Anda di halaman 1dari 7

ACARA I

PERKECAMBAHAN KELAPA SAWIT


(Elaeis. Guineensis)

A. Tujuan Acara
1. Praktek melakukan perkecambahan dan pembibitan kelapa sawit
2. Mengetahui pengaruh media terhadap pembibitan kelapa sawit

B. Tinjauan Pustaka
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat.
Tetapi ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit
banyak ditemukan didaerah hutan Brazil dibandingkan Amerika. Pada
kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti
malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu
memberikan hasil produksi perhektar yang lebih tinggi (Fauzi et al,. 2012).
Klasifikasi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.(Pahan, 2012)
Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun.
Kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang. Jumlah akar yang
keluar dari pangkal batang sangat banyak dan terus bertambah banyak dengan
bertambahnya umur tanaman. Sistem perakaran kelapa sawit terdiri atas akar
primer, akar sekunder, serta akar tertier dan kuartener yang paling aktif
mengambil hara dan air dari dalam tanah. Batang kelapa sawit berbentuk
silindris dan berdiameter 40-60 cm, namun pada pangkalnya membesar. Pada
ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan
memanjangkan batang. Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan akan
tumbuh dua daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan
membentuk sudut 1350 (Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada bermacam jenis tanah. Ciri tanah yang
baik untuk kelapa sawit diantaranya gembur, aerasi dan drainase baik, kaya
akan humus, dan tidak memiliki lapisan padas. Tanaman kelapa sawit cocok
dibudidayakan pada pH 5,5 – 7,0. Curah huj an dibawah 1250 mm/th sudah
merupakan pembatas pertumbuhan, karena dapat terjadi defisit air, namun jika
curah hujan melebihi 2500 mm/th akan mempengaruhi proses penyerbukann
sehingga kemungkinan terjadi aborsi bunga jantan maupun bunga jantan
maupun bunga betina menjadi lebih tinggi. Ketinggian tempat yang baik untuk
ditanam tanaman kelapa sawit yaitu antara 0 – 500 m dpl dengan kemiringan
lereng sebesar 0 – 3 % (Tim Bina Karya Tani, 2009).
Kelapa sawit memiliki tipe perkecambahan hypogeal, yaitu kotiledon tetap
berada di permukaan tanah setelah benih berkecambah. Benih kelapa sawit
termasuk ke dalam benih rekalsitran sehingga tidak tahan disimpan dalam suhu
dingin di bawah 50 C dan akan mati apabila kadar airnya berada di bawah
12.5%. Kecambah kelapa sawit merupakan embrio yang keluar dari kulit biji
dan berkembang ke dua arah. Arah tegak lurus ke atas (phototropism) disebut
dengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun, sedangkan
arah tegak lurus ke bawah (geotropism) disebut dengan radikula yang
selanjutnya akan menjadi akar (Sunarko, 2007).
Benih kelapa sawit memiliki kulit yang tebal, oleh karena itu diperlukan
persiapan yang lama untuk mengecambahkannya. Setelah buah yang masak
dipanen, tandan buah diperam (fermentasi I) selama 3 hari agar semua buahnya
rontok, setelah itu diperam lagi selama 3 hari (fermentasi II). Selama
fermentasi I dan II, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah daging dan sabut
membusuk, biji dipisahkan dari daging buah dan serat. Setelah terpisah,biji
dikering-anginkan dan disimpan selama 2 bulan dalam ruang suhu kamar untuk
perkecambahan (Sastrosayono, 2003).
Seiring dengan meningkatnya perkembangan komoditi kelapa sawit, maka
juga akan meningkatkan kebutuhan akan tersedianya benih kelapa sawit. Akan
tetapi terdapat kendala yang dihadapi oleh penyedia bibit kelapa sawit yaitu
dormansi yang terjadi pada benih kelapa sawit. Dormansi yaitu suatu keadaan
dimana benih tidak dapat berkecambah walaupun semua kebutuhan benih
tersebut untuk berkecambah telah terpenuhi. Dormansi benih berhubungan
dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan
kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk berkecambah. Penyebab utama
dari dormansi benih kelapa sawit yaitu kulit benih atau cangkang keras dan
tebal yang menyebabkan penghambatan efektifitas penyerapan air dan
gas.(Farhana et al. 2013)
Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada
pertanian untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan
kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan mikrobiologi tanah
(Syam,2003). Kompos memiliki kandungan unsur hara seperti nitrogen dan
fosfat dalam bentuk senyawa kompleks argon, protein, dan humat yang sulit
diserap tanaman (Setyotini et al.,2006).

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Polybag
b. Cetok
c. Gembor
d. Amplas
e. Ember
f. Cutter
2. Bahan :
a. Biji kelapa sawit
b. Fungisida (antracol)
c. Kompos
d. Tanah
e. Air

D. Cara Kerja
1. Melakukan seleksi biji dengan cara memilih biji yang kualitasnya baik
sebanyak 10 biji.
2. Mencuci biji dalam air bersih dan menghilangkan kulit yang masih tersisa
3. Mengamplas bagian titik tumbuh kecambah
4. Merendam biji sawit kedalam fungisida (antracol) selama 1 menit.
Kemudian kering anginkan.
5. Mencampur kompos dan tanah perbandingan 2:1
6. Membuat lubang dengan ibu jari sedalam 2-3 cm ditengah setiap polybag.
Menanam biji sawit pada media dalam polybag kecil (prenursery). Bagian
radikula (bakal akar) harus menghadap ke bawah sementara bagian
plumula (bakal tunas) wajib mengarah ke atas dan tertutup lapisan tanah.
7. Melakukan pemeliharaan kecambah dan pertumbuhan bibit.

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengamatan Persentase Hidup Kelapa Sawit
Kelompok Perlakuan Persentase Hidup Rata-rata

A1 1:1 0% 0%

A2 0%

A3 2:1 0% 0%

A4 0%

F. Pembahasan
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat.
Tetapi ada sebagian berpendapat justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena spesies kelapa sawit
banyak ditemukan didaerah hutan Brazil dibandingkan Amerika. Pada
kenyatannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya, seperti
tumbuh di daerah Indonesia. Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri
sebagai bahan baku penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan
bakar. Kelapa sawit ini memiliki peranan yang penting dalam industri minyak
yaitu dapat menggantikan kelapa sebagai sumber bahan bakunya.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang
pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas
(plumula) dan bakal akar (radikula). Habitat aslinya adalah daerah semak
belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS).
Media tanam yang kami gunakan adalah campuran tanah dan kompos
dengan perbandingan 1:1. Campuran tanah dan kompos 1:1 mempunyai
kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat memperbaiki drainase media
sebab mempunyai ruang pori cukup. Selain itu kompos mempunyai pengaruh
yang penting dalam kaitanya dengan kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan
kompos mampu memperbesar daya ikat tanah yang berpasir (tanah ringan),
memperbaiki struktur tanah berlempung (tanah berat), mempertinggi
kemampuan penampungan air, memperbaiki drainase dan tata udara tanah,
meningkatkan pengaruh pemupukan dari pupuk buatan, meningkatkan
ketersediaan unsur hara serta mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan yang memungkinkan
untuk berkecambah. Penyebab utama dari dormansi benih kelapa sawit yaitu
kulit benih atau cangkang keras dan tebal yang menyebabkan penghambatan
efektifitas penyerapan air dan gas. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji
maupun pada embryo. Upaya yang dapat dilakukan untuk mematahkan
dormansi benih berkulit keras adalah dengan skarifikasi mekanik. Skarifikasi
merupakan salah satu proses yang dapat mematahkan dormansi pada benih
keras karena meningkatkan imbibisi benih. Teknik yang umum dilakukan pada
perlakuan skarifikasi mekanik yaitu pengamplasan, pengikiran, pemotongan,
dan penusukan jarum tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian
embrio (perlukaan selebar 5 mm). Skarifikasi mekanik memungkinkan air
masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya
perkecambahan.Skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit
benih untuk berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi
lebih cepat sehingga benih cepat berkecambah.
Pada praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa benih
sawit yang ditanam pada polybag tidak tumbuh. Hal ini dapat terjadi karena biji
sawit memiliki endokarp dan ketika proses pengamplasan biji pada titik tumbuh
menggunakan amplas, bagian yang diamplas kurang mengelupas dan cangkang
masih keras sehingga biji yang ditanam tidak dapat menyerap air karena air
tidak bisa masuk dan mengakhiri masa dormansinya. Selain itu faktor lain yang
dapat menyebabkan tidak tumbuhnya tanaman adalah karena perawatan ketika
proses pembibitan kurang maksimal seperti penyiraman yang kurang teratur dan
pemupukan yang kurang.

G. Kesimpulan
Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan
industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak, minyak industri, maupun
bahan bakar. Kelapa sawit ini memiliki peranan yang penting dalam industri
minyak yaitu dapat menggantikan kelapa sebagai sumber bahan bakunya.
Dalam praktikum budidaya kelapa sawit ini menggunakan media tanam berupa
campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1 kemudian biji yang
telah diamplas pada titik tumbuhnya dan direndam pada fungisida ditempatkan
dalam polybag dengan kedalaman lubang tanam 2-3 cm ditengah setiap
polybag. Kemudian dilakukan pemeliharaan berupa penyiraman. Pada
praktikum ini biji tidak tumbuh dikarenakan pengamplasan pada titik tumbuh
kurang maksimal dan perawatan yang kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bina Karya Tani, Tim. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. CV. Yrama
Widya Bandung. Hal 9-17.

Farhana, B.,S. Ilyas, dan F. Budiman. 2013. Pematahan dormansi benih kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan perendaman dalam air panas dan
variasi konsentrasi ethephon. Buletin Agronomi, 1 (1): 72-78

Fauzi, Y. 2012. Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil Limbah dan Limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran. Cetakan Pertama. Jakarta. Penebar
Swadaya.

Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu
ke Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.


Yogyakarta: Kanisius.

Setyorini, Diah et al (2006). Kompos. Departemen Pertanian. Balittanah.go.id.

Sunarko.2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Syam, A. (2003). Efektivitas Pupuk Organik dan Anorganik terhadap


Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Jurnal Agrivigor 3 (2), 232–244.

Anda mungkin juga menyukai