Anda di halaman 1dari 2

Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Bu Heni dan Kak Wira,
bahwa didalam Agama Buddha tidak ada bab atau ayat khusus yang menjelaskan
mengenai toleransi. Namun, mereka mengimplikasikan konsep ajaran dari cinta kasih
kepada semua makhluk sebagai salah satu wujud bentuk toleransi, baik kepada antar
agama, ataupun kepada sesama Agama Buddha-nya itu sendiri. Salah satu bentuk dari
toleransi kepada umat agama lain yaitu dengan cara kegiatan sosial. Kebetulan, di
daerah wihara ini merupakan daerah yang cukup padat penduduk. Disana ada masjid
dan gereja dengan jarak yang tidak cukup jauh. Menurut Bu Heni, meskipun berbeda
agama namun antara jema’ah umat Islam, Hindu dan Kristen tetap berkomunikasi
dengan baik.

Dengan diadakannya kegiatan sosial yang dilakukan satu tahun sekali ini
diharapkan mampu mempererat komunikasi atau menjalin hubungan yang baik.
Kegiatan yang dilakukan oleh wihara Tanda Bakhti ini adalah membagikan beras
dengan berbentuk kupon dan menyelenggarakan sembako murah yang diadakan satu
tahun sekali. Wihara ini juga dalam satu tahun sekali rutin mengadakan baksos.
Kegiatannya seperti mengunjungi panti jompo atau pun anak yatim.

Bu Heni Menyatakan, dalam kegiatan berikutnya tepatnya tanggal 12


November wihara ini akan menjadi tuan rumah dari peresmian “Kampung Toleransi”
karena daerah ini dinilai rukun dalam bertetangga meskipun Mesjid, Gereja dan
Wihara berdekatan. Kegiatan ini juga akan dihadiri langsung oleh Wali Kota Bandung
bapak Oded Muhammad Danial untuk meresmikan Kampung Toleransi.

Seperti diketahui, Buddha pun mempunyai beberapa aliran. Dan bentuk dari
toleransi kepada sesama jama’ah buddha itu sendiri yaitu dengan menghargai seperti
mendatangi ketika peringatan ulang tahunnya, atau memperingati hari lahir dewa-
dewa nya, ketika dikasih undangan kita menghadirinya atau ikut berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut. Pun dengan wihara yang lainnya. Ketika wihara kami mengadakan
peringatan ulang tahun wihara, kita pun menyebarkan undangan kepada jema’ah
buddha baik yang memiliki aliran sama atau pun berbeda. Karena memang pada
hakikatnya agamanya sama yaitu Buddha. Hanya saja memang memiliki sudut
pandang yang berbeda.

Selanjutnya, bentuk toleransi kepada sesama Buddha itu sendiri yaitu dengan
kirap. Semua wihara bisa berpartisipasi. Semua menjadi satu. Kirap itu
memperkenalkan patung-patung apa saja yang ada didalam wihara tersebut.
Dalam hal berkomunikasi antar pemuka agama dari masing-masing agama,
mereka hanya membicarakan sosial saja tanpa membicarakan mengenai agama. hal
ini juga bertujuan agar tetap terjalin kerukunan antar umat beragama. Jika diibaratkan
Indonesia ini merupakan sebuah rumah dan agama adalah kamarnya. Di Indonesia
sendiri memiliki 6 kamar. Dan pembicaraan mengenai agama sudah seharusnya
dilakukan di kamar-nya masing-masing. Satu kamar saja masih sering ada yang
berselisih, apalagi jika sampai memasuki kamar orang lain.

Disamping itu, umat Buddha sangat mempercayai hukum karma. Oleh karena
itu, hal tersebut menjadi filosofi umat Buddha untuk berbuat baik kepada siapapun
termasuk hewan sekalipun. Berlaku pula untuk toleransi. Jika kita berlaku baik atau
berlaku toleransi kepada umat lain, maka umat lain pun akan toleransi pada agama
Buddha.

Pada wawancara ini, kami juga menyinggung perihal negara Myanmar, ketika
umat muslim Rohingya disana diperlakukan tidak manusiawi oleh agama Buddha. Bu
Heni berpendapat bahwa dirinya pun tidak setuju atas tindakan tersebut. Karena
sejatinya itu tadi, agama kami (Buddha) mengajarkan ajaran cinta kasih terhadap
semua makhluk. Kak Wira pun menambahkan jika hal tersebut tidak pernah diajarkan
oleh Agama Buddha. Hanya saja filosofi dari agama Buddha sendiri yaitu tridarma
adalah yin dan yang. Dimana ada ada setiap kebaikan pasti ada kejahatannya. Kami
menganggap bahwa kejadian di Myanmar itu merupakan sisi kejelekannya.
Disamping itu, kita tidak tahu juga kondisi politik atau kondisi negara itu bagaimana.
Namun ditegaskannya kembali bahwa agama Buddha tidak pernah mengajarkan
untuk mendiskriminasi atau pun menindas satu etnis atau agama tertentu karena
agama Buddha mengedepankan sekali konsep cinta kasih.

Harapan kedepannya bahwa janganlah ada tembok pemisah antar umat


beragama. Menjadi rukun dan mampu saling berkomunikasi dengan baik tanpa
adanya diskriminasi pada agama-agama tertentu. Dan dalam pemerintahan tidak usah
lagi ada rasisme dalam hal agama sampai-sampai menimbulkan keributan-keributan.
Semoga rakyat Indonesia menjadi rukun dan mampu saling menghargai antar
perbedaan-perbedaan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai