Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI

FOTOSINTESIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

Abdullah
Nikmawati
Yamadi
Resky
Fani

SMA NEGERI 1 BAMBAIRA


2019/2020

DAFTAR ISI
Judul .........................................................................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................................................
Kata Pengantar .......................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan ...............................................................................................................
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................
Bab 2 Pembahasan ..................................................................................................................
2.1. Pengertian Fotosintesis ..........................................................................................
2.2. Faktor yang mempengaruhi fotosintesis ...............................................................
2.3. Proses fotosintesis .................................................................................................
3.4. Manfaat hasil fotosintesis .....................................................................................
Bab 3 Penutup .........................................................................................................................
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................
4.2 Saran ......................................................................................................................

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FOTOSINTESIS” ini dengan
baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang banyak
memantu dalam penyusunan karya tulis ini. Ucapan terima kasih itu kami sampaikan kepada
Guru Biologi yang telah memberi tugas makalah ini kepada kami.
Semoga makalah ini dapat memerikan konstribusi positif dan bermakna dalam proses
pemelajaran Biologi. Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Terima kasih, semoga bermanfaat.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaksi, Contoh, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis sudah akrab kita
dengar. Pada dasarnya, Fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat atau
zat gula dengan menggunakan energi matahari. Matahari sebagai sumber energi utama
bagi kehidupan di Bumi. Namun tidak semua organisma mampu secara langsung
menggunakannya.

Hanya golongan tumbuhan dan beberapa jenis bakteri saja yang mampu menyerap
energi matahari dan memanfaatkannya untuk fotosintesis. Melalui fotosintesis,
tumbuhan menyusun zat makanan yaitu karbohidrat (pati/gula). Karena kemampuan
menyusun makanannya sendiri inilah, tumbuhan disebut organisma ototrof.
Bagaimana fotosintesis itu dipahami oleh para ahli biologi? Untuk itu, perlu kita ikuti
percobaan – percobaan pada periode awal penemuannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian fotosintesis?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis ?
3. Bagaimana proses terjadinya fotosintesis ?
4. Apa manfaat dari hasil fotosintesis ?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian fotosintesis
2. Faktor yang mempengaruhi fotosintesis
3. Proses fotosintesis
4. Manfaat hasil fotosintesis
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sejarah Fotosintesis


Fenomena fotosintesis telah digali sejak lama oleh para ilmuwan, khususnya
bidang fisiologi tumbuhan. Joseph Priestley (1972), seorang ahli kimia Inggris
menemukan bahwa tumbuhan mengeluarkan suatu gas yang membuat api lilin dapat
menyala walaupun dalam tabung gelas yang tertutup.
Dalam sungkup tabung gelas tanpa tanaman, api lilin yang dinyalakan cepat
padam. Namun setelah ke dalamnya disusupkan tanaman, pada beberapa hari
kemudian ternyata lilin dapat dinyalakan lagi. Lilin tetap menyala selama “gas” dari
tanaman itu masih ada. Pada waktu itu, Dia belum tahu bahwa gas itu adalah oksigen.
Dua ratus tahun kemudian, banyak peneliti tertarik untuk ikut menggali lebih
lanjut dari temuan Priestley tersebut. Jan Ingenhousz (1779), ahli fisiologi dari German
melakukan eksperimen dengan menggunakan tumbuhan air (Hydrila verticilata). Dari
percobaannya ditunjukkan tiga hal penting, meliputi :

Gambar 1. Percobaan Ingenhousz

 Gas yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu ternyata adalah O2,


 Cahaya matahari dibutuhkan untuk proses tersebut,
 Bagian yang berhijau daun saja yang mengeluarkan O2.
Seorang ahli botani dari Swiss, Jean Senebier menemukan bahwa CO2 juga
dibutuhkan untuk fotosintesis. Peneliti lain, ahli kimia dan ahli fisiologi Swiss yaitu
Nicholas de Saussure (1804) menunjukkan bahwa tanaman tumbuh dari air dan
CO2 yang diserapnya. Sachs (1860) menunjukkan bahwa fotosintesis menghasilkan zat
gula atau karbohidrat yang disebut amilum. Berdasar temuan-temuan itu maka
pemahaman tentang fotosintesis menjadi semakin lengkap. Fotosintesis kemudian
dirumuskan dalam persamaan reaksi kimia sebagai berikut:

Rumus Fotosintesis
n CO2 + n H2O + Energi Matahari —————–> [CH2O]n + nO2
klorofil zat gula
Semula orang mengira bahwa O2 yang dikeluarkan adalah berasal dari
pemecahan gas CO2. Van Niel adalah orang pertama yang menyatakan bahwa O2 itu
berasal dari pemecahan air. Hal itu didasarkan dari hasil temuannya tentang fotosintesis
bakteri Sulfur.
Gambar 2. Bakteri Sulfur

Dengan energi matahari, bakteri Sulfur ternyata juga mampu menyusun zat gula
dari CO2 dan gas belerang (H2S), bukan dengan air (H2O) seperti pada tumbuhan. Bakteri
ini melepaskan S, yang tentu berasal dari pemecahan H2S. Persamaan reaksinya
dinyatakan sebagai berikut :
Energi matahari
CO2 + H2S —————–> [ CH2O ] + 2S + H2O
(zat gula)

Senada dengan hal itu, maka Van Niel menduga bahwa O2 yang dilepaskan
pada fotosintesis tumbuhan adalah berasal dari pemecahan air (H2O). Tahun
1941, Ruben dan Kamen melakukan percobaan fotosintesis dengan menggunakan air
bertanda. Pada air tersebut, komponen O-nya diberi tanda yang mudah dikenali dengan
alat tertentu.
Dengan cara ini, Dia berhasil membuktikan bahwa “gas” yang dilepaskan itu
adalah O2 yang bertanda. Oksigen itu tentu berasal dari pemecahan air bertanda.
Pemecahan air dengan energi cahaya yang diserap oleh sel-sel daun yang
berfotosintesis ini disebut fotolisis. Dengan demikian, persamaan fotosintesis yang
lengkap adalah sebagai berikut:
n CO2 + 2n H2O + Energi Matahari —————–> [ CH2O ]n + n O2 + n H2O
klorofil ( zat gula )

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat kita tarik beberapa pengertian:


1. Fotosintesis menggunakan energi matahari untuk menyusun zat gula sederhana.
2. Zat gula disusun dari bahan dasar yaitu berupa H2O dan CO2.
3. Fotosintesis menghasilkan bahan sisa berupa O2 dan H2
4. Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan beberapa jenis bakteri.
Fotosintesis menyusun zat gula dari air dan karbon dioksida (CO2), sehingga sering
disebut pula asimilasi karbon.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis


Berikut faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap fotosintesis, yaitu:
1. Respon fotosintesis terhadap intensitas cahaya
Cahaya mutlak dibutuhkan sebagai energi penggerak fotosintesis, namun
demikian tingkat kebutuhan antar kelompok tumbuhan akan berbeda. Tidak pada
setiap kondisi meningkatnya intensitas akan diikuti atau menyebabkan meningkatnya
laju fotosintesis.
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama fotosintesis. Albert Einstein
menyebut energi matahari sebagai foton (kuantum). Cahaya mempengaruhi
fotosintesis dalam tiga hal, yaitu intensitas cahaya, lama pencahayaan dan warna
cahayanya.
Pada intensitas cahaya yang kurang, fotosintesisnya akan lambat. Sebaliknya,
pada intensitas yang lebih tinggi, fotosintesis akan lebih cepat. Hal itu terjadi terutama
pada tumbuh tumbuhan rumput, seperti jagung, tebu dan golongan rumput yang lain.
Tidak semua warna sinar dapat dimanfaatkan atau diserap secara optimal oleh
tumbuhan. Klorofil menyerap semua warna sinar, kecuali sinar hijau. Sinar yang paling
banyak diserap untuk fotosintesis adalah sinar merah (± 700 nm) dan biru (± 450nm).
Jenis sinar yang lain juga diserap energinya walaupun dalam tingkat yang lebih rendah.
Sinar hijau justru dipantulkan oleh klorofil, sehingga daun tampak berwarna hijau.
2. Umur jaringan daun
Selain faktor intensitas cahaya, umur daun juga sangat menentukan
produktivitas daun dalam aktivitas fotosintesisnya. Kapasitas kemampuan daun
melakukan fotosintesis berkembang seiring dengan perkembangan kedewasaan daun
mencapai perkembangan dan pertumbuhan optimalnya.
Pada fase awal pertumbuhannya, daun muda masih menggantungkan asimilat
dari daun dewasa lainnya (mengimport). Pada saat daun mencapai laju pertumbuhan
optimum, produktivitasnya telah jauh meningkat, dan sebagian fotosintatnya telah
mulai diekspor ke jaringan lain yang membutuhkan.
Kapasitas fotosintesis ini terus meningkat bersamaan dengan pencapaian
kedewasaan organ daun. Terdapat hubungan interaktif antara perkembangan
struktural daun (anatomi-morfologi) dan intensitas cahaya dengan perkembangan
kapasitas fotosintetiknya. Tumbuhan yang tumbuh pada tempat dengan intensitas
cahaya tinggi, daun berkembang dengan memadahi, sehingga kapasitas fotosintetiknya
juga lebih besar.
3. Kadar CO2 dan O2
Konsentrasi CO2 sebagai salah satu prekursor atau bahan dasar asimilasi karbon
tentu akan sangat berpengaruh pada produktivitas fotosintesisnya. Fotosintesis
cenderung meningkat bila kadar CO2-nya lebih tinggi. Sebaliknya, keberadaan O2 justru
akan menghambat fotosintesis. Tumbuhan menunjukkan kemampuannya dalam
memfiksasi CO2 yang berbeda-beda.
Ada yang cepat dan ada juga yang lambat sesuai dengan tife tanaman tersebut.
Oksigen merupakan salah satu produk samping dari fotosintesis. Namun demikian,
kadar oksigen yang tinggi pada jaringan fotosintetik akan menghambat laju fotosintesis.
Pada kondisi kadar oksigen yang semakin tinggi, laju fotosintesisnya secara signifikan
menjadi semakin rendah.
Tempat Terjadinya Fotosintesis
Kloroplas merupakan alat atau organela sel yang khas pada sel-sel daging daun.
Gambar 3. Daun, Susunan Anatomi dan Kloroplas
Bentuk kloroplas bermacam-macam, tergantuing jenis tumbuhannya. Selain bulat atau
lonjong, ada juga yang berbentuk pita. Sel sebagian besar tumbuhan tinggi umumnya
mengandung antara 50 – 200 kloroplas. Kalau dilihat dari samping bentuknya seperti
lensa dengan satu sisi/permukaan cembung dan permukaan lain cekung, datar atau
cembung. Sumbu panjang kloroplas itu sering berukuran 5–10 μm. Dilihat dari atas
kloroplas nampak sebagai elifotosistem.

Gambar 4. Kloroplas dan Bagian-Bagiannya: Grana dan Stroma


Pada tumbuhan rendah dan terutama pada beberapa mikroorganisme, bentuknya
sangat berbeda dari yang terlihat pada tumbuhan tinggi dan sering jumlahnya sedikit.
Sebagai contoh:
Euglena gracilis : kurang lebih 10 kloroplas/sel
Chlamydomonas : satu kloroplas/sel, berbentuk mangkuk
Spirogyra : satu kloroplas/sel, berbentuk pita yang memanjang di seluruh sel
Pada dasarnya, kloroplas dibatasi oleh dua sistem membran yaitu membran luar dan
membran dalam, yang dipisahkan oleh ruang antar membran.
Membran dalam
Membran dalam dihubungkan dengan suatu kompleks membran yaitu membran bagian
dalam yang melintasi bagian dalam kloroplas. Dengan demikian, organel itu adalah
suatu sistem tiga membran.
Bentuk membran bagian dalam yang paling umum adalah satu kantung yang dipipihkan
yang disebut tilakoid. Tilakoid itu terdapat dalam stroma. Tumpukkan beberapa tilakoid
disebut grana, sehingga masing-masing tilakoidnya disebut tilakoid grana. Tilakoid yang
memanjang ke stroma disebut tilakoid stroma.
Bagian dalam tilakoid disebut lokulus. Membran-membran pada kloroplas membatasi
tiga kompartemen yang terpisah yaitu ruang antar membran, stroma dan
lokulus. Reaksi-reaksi fotosintesis bergantung cahaya berlangsung dalam tilakoid
sedang reaksi asimilasi (fiksasi) CO2 terjadi dalam stroma.
Membran dalam bekerja sebagai pembatas fungsional antara sitosol dan stroma.
Membran dalam tidak permeabel bagi sukrosa dan berbagai anion, misal di- dan
trikarboksilat, fosfat dan senyawa-senyawa seperti nukleotida dan gula fosfat.
Membran dalam permeabel bagi CO2 dan asam-asam monokarboksilat tertentu, misal
asam asetat, asam gliserat dan asam glikolat. Membran dalam kurang permeabel bagi
asam amino. Membran dalam mengandung protein pembawa tertentu untuk
mengangkut fosfat, fosfogliserat, dihidroksiaseton fosfat, dikarboksilat dan ATP.
Sistem membran bagian dalam yang terdapat dalam stroma membentuk suatu jalinan
yang sangat kompleks. Membran tilakoid mengandung enzim lengkap untuk
melaksanakan reaksi-reaksi fotosintesis yang bergantung cahaya. Membran tilakoid
merupakan tempat klorofil, pembawa-pembawa elektron dan faktor-faktor yang
menggabungkan transpor elektron dengan fosforilasi.
Stroma mengandung enzim-enzim yang penting untuk melaksanakan asimilasi CO2 dan
mengubahnya menjadi karbohidrat. Beberapa macam partikel juga terdapat seperti
butir pati, plastoglobulin yaitu tempat penyimpan lipida, plastokinon dan
tokoforilkinon. Stroma juga mengandung ribosom dan DNA.
Membran tilakoid kira-kira 50% terdiri atas lipida, kurang lebih 10% dari padanya adalah
fosfolipida. Lipida yang khas bagi klorofil adalah galaktolipida dan sulfolipida, yang
masing-masing 45% dan 4% dari total lipida. Selain itu terdapat molekul-molekul lipida
seperti klorofil, karotenoid dan plastokinon. Jumlah klorofil kira-kira 20% dari lipida
total membran tilakoid.
Membran luar
Membran luar kloroplas tumbuhan tinggi dipisahkan dari membran dalam oleh ruang
kira-kira 10 nm. Membran tersebut permeabel bagi bermacam-macam senyawa dengan
berat molekul rendah seperti nukleotida, fosfat organik, derivat-derivat fosfat, asam
karboksilat dan sukrosa. Dengan demikian ruang antar membran mengandung molekul-
molekul nutrien sitosol.

2.3 Proses Fotosintesis


Pada dasarnya, fotosintesis terjadi dalam dua tahapan. Kedua tahap itu
berlangsung dalam kloroplas, namun pada dua bagian yang berbeda. Tahap I adalah
proses penangkapan energi surya atau proses-proses yang bergantung langsung pada
keberadaan cahaya.
Seluruh proses pada tahap ini disebut reaksi terang. Tahap II adalah proses-proses yang
tidak bergantung langsung pada keberadaan cahaya. Proses-proses atau reaksi-reaksi
pada tahap ini disebut reaksi gelap.

Gambar 5. Penangkapan energi surya (foton) dan aliran elektron dalam membran tilakoid grana (reaksi
cahaya / Reaksi terang)
 Reaksi Terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH 2. Reaksi ini
memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan
foton oleh pigmen sebagai antena. Foton yang dimaksud adalah segmen spektrum yang
paling penting bagi kehidupan yaitu pita sempit antara panjang gelombang sekitar 380
nm sampai 750 nm. Radiasi ini dikenal sebagai cahaya tampak, karena dapat dideteksi
sebagai beraneka ragam warna oleh mata manusia.
Fotosistem adalah suatu unit yang mampu menangkap energi cahaya Matahari yang
terdiri dari klorofil a, kompleks antena, dan akseptor elektron. Di dalam kloroplas
terdapat beberapa macam klorofil dan pigmen lain, seperti klorofil a yang berwarna
hijau muda, klorofil b berwarna hijau tua, dan karoten yang berwarna kuning sampai
jingga. Pigmen-pigmen tersebut mengelompok dalam membran tilakoid dan
membentuk perangkat pigmen yang berperan penting dalam fotosintesis.
Klorofil a berada dalam bagian pusat reaksi. Klorofil ini berperan dalam menyalurkan
elektron yang berenergi tinggi ke akseptor utama elektron. Elektronini selanjutnya
masuk ke sistemsiklus elektron. Elektron yang dilepaskan klorofil a mempunyai energi
tinggi sebab memperoleh energi dari cahaya yang berasal dari molekul perangkat
pigmen yang dikenal dengan kompleks antena.
Fotosistem sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fotosistem I dan fotosistem II.
 Fotosistem I
Pada fotosistem I ini penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif
terhadap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm sehingga klorofil a disebut juga
P700. Energi yang diperoleh P700 ditransfer dari kompleks antena.
 Fotosistem II
Pada fotosistem II penyerapan energi cahaya dilakukan oleh klorofil a yang sensitif
terhadap panjang gelombang 680 nm sehingga disebut P680. P680 yang teroksidasi
merupakan agen pengoksidasi yang lebih kuat daripada P700. Dengan potensial redoks
yang lebih besar, akan cukup elektron negatif untuk memperoleh elektron dari molekul-
molekul air.

Gambar 6. Proses Fotosistem 1 dan 2

Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
Matahari sehingga elektron klorofil pada fotosistem II tereksitasi dan menyebabkan
muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, fotosistem II akan
mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan
dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan
mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya fotosistem II akan mereduksi
plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan
elektron dari fotosistem II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari fotosistem II ke
fotosistem I dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat
mudah bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC).
Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid.
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini
menyerap energi cahaya terpisah dari fotosistem II, tapi mengandung kompleks inti
terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti
Fotosistem II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, Fotosistem I
berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein
Fe-S larut yang disebut feredoksin.
Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan
elektron untuk mereduksi NADP dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam
stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase.
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP
sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan
elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan
membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.

Reaksi Siklik dan NonSiklik


Reaksi terang memiliki dua bentuk: siklus dan nonsiklus. Pada reaksi nonsiklus, foton
diserap pada kompleks antena fotosistem II penyerap cahaya oleh klorofil dan pigmen
aksesoris lainnya. Ketika molekul klorofil pada inti pusat reaksi fotosistem II
memperoleh energi eksitasi yang cukup dari pigmen antena yang berdekatan
dengannya, satu elektron akan dipindahkan ke molekul penerima elektron, yaitu
feopftin, melalui sebuah proses yang disebut pemisahan tenagaterfotoinduksi. Elektron
ini dipindahkan melalui rangkaian transport elektron, yang disebut skema Z, yang pada
awalnya berfungsi untuk menghasilkan potensi kemiosmosis di sepanjang membran.
Satu enzim sintase ATP menggunakan potensi kemisomosis untuk menghasilkan ATP
selama fotofosforilasi, sedangkanNADPH adalah produk dari reaksi redoksterminal
pada skema Z. Elektron masuk ke molekul klorofil pada fofosistem II. Elektron ini
tereksitasi karena cahaya yang diserap oleh fotosistem. Pembawa elektron kedua
menerima elektron, yang lagi-lagi dilewatkan untuk menurunkan energi penerim
elektron. Energi yang dihasilkan oleh penerima elektron digunakan untuk menggerakan
ion hidrogen di sepanjang membran tilakoid sampai ke dalam lumen. Elektron
digunakan untuk mereduksi koenzim NADP, yang memiliki fungsi pada reaksi terang.
Reaksi siklus mirip dengan nonsiklus, namun berbeda pada bentuknya karena hanya
menghasilkan ATP, dan tidak ada NADP (NADPH) tereduksi yang dihasilkan. Reaksi siklus
hanya berlangsung pada fotosistem I. Setelah elektron dipindahkan dari fotosistem,
elektron digerakkan melewati molekul penerima elektron dan dikembalikan ke
fotosistem I, yang dari sanalah awalnya elektron dikeluarkan, sehingga reaksi ini diberi
nama reaksi siklus.
Gambar 7. Reaksi Non Siklik

Gambar 8. Reaksi Siklik

 Reaksi Gelap (Siklus Calvin)

Gambar 9. Siklus Calvin

Pada proses ini terjadi pengikatan karbondioksida di dalam daun. Siklus ini
menggunakan ATP dan NADPH sebagai sumber energi dan NADPH sebagai tenaga
pereduksi pembuatan gula. Karbohidrat yang dihasilkan langsung dari siklus Calvin
sebenarnya bukan glukosa melainkan gula berkarbon tiga yang disebut gliseraldehida 3
fosfat (G3P). Berdasarkan Campbell (2002) daur Calvin dapat dibagi ke dalam 3 fase
sebagai berikut:
 Pengikatan (fiksasi) CO2
CO2 diikat oleh senyawa ribulosa bifosfat (RuBP) untuk membentuk senyawa C-6 yang
akan terurai menjadi dua molekul 1,3 bifosfogliserat. Enzim yang berperan dalam fiksasi
CO2 adalah RuBP karboksilase atau rubisko.
 Reduksi
Molekul 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi G3P dengan menambahkan 2 elektron
dari 2 NADPH. Siklus ini harus berjalan 3 kali sehingga terbentuk 6 molekul G3P.
 Pembentukan RuBP (Ribolusa Bifosfat)
Pada tahap ini pembentukan RuBP dari 5 molekul G3P yang membutuhkan 3 ATP. Jadi
untuk membuat 1 G3P dibutuhkan 9 ATP dan 6 NADPH. G3P dapat diubah menjadi
dihidroksiaseton fosfat. Untuk membentuk 1 molekul glukosa dibutuhkan siklus Calvin
yang berdaur ulang selama 6 kali, dan ditangkap 6 molekul.

Tipe Tipe Fotosintesis


Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3,
C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di
daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih
adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman
pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan
tanaman dari kelompok C3. Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat
CO2 dari atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi.
1. Tipe tanaman C3
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan
substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses
awal assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk
proses fotorespirasi ( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran
karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang terjadi pada siang
hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara
CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan
assimilasi akan bertambah besar.
2. Tipe tanaman C4
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang
tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2dan O2. Lokasi
terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang
mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah
terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel “bundle sheath” (sekelompok sel-sel
di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi.
Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2tidak
mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat
kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2,
sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi.
Laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2.
Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung
dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan. Contoh tanaman C3
antara lain : kedele, kacang tanah, kentang, sedangkan contoh tanaman C4 adalah :
jagung, sorgum dan tebu.
Sintesis Tipe Tanaman C3, C4, dan CAM, yaitu:
 Sintesis C3
Sintesis C3 diawali dengan fiksasi CO2, yaitu menggabungkan CO2 dengan sebuah
molekul akseptor karbon. Akan tetapi didalam sintesis C3, CO2difiksasi ke gula
berkarbon 5, yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) oleh enzim karboksilase RuBP (rubisko).
Molekul berkarbon 6 yang berbentuk tidak stabil dan segera terpisah menjadi 2 molekul
fosfogliserat (PGA). Molekul PGA merupakan karbohidrat stabil berkarbon 3 yang
pertama kali terbentuk sehingga cara tersebut dinamakan sintesis C3.
Molekul PGA bukan molekul berenergi tinggi. Dua molekul PGA mengandung energy
yang lebih kecil dibandingkan dengan satu molekul RuBP. Hal tersebut menjelaskan
alasan fiksasi CO2 berlangsung secara spontan dan tidak memerlukan energy dari reaksi
cahaya. Untuk mensintesis molekul berenergi tinggi, energy dan electron dari ATP
maupun NADPH hasil reaksi terang digunakan untuk mereduksi tiap PGA menjadi
fosfogliseraldehida (PGAL).
Dua molekul PGAL dapat membentuk satu glukosa. Siklus Calvin telah lengkap bila
pembentukan glukosa disertai dengan generasi RuBP. Satu molekul CO2 yang
tercampur menjadi enam molekul CO2. Ketika enam molekul CO2 bergabung dengan
enam molekul RuBP dihasilkan satu glukosa dan enam RuBP sehingga siklus dapat
dimulai lagi. Contoh tanaman: legum (polong-polongan), gandum, padi.
 Sintesis C4
Pada jenis tumbuhan yang hidup di daerah panas seperti jagung, tebu, rumput-
rumputan, memiliki kebiasaan saat siang hari mereka tidak membuka stomatanya
secara penuh untuk mengurangi kehilangan air melalui evaporasi/transpirasi. Ini
berakibat terjadinya penurunan jumlah CO2 yang masuk ke stomata. Logikanya hal ini
menghambat laju fotosintesis. Ternyata para tumbuhan ini telah mengembangkan cara
yang cerdas untuk menjaga agar laju fotosintesis tetap normal meskipun stomata tidak
membuka penuh.
Perbedaan tanaman C3 dan C4 adalah ada pada mekanisme fiksasi CO2. Pada tumbuhan
C-4 karbondioksida pertamakali akan diikat oleh senyawa yang disebut PEP
(phosphoenolphyruvate / fosfoenolpiruvat) dengan bantuan enzim PEP karboksilase
dan membentuk oksaloasetat, suatu senyawa 4-C. Itu sebabnya kelompok tumbuhan
ini disebut tumbuhan C-4 atau C-4 pathway. PEP dibentuk dari piruvat dengan bantuan
enzim piruvat fosfat dikinase. Berbeda dengan rubisco, PEP sangat lemah berikatan
dengan O2.
Ini berarti bisa menekan terjadinya fotorespirasi sekaligus mampu menangkap lebih
banyak CO2 sehingga bisa meningkatkan laju produksi glukosa. Pengikatan CO2 oleh
PEP tersebut berlangsung di sel-sel mesofil (daging daun). Oksaloasetat yang terbentuk
kemudian akan direduksi karena menerima H+ dari NADH dan berubah menjadi malat,
kemudian ditransfer menuju ke sel seludang pembuluh (bundle sheath cells) melalui
plasmodesmata. Sel-sel seludang pembuluh adalah kelompok sel yang mengelilingi
jaringan pengangkut xilem dan floem.
Di dalam sel-sel seludang pembuluh malat akan dipecah kembali menjadi CO2yang
langsung memasuki siklus Calvin-Benson, dan piruvat dikembalikan lagi ke sel-sel
mesofil. Hasil dari siklus Calvin-Benson adalah molekul glukosa yang kemudian
ditranspor melalui pembuluh floem.
Dari uraian di atas kita tahu bahwa fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 berlangsung dalam
dua langkah.
1. CO2 diikat oleh PEP menjadi oksaloasetat dan berlangsung di sel-sel mesofil.
2. CO2 diikat oleh rubisco menjadi APG di sel seludang pembuluh.
Ini menyebabkan energi yang digunakan untuk fiksasi CO2 lebih besar, memerlukan 30
molekul ATP untuk pembentukan satu molekul glukosa. Sedangkan pada tumbuhan C-
3 hanya memerlukan 18 molekul ATP. Namun demikian besarnya kebutuhan ATP untuk
fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 sebanding dengan besarnya hasil produksi glukosa
karena dengan cara tersebut mampu menekan terjadinya fotorespirasi yang
menyebabkan pengurangan pembentukan glukosa. Itu sebabnya kelompok tumbuhan
C-4 dikenal efektif dalam fotosintesis.
 Sintesis CAM
Tumbuhan lain yang tergolong sukulen (penyimpan air) misalnya kaktus dan nanas
memiliki adaptasi fotosintesis yang berbeda lagi. Tidak seperti tumbuhan umumnya,
kelompok tumbuhan ini membuka stomata pada malam hari dan menutup pada siang
hari. Stomata yang menutup pada siang hari membuat tumbuhan mampu menekan
penguapan sehingga menghemat air, tetapi mencegah masuknya CO2.
Saat stomata terbuka pada malam hari, CO2 di sitoplasma sel-sel mesofil akan diikat
oleh PEP dengan bantuan enzim PEP karboksilase sehingga terbentuk oksaloasetat
kemudian diubah menjadi malat (persis seperti tumbuhan C-4). Selanjutnya malat yang
terbentuk disimpan dalam vakuola sel mesofil hingga pagi hari. Pada siang hari saat
reaksi terang menyediakan ATP dan NADPH untuk siklus Calvin-Benson, malat dipecah
lagi menjadi CO2 dan piruvat. CO2masuk ke siklus Calvin-Benson di stroma kloroplas,
sedangkan piruvat akan digunakan untuk membentuk kembali PEP.

2.4 Manfaat Hasil Fotosintesis


Manfaat Fotosintesis Bagi Tumbuhan dan Kehidupan
 Bagi Tumbuhan
Zat gula hasil fotosintesis akan digunakan untuk berbagai kepentingan tubuh
tumbuhan. Sebagian zat gula akan dirombak untuk menghasilkan energi. Energi sangat
dibutuhkan untuk berbagai aktivitas tubuh. Sebagian akan digunakan untuk
membangun atau membentuk tubuh tumbuhan.
Tumbuhan butuh tumbuh, berkembang, membentuk anakan atau bertunas,
membentuk bunga, buah, biji, dsb. Sebagian akan dijadikan bahan baku untuk
menyusun zat-zat penting lain yang dibutuhkan. Misalnya, protein, lemak dan vitamin.
Sebagian yang lain akan ditimbun dalam jaringan penimbunan, misalnya dalam bentuk
ubi, umbi, buah dan biji.
 Bagi kehidupan
Salah satu manfaat fotosintesis selain untuk tumbuhan melakukan metabolisme adalah
yaitu fotosintesis mengilhami para peneliti untuk membuat sel surya yang menghadapi
sistem fotosintesis tersebut.
Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang mampu mengkonversi
langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa disebut sebagai pemeran utama
untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai
kebumi, walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari
juga bisa dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal.
Cara Kerja Sel Surya
Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction antara
semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom yang
dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai
kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur atomnya.
Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material
dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p,
silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-
n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction
semikonduktor tipe-p dan tipe-n.

Gambar 10. Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron).

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari
semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor
tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p.
Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika
cahaya matahari mengenai susuna p-n junction ini maka akan mendorong elektron
bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan
sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron
datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.

Gambar 11. Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tentang makalah ini dapat kami simpulkan bahwa fotosintesis
merupakan proses penyusunan karbohidrat atau zat gula dengan menggunakan energi
matahari yang bermanfaat bagi tumbuhan dan kehidupan.

3.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan:
 Dengan memahami pelajaran ini, kita dapat menghindari dampak buruk terhadap
proses pengendapan bencana lingkungan atau ekologi.
 Dapat belajar untuk mengendalikan fotosintesis, dan dengan demikian
meningkatkan produksi pangan, serat, dan energi.
 Memahami proses alam, yang telah dikembangkan oleh tanaman juga akan
memungkinkan kita untuk menggunakan kimia dasar dan fisika dari fotosintesis
untuk keperluan lain seperti konversi energi surya dan pengembangan obat-
obatan.

Anda mungkin juga menyukai