Anda di halaman 1dari 6

untuk menghadapi perilaku pelaku

pertambangan tersebut. Sekali lagi,


pemerintah dalam hal ini kurang cerdas
untuk meramu kesepakatan dengan
para pelaku pertambangan. Mengapa?
Karena ternyata Undang-Undang no.
11 tahun 1967 mengenai Ketentuan
Pokok Pertambangan, dan dokumen
Kontrak Karya yang memuat
MENAMBANG kesepakatan-kesepakatan antara
pemerintah dengan perusahaan
pertambangan asing, serta dokumen
DI KAWASAN LINDUNG Kuasa Pertambangan yang memuat
kesepakatan-kesepatan antara peme-
rintah dengan perusahaan pertam-
Untuk meramaikan ‘tahun investasi’ dalam rangka usaha
bangan dalam negeri, ketiga dokumen
memperbaiki perekonomian di Indonesia, pemerintah rela
tersebut tidak mencantumkan secara
menjual seluruh kekayaan alam Indonesia dan mengorbankan
tegas bahwa perusahaan pertambangan
sebagian besar rakyat Indonesia.
wajib melakukan reklamasi lahan bekas
galian.
Bagaimana tidak? bayangkan saja pertambangan yang sembarangan,
hutan di Indonesia yang saat ini tinggal sehingga masyarakat sekitar industri Kondisi tersebut semakin parah dengan
sekitar 98 juta hektar ( PKHI, FWI/ pertambangan banyak yang tercemari adanya kebijakan pemerintah yang tidak
GFW, 2002) digunakan sekitar 11,4 juta oleh polusi tersebut dan mempengaruhi konsisten dan tidak saling koordinasi
hektar untuk kepentingan pembukaan kesehatan mereka. Belum lagi muncul dalam menetapkan suatu keputusan.
wilayah pertambangan. Bukan hanya konflik antar masyarakat dan konflik Sehingga di lapangan sering terjadi
itu, pemerintah dengan rela hanya dengan perusahaan pertambangan itu tumpang tindih penggunaan lahan,
mendapatkan royalti 1-4% dari sendiri. Hal-hal semacam itu yang seperti pemberian ijin terhadap 22
pendapatan yang diperoleh dari sebuah seringkali diabaikan oleh para pelaku perusahaan pertambangan di kawasan
industri penambangan dan sisanya pertambangan. Jika dipertanyakan lindung dan ada 124 perusahaan
mereka bawa ke negara asal investor. kembali berapa nilai dari kekayaan pertambangan akan diperbolehkan
Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi mineral Indonesia yang bisa dirasakan beroperasi di kawasan hutan.
jika pemerintah benar-benar punya langsung oleh masyarakat? Secara Departemen Energi dan Sumberdaya
posisi kuat dalam ‘bernegosiasi’ dengan ekonomis tidak signifikan dan tidak Mineral (ESDM) sudah 4 kali
para investor pertambangan yang sebanding dengan dampak negatif yang memberikan usulan mengenai daftar
datang ke Indonesia untuk memberikan dihasilkan oleh industri pertambangan perusahaan yang masuk dalam kate-
modal. Dan sudah seharusnya memang berskala besar maupun kecil. Memang gori tumpang tindih antara kawasan
pemerintah memiliki kecerdasan dalam tidak menutup kemungkinan bahwa lindung dengan konsesi pertambangan.
meramu kerjasama dengan investor perusahaan pertambangan skala kecil Usulan tersebut dimaksudkan untuk
supaya perekonomian Indonesia dapat juga berkontribusi terhadap kerusakan bahasan dalam tim kerja gabungan DPR
membaik dengan tidak merusak sumberdaya alam Indonesia tapi dengan dengan Departemen terkait untuk
ekosistem yang ada. modal dan teknologi yang mereka memberikan ijin kepada perusahaan
miliki, justru perusahaan pertambangan pertambangan tersebut. Adapun ke-4
Jika dihitung-hitung, sebenarnya nilai berskala besar yang sangat usulan tersebut adalah sebagai berikut;
dari pendapatan yang diperoleh dari berkontribusi terhadap kerusakan usulan pertama dikeluarkan pada
industri pertambangan memang besar sumberdaya alam Indonesia yang lebih tanggal 7 Maret 2003 ada sebanyak 22
dibandingkan dengan industri sektor besar. perusahaan pertambangan 1, usulan
lain namun nilai tersebut sebenarnya
kedua dikeluarkan tanggal 17 Juni 2003
tidak sebanding dengan dampak negatif
ada sebanyak 15 perusahaan2, usulan
yang ditimbulkan, seperti kerusakan Masih ada lagi permasalahan yang ketiga dikeluarkan pada tanggal 23 Juni
hutan sebagai sumber kehidupan baik sering muncul dari kegiatan 2003 yang kembali lagi dengan jumlah
bagi masyarakat di sekitar hutan, pertambangan, yaitu ketika masa sebanyak 22 perusahaan3 tetapi dengan
perkotaan maupun di sekitar pesisir dan konsesinya berakhir, banyak lahan nama perusahaan yang berbeda dengan
laut, kerusakan keaneragaman hayati bekas galian yang ditinggalkan begitu jumlah 22 perusahaan pada usulan
yang dimiliki Indonesia baik di daratan saja atau direklamasi secara pertama, dan usulan keempat
maupun di lautan, kerusakan budaya sembarangan sehingga terlihat sekali dikeluarkan pada tanggal 24 Juni 2003
luhur dan kearifan tradisional yang tidak ada usaha bahkan niat baik dari ada sebanyak 13 perusahaan4. Ke-13
dimiliki masyarakat adat, polusi perusahaan pertambangan untuk perusahaan tersebut adalah PT Gag
terhadap sungai, tanah dan udara yang menjaga daratan atau perairan di areal Nickel (Papua), PT Weda Bay Nickel
dikarenakan pengelolaan terhadap konsesi-nya. Dari pihak pemerintah (Maluku Utara), PT Pelsart Tambang
pembuangan limbah dari industri sendiri tidak ada tindakan secara tegas Kencana- eks PT Sumber Mas (Kalsel),

22 intip hutan | mei - juli 2003


Daftar Perusahaan Pertambangan yang terkait dengan tumpang tindih dengan kawasan
lindung

No. Nama Perusahaan Bahan Tahap Nama Total Luas Jumlah


Pertambangan Mineral Kegiatan Kawasan kawasan Investasi
Lindung Lindung s/d 2001
yang yang (juta USD)
tumpang tumpang
tindih tindih (ha)
1 Freeport Indonesia Tembaga, Produksi TN Lorentz 120,340 5,108.5
Company A + B Emas dan dan Hutan
Perak Lindung di
prop.Papua
2 Newmont Nusa Tenggara Emas Produksi Calon TN 12,880 2,750.6
Tatar Sepang
dan Hutan
Lindung di
Mataram- NTB
3 International Nikel Nikel Produksi kaw. 106,270 2,277.9
Indonesia (INCO) Konservasi
(tidak ada
data) dan
Hutan Lindung
di Palopo-
Sulsel
4 Arutmin Indonesia Batu Bara Produksi Hutan Lindung Tidak ada data 1,066.3
di Kotabaru-
Kalsel
5 Kelian Equatorial Mining Emas dan Produksi Tidak ada Tidak ada data 332.0
(KEM) Perak data.di Kutai-
Kaltim
6 Newmont Minahasa Raya Emas Produksi Hutan Lindung 170 263.9
(NMR) di Manado,
Minahasa-
Sulut
7 Indominco Mandiri Batu Bara Produksi kaw. 3,440 85.7
Konservasi
(tidak ada
data) dan
Hutan Lindung
di Kutai,
Bontang
Kaltim
8 Karimun Granite Granite Produksi Hutan Lindung 420 66.4
Agregate di Karimun-
Riau
9 Barisan Tropical Mining Emas dan Produksi Tidak 0 42.0
Perak tumpang
tindih
10 Gag Nickel Nikel Eksplorasi Hutan Lindung 6,060 40.0
P. Gag,
Sorong-Papua
11 Nabire Bakti Mining Emas Suspend kaw. 166,670 35.7
Konservasi
(tidak ada
data) dan
Hutan Lindung
di Panai, Fak-
fak-Papua
12 Nusa Halmahera Minerals Emas Eksplorasi kaw. 91,670 28.8
Konservasi
(tidak ada
data) dan
Hutan Lindung
di P.
Halmahera-
Maluku
13 Meares Soputan Mining Emas Konstruksi Tidak ada data Tidak ada data 27.9
14 Natarang Mining Emas Eksplorasi kaw. 28,270 18,9

intip hutan | mei - juli 2003 23


No. Nama Perusahaan Bahan Tahap Nama Total Luas Jumlah
Pertambangan Mineral Kegiatan Kawasan kawasan Investasi
Lindung Lindung s/d 2001
yang yang (juta USD)
tumpang tumpang
tindih tindih (ha)
15 Pelsart TambangKencana Emas Kontruksi Hutan Lindung 20,200 13.8
(eks. Meratus Sumber Peg. Meratus
Mas) di Kotabaru,
Tapin, Banjar-
Kalsel
16 Jorong Barutama Greston Batu Bara Ekplorasi Tidak ada 0 12.7
tumpang
tindih
17 Weda Bay Nickel Nikel Eksplorasi Hutan Lindung 34,990 10.7
di P.
Halmahera-
Maluku
18 Bahari Cakrawala Sebuku Batu Bara Produksi CA P. Sebuku, 910 10.1
di Kotabaru-
Kalsel
19 Westralian Atan Minerals Tidak ada Tidak ada Tidak ada data Tidak ada data 7.7
data data
20 Citra Palu Minerals (CPM) Nikel Ekplorasi Tahura 103,060 4.6
Poboya dan
Hutan Lindung
di Palu-
Selteng
21 Riau Baraharun Batu Bara Eksplorasi Hutan Lindung 60 2.7
di Indragiri
Hulu-Riau
22 Galuh Cempaka Intan Konstruksi Tidak ada 0 1.0
tumpang
tindih
23 Aneka Tambang Tidak ada Tidak ada Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
data data
24 Sorik Mas Mining Emas dan Eksplorasi Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
Perak
25 Interex Sacra Raya Tidak ada Tidak ada Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data
data data
Sumber: Departemen ESDM dalam KORAN TEMPO tanggal 21 Juni 2003; Laporan Dephut, Agustus 200;
DataBase JATAM yang diolah oleh FWI, 2003.

PT Freeport Indonesia Company Barutama Greston-Kalsel, PT Barisan ral (ESDM), masih terus melakukan
(Papua), PT Karimun Granite (Riau), Tropical Mining-Sumsel, PT Galuh pengkajian ulang terhadap kawasan
PT Natarang Mining (Lampung), PT Cempaka-Kalsel, PT Weda Bay Nickel- yang tumpah tindih tersebut, dan belum
Indominco Mandiri (Kaltim), PT INCO Maluku, PT Nusa Halmahera Nickel- menghasilkan keputusan.
(Sultra, Sulteng dan Sulsel), PT Aneka Maluku, dan PT Gag Nickel-Papua.
Tambang (Bahubulu-Sultra), dan PT Dalam selang waktu lebih kurang tiga Dilihat dari segi hukum, pemerintah
Aneka Tambang (Buli-Maluku Utara), bulan yaitu pada tanggal 17 Juni 2003, juga tidak konsekuen meskipun pada
PT Sorik Mas Mining (Sumut) serta PT Menteri ESDM mengusulkan 15 pasal 38 Undang-Undang no. 41 tahun
Interex Sacra Raya (Kaltim, Kalsel). perusahaan dimana PT CPM diusulkan 1999 tentang Kehutanan, dimana
kembali untuk diberi ijin. Usulan dalam pasal tersebut ada klausul yang
Departemen Kehutanan pada tanggal tersebut sempat dikeluarkan dalam menyatakan tidak memperbolehkan
3 April 2003 telah mengeluarkan ijin bentuk pernyataan ke media sehingga kegiatan pertambangan di kawasan
untuk 6 perusahaan pertambangan (dari terkesan tidak adanya koordinasi di lindung secara terbuka tetapi dalam
22 perusahaan yang diusulkan antara Departemen ESDM dengan kebijakan yang diputuskan, pemerintah
Departemen ESDM pada tanggal 7 Departemen Kehutanan dalam memberikan ijin kepada 22 perusahaan
Maret 2003) dan satu perusahaan tidak mengeluarkan pernyataannya. dan bahkan ada 124 perusahaan
diberikan ijinnya, yaitu PT Citra Palu pertambangan yang akan diperbolehkan
Mineral (PT CPM)-Sulteng1 . Dari Sampai saat ini tim kerja gabungan beroperasi di kawasan hutan. Memang
enam perusahaan pertambangan komisi III dan komisi VIII DPR RI benar bahwa Kontrak Karya antara
tersebut ada tiga perusahaan yang dengan Menteri Koordinasi pemerintah dan perusahaan
lokasi usahanya di kawasan hutan yang Perekonomian, Menteri Kehutanan, pertambangan sudah dibuat lebih
merupakan kawasan lindung. Keenam Menteri Lingkungan Hidup dan dahulu sebelum lahirnya UU no 41
perusahaan tersebut adalah PT Jorong Menteri Energi dan Sumberdaya Mine- tahun 1999, dan itu yang membuat

24 intip hutan | mei - juli 2003


pemerintah khawatir dengan ancaman Dengan kondisi yang sangat 2)
Berdasarkan RAKORTAS tanggal 17 Juni
pelaku pertambangan yang menyatakan memprihatinkan ini maka beberapa 2003.
3)
Berdasarkan surat Deputi VI Menko
bahwa Indonesia akan dikenakan ornop membentuk koalisi ornop dan Perkonomian no. S-61/D.VI.EKON/06/
arbitrase internasional jika memutuskan pencinta alam se-Jabotabek untuk 2003 kepada Ketua Tim Kecil Komisi III
kontrak dengan para perusahaan melakukan penolakan terhadap DPR RI tanggal 23 Juni 2003.
pertambangan. Padahal sebenarnya di kawasan lindung yang dijadikan konsesi
4)
Berdasarkan Rapat Tim tanggal 24 Juni
2003.
dalam dokumen Kontrak Karya ada pertambangan. Koalisi tersebut 5)
Keputusan Departemen Kehutanan
klausul force majeure (kondisi yang mencari dukungan ke masyarakat luas berdasarkan hasil rescorring dan
memaksa) dimana force majeure dapat (saat ini telah terkumpul 5000 diinformasikan dalam bentuk Siaran Pers
berlaku pada kondisi yang disebabkan dukungan penolakan) untuk no. 365/II/PIK-1/2003 tanggal 3 April
2003.
oleh perintah atau petunjuk pemerintah mengingatkan kembali bahwa
yang merugikan. Dengan berdasarkan kekekayaan alam Indonesia di hutan
fakta dan pengalaman perilaku dan di laut serta mineral yang
pertambangan di Indonesia yang selama terkandung di dalam bumi perlu
ini selalu mengabaikan keselamatan dikelola dengan bijaksana bukan dijual
lingkungan dan semakin minimnya habis-habisan untuk kepentingan
sumberdaya alam yang dimiliki Indo- sekelompok orang saja. Dan sudah
nesia akibat dari kerusakan yang seharusnya persoalan penyusutan
ditimbulkan dari para pelaku kekekayaan alam Indonesia yang salah
pertambangan maka kondisi tersebut urus seperti ini diketahui oleh
bisa menjadikan alasan pemerintah masyarakat luas. Apalagi sekarang
untuk tidak memberikan ijin kepada banyak terjadi bencana banjir di musim
pelaku pertambangan khususnya hujan dan bencana kekeringan di musim
kawasan lindung. Tindakan pemerintah kemarau yang sangat ekstrim di
tersebut bisa dikatakan dalam rangka beberapa tempat di Indonesia.
penyelamatan terhadap ekosistem SDA
dan dapat ditafsirkan sebagai force
1)
Berdasarkan surat Menteri ESDM no.
852/40/MEM.S/2002, tanggal 7 Maret
majeure. 2002.

Lokasi Tahura Poboya , Palu


FWI

intip hutan | mei - juli 2003 25


Matriks Konflik antara Perusahaan Tambang dengan
Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal

No Perusahaan Lokasi
1 Adaro Indonesia Warukin, Kalimantan Selatan

2 Aneka Tambang (ANTAM) Pulau Haruku, Maluku Tengah

3 Aneka Tambang (ANTAM) Gunung Pongkor, Kecamatan Nanggung,


kabupaten Bogor
4 Arumbai Nusa Tenggara Timur
5 Arutmin Indonesia Desa Sepapah Kecamatan Sampanahan
Kotabaru
6 Barisan Tropikal Mining Desa Muara Tiku, Kecamatan Karang
Jaya, Muara Rupit, Sumatera Selatan
7 Bitrish Petroleum (BP) Tangguh Kecamatan Babo Bintuni Papua

8 British Petroleum Indonesia (BPI) Batam, Riau

9 Broken Hill Property Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur

10 Citra Palu Mineral Perbukitan Palu Timur, Sulawesi Tengah

11 Elnusa Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur


12 Freeport Indonesia Company Timika, Papua

13 Gunung Bayan Pratama Coal (GBPC) Muara Phau Kabupaten Kutai Barat
14 International Nikel Indonesia (INCO) Sulawesi Selatan

15 International Nikel Indonesia (INCO) Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten


Morowali, Sulawesi Tengah
16 Indo Kodeco Cement Cibadak, Sukabumi
17 Indo Muro Kencana/ Aurora Gold – Puruk Cahu, Kalteng
Australia
18 Kaltim Prima Coal Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai
Timur, Kalimantan Timur
19 Karya Asta Alam Kecamatan Mollo, Kabupaten Timur
Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
20 Karya Asta Alam (KAA) dan Kawan Fatu Naususu, Fatu Anjaf, dan Nua Mollo,
Setia Pramesti (KSP) NTT.
21 Kelian Equatorial Mining/ Rio Tinto- Kelian, Kaltim
Inggris
22 Kideco Jaya Agung Desa Samurangau, Biu, Rantau Bintongon
and Legai (atau disingkat Sabiral).

23 Maeres Soputan Mining Kecamantan Likupang, kabupaten


Minahasa, Sulawesi Utara
24 Meratus Sumber Mas/ Placerdome pegunungn Meratus, Kalsel

25 Mobil Oil Indonesia Kecamatan Lhok Sukon, Kabupaten Aceh


Utara , NAD
26 Newmont Minahasa Raya Kecamatan Kotabunan, Kabupaten
Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara

27 Newmont Nusa Tenggara Tawilang dan Jereweh, Sumbawa, NTB

26 intip hutan | mei - juli 2003


Masyarakat adat dan
Konflik
lokal
Masyarakat Adat Dayak Warukin Penggusuran wilayah adat Warukin, kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh jalan angkutan, berkurangnya air bersih yang
bisa dikonsumsi, gangguan kesehatan, kesempatan mendapat
pendidikan, kerusakan lahan pertanian dan kebun.
Masyarakat Adat di kawasan Pulau Mengancam kelestarian lingkungan, penyerobotan tanah-tanah
Haruku penduduk tanpa musyawarah dan transparan, menimbulkan
pencemaran sungai Wai Ira dan Learisa Kayeni yang merupakan
sumber air
Masyarakat Lokal Pencemaran sungai Cikaniki akibat air raksa berasal dari alat
penghancur batu emas
Lingko Lolok Ganti Rugi Tanah Perkebunan Rakyat
Warga Dayak yang Pencaplokan lahan dan penggusuran masyarakat
mengatasnamakan ahli waris Lu’uh
Marga Rupit dalam Pencemaran Sungai Tiku, konflik tanah

Masyarakat Adat dari beberapa Rencana eksploitasi Gas, pemindahan penduduk desa tana
suku di kawasan teluk bintuni merah akses masyarakat kepada kawasan hutan alam.
Masyarakat Lokal Pencemaran udara dengan membiarkan bijih besi berada di
udara terbuka
Masyarakat Adat Wanggameti Rencana Eksploitasi kawasan adat perbukitan Wanggameti
(hutan, dan wilayah keramat)
Sub etnik Kaili Rencana Eksploitasi kawasan adat perbukitan palu timur (hutan,
dan wilayah keramat)
Masyarakat Adat Penyerobotan lahan masyarakat
Amungme dan Komoro Pencaplokan tanah adat, pelanggaran HAM, penghancuran
tatanan adat, perusakan dan penghancuran lahan, perusakan
lingkungan hidup, penghancuran sendi-sendi ekonomi rakyat,
dan pengingkaran eksistensi orang Amungme.
Warga Muara Pahu Realisasi kesepakatan yang tidak dilakukan oleh perusahaan
To Bungku, Karonsie Dongi Pencemaran udara, kerusakan sungai, kehilangan tanah dan
mata pencaharian, diskriminasi pekerja, kerusakan lingkungan,
pelanggaran HAM
Masyarakat Adat Morowali Penyerobotan lahan masyarakat untuk lokasi pertambangan,
kerusakan lingkungan
Masyarakat Cicantayan Kerusakan lingkungan dan penyerobotan lahan masyarakat
Murung, siang dan Bakumpai Perampasan dan eksploitasi Tanah Adat berupa tanah-tanah
keramat, lahan produksi
Masyarakat Lokal Penyerobotan lahan dan penggusuran masyarakat

Masyarakat Adat Mollo Merusak hutan masyarakat dan merusak tempat-tempat untuk
kegiatan ritual
Masyarakat adat Molo Kegiatan penambangan kedua perusahaan itu merusak
lingkungan dan mengganggu aktivitas ritual penduduk setempat.
Benuag, Tunjung, Bahau, Kayan, Perampasan Tanah Adat berupa tanah-tanah keramat, lahan
Siang, Murung, Bakumpai produksi
Dayak Paser, Sabiral Perampasan dan Eksploitasi tambang di tanah keramat yang
memiliki nilai religius serta Land Clering (pembersihan lahan) dan
perampasan tanah di desa Samurangau tepatnya di sungai Ruto
dan berangsur-angsur merambat ke desa lain dan menimbulkan
banyak kerugian bagi masyarakat. Pencemaran lingkungan
ditandai oleh banyaknya asap, debu, danau bekas galian dan
tumpukan-tumpukan tanah
Masyarakat Lokal Pencemaran Lingkungan dengan membuang limbah ke laut;
banyak ikan yang mati serta ekosistem di laut Bunaken rusak
Dayak Meratus dan Samihin Rencana Eksploitasi kawasan adat meratus (hutan, kawasan
mata pencaharian dan wilayah keramat)
Masyarakat Lokal Perampasan tanah masyarakat untuk lokasi pertambangan

Masyarakat Lokal Pembuangan limbah perusahaan mengganggu mata pencaharian


dan kesehatan masyarakat. Masyarakat menuntut ganti rugi,
membangun fasilitas umum, serta meminta pembuangan limbah
ke laut Buyat segera dihentikan
Masyarakat Lokal Pencemaran Lingkungan, Berkembangnya Hama Tungro Pada

intip hutan | mei - juli 2003 27

Anda mungkin juga menyukai