Penting tentang Hak Asasi Manusia (HAM)


Hal yang perlu diingat adalah bahwa Hak Asasi Manusia merupakan:
1) Perlindungan Minimal
Hak Asasi Manusia adalah perlindungan minimal yang dapat diperoleh oleh
semua orang, karena keberadaannya sebagai manusia. Hak Asasi Manusia
memberikan sebuah pengakuan moral tentang martabat dan kesetaraan
semua manusia dan juga pengakuan bahwa setiap orang perlu diberi
kesempatan untuk mengembangkan diri secara penuh.
2) Inhern (Melekat Pada Manusia)
Manusia lahir secara bebas, dengan martabat dan hak yang sama.
Hak-hak Asasi melekat pada manusia. la memiliki hak-hak itu berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Dengan kata lain, Hak Asasi Manusia tidak
diberi, tidak bisa dibeli, tidak diperoleh dengan cara apapun ataupun
diwariskan.
3) Universal / Berlaku Umum
Hak Asasi Manusia berlaku untuk semua orang. Hak Asasi Manusia
adalah prinsip-prinsip yang diterima secara umum. Hak Asasi Manusia sama
untuk semua, tidak peduli ras, jenis kelamin, agama, etnis, dan pandangan
politik serta pandangan lainnya, asal usul sosial atau kebangsaan. Hak Asasi
Manusia bersifat Universal karena sama untuk setiap orang di dunia.
4) Tidak Dapat Dipisahkan
Hak Asasi Manusia tidak dapat direbut. Hak-hak itu tidak dapat
dipisahkan. Hak Asasi Manusia tidak dapat dilepaskan, dihilangkan atau
diserahkan. Hak Asasi Manusia tidak dapat dibatasi, kecuali kalau dinyatakan
lain menurut hukum. Masyarakat yang demokratis hanya dapat tercipta
apabila menganggap perlu untuk melindungi hak-hak orang lain (klausula
limitasi dan restriksi).
5) Kesetaraan
Semua orang mempunyai hak Asasi yang sama. Karena itu, semua
manusia berhak atas perlindungan yang setara terhadap hak Asasi masing-
masing.
6)Tidak Dapat Dibagi
Hak Asasi Manusia didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap
martabat manusia. Untuk hidup dengan bermartabat, semua orang berhak
atas kebebasan, keamanan dan standar kehidupan yang layak pada waktu
yang bersamaan. Hak Asasi Manusia tidak dapat dipisah-pisah, semuanya
saling berkaitan, tidak dapat dibagi.
7) Fundamental
Kehidupan, martabat, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya tergantung
pada Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia membentuk landasan bagi
keberadaannya sebagai manusia.
8) Absolut ( Mutlak)
Hak Asasi Manusia mutlak yang tidak boleh dibatasi sama sekali yaitu hak
hidup, hak untuk tidak disiksa dan hak untuk tidak diperbudak. (klausa
limitasi, restriksi dan konsep derogasi). Walaupun demikian, ada Hak Asasi
Manusia dapat dikorbankan jika ada kepentingan sosial lain yang lebih
penting, dalam situasi yang khusus, dalam waktu yang terbatas dan dengan
tujuan yang terbatas, yang benar-benar dianggap perlu.
9) Kewajiban Negara
Hak Asasi Manusia adalah pengakuan sah atas kewajiban negara untuk
menjamin bahwa hak-hak tersebut dihormati, dilindungi dan dan dipenuhi
hagi semua warga negara (harus diperhatikan bahwa Hak Asasi Manusia
tidak sama dengan hak warga negara).
Prinsip-prinsip penting tentang Hak Asasi Manusia ini harus ditegakkan dam
dilindungi. Hak Asasi Manusia dapat dilindungi melalui sebuah Undang-
Undang Dasar, pernyataan tentang Hak Asasi Manusia (Bill of Rights) atau
melalui hukum positif sebuah negara. Di Indonesia ada undang-undang
khusus untuk melindungi Hak Asasi Manusia. Setiap orang mempunyai hak
untuk menegakkan hak-haknya, walaupun kadang-kadang Hak Asasi
Manusia dapat dibatasi apabila hak-hak tersebut bertentangan satu dengan
yang lainnya atau mencampuri hak-hak orang lain. (Limitasi / Restriksi)
Terkait
b. Landasan HAM

1. Pancasila
Dasar hukum HAM yang paling tinggi dan paling utama adalah sila-sila
pada Pancasila. Kelima sila Pancasila memuat hak asasi manusia
dengan penjabaran sebagai berikut:
Sila 1 : Menjamin kebebasan dalam memeluk agama
Sila 2 : Memperlakukan manusia dengan pantas sesuai dengan harkat,
martabat dan derajatnya
Sila 3 : Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
Sila 4 : Menjamin warga negara untuk berkumpul, berpendapat dan
berperan serta dalam pemerintahan
Sila 5 : Menjamin untuk hidup layak dan memperoleh kesempatan dalam
bekerja

Dasar Hukum HAM di Indonesia


Dasar hukum yang dijadikan landasan pemajuan dan perlindungan HAM
di Indonesia terdapat dalam perundang-undangan. Pengaturan HAM
dengan menggunakan peraturan perundang-undangan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan pengaturan HAM dalam UUD/konstitusi memberikan jaminan


kepastian hukum yang sangat kuat, karena perubahan dan/atau
penghapusan pasal-pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia dilakukan melalui proses amandemen dan
referendum. Sedangkan kelemahannya dalam konstitusi hanya memuat
aturan yang bersifat global, seperti ketentuan tentang HAM dalam
konstitusi Republik Indonesia.

Selain itu, dalam pelaksanaannya dimungkinkan seringnya mengalami


perubahan. Sementara itu, pengaturan HAM melalui Tap MPR,
mempunyai kelemahan tidak dapat memberikan sanksi hukum bagi
pelanggarnya.

Pengaturan HAM dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(Amandemen)
Jaminan atas pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia menurut
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai berikut.
Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, tercantum pada Alinea
Pertama Pembukaan UUD 1945.
Hak asasi manusia sebagai hak warga negara, tercantum dalam batang
tubuh UUD 1945 Pasal 27, 28, 28D Ayat (3), 30, dan 31.
Hak asasi manusia sebagai tiap-tiap penduduk, tercantum dalam batang
tubuh UUD 1945 Pasal 29 Ayat (2).
Hak asasi manusia sebagai hak perorangan/individu, tercantum dalam
batang tubuh UUD 1945 Pasal 28A-28J.
Pengaturan HAM dalam Ketetapan MPR
Pengaturan HAM dalam ketetapan MPR dapat dilihat dalam TAP MPR
Nomor XVII Tahun 1998 tentang Pelaksanaan dan Sikap Bangsa
Indonesia terhadap HAM dan Piagam HAM Nasional.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Hak Angket


DPR Republik Indonesia Beserta Pengajuan Menurut UU

Pengaturan HAM dalam Undang-Undang


Selain diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Tap
MPR, HAM juga diatur dalam undang-undang. Adapun undang-undang
pengaturan HAM yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah, sebagai
berikut:
UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan,
Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Martabat.
UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.
UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25
Tahun 1997 tentang Hubungan Perburuhan.
UU Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen.
UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 105
tentang Penghapusan Pekerja secara Paksa.
UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138
tentang Usia Minimum Bagi Pekerja.
UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 11
tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan.
UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1993
tentang Tindak Pidana Subversi.
UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi.
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Pengaturan HAM dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden
Adapun pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan
presiden, sebagai berikut:

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1


Tahun 1999 tentang Pengadilan HAM.
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian
Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita.
Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 1998-2003, yang memuat rencana
ratifikasi berbagai instrumen hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-
Bangsa serta tindak lanjutnya.
Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Pengadilan Hak Asasi Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,
Pengadilan Negeri Surabaya, dan Pengadilan Negeri Makassar.
Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, yang diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001.
Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM.
c. Bentuk Penindasan (Pelanggaran) HAM
Tentang Pelanggaran HAM
Pengertian Pelanggaran HAM

Menurut beberapa pandangan bahwa pelanggaran HAM diartikan secara


luas, namun yang perlu ditekankan dalam hal ini bahwa pelanggaran
HAM sangat merugikan orang lain.

Pasalnya banyak yang dilakukan orang yang tanpa disadari itu


merupakan pelanggaran HAM. Salah satu contohnya dalam perkataan
yang biasanya bercanda sampai kelewat batas, dan lain sebagainya.

1. Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999


Pengertian pelanggaran HAM menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun
1999 yakni “setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.

Berdasarkan pengertian tersebut sudah jelas bahwa pelanggaran HAM


sangat di tekankan kepada semua kalangan tanpa terkecuali baik
masyarakat biasa maupun dari aparat negara.

Bahkan, dijelaskan pula baik disengaja maupun tidak disengaja tetap


saja merupakan pelanggaran HAM. Sehingga dalam hal ini anda harus
berhati-hati karena bisa pula ketika anda tidak sadar itu sedang
melanggar hak orang lain.

Pengertian Eksposisi
2. UU no 26 Tahun 2000
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM menyatakan
bahwa Pelanggaran HAM yakni “setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.

Berdasarkan pengertian pelanggaran HAM tersebut bahwa undang-


undang telah menjamin hak-hak manusia secara adil. Sehingga anda
tidak perlu khawatir apabila ada diskriminasi atau tidak terpenuhinya
hak anda.

Sifat Pelanggaran HAM


Pengertian Pelanggaran HAMBerdasarkan sifatnya, pelanggaran HAM di
bagi menjadi 2 yakni :

1. Pelanggaran HAM Berat


Merupakan pelanggaran HAM yang bisa membahayakan atau
mengancam nyawa orang lain. Pada penggolongan ini termasuk sebuah
perbuatan besar dan di pastikan mendapatkan hukuman yang sepadan
sesuai dengan tingkatan pelanggaran yang dilakukan.

Beberapa diantaranya yakni ada perbudakan, pembunuhan,


penyanderaan, perampokan dan lain sebagainya. Kiranya anda harus
mengerti tentang pengertian HAM terlebih dahulu untuk memberikan
pemahaman dalam jenis pelanggaran HAM berat ini.

2. Pelanggaran HAM Ringan


Merupakan sebuah kasus pelanggaran HAM yang ringan dimana tidak
sampai mengancam keselamatan jiwa orang. Akan tetapi, ini tetap saja
termasuk dalam kategori berbahaya apabila dalam jangka waktu yang
lama. Sehingga sangat penting untuk segera diatasi supaya tidak ada
pelanggaran yang lainnya. Beberapa contoh pelanggaran HAM ringan
yakni pencemaran lingkungan secara sengaja, penggunaan bahan
berbahaya pada makanan yang disengaja.
Bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasanya terjadi dalam
dua bentuk sebagai berikut:
1) Diskriminasi
Diskriminasi yaitu suatu pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang
laingsung maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, jenis
kelamin, bahasa, keyakinan dan politik yang berakibat pengurangan,
penyimpangan atau penghapusan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
dalam kehidupan baik secara individual maupun kolektif dalam semua aspek
kehidupan.
2). Penyiksaan
Penyiksaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik jasmani
maupun rohani pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau
keterangan dari seseorang atau orang ketiga.
Berdasarkan sifatnya pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggaran HAM yang berbahaya dan
mengancam nyawa manusia seperti pembunuhan, penganiayaan,
perampokan, perbudakan, penyanderaan dan sebagainya.
b) Pelangaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang tidak
mengancam keselamatan jiwa manusia, akan tetapi dapat berbahaya
jika tidak segera ditanggulangi. Misalnya, kelalaian dalam pemberian
pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan yang disengaja dan
sebagainya.
Pelanggaran-pelanggaran HAM di atas pada dasarnya merupakan
bentuk pelanggaran terhadap hak hidup, hak kemerdekaan dan
kebahagiaan yang dimiliki oleh setiap manusia.
Jenis pelanggaran HAM
Jenis Pelanggaran HAM
(Sumber: iStockphoto)
Dilansir Liputan6.com, Senin (18/3/2019) dari berbagai sumber, terdapat
beberapa jenis pelanggaran HAM menurut PBB. Jenis pelanggaran HAM
dikategorikan berdasarkan bentuk pelanggaran HAM berat dan
pelanggaran HAM ringan.

Jenis pelanggaran HAM berat dapat kamu simak sebagai berikut antara
lain:

1. Kejahatan Genosida (Genocide)

Jenis pelanggaran HAM yang pertama adalah kejahatan genosida.


Kejahatan genosida termasuk dalam jenis pelanggaran HAM berat yang
berada dalam yuridiksi International Criminal Court.

Genosida merupakan sebuah pembantaian secara massal atau besar-


besaran yang secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau
sekelompok suku bangsa dengan maksud dan tujuan untuk
memusnahkan hingga punah bangsa tersebut.

Termasuk dalam kejahatan berat, kejahatan genosida pernah terjadi di


beberapa negara sehingga menimbulkan banyaknya korban jiwa dan
mendapatkan kecaman dari PBB. Beberapa contoh kejahatan genosida
antara lain:

- Pembantaian di Rwanda yang membantai suku Tutsi yang terjadi pada


tahun 1994 oleh suku Hutu.
- Pembantaian suku bangsa Bosnia dan Kroasia di Yugoslavia oleh
Serbia antara 1991 hingga 1996. Pembantaian Srebenica ini adalah
kasus pertama di Eropa yang dinyatakan sebagai genosida oleh suatu
keputusan hukum.

- Pembantaian kaum berkulit hitam di Darfur oleh milisi Janjaweed yang


terjadi di Sudan pada tahun 2004 silam.

Tak hanya membantai suatu suku bangsa, kejahatan genosida juga


mencakup hal lain seperti memaksa tindakan yang bertujuan untuk
mencegah kelahiran di dalam suatu suku atau kelompok dan secara
paksa memindahkan anak-anak dari suku satu ke suku lainnya.

2. Kejahatan Kemanusiaan

Jenis pelanggaran HAM yang kedua adalah kejahatan kemanusiaan.


Kejahatan manusia ini merujuk pada jenis pelanggaran HAM pada
tindakan pembunuhan massal yang terjadi secara sistematis yang
meluas ditujukan kepada suatu kelompok penduduk sipil yang meliputi
aksi:

- Pembunuhan

- Pemusnahan

- Perbudakan

- Pemindahan paksa penduduk

- Perampasan berat atas kebebasan fisik

- Penyiksaan

- Pemerkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pemaksaan


sterilisasi

- Penganiayaan

- Penghilangan paksa

- Perbuatan tak manusiawi yang mengakibatkan penderitaan berat,


mental dan fisik

- Kejahatan apartheid
Jenis pelanggaran HAM ringan adalah bentuk pelanggaran HAM yang
tidak mengancam keselamatan jiwa namun harus tetap dilindungi
karena sangat berbahaya bagi individu.

4 of 4
Pelanggaran HAM ringan
Jenis Pelanggaran HAM
(Sumber: iStockphoto)
Jenis pelanggaran HAM ringan adalah bentuk pelanggaran HAM yang
tidak mengancam keselamatan jiwa namun harus tetap dilindungi
karena sangat berbahaya bagi individu.

Jenis pelanggaran HAM ringan, dapat kamu lihat sebagai berikut antara
lain:

1. Melakukan penganiayaan

2. Melakukan hal yang berakibat dapat mencemarkan nama baik


seseorang

3. Menghalangi seseorang untuk menyampaikan aspirasinya dengan


berbagai cara

4. Melakukan aksi kekerasan dengan pemukulan

Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)

Pelanggaran HAM dapat dikatakan sebuah pelanggaran jika seseorang


melakukan tindakan yang telah dijelaskan diatas. Hak asasi manusia
dikategorikan menjadi enam macam HAM, yang bisa menimbulkan
sebuah pelanggaran. Keenam macam-macam HAM tersebut yakni:

1. Hak asasi pribadi (personal rights) seperti hak hidup, hak bebas
bergerak, hak bebas menyatakan pendapat, hak bebas aktif dalam suatu
organisasi dan hak bebas untuk memilih, memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing sesuai aturan di negaranya.

2. Hak asasi politik (political rights)

3. Hak asasi hukum (legal equality rights)

4. Hak asasi ekonomi (property rights)


5. Hak asasi peradilan (procedural rights) dimana seseorang berhak
mendapatkan pembelaan hukum dan persamaan perlakuan di hadapan
pengadilan

6. Hak asasi sosial budaya (social culture rights)

Demikian pembahasan tentang jenis pelanggaran HAM dan beberapa


macam hak asasi manusia (HAM) yang secara umum dijelaskan oleh
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Semoga artikel diatas dapat
menambah wawasanmu terhadap hak asasi manusia.

2. Sejarah dan Perkembangan HAM di Indonesia

Secara historis HAM memiliki riwayat perjuangan panjang . Menurut teaching human
right HAM adalah hak – hak yang melekat pada setiap manusia yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia . Secara garis besar perkembangan HAM di
Indonesia dapat dibagi ke dalam 2 yaitu :

Periode sebelum kemerdekaan ( 1908 – 1945 )

Pemikiran HAM pada periode ini dapat dijumpai dalam sejarah kemunculan
organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo ( 1908 ) , sarekat Islam
(1911) , Indische partij (1912) , PKI (1902) , perhimpunan Indonesia (1925) , dan
partai Nasional Indonesia . Dalam sejarah HAM di Indonesia Boedi Oetomo
mewakili organisasi pergerakan nasional mula – mula menyuarakan kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang ditujukan
kepada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar .

Periode setelah kemerdekaan

1) periode 1945 – 1950

Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan


pada wacana hak untuk merdeka hak kebebasan dan berserikat melalui
organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk menyampaikan
pendapat .

2) periode 1950 – 1959

Sejarah HAM pada masa ini dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi
sejarah perjalanan HAM di Indonesia di mana pada masa itu muncul partai –
partai politik , adanya kebebasan , serta dilaksanakannya pemilu secara aman ,
bebas , dan demokratis .

3) Periode 1959 – 1966

Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan


oleh sistem demokrasi terpimpin yang di mana presiden yang mengendalikan
parlemen

4) periode 1966 – 1988

Saat terjadi peralihan presiden semangat untuk menegakkan HAM kembali


muncul yang di mana pada masa ini diadakan seminar yang di dalamnya
mengenai perlindungan HAM .

5) periode pasca orde baru sampai sekarang

Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di Indonesia . Pada
masa B.J Habibie perhatiannya terhadap pelaksanaan HAM mengalami
perkembangan secara signifikan . Pada masa ini telah dilakukan pengkajian
terhadap kebijakan pemerintah di orde baru serta penyusunan aneka peraturan
perundang-undangan yang erat kaitannya dengan pemberlakuan HAM di
Indonesia

3. Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945

Tercermin dalam UUD 1945 bahwa Indonesia saat itu sudah mengakui hak
asasi manusia. Contohnya dengan pernyataan,”bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa” dan tujuan pembangunan nasional
Indonesia, “mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum,
melindungi segenap bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia” yang
memiliki arti persamaan hak setiap individu Bangsa Indonesia. Terakhir,
pernyataan HAM juga tersirat dan tersurat dalam bunyi kelima sila nilai-nilai dasar
Pancasila yang juga tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Sementara, pasal-pasal dalam UUD 1945 membahas secara terperinci satu
persatu hak asasi manusia dan aturannya. Hak asasi manusia tersebut diatur
dalam pasal-pasal sebagai berikut.

Bunyi Pasal 27 Sampai 34 Beserta Ayatnya

Bab X

Warga Negara
Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.

Pasal 28

”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan


tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”

Pasal 28 A

(1) Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pasal 28 B

(1) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui


perkawinan yang sah.

(2) Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C

(1) Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar nya, Hak
untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni, dan budaya

(2) Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif.
Pasal 28 D

(1) Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil
dan perlakuan yang sama di depan hukum.

(2) Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak
dalam hubungan kerja

(3) Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

(4) Hak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28 E

(1) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pekerjaannya, kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk kembali.

(2) Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
sesuai hati nuraninya.

(3) Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 F

(1) Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.

Pasal 28 G

(1) Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda, Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia.

(2) Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia.

Pasal 28 H
(1) Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, Hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan .

(2) Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai
persamaan dan keadilan

(3) Hak atas jaminan sosial

(4) Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh
siapapun.

Pasal 28 I

(1) Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif)

(2) Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak
mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut

(3) Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional.

Pasal 28 J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketetiban
umum.

BAB XI

AGAMA

Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.

BAB XII

PERTAHAHAN DAN KEAMANAN NEGARA

Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem


pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung.

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara


Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.

BABXIII

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan


nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari


anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung


tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.

Pasal 32

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban


dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan


budaya nasional.

BAB XIV

PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi


dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Pasal ini diatur dalam undang-
undang.

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Pasal ini diatur dalam undang-
undang.

Pasal 27

Hak asasi manusia untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan layak, di


mana ayat ini berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak atas kemanusiaan”. Setiap warga negara berhak
mendapatkannya dengan cara yang sah menurut hukum dengan tidak melanggar
hak asasi orang lain

Pasal 28 B

Hak setiap orang untuk membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah, sesuai
dengan hukum agamanya masing-masing dan disahkan oleh negara sesuai aturan
yang berlaku. Pasal 28 B terdiri dari 2 ayat, di mana ayat kedua berisi tentang hak
setiap orang atas kelangsungan hidup. tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Pasal 28 C
Ayat 1, undang-undang yang mengatur tentang HAM di mana negara memahami
kebutuhan dasar / hak asasi tentang pengembangan diri.Ayat 2, mengandung
pernyataan hak setiap orang untuk4 memajukan diri secara kolektif untuk berbuat
sesuatu bagi bangsa dan negaranya.

Pasal 28 D

Terdiri dari 4 ayat yang secara keseluruhan saling menyambung satu sama lain. Pasal
ini mengandung pernyataan hak atas pengakuan, jaminan, dan perlindungan hukum,
hak untuk mendapatkan imbalan yang adil dalam hubungan kerja, hak untuk
mendapatkan kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan hak yang sama dalam
status kewarganegaraan.

Pasal 28 E

Ayat 1. Pada pasal ini sebenarnya menegaskan atau memperinci tentang pelaksanaan
pasal 29 UUD 1945 sebelum amandemen menegaskan tentang hak setiap orang untuk
memilih dan memeluk agamanya masing-masing tanpa paksaan, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, serta memilih tempat tinggal di wilayah negaranya dan
berhak kembali.

Ayat 2. Mengandung pernyataak atas kebebasan setiap orang untuk bebas meyakini
kepercayaan, meyakatakan sikap dan pikiran, yang sesuai dengan ahti nuraninya. Ayat
3. Pernyataan yang mengaskan ahk setiap orang untuk bebas berkumpul, berserikat,
dan berpendapat.

Pasal 28 F

Pasal ini dijelaskan sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan media saat
ini. Berisikan tentang hak atau kebebasan pada setiap orang untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.

Pasal 28 G

Pernyataan pasal 28 F adalah perlindungan pemerintah dan negara atas hak setiap
orang untuk mendapatkan perlindungan dirinya dan keluarga atas harta benda yang
berada di bawah kekuasaannya, berhak untuk bebas dari ancaman dan ketakutan, dan
berhak untuk mendapatan suakan dari negara lain.

Pasal 28 H

Pasal 28 H ini terdiri dari 4 ayat, yang masing-masing berisi hak tentang : hak setiap
orang untuk kesejahteraan lahir dan bathin, mendapatkan tempat tinggal yang layak,
dan hak untuk pelayanan kesehatan yang layak ; hak setiap orang untuk mendapatkan
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang
sama untuk mencapai persamaan dan keadilan ; hak setiap orang untuk jaminan
sosial ; Hakaatas kepemilikan pribadi sesuai aturan yang berlaku.

Pasal 28 I

Ayat 1. Hak tiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak agar tidak dituntut atas hukum
yang berlaku surut ; hak atas bebas dari perlakuan diskriminatif ; perlindungan terhadap
budaya dan hak masyarakat tradisional ; semua perlindungan atas a negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat 2. Mengandung
pernyataan bahwa setiap orang bebas dari perlakuan diskriminatif. Ayat 3. HAk
dihormati identitas budaya dan masyarakat tradisionalnya selaras dengan
perkembangan zaman. Ayat 4. Perlindungan dan penanggungjawab pelaksanaan HAM
adalah pemerintah Ayat 5. Pelaksanaan HAM di Indonesia diatur dengan lebih rinci oleh
peraturan perundang-undangan

Pasal 28 J

PAsal 28 J terdiri dari 2 ayat yang isinya mengenai kewajiban setiap orang untuk
menghormati hak asasi orang lain

Pasal 29

Pasal 29, terdiri dari 2 ayat yang menyatakan dan menegaskan bahwa negara
berdasarkan asas Ketuhanan Yang Maha Esa dan setiap warga negara berhak
beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

3. Pasal 31

Pasal ini merupakan aturan tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan
pendidikan dan kewajibannya mengikuti pendidikan dasar yang dibiayai oleh
pemerintah.

Pasal 32 AYAT (1)

(1) Negara mamajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban


dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Pasal 33

Pasal 33 juga terdiri dari 3 ayat yang berisi pernyataan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ; cabang-
cabang produksi yang penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara ; dan bahwa penggunaan seluruh sumber daya alam yang
ada dalam bumi, air , dan tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

HASIL DISKUSI

Kelompok II(Arif) : Mengapa kasus-kasus besar yang ada di Indonesia tidak begitu
diperhatikan?

Jawab: Bukannya tidak diperhatikan melainkan, bukti-bukti yang ditemukan pada sebuah kasus
sangat sedikit atau tidak memadai untuk kelanjutannya ke proses hukum
Bukti yang sulit ditemukan menjadi penyebab penyelesaian kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
masa lalu di Indonesia tidak bisa diungkap secara menyeluruh. Bukti semakin sulit ditemukan lantaran
orang-orang yang diduga menjadi pelaku juga tidak diketahui keberadaannya.

Begitu tegas Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Sidarto Danusubroto dalam diskusi bertajuk
"Konstitusionalisme dan Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu" di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat
(21/8).

"Bagaimana bukti-bukti mau ditemukan, orang-orangnya saja sudah hilang," beber Sidarto

Ketiadaan bukti-bukti yang cukup membuat berkas penyidikan para pelaku tidak bisa lengkap. Maka
jangan heran, kata Sidarto, setiap kali berkas penyidikan masuk ke Kejaksaan Agung selalu dikembalikan
ke Komnas HAM.

"Berkas penyelidikan yang diserahkan ke Kejaksaan selalu dikembalikan ke Komnas HAM karena belum
lengkap," beber mantan ajudan Presiden Soekarno itu.

Keberadaan sebagian besar pelaku yang tidak diketahui dan tidak adanya bukti-bukti yang cukup,
membuat rekomendasi pembentukan pengadilan ad hoc selalu dimentahkan. Sebab, rekomendasinya
tidak pernah bisa sampai ke DPR dan presiden.

Meski begitu, lanjut Sidarto, pemerintah tengah mencari jalan keluar lain terhadap permasalahan ini.
Salah satunya dengan rekonsiliasi bagi para korban pelanggaran HAM masa lalu.

"Rekonsiliasi diupayakan untuk mengatasi kebuntuan bagi penegak hukum dalam menyelesaikan kasus
masa lalu," demikian Sidarto.

Guru Besar Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Arskal Salim, mengungkapkan bahwa setidaknya ada
dua alasan kenapa kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di masa lampau tidak kunjung
terselesaikan. Pertama, menurut Arskal, ialah tidak adanya “Political Will” dari Pemerintah untuk
menuntaskan kasus-kasus tersebut. “Kasus HAM masa lalu ini masalah yang sensitif dan bisa timbulkan
kerugian stabilitas politik yang mahal harganya. Ini tidak mudah bagi Pemerintah yang berkuasa
sekarang,” ungkapnya dalam diskusi ‘Menagih Nawa Cita: Evaluasi 2 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK’ di
Ruang Diorama UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, Kamis (20/10).
Yang kedua, lanjut Arskal, adalah menurunnya tekanan-tekanan dari dunia Internasional terkait
penyelesaian kasus-kasus HAM tersebut. Pasalnya, tekanan dari dunia Internasional seringkali bisa
menyelesaikan segala permasalahan yang ada

Ia pun membandingkan dengan era Presiden Soeharto dulu. Pada tahun 1990an, menurutnya, Soeharto
mengalami tekanan yang berat dari dunia Internasional, bahkan hingga ia harus melakukan negosiasi-
negosiasi agar keluar dari tekanan tersebut.

“Tekanan itu sudah meredup, tidak seperti dulu. Hari ini karena semua negara lagi sibuk dengan
masalah-masalahnya sendiri, sehingga tekanan-tekanan Internasinal harus diakui sudah menurun,”
ujarnya
Oleh karena itu, Arskal menambahkan, Pemerintah harus bisa menyelesaikannya secara mandiri. Bukan
saja demi martabat Bangsa Indonesia, tapi juga demi masa depan para generasi penerus agar bisa
terlepas dari belenggu masa lampau.

“Kita harus berani buka bahwa ada yang terjadi di masa silam, harus kita akui itu. Begitu juga harus ada
keterbukaan dan kerelaan untuk mengakui fakta-fakta yang terjadi. Disinilah tantangan besar bagi
Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa penuh kepribadian,” katanya
Kelompok III(Syahrul Syam) : Mengapa HAM perlu dilindungi aturan hukum?

Jawab:pertama.Karena memang sudah merupakan amanah UUD 1945 yang tercantum pada
alinea 1 sampai 4.kedua, sejalan dengan Pancasila.ketiga, karena Indonesia merupakan negara
hukum.

Amanah UUD 1945


Mengapa HAM perlu dilindungi oleh peraturan hukum, salah satu alasanya yaitu sebagai jaminan serta
pengakuan terhadak Hak Asasi Manusia sesuai pembukaan UUD 1945 pada alenia 1 sampai 4, yang
bunyinya :

Alenia pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” kalimat tersebut
mengambarkan bahwa setiap bangsa pada dasarnya memiliki kesamaan hak atas kebebasan untuk
hidup.
Alenia kedua : “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adail dan makmur”. Sesuai buyi alenia kedua tersebut maka
terdapat jaminan dalam hak di bidang ekonomi, keadilan, dan politik.
Alenia ketiga : ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas…”. Penyataan diatas memilik makna pengakuan terhadap hak untuk memiliki hidup merdeka
merupakan pemberiaan Yang Maha Kuasa. Maka sebab itu, tak ada siapapun yang mengingkarinya.
Alenia keempat : “melindungi segenap bangsa Indonesia dan selutuh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan khidupan bangsa, dan Negara serta melaksanakan
kesejahteraan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial…”. Penyataan tersebut mempunyai arti jika setiap warga Negara berhak atas jaminan hidup
sejahtera, aman, pendidikan, kemerdekaan, kehidupan damai serta perlakuan adil.
Sejalan dengan Pancasila
Pancasila merupakan dasar bernegara Indonesia dan meyakini bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan
Yang Maha Esa yang memiliki dua aspek, yang pertama adalah aspek individu alias pribadi dan kedua
ialah aspek sosial atau bermasyarakat. Maka, setiap manusia di Indonesia memiliki kewajiban dalam
menghormati serta mengakui HAM orang lain.

Indonesia merupakan Negara Hukum


Indonesia merupakan Negara hukum, maka itu dituntut untuk konsisten dalam menjalankan hukum
perundang-undangan yang sudah diputuskan. Tak terkecuali, penegakan hukum HAM yang diatur UU No.
39 Tahun 1999. Keseriusan Indonesia dalam menanggani pelanggaran HAM terwujud dengan adanya
pengadilan yang berdasarkan ketentuan dalam UU No. 26 tahun 2000. Pembentukan pengadilan HAM ini
bukan semata-mata untuk kebutuhan nasional saja, dan mengatur hukuman bagi pelanggar HAM ringan,
akan tetapi juga untuk memenuhi masyarakat internasional.

Menjaga Persatuan dan Kesatuan


Indonesia dikenal sebagai Negara dengan perbedaan daerah, suku, agama dan kepentingan yang
beragam, maka tak heran bila mana rawan timbulnya konflik. Maka itu, mengapa HAM perlu dilindungi
oleh hukum agar tegaknya HAM untuk memberikan jaminan masyarakar Indonesia yang beraneka ragam
Kelompok I (Sri Kurnia Rahma) : Apa yang akan anda lakukan jika berada pada posisi sebagai
seorang yang tidak memiliki kebebasan beribadah dan berkeyakinan?
Jawab :Yakni akan menuntut kepada negara karena pada dasarnya semua sudah diatur dalam
Undang-Undang yaitu, pada pasal 28E ayat (1) dan (2) dan masih banyak lagi pasal yang
kandungannya merupakan perlindungan kepada kebebasan beragama.

Menurut pendapat saya, Jaminan HAM yang paling sering dilanggar/disimpangi adalah Kebebasan
Beribadah , seperti yang dituliskan pada UUD 1945 Pasal 28 E ayat 1 : Setiap orang bebas memeluk
agama dan beribadah menurut agamanya,memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan meninggalkanya serta berhak
kembali. Menurut saya kebebasan beribadah masih sering dibatasi oleh oknum oknum tertentu.

Sering terjadi diskriminasi terhadap rumah-rumah ibadah yang ingin membuat IMB (Izin mendirikan
bangunan), Perusakan Rumah Ibadah. Contoh kasusnya adalah Pelarangan pendirian rumah beribadah
GKI Taman Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi, Kasus perusakan rumah ibadah di Sleman,
Pelarangan jemaat Ahmadiyah di Pandeglang dan Jawa Timur, Dst.

Oknum POLRI sering tidak mengambil tindakan efektif untuk menghentikan


penyerangan,intimidasi,dsb.Oknum POLRI Sering membiarkan penggusuran paksa, penganiayaan dan
diskriminasi. Oknum POLRI sering bersama-sama dengan massa intoleran membubarkan acara/ritual
yang diadakan oleh kaum minoritas . Contoh : Oknum Polisi membubarkan 400 jamaah pengajian di
Kabupaten Kapuas dengan alasan ajaran sesat/tidak berizin.

HAM tentang Hak Beribadah penting untuk dijamin, perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan
pemenuhannya karena jika dibiarkan akan terjadi perpecahan dan kekerasan.

Korban pelanggaran HAM Tentang Hak Beribadah perlu dilindungi untuk menjauhkan dari hal-hal yang
tidak diinginkan.
Solusi yang bisa saya berikan untuk mengurangi pelanggaran Hak Beribadah mungkin POLRI bersifat
netral dalam menangani kasus intoleransi beragama, Komnas HAM agar melakukan upaya-upaya untuk
memastikan terjadinya pengadilan terhadap pelaku pelanggaran Hak atas kebebasan beribadah.

Pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah tegas dan nyata untuk para pelaku pelanggaran.
Pemerintah memastikan terpenuhinya hak-hakkorban intoleransi. Sebaiknya jangan terlalu fanatik
terhadap Agama,agar tidak terjadi kesalah pahaman dan perpecahan antar umat beragama.

HAM tentang Hak Beribadah penting untuk dijamin, perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan
pemenuhannya karena jika dibiarkan akan terjadi perpecahan dan kekerasan.

Korban pelanggaran HAM Tentang Hak Beribadah perlu dilindungi untuk menjauhkan dari hal-hal yang
tidak diinginkan.

Solusi yang bisa saya berikan untuk mengurangi pelanggaran Hak Beribadah mungkin POLRI bersifat
netral dalam menangani kasus intoleransi beragama, Komnas HAM agar melakukan upaya-upaya untuk
memastikan terjadinya pengadilan terhadap pelaku pelanggaran Hak atas kebebasan beribadah.

Pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah tegas dan nyata untuk para pelaku pelanggaran.
Pemerintah memastikan terpenuhinya hak-hakkorban intoleransi. Sebaiknya jangan terlalu fanatik
terhadap Agama,agar tidak terjadi kesalah pahaman dan perpecahan antar umat beragama
Kelompok V (Akbar) : Apa tugas dan tanggung jawab negara terhadap perlindungan HAM?
Jawab : Dalam hal HAM, negara memiliki peran yang sangat penting yakni sebagai tokoh utama
dalam penegakan hukum, maksudnya adalah negara memiliki tanggung jawab guna
menegakkan, melindungi, memenuhi, menghormati, serta memajukan Hak Asasi
Manusia.Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam kerangka pendekatan berbasis HAM bisa
dilihat dalam tiga bentuk:
1. Menghormati: merupakan tanggung jawab negara untuk tidak ikut campur untuk mengatur
warga negaranya ketika melaksanakan hak-haknya. Negara berkewajiban untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang akan menghambat pemenuhan dari seluruh hak asasi.
2. Melindungi: kewajiban negara agar bertindak aktif untuk memberikan jaminan perlindungan
terhadap hak asasi warganya. Negara berkewajiban mengambil tindakan-tindakan untuk
mencegah pelanggaran semua HAM oleh pihak ketiga.
3. Memenuhi: Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif,
hukum, dan tindakan-tindakan lain untuk merealisasikan secara penuh HAM.
Kewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi masing-masing mengandung unsur
kewajiban untuk bertindak (obligation to conduct), yaitu negara disyaratkan melakukan langkah-
langkah tertentu untuk melaksanakan pemenuhan suatu hak, dan kewajiban untuk berdampak
(obligation to result), yaitu mengharuskan negara untuk mencapai sasaran tertentu memenuhi
standar substantif yang terukur.
Sebagai pihak yang memangku tanggung jawab, negara dituntut harus melaksanakan dan
memenuhi semua kewajiban yang dikenakan kepadanya secara sekaligus dan segera. Jika
kewajiban-kewajiban tersebut gagal untuk dilaksanakan maka negara akan dikatakan telah
melakukan pelanggaran.
Kelompok VI (Mutmainnah) : Tanggapan Anda terhadap hukuman mati apakah bukan
merupakan pelanggaran HAM?
Jawab : Menurut Saya hukuman mati bukan merupakan sebuah pelanggaran HAM. Karena hal
ini merupakan sebuah hukuman sebab akibat.maksudnya adalah korban hukuman mati
dikenakan hukuman yang setimpal dengan apa yang telah diperbuatnya.contoh kecilnya adalah
sebagai seorang bandar narkoba yang sangat berpengaruh membuat generasi muda hancur dan
akan lebih banyak korban jika sang pengedar tetap hidup dan melakukan perbuatannya
tersebut.Hukuman Mati tidak Selalu Melanggar HAM. Tren banyak negara yg menghapuskan
hukuman mati tdk dapat di jadikan alasan menolak hukuman mati, karena situasi dan kondisi tiap
negara tidak sama. Hukuma mati tidak melanggar HAM, Justru menjual dan mengedarkan
narkoba itulah pelanggaran HAM yg sebenarnya, karena dpt merusak kehidupan rakyat
indonesia Undang- undang nomor 12 tahun 2005, tentang Kovenan Internasional Hak Sipil dan
Politik, salah satu pasalnya menyatakan, kalau negara belum bisa menghapuskannya (hukuman
mati), hukuman mati hanya diperbolehkan untuk kejahatan serius," sebenarnya mengurung orang
di dalam penjara pun merupakan hak Tuhan. Menjatuhkan hukuman penjara dan menjatuhkan
hukuaman mati pada dasarnya sama-sama mengambil hak Tuhan, tetapi hak untuk menghukum
itu, dengan hukuman mati atau memenjarakan, dibolehkan oleh Tuhan sendiri dengan asal diatur
dengan hukum. Merampas HAM dengan menghukum orang ke penjara adalah mengambil hak
Tuhan, merampas HAM dengan menghukum mati orang sama juga mengambil hak Tuhan tetapi
sebenarnya penjatuhan hukuman itu memang diizinkan oleh Tuhan sendiri dan bukan dirampas
dari-Nya. MK menyatakan dalam putusannya hukuman mati tidak bertentangan dengan
konstitusi. “Jadi UU kita ada aturan hukuman mati, jadi secara hukum tidak ada lagi perdebatan,
karena hukuman mati sudah masuk hukum positif,” ketentuan internasional hak asasi manusia
Pasal 3 DUHAM terdapat ketentuan & pengecualian dan ketentuan yang membolehkan
penjatuhan hukuman mati yaitu Pasal 4 ayat (1) ICCPR derogable right yang pada intinya
hukuman mati dapat dilaksanakan dengan kualifikasi kejahatan tersebut membehayakan publik.
Jus Constituendum , antara lain sebagai berikut : Pidana Mati dilaksanakan oleh regu tembak
dengan menembak terpidana sampai mati; Pelaksanakan pidana mati tidak di muka umum;
Pidana mati tidak dijatuhkan kepada anak di bawah umur delapan belas tahun; Pelaksanaan
Pidana mati terhadap wanita hamil atau orang sakit jiwa ditunda sampai wanita tersebut
melahirkan atau orang sakit jiwa tersebut sembuh. Pidana mati baru dapat dilaksanakan setelah
ada persetujuan Presiden dan Penolakan Grasi oleh. tren banyak negara yg menghapuskan
hukuman mati tdk dapat di jadikan alasan menolak hukuman mati, karena situasi dan kondisi tiap
negara tidak sama. Hukuma mati tidak melanggar HAM, Justru menjual dan mengedarkan
narkoba itulah pelanggaran HAM yg sebenarnya, karena dpt merusak kehidupan rakyat
indonesia. maka dari itu hukuman mati diberlakukan sesuai UUD dan marwah Konstitusi. (baca:
Hukuman Mati Tidak Melanggar HAM dan Sesuai dengan UUD & Konstitusi Indonesia →
goo.gl/OMkg36 ) Amerika Serikat pun tdk menghapus hukuman mati, di Negara bagian → Texas
Eksekusi Mati seorang Terpidana Kasus pemerkosaan. http://t.co/ Ri1ckI6O3x
http://t.co/x7inwueOOm Saya bisa memahami kegalauan Pemerintah Australia, karena memang
kewajiban mereka utk melindungi warga negaranya. Indonesia pun pasti akan melakukan hal yg
sama. Tetapi Indonesia adalah negara berdaulat, yg mempunyai hukum dan aturan tersendiri yg
tdk dapat di intervensi. Mengenai ancaman pemerintah Australia yg memboikot dan melarang
warga Australia berkunjung ke Bali bukanlah hal serius. Eksekusi hukuman mati tdk akan
membuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Negara Australia akan memanas. Masih
ingatkah tindakan SBY yg menarik pulang Duta besar indonesia utk Australia sebagai bentuk
protes atas tindakan penyadapa yg dilakukan Australia. Namun itu hanya berlangsung 6 bulan
saja seiring dgn membaiknya sikap Australia. Dan terbukti hingga kini hubungan Australia dan
Indonesia baik saja. Bagi Aktivis dan organisasi pegiat HAM, yg menolak hukuman mati dgn
mengatas-namakakan HAM adalah pemikiran yg dangkal dan tidak objektif. Bukankah sudah
jelas Hukuman mati di Indonesia tidak dapat di vonis sembarangan & hanya utk kejahatan luar
biasa yg membahayakan seperti: Pembunuhan berencana,mutilasi,kejahatan
Genosida(kemanusiaan),dan korupsi. bahwa ada pemikiran bahwa hukuman mati adalah
pembunuhan yg di legalkan itu adalah sebuah pemikiran tolol, Jangan melihat dari 1 sisi saja. Di
mana letak keadilan bagi korban & keluarga, terutama korban yg tewas krn kejahatan luar biasa
tsb. Di mana letak keadilan bagi keluarga yg ditinggakan ? Bukankah itu juga merampas hak
hidup korban ? Di mana letak keadilan walaupun tersangka di penjara seumur hidup. Bahkan
bnyk terpidana narkoba justru jadi bandar di dalam sel ? Hukuman mati tdk selalu melanggar
HAM. dan hukuman mati bukanlah merampas dan mengambil hak hidup tersangka dari Tuhan,
Jika ada yg berpendapat hukuman mati tdk bisa dilakukan krn hukum indonesia dpt di rekayasa
dan rawan terjadi salah eksekusi adalah salah, Bukankah eksekusi mati tdk langsung dilakukan,
sebelumnya melewati mekanisme dan tahapan seperti PK, Grasi, bahkan dapat amnesti. Itupun
dlm waktu yg relatif lama, bahkan ada yg puluhan tahun. Kalaupun terjadi rekayasa dan salah
eksekusi itupun adalah kehendak tuhan, krn sekuat apapun usaha terpidana
menolak/mempercepat eksekusi, jika memang sudah saatnya dan kehendak tuhan maka tewaslah.
Mengenai rekayasa hukum itu domain yg berbeda. Kalau terlanjur di ekpekusi, Memang orang
yg sudah wafat tdk dpt hidup kembali utk mencari keadilan. Maka itulah tugas utk kita yg masih
hidup untuk menegakan kedila
Kelompok VII (Rosita) : Tanggapan Anda terhadap penegakan HAM di Indonesia?
Jawab : Upaya penegakan hukum di Indonesia memang sudah baik karena lembaga sudah
sangat memadai.tetapi, para aparat dari lembaga tersebut masih bellum bisa memaksmalkan
kerjanya sehingga banyak kasus-kasus pelanggaran HAM masih belkum dapat ditangani dengan
baik dan benar.

Dalam penegakan HAM di Indonesia perangkat ideologi Pancasila dan UUD 1945 harus dijadikan acuan
pokok, karena secara terpadu nilai-nilaidasar yang ada di dalamnya merupakan The Indonesia Bill Of
Human Right.

Keinginan pemerintah untuk menegakkan HAM di Indonesia yaitu untuk menjaga dan melindungi hak
yang terdapat pada orang lain yang tertanam sejak lahir yang diberikan oleh YME. Menjadikan bangsa
Indonesia bangsa yang menjunjung tinggi HAM dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Dalam penegakan HAM di Indonesia perangkat ideologi Pancasila dan UUD 1945 harus dijadikan acuan
pokok, karena secara terpadu nilai-nilaidasar yang ada di dalamnya merupakan The Indonesia Bill Of
Human Right.
Keinginan pemerintah untuk menegakkan HAM di Indonesia yaitu untuk menjaga dan melindungi hak
yang terdapat pada orang lain yang tertanam sejak lahir yang diberikan oleh YME. Menjadikan bangsa
Indonesia bangsa yang menjunjung tinggi HAM dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Tetapi realita yang terjadi saat ini berbeda dengan apa yang diinginkan. Karena masih terdapat
pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Pelanggaran HAM adalah tindakan mengambil
atau merenggut hal-hak orang lain dengan paksa. Kasus pelanggaran ham yang terjadi di Indonesia
sudah ada sejak dulu, mulai era setelah kemerdekaan, era Orde Lama, era Orde Baru dan juga setelah
reformasi. Beberapa kejadian pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia adalah peristiwa Trisakti, Kasus
pembunuhan Munir, Tragedi Semanggi, Tragedi Bom Bali, Konflik Sampit, dan masih banyak lagi.

Peristiwa-peristiwa ini tidak bisa hanya ditinggal saja namun harus dijadiakn pelajaran yang sangat
berharga untuk Indonesia. Korban yang dimakan dari kejadian tersebut tidaklah sedikit namun ribuan
bahkan jutaan orang tidak bisa mendapat apa yang seharusnya menjadi milik mereka, hak untuk hidup.
Kebebasan ini seakan-akan dianggap remeh dan tidak ditegakkan secara adil.

Baru-baru ini ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik mengeluarkan catatan merah akan sejumlah
kasus pelanggaran HAM yang belum diselesaikan pada era Jokowi. Komnas HAM mencatat ada tiga jenis
pelanggaran HAM yang belum tergarap pada 4 tahun masa kepresidenannya. Yang pertama yaitu
penuntasan HAM berat masa lalu , yang dijanjikan Jokowi pada saat awal ia menjabat. Kedua, konflik SDA
dan Agraria, yang mencuat terus bersamaan dengan pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah
pembangunan bandara internasional di Kulon Progo, Jogjakarta dimana banyak masyarakat yang masih
menolak dan banyak yang masih belum mendapat konsinyasi, parahnya lagi ada keluarga yang tidak ingin
meninggalkan rumahnya dan membangun tenda disekitar lahan pembangunan, padahal masih ada
anggota keluarganya yang berusia dibawah 10 tahun. Ketiga adalah kasus intoleransi dan kebebasan
berekspresi, yaitu penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Lombok Timur yang sampai sekarang
belum menemukan titik terang.

Dari kasus-kasus yang sudah terjadi maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada 2 faktor yang
mendukung terjadinya pelanggaran HAM yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yaitu
adanya dorongan seseorang untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari dalam diri pelaku
pelanggaran HAM. Seperti ego yang tinggi dan selalu mementingkan diri sendiri, Kesadaran akan HAM
rendah, dan kurangnya sikap toleransi. Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor di luar diri manusia yang
mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM. Faktor- faktornya yaitu
penyalahgunaan kekuasaan, ketidaktegasan aparat penegak hukum, teknologi yang disalahgunakan,
kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi.

Diperlukan niat dan kemauan yang serius dari pemerintah, aparat penegak hukum, dan elit politik agar
penegakan hak asasi manusia berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Sudah menjadi kewajiban
bersama segenap komponen bangsa untuk mencegah agar pelanggaran hak asasi manusia tidak terulang
lagi.

Untuk mencegah sebuah pelanggaran HAM, diperlukan adanya peran serta dari berbagai pihak. Baik itu
masyarakat maupun pemerintah. Adapun tindakan upaya pencegahan pelanggaran HAM yang dapat kita
lakukan yaitu dengan cara mepelajari, memahami dan menerapkan pentingnya Hak Asasi Manusia dalam
kehidupan sehari-hari dan menerapkan pentingnya HAM dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai