Anda di halaman 1dari 24

Pengertian (Definisi) K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja)
Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dapat
diambil dari beberapa sumber, di antaranya ialah pengertian dan definisi K3 menurut Filosofi,
menurut Keilmuan serta menurut standar OHSAS 18001:2007.

Berikut adalah pengertian dan definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :

Filosofi (Mangkunegara) :
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani
tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.
Keilmuan :
Semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
OHSAS 18001:2007 :
Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga
kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
Pengertian/definisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di atas merupakan pengertian/definisi
K3 yang secara umum digunakan dan diajarkan, namun di luar referensi di atas masih banyak
referensi mengenai pengertian/definisi K3 baik menurut ILO ataupun OSHA namun tidak kami
bahas dalam artikel ini sehingga bisa didapatkan melalui penelusuran di mesin pencarian
internet.

Kumpulan Perundang-Undangan K3
Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di
Tempat Kerja.

Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :

Undang-Undang K3 :

1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).


2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Pemerintah terkait K3 :

1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).


2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
Peraturan Menteri terkait K3 :

1. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi


Dokter Perusahaan.
2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Pengangkutan dan Penebangan Kayu.
3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja.
4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen Perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan.
6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.
10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.
11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian
Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat-syarat Operator Keran
Angkat.
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan
Sosial Tenaga Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan tata Kerja
Dokter Penasehat.
1.26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
Keputusan Menteri terkait K3 :

1. Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 tentang Penyempurnaan keputusan Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep 125/MEN/82 Tentang Pembentukan, Susunan dan
Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174
Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat
Kegiatan Konstruksi.
3. Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 tentang Bendera keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat
Kerja.
5. Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional.
6. Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja.
7. Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja.
8. Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
9. Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) No SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja.
10. Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang
Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak.
11. Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Instruksi Menteri terkait K3 :

1. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus K3


Penanggulangan Kebakaran.

Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan terkait K3 :

1. Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan


Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja RI No 84 Tahun 1998 tentang Cara
Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999 tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak dan
Kewajiban Teknisi Lift.
1.3.Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.
Lambang (Logo/Simbol) K3 Beserta Arti dan
Maknanya
Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Beserta Arti dan
Maknanya tertuang dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Berikut ialah penjelasan mengenai arti dan makna lambang/logo/simbol K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) tersebut :

1. Bentuk lambang K3: palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas warna
dasar putih.
2. Arti dan Makna simbol/lambang/logo K3 :
o Palang : bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
o Roda Gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
o Warna Putih : bersih dan suci.
o Warna Hijau : selamat, sehat dan sejahtera.
o Sebelas gerigi roda : sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.

Lambang/Logo K3
Secara umum logo/lambang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dapat dipasang pada
seragam kerja maupun APD (helm keselamatan) sebagai wujud komitmen Perusahaan terhadap
penerapan K3 di tempat kerja. Selain itu logo/lambang K3 juga biasa dipasang pada dokumen-
dokumen K3, poster, rambu maupun papan nama Perusahaan sebagai bagian dari komitmen
Perusahaan terhadap K3 di lingkungan Manajemen Perusahaan.
Jenis-Jenis APD (Alat Pelindung Diri)
Pengertian (Definisi) Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat
bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu
sendiri maupun orang lain di tempat kerja. Terdapat berbagai macam/jenis APD di antaranya
ialah sebagai berikut :

Alat Pelindung Kepala

Alat Pelindung Mata dan Muka

Alat Pelindung Pendengaran

Alat Pelindung Pernafasan


Alat Pelindung Tangan

Alat Pelindung Kaki

APD Pelindung Jatuh (Ketinggian)


Alat Pelindung Tubuh (Badan)

Pelampung

Rompi Nyala

Sabuk Pengaman
Jas Hujan

Rambu Larangan K3 (Safety Sign)


Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu larangan yang bermanfaat sebagai manajemen visual
di tempat kerja.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Blue
Rambu K3 : Kumpulan Rambu Penunjuk...

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Penunjuk ...


Rambu K3 : Kumpulan Rambu Sarana Um...

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Sarana Ke...

Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)


Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu bahaya K3 di tempat kerja yang bermanfaat sebagai
manajemen visual di tempat kerja.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font
color: Blue
Dasar Dasar K3 (Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja)
Materi (Slide) Dasar-Dasar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) berfungsi untuk
memberikan pelatihan (pengajaran) dasar pengetahuan dan wawasan serta syarat-syarat
penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan) di tempat kerja khusunya bagi tenaga kerja ataupun
peserta didik / training (pelatihan) lainnya.

Di dalam materi (slide) dasar-dasar K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memuat 31 (tiga
puluh satu) topik pokok bahasan di dalamnya antara lain sebagai berikut :

1. Pengertian (Definisi) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


2. Dasar Hukum Penerapan K3 di Tempat Kerja.
3. Tujuan Penerapan K3.
4. Pengertian Bahaya dan Faktor-Faktor Bahaya di Tempat Kerja.
5. Pengertian (Definisi) Resiko dan Penilaian Resiko K3.
6. Hierarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3.
7. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Insiden Kerja.
8. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja (Domino Effect H.W. Heinrich).
9. Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja).
10. Piramida Kecelakaan Kerja.
11. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja.
12. Penyakit Akibat Kerja (PAK).
13. Tanggap Darurat K3.
14. Pengertian (Definisi) Api dan Kebakaran.
15. Tahap-tahap Kebakaran.
16. Metode (Cara) Pemadaman Api/Kebakaran.
17. 6 (Enam) Kelas Kebakaran berdasarkan NFPA dan Media Pemadamannya.
18. Tata Cara Penggunaan Tabung Pemadam (APAR).
19. Alat Pelindung Diri (APD).
20. LOTO (Lockout Tagout).
21. Izin Kerja K3.
22. Budaya 5R.
23. Langkah-langkah Penerapan 5R di Tempat Kerja.
24. Pengendalian Visual 5R di Tempat Kerja.
25. Tanda (Label) Kode Warna Perpiapaan di Tempat Kerja.
26. Label Kemasan Bahan (Material) Berbahaya (B3).
27. Label Transportasi Bahan (Material) Berbahaya (B3).
28. Rambu-Rambu K3 (Safety Signs).
29. Kewajiban Pengusaha/Pengurus Terhadap Penerapan K3.
30. Kewajiban Tenaga Kerja Terhadap Penerapan K3.
31. Syarat-Syarat K3 di Tempat Kerja.

Download materi (slide) dasar-dasar K3 PDF : Materi (Slide) Dasar-Dasar K3.pdf


Struktur Susunan dan Tugas Organisasi Tim
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Senin, Desember 09, 2013
Advertisements :
Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah
Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. Disebutkan pada pasal 2
(dua) bahwa tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang
atau lebih, atau tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100
(seratus) tenaga kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif
pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3. Pada pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur
keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua,
sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang
bersangkutan.

Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Permenaker RI
Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian &
partisipasi efektif dalam penerapan K3.

Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ialah memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan
pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).

Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain :

1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :
o Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.
o Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
o Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
o Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :

o Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.


o Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
o Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
o Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja (PAK) serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
o Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
o Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di
perusahaan.
o Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
o Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
o Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.
o Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan
kesehatan kerja.
o Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja. (berdasarkan pasal 4
(empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).

Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) :
Peran Wewenang
1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk anggota untuk
memimpin rapat pleno.
2. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program-
program P2K3.
3. Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan K3 di Perusahaan ke Disnakertrans
Ketua Kabupaten/Kota setempat melalui Pimpinan Perusahaan.
4. Mempertanggung-jawabkan program-program P2K3 dan pelaksanaannya
kepada Direksi.
5. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaannya program-program K3 di
Perusahaan

1. Membuat undangan rapat dan notulen.


2. Mengelola administrasi surat-surat P2K3.
3. Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3.
4. Memberikan bantuan/saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi demi
Sekretaris
suksesnya program-program K3.
5. Membuat laporan ke Disnakertrans setempat maupun instansi lain yang
bersangkutan dengan kondisi dan tindakan bahaya di tempat kerja.

1. Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan seksi


masing-masing.
Anggota
2. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

Jumlah dan susunan P2K3 antara lain sebagai berikut :

1. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih, maka jumlah
anggota sekurang-kurangnya ialah 12 (dua belas) orang yang terdiri dari 6 (enam) orang
mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga kerja.
2. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja 50 (lima puluh) orang sampai dengan 100
(seratus) orang, maka jumlah anggota sekurang-kurangnya ialah 6 (enam) orang yang
terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili pengusaha/pimpinan Perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.
3. Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang dengan tingkat
resiko bahaya sangat besar, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan nomor 2 (dua)
di atas.
4. Kelompok Perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 50 (lima puluh) orang
untuk anggota kelompok, maka jumlah anggota sesuai dengan ketentuan nomor 2 (dua)
di atas dimana masing-masing anggota mewakili Perusahaannya.

Langkah-langkah pembentukan P2K3 di Perusahaan ialah pertama-tama Perusahaan wajib


menyatakan Kebijakan K3 dan dituangkan secara tertulis. Kemudian Pimpinan Perusahaan
menginventarisasi daftar anggota P2K3 serta memberikan pengarahan singkat terhadap daftar
anggota mengenai Kebijakan K3 Perusahaan. Setelah itu Perusahaan mengonsultasikan
mengenai pembentukan P2K3 kepada Disnakertrans setempat untuk dikaji dan disahkan melalui
surat keputusan pengesahan P2K3. Kepala Disnakertrans setempat melaksanakan pelantikan
anggota P2K3 secara resmi. Selanjutnya Perusahaan melaporkan mengenai pelaksanaan
program-program P2K3 ke Disnakertrans setempat secara rutin.

Struktur P2K3

Contoh Kebijakan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) | OHS Policy
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Senin, Desember 09, 2013
Advertisements :
Kebijakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan syarat dasar dalam membangun
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. Kebijakan K3
merupakan komitmen pimpinan suatu organisasi perusahaan) untuk menjamin Keselamatan dan
Kesehatan Kerja seluruh personil di bawah kendalinya juga pihak-pihak yang berkaitan
(berhubungan) dengan kegiatan (aktivitas) operasi perusahaan (organisasi) tersebut.

Kebijakan K3 dalam klausul OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management
Systems 4.2 OHS Policy didefinisikan sebagai "segala arah dan target (tujuan) dari suatu
organisasi yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang secara resmi
dinyatakan oleh pimpinan perusahaan".

Dalam klausul 4.2 standar OHSAS 18001 : 2007 terdapat beberapa persyaratan mengenai
Kebijakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain :

1. Sesuai dengan lingkungan dan besar resiko K3 organisasi (perusahaan).


2. Terdapat komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK) juga berkomitmen dalam peningkatan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen
K3 dan Kinerja K3 organisasi (perusahaan).
3. Terdapat komitmen untuk memenuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
4. Terdapat kerangka kerja untuk menyusun dan meninjau sasaran/target/tujuan
K3 organisasi (perusahaan).
5. Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.
6. Dikomunikasikan kepada seluruh personil yang terdapat di bawah kendali organisasi
(perusahaa) dengan maksud supaya seluruh personil mengetahui kewajiban K3 masing-
masing.
7. Tersedia untuk pihak ke tiga yang berhubungan dengan aktivitas operasional organisasi
(perusahaan).
8. Ditinjau secara berkala untuk menjamin pemenuhan dan kesesuaian terhadap aktivitas
(operasional) organsasi (perusahaan).

Contoh Kebijakan K3 secara sederhana :


Kami berkomitmen untuk :

1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain (kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
2. Menjamin Pengendalian Dampak Lingkungan dari operasional Perusahaan.
3. Memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang berlaku berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan.
4. Melakukan perbaikan berkelanjutan demi terciptanya K3 yang baik di tempat kerja dan
Lingkungan yang Sehat di wilayah Perusahaan.

Untuk mewujudkan komitmen kami, maka kami akan :

1. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua potensi bahaya serta aspek-aspek dampak


lingkungan yang terkandung pada seluruh aktivitas operasional Perusahaan.
2. Membentuk struktur/susunan/organisasi/unit khusus untuk melaksanakan Penerapan K3
Perusahaan secara sistematis, efektif dan berkelanjutan.
3. Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai.
4. Memberikan pelatihan dan pembinaan K3 kepada Tenaga Kerja untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran Tenaga Kerja terhadap K3.
5. Berperan aktif untuk memenuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan lain yang
berkaitan dengan K3.

Pimpinan Perusahaan

Nama dan Tanda Tangan

Gambar di bawah merupakan contoh sederhana bentuk Kebijakan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) dalam suatu organisasi (perusahaan) :
Contoh Kebijakan K3

3 Tujuan Penerapan K3 (Keselamatan dan


Kesehatan Kerja) Di Tempat Kerja
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Senin, Desember 09, 2013
Advertisements :
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki bebrapa tujuan dalam
pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di
dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Dari penjabaran tujuan penerapan K3 di tempat kerja berdasarkan Undang-Undang nomor 1


Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di
tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang
akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Indonesia dapat dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang sampai
Meraoke. Seluruh masyarakat Indonesia sadar dan paham betul mengenai pentingnya K3
sehingga dapat melaksanakannya dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja maupun di
lingkungan tempat tinggal. Aamiin.

5 Hierarki Pengendalian Resiko / Bahaya K3


Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Senin, Desember 09, 2013
Advertisements :
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah
pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.

Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan, kehandalan


dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya,
tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar di
bawah :

Hierarki Pengendalian Resiko


Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan tingkat
resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain
ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD) yang terdapat
pada tabel di bawah :
HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3
ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya Tempat Kerja/Pekerjaan
SUBSTITUSI Substitusi Alat/Mesin/Bahan Aman Mengurangi Bahaya
Modifikasi/Perancangan Alat/Mesin/Tempat
PERANCANGAN
Kerja yang Lebih Aman
Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi Kerja,
ADMINISTRASI Tenaga Kerja Aman
Tanda Bahaya, Rambu, Poster, Label
Mengurangi Paparan
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja

Pengertian (Definisi) Resiko dan Penilaian


(Matriks) Resiko
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Senin, Desember 09, 2013
Advertisements :
Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila
berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi.

Penilaian Resiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu
resiko. Untuk menentukan kagori suatu resiko apakah itu rendah, sedang, tinggi ataupun ekstrim
dapat menggunakan metode matriks resiko seperti pada tabel matriks resiko di bawah :
KEPARAHAN
Tabel Matriks Resiko
Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat
Sangat Sering Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
FREKUENSI Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Sangat Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
Tabel di bawah merupakan contoh parameter keseringan dari tabel matriks resiko di atas :
Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keseringan
Terjadi 1X dalam masa lebih dari Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam kerja
Sangat Jarang
1 tahun orang lebih
Probabilitas 1 dari 1.000.000 jam kerja
Jarang Bisa terjadi 1X dalam setahun
orang
Probabilitas 1 dari 100.000 jam kerja
Sedang Bisa terjadi 1X dalam sebulan
orang
Sering Bisa terjadi 1X dalam seminggu Probabilitas 1 dari 1000 jam kerja orang
Sangat Sering Terjadi hampir setiap hari Probabilitas 1 dari 100 jam kerja orang
Tabel di bawah merupakan contoh parameter keparahan dari tabel matriks resiko :
Kategori
Contoh Parameter I Contoh Parameter II
Keparahan
Tidak terdapat cedera/penyakit, tenaga kerja Total kerugian kecelakaan kerja
Sangat Ringan
dapat langsung bekerja kembali kurang dari Rp. 1.000.000
Cedera ringan, tenaga kerja dapat langsung Total kerugian kecelakaan kerja
Ringan
bekerja kembali antara Rp. 1.000.000 – Rp.
1.500.000
Total kerugian kecelakaan kerja
Mendapat P3K atau tindakan medis, tidak ada
Sedang antara Rp. 1.500.000 – Rp.
hilang jam kerja lebih dari 1X24 jam
5.000.000
Memerlukan tindakan medis lanjut/rujukan, Total kerugian kecelakaan kerja
Parah cacat sementara, terdapat jam kerja hilang antara Rp. 5.000.000 – Rp.
1X24 jam 10.000.000
Cacat Permanen, Kematian, terdapat jam kerja Total kerugian kecelakaan kerja
Sangat Parah
hilang lebih dari 1X24 jam lebih dari Rp. 10.000.000
Tabel di bawah merupakan representasi kategori resiko yang dihasilkan dari penilaian matriks
resiko :
Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu
Sedang Perlu Tindakan Langsung
Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian
Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas
Dari representasi di atas, maka dapat kita tentukan langkah pengendalian resiko yang paling tepat
berdasarkan 5 (lima) hirarki pengendalian resiko/bahaya K3.
Tampilkan posting dengan label Rambu. Tampilkan semua posting

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Penunjuk Arah Sarana


Umum Publik K3 (Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013

Kumpulan rambu-rambu : penunjuk arah sarana/fasilitas umum yang


bermanfaat sebagai manajemen visual ...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Penunjuk Arah Sarana


Darurat, Evakuasi, Keselamatan dan P3K (Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013

Kumpulan rambu-rambu K3 : penunjuk arah sarana darurat, evakuasi dan


P3K yang bermanfaat sebagai man...
RambuBeri Komentar
Rambu K3 : Kumpulan Rambu Penunjuk Arah Sarana
Darurat & Evakuasi Kebakaran K3 (Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013

Kumpulan rambu-rambu K3 : penunjuk arah sarana darurat kebakaran dan


evakuasi darurat kebakaran yang...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Sarana Umum Publik K3


(Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013

Kumpulan rambu-rambu : sarana/fasilitas umum yang bermanfaat sebagai


manajemen visual di tempat kerj...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Sarana Keselamatan Kerja


K3 (Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013

Kumpulan rambu-rambu K3 : sarana/fasilitas keselamatan yang bermanfaat


sebagai manajemen visual di t...
RambuBeri Komentar
Advertisements :

Rambu K3 : Kumpulan Sarana Keadaan Darurat K3


(Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Kumpulan rambu-rambu K3 : sarana/fasilitas keadaan darurat yang bermanfaat


sebagai manajemen visual ...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Larangan K3 (Safety Sign)


Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu larangan yang bermanfaat sebagai


manajemen visual di tempat ke...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Kewajiban K3 (Safety Sign)


Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu kewajiban di tempat kerja yang


bermanfaat sebagai manajemen vi...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Bahaya K3 (Safety Sign)


Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Kumpulan rambu-rambu K3 : rambu-rambu bahaya K3 di tempat kerja yang


bermanfaat sebagai manajemen vi...
Rambu1 Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Sarana P3K (Safety Sign)


Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Kumpulan rambu-rambu K3 : sarana/fasilitas P3K di tempat kerja yang


bermanfaat sebagai manajemen vis...
RambuBeri Komentar

Rambu K3 : Kumpulan Rambu Sarana Evakuasi Darurat


K3 (Safety Sign)
Ditulis : Hebbie Ilma Adzim | Pada : Selasa, Desember 03, 2013
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Kumpulan rambu-rambu K3 : sarana evakuasi darurat yang bermanfaat sebagai


manajemen visual di tempat...
Rambu1 Komentar

Anda mungkin juga menyukai