Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa merupakan suatu pemberian kemampuan dan

keterampilan berbahasa melalui pendidikan formal mulai sekolah dasar hingga

perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat kompleks, sebab di

perlukan adanya guru, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, media

pembelajaran (gambar seri), dan evaluasi. Tujuan pembelajaran bahasa itu adalah

untuk membentuk penutur bahasa memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

positif terhadap bahasa yang digunakannya (Ambo Enre, dkk. 1986: 7).

Tarigan (1988, 10) mengemukakan bahwa tujuan akhir pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia adalah agar siswa terampil berbahasa mencakup

terampil menyimak, terampil membaca, terampil berbicara, terampil menulis.

Selain itu, tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah untuk

mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa, bukan untuk

mengetahui bahasa (Samsuri, 1985: 4).

Tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan kurikulum

1994 yang lebih banyak menekankan pada aspek keterampilan berbahasa, masih

mendapat sorotan. Sorotan ini datang dari berbagai golongan, mulai golongan

bawah hingga golongan atas. Kondisi demikian ini menyebabkan setiap lulusan

lembaga pendidikan dipertanyakan oleh masyarakat, dan giliran sorotan itu


difokuskan pada insan pendidik terutama guru. Fokus sorotan didasarkan pada

anggapan bahwa guru adalah orang paling menentukan berhasilnya pelaksanaan

pendidikan, karena guru ujung tombak pendidikan, guru secara langsung

mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa, agar menjadi

manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi (Sujana, dan Arifin, 1988: 14).

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, seorang guru harus

menguasai sejumlah kemampuan pengetahuan dan keterampilan. Guru harus

berfikir mengenai cara memindahkan pengalaman dan pengetahuan kepada

peserta didiknya secara efektif dan efisien, agar peserta didik tersebut dapat

dengan mudah menerima dan memahami pelajaran yang diberikan kepadanya.

Proses belajar mengajar merupakan proses yang kompleks. Di dalamnya

terlibat berbagai komponen pengajaran yang saling berintegrasi dan tidak boleh

diabaikan, diantaranya adalah penggunaan media dalam pengajaran. Tujuan

proses belajar mengajar dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah

pemanfaatan media gambar seri. Penggunaan media gambar seri dalam

pengajaran yang diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran dimaksudkan

untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, merangsang minat dan menimbulkan

kesiapan mental siswa untuk terlibat dalam situasi belajar.

Media sebagai sarana yang efektif dalam menyampaikan pelajaran.

Walaupun itu, hanya sederhana tetapi sangat membantu komunikasi menjadi

efektif. Seperti dikemukakan oleh Sujana dan Rivai (1990: 3) bahwa:


“Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari
berfikir konkret menuju ke berfikir abstrak, dimulai dari berfikir sederhana
menuju ke berfikir kompleks, penggunaan media erat kaitannya dengan
taraf berfikir tersebut melalui media pengajaran hal yang abstrak dapat
dikonkretkan, dan hal yang kompleks dapat disederhanakan.”

Berdasarkan uraian tentang pentingnya penggunaan media dalam

pengajaran bahasa Indonesia, maka tepatlah media gambar seri diupayakan

pemanfaatannya dalam proses belajar mengajar.

Media visual yang sering digunakan dalam penyampaian materi pelajaran

adalah gambar seri. Gambar seri dapat memberi nilai yang sangat berarti, terutama

dalam membantu pengertian baru dan untuk memperjelas pengertian baru, dan

untuk memperjelas pengertian tentang sesuatu. Di samping itu, penggunaan media

gambar seri dapat menimbulkan daya tarik bagi siswa, sehingga dengan demikian

siswa lebih senang belajar dan akhirnya akan memberikan hasil yang lebih baik.

Salah satu media gambar yang dapat digunakan dalam proses belajar

mengajar bidang studi bahasa Indonesia adalah flow chart atau gambar seri.

Media itu sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi tulis dan ekspresi

lisan.

Menurut hemat penulis, penggunaan media gambar seri dalam proses

belajar mengajar khususnya pada pokok bahasan reproduksi bahasa

(menyimpulkan isi wacana), memungkinkan siswa dapat menyusun gagasannya

dengan melihat refleksi wacana yang berupa gambar seri secara sistematis.

Dengan memperhatikan gambar seri pada wacana, para siswa dituntun untuk

memahami konsep tentang topik pada wacana secara gamblang dan dapat

mengungkapkan konsepnya tentang topik pada wacana yang disajikan.


Begitu pentingnya media gambar seri dalam proses belajar mengajar,

sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh media

gambar seri dalam menyimpulkan isi wacana narasi sebagai subjek penelitian

pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru, serta

membandingkan dengan penelitian yang sejenis sebelumnya apakah masalah yang

ia hadapi sama dengan masalah penulis di lapangan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, belajar tidak hanya

menyangkut materi yang dipelajari dan mengajar tidak hanya menyangkut

penguasaan materi suatu subjek, tetapi harus diperhatikan cara atau metode dalam

menyampaikan/menyajikan materi. Oleh karena itu, mengajar pada hakikatnya

adalah membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, cara

berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara bagaimana belajar

sehingga hasil akhir yang sesungguhnya dari suatu proses pembelajaran tidak

hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, tetapi juga bermakna perspektif

dan berorientasi ke masa depan.

Salah satu masalah yang ditemukan penulis selama melaksanakan tugas di

SMA Negeri 1 Tanete Rilau yakni, umumnya siswa tidak memahami hal wacana

narasi. Sehingga untuk menyimpulkan isi wacana tersebut, siswa mengalami

kesulitan. Untuk itu, diperlukan media pembelajaran yang berfungsi membantu

siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan penelitian ini,

pendekatan yang digunakan berupa media gambar, yang digunakan untuk

membantu siswa mengenai bagaimana menyimpulkan isi wacana narasi tertentu.


C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan menyimpulkan

isi wacana narasi melalui pendekatan media gambar seri pada siswa kelas XII

SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru?”

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyimpulkan isi wacana narasi melalui media gambar seri terhadap siswa kelas

XII SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mendorong semua pihak khususnya pengajar untuk lebih meningkatkan

perhatiannya terhadap penggunaan media, sehingga dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif peningkatan mutu pendidikan.

2. Sebagai usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar khususnya dalam

reproduksi bahasa (menyimpulkan isi wacana) dengan menggunakan media

gambar seri.

3. Memberi dorongan kepada guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Tanete

Rilau Kabupaten Barru, dalam usaha mengintensifkan pengajaran bahasa


Indonesia, khususnya aspek reproduksi bahasa (menyimpulkan isi wacana)

dengan menggunakan media gambar seri.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian media pembelajaran

Soeparno (1988, 1) mengatakan media adalah suatu alat yang dipakai

sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau

informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerima (receiver). Dalam dunia

pembelajaran pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber

informasi, yaitu guru, sedang penerima informasi adalah siswa. Pesan atau

informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu

dikuasai oleh para siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut

berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa. Oleh Bloom,

kemampuan tersebut dikelompokkan menjadi tiga ranah (domain) yang kemudian

terkenal dengan istilah “taksonomi”, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah

psikomotorik. Bloom (dalam Soeparno, 1988: 1).

Dalam kegiatan pembelajaran, media dapat diartikan sebagai berikut:

a. Perawatan fisik untuk menyampaikan pelajaran

b. Setiap barang, bahan, alat atau kejadian/peristiwa untuk memperoleh

pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu.

c. Media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi

pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar

mengajar.
Salah satu tanggung jawab professional yang harus diemban oleh setiap

guru adalah kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk mengelola

kegiatan belajar mengajar tersebut banyak faktor yang turut berperan antara lain

penguasaan materi pelajaran, keterampilan menggunakan variasi metode

pengajaran, dan pemanfaatan media pengajaran sebagai alat bantu dalam proses

belajar mengajar.

Penggunaan media pada hakikatnya bertujuan meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pembelajaran. Dengan pemanfaatan media, diharapkan siswa

mempergunakan indranya mengamati, mendengar, merasakan, meresapi,

menghayati, dan pada akhirnya memiliki sejumlah pengetahuan sebagai hasil

belajar.

Belajar dengan menggunakan indra pandang dan indra dengar, tentu

berbeda hasilnya dibanding dengan belajar dengan menggunakan indera pandang

atau indera dengar saja. Sehingga semakin bervariasi penggunaan media sebagai

alat bantu belajar mengajar, semakin besar kemungkinannya pembelajaran

berhasil mencapai tujuan.

Dengan demikian pemanfaatan media dalam setiap kegiatan belajar

mengajar, bukan saja sebagai pelengkap kegiatan, melainkan sudah merupakan

kebutuhan pengajaran pada khususnya.

2. Fungsi media pendidikan


Tujuan utama penggunaan media adalah agar pesan atau informasi yang

dikomunikasikan tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh para siswa

sebagai penerima informasi (Soeparno, 1988: 5).

Media pendidikan digunakan dengan maksud untuk meningkatkan

mempertinggi mutu proses belajar mengajar. Meningkatkan keserasian dalam

penerimaan informasi. Dalam hal-hal tersebut media juga berfungsi sebagai

pengatur langkah langkah kemajuan serta dapat memberikan umpan balik (Yunus,

1989: 7).

Adapun nilai-nilai praktis media adalah sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa.

b. Media dapat mengatasi ruang kelas

c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan

lingkungan

d. Media menghasilkan keragaman pengamatan

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar dan konsep realita

(kenyataan).

f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.

g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari konkrit sampai yang

abstrak (Yunus, 1989: 50-51).

3. Dasar penggunaan media


Dalam setiap proses belajar mengajar antara guru dan siswa mempunyai

tujuan yang sama, yaitu siswa mengalami peralatan yang positif dari sebelum

proses belajar mengajar dilalui dan sesudah proses belajar mengajar dilalui,

meskipun ada perbedaan yang terdapat antara masing-masing siswa dalam

melakukan kegiatan belajar. Perbedaan itu pada tingkat kognitifnya, pada cara

siswa menangkap pengetahuan yang baru, dan pada tingkat keterampilan

motoriknya.

Kalau guru bertolak pada pemahaman bahwa penggunaan media dalam

proses belajar mengajar bertujuan untuk memudahkan siswa belajar, maka dalam

penggunaan media harus memperhatikan adanya perbedaan pada diri masing-

masing siswa. Banyak ahli telah mengemukakan teori tentang proses belajar

mengajar anak seiring dengan pertumbuhan mentalnya. Dalam proses belajar

mengajar salah satu tujuan utama guru adalah membangkitkan minat belajar

siswanya.

Piaget (dalam Baso Patotori, 1993: 17) mengatakan bahwa perkembangan

intelektual anak mengikuti fase-fase perkembangan. Fase-fase itu telah kita kenal

yaitu: fase sensori motor, fase pra-operasional, fase konkret operasional dan fase

formal operasional.

Fase-fase itu ternyata dapat meningkatkan minat belajar anak dengan

mengatur tahap-tahap pelajarannya. Guru sebaiknya mengembangkan proses

belajar mengajar dengan mengikuti tahap-tahap berikut:

a) Tahap ekspresi,

b) Tahap pengenalan konsep,


c) Tahap pengaplikasian konsep.

Oleh karena itu, setiap penggunaan media dalam proses belajar mengajar

guru harus memahami tingkat perkembangan intelektual siswa. Guru harus

memperhatikan apakah media yang dipergunakan itu meningkatkan tahap

eksplorasi, tahap pengenalan konsep, ataukah tahap pengaplikasian konsep.

4. Karakteristik pemilihan media pendidikan

Media adalah salah satu untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan proses

belajar mengajar. Tetapi, media beraneka ragam dan mempunyai karakteristik

tersendiri. Seorang guru harus berusaha memilihnya dengan cermat agar dapat

digunakan dengan tepat.

Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media antara lain

dikemukakan oleh Yunus (1989: 51):

a) Tujuan yang ingin dicapai,

b) Ketepatan materi media

c) Keadaan siswa

d) Ketersediaan media

e) Musuh teknis dari media lain

f) Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan media dan penggunaannya.

Rasdiana (1996, 107-108) kriteria dalam memilih, yang diperhatikan oleh

guru adalah:

- Apakah alat yang dibutuhkan untuk persediaan?

- Apakah dibutuhkan biaya untuk persediaan?

- Apakah diperlukan biaya untuk memperbanyak?


- Apakah diperlukan tenaga teknik untuk persiapan?

a) Apakah butuh waktu yang lama?

b) Apakah ada masalah yang menyangkut peralatan, fasilitas, supervisi, dan

penentuan waktu?

c) Apakah pilihan guru?

Soeparno (1988, 8-11) ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan media, yaitu:

a) Alasan memilih media

b) Waktu yang tepat untuk memilih media

c) Pemilihan media

d) Dasar pemilihan media

5. Pengertian Media Gambar Seri

Sebelum menjelaskan pengertian media gambar seri, terlebih dahulu

diuraikan pengertian kata gambar menurut Poerwadarminta (1982: 292)

mengatakan bahwa:

“Gambar adalah tiruan barang, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya


yang dibuat dengan cat, tinta, poster, dan sebagainya: lukisan, patung,
angan-angan, gambar yang terbayang dalam angan-angan”.

Selanjutnya pengertian kata seri sebagai berikut: “seri adalah rangkaian

cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya yang berturut-turut atau berderetan”.

Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa media gambar seri

adalah, alat atau sarana yang berupa rangkaian dari beberapa buah gambar yang
berhubungan satu dengan yang lain sehingga dapat menimbulkan daya tarik dan

dapat mempengaruhi siswa. Gambar tersebut merupakan cerita atau peristiwa.

6. Keterampilan membaca dan menulis reproduksi

a. Wacana

Proses komunikasi yang menyebabkan adanya satuan lingual yang disebut

wacana. Dalam proses komunikasi kode-kode diwujudkan dalam bentuk bunyi

bahasa. Bunyi bahasa merupakan sarana komunikasi dalam menyampaikan pesan.

Bunyi bahasa yang berurutan dan linier itu akan membentuk tuturan beraturan

atau disebut dengan wacana. Wacana dihasilkan oleh proses komunikasi yang

berkesinambungan sehingga wacana itu muncul karena adanya tindak tutur atau

perbuatan berbahasa (Wahid, 1909: 5). Sedangkan pernyataan lain yang

dikemukakan oleh Syamsuddin (1992: 5) bahwa:

“Wacana adalah sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,
sistematis, dalam suatu kegiatan yang koheren, dibentuk oleh unsur
segmental maupun segemental bahasa”.

Selain pengertian yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas, pengertian

wacana dapat dilihat dari sudut etimologi; (1) komunikasi pikiran dengan kata-

kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan, percakapan, (2) komunikasi secara

umum terutama sebagai suatu subjek studi atau pokok telaah, (3) risalah tulis,

disertai formal, kuliah, ceramah khotbah (Tarigan, 1987: 7). Sedangkan Wahid

(1989: 7) kata wacana berasal dari kata wacana yang masuk dalam bahasa Jawa
kuno selanjutnya masuk dalam bahasa jawa menjadi “wacana” yang berarti bicara,

kata ungkapan, berkata-kata.

Pendapat di atas bertolak dari segi proses komunikasi dan dari sudut

etimologi. Wacana dilihat dari sudut keutuhannya adalah satuan lingual yang

terlengkap dan merupakan perwujudan pemakaian bahasa yang utuh. Dalam

tataran gramatikal, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar

(Keridalaksana, 1984: 208).

Sebaliknya, jika ditinjau dari segi unsur pembentuknya, maka wacana

disusuin atas dasar hubungan antar unsur linguistik dan unsur non linguistik.

Konstruksi wacana disusun atas dasar tenunan atau jaringan unsur lingual seperti

fonem, kata, frase, kalimat, dan unsur suprasegmental. Di samping itu, konstruksi

wacana yang dipengaruhi oleh unsur-unsur di luar kebahasaan seperti penutur,

lawan tutur, situasi, tujuan pembicaraan (Wahid, 1989: 8). Batasan ini hampir

sama dengan batasan yang dikemukakan oleh Tarigan (1987: 25) yang

mengatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan

untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan (kohesi) bagi penyimak atau pembaca,

tetapi banyak rasa kepaduan yang dapat dinikmati oleh penyimak atau pembaca

harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu.

Demikianlah peneliti telah mengutarakan batasan pengertian wacana ayng

dikutip dari berbagai sumber. Berdasarkan sumber dan pandangan itu, dapatlah

peneliti menarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan wacana adalah satuan

lingual yang dihasilkan tindak tutur yang terlengkap, tertinggi, dan utuh yang

disusun oleh jaringan komponen linguistik dan non linguistik.


b. Wacana narasi

Wacana narasi adalah karangan yang bersifat subjektif, isnya bergantung

pada selera pengarang. Ambo Enre (1994: 156-161) mengatakan bahwa, wacana

narasi adalah wacana pengisahan berhubungan dengan penyajian beberapa

peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok masalahnya ialah, tindakan atau

perbuatan dalam hubungannya dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk

suatu cerita. Pengisahan (narasi) dalam arti sebenarnya terbatas pada peristiwa

dalam kerangka waktu tertentu, ia bertolak pada suatu perkenalan menuju kepada

hal yang lebih konkret dalam hidup. Meskipun fiksi modern memperlihatkan

berbagai teknik penceritaan, tetap bermaksud untuk memperkenalkan unsur-unsur

dan kualitas sesuatu. Jika penggambaran pemerian berada dalam kerangka suatu

kerangka waktu. Unsur-unsur struktur pengisahan (narasi) adalah:

1) Unsur waktu, yaitu seperangkat kejadian dalam suatu rentang waktu dalam

penceritaan.

2) Motif, yaitu suatu pengisahan yang berhubungan dengan tindakan manusia

seharusnya memperkenalkan ide tentang motif atau tujuan yang ada dalam

benak pelaku yang mendorongnya ia melakukan tindakan.

3) Pertikaian, yaitu pembenturan dua kepentingan atas rangkaian kejadian yang

saling diperhubungkan dan mempunyai makna.

4) Titik kisah atau sudut pandang, yaitu cara yang membuat kita memahami

hubungan antara pengisahan dengan tindakan tertentu.


5) Pusat perhatian, yaitu kesatuan pengisahan yang didukung oleh jenis-jenis

perhatian, atau yang disebut dengan alur. Alur yang memberi sentuhan

dramatis pada kejadian dan karena itu alur menentukan garis batas pengisahan.

c. Menyimpulkan Isi Wacana (Menulis Reproduksi)

Menyimpulkan isi wacana merupakan suatu bentuk keterampilan

berbahasa. Keterampilan berbahasa dalam bentuk seperti itu setelah melibatkan

dua aspek keterampilan berbahasa, yaitu membaca kemudian menulis, mendengar,

atau menyimak kemudian merangkung dalam bentuk lisan.

Menyimpulkan isi wacana dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu

ringkasan dan ikhtisar. Keraf (1980: 261-265), ringkasan adalah suatu cara yang

efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang

singkat. Karena suatu ringkasan yang bertolak dari suatu penyajian karya asli

secara singkat, maka ia merupakan suatu keterampilan untuk mengadakan

reproduksi dari hasil-hasil karya yang sudah ada. Dalam ringkasan gaya bahasa,

ilustrasi, serta penjelasan-penjelasan terperinci dihilangkan, sedang sari

karangannya dibiarkan tanpa hiasan. Walau bentuknya ringkas, tetapi

memperhatikan pikiran pengarang dan pendekatan yang asli.

Ringkasan dan ikhtisar sering dibolak-balik pengertiannya. Ringkasan

merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, tetapi dengan tetap

memperhatikan urutan isi dan sudut pandangan pengarang asli, penulis dapat

langsung mengemukakan inti atau pokok masalah dan problematik

pemecahannya.

Tujuan menyampaikan isi wacana antara lain:


1) Untuk mengembangkan ekspresi dan penghematan waktu;

2) Untuk mengetahui seseorang apakah mengetahui atau memahami isi sebuah

buku atau karangan (wacana);

3) Untuk membimbing atau menuntun seseorang agar dapat membaca karangan

asli dengan cermat, dan bagaimana harus menulisnya kembali dalam bentuk

yang singkat;

Langkah-langkah yang dapat ditempuh agar dalam menyimpulkan isi

wacana dengan baik adalah:

1. Membaca naskah asli mulai dari awal sampai selesai, kalau perlu diulangi.

2. Mencatat gagasan utama yang dianggap penting.

3. Membuat tulisan.

B. Kajian Hasil Penelitian

Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan yang

atraktif dalam menghadapi siswa agar dapat belajar dengan baik dan memahami

apa yang dipelajarinya. Pendekatan media gambar dalam kegiatan pembelajaran

dapat membantu siswa dalam membuat kesimpulan terhadap isi wacana narasi,

sebagaimana yang dikemukakan oleh (Syahrir, 2000) sebagai berikut:

1) Media gambar seri berpengaruh positif (baik) dalam menyimpulkan isi


wacana narasi siswa kelas II SLTP Negeri 2 kecamatan Sinjai Utara
kabupaten Sinjai. 2) siswa kelas II SLTP Negeri 2 kecamatan Sinjai Utara
kabupaten Sinjai, pada kelompok percobaan (dengan menerapkan media
gambar dalam kegiatan pembelajarannya) mengumpulkan jumlah skor rata-
rata lebih besar dibanding dengan jumlah skor rata-rata kelompok kontrol.
Berdasarkan penjelasan tersebut, sehingga penulis tertarik untuk

meningkatkan kemampuan membuat kesimpulan isi wacana narasi dalam

pelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan media gambar yang diterapkan

pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanete Rilau kabupaten Barru.

Anda mungkin juga menyukai