Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini :
1) Kekecewaan pada bayinya
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan/ pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain: mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan,
senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri, dan
lain-lain.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri
akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya
dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat
bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga
kondisi fisiknya.
8
g. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri
7. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Menurut (Ambarwati dan Diah, 2009) kunjungan pada masa nifas
sedikitnya 4 kali dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi
dalam asuhan masa nifas.
Tabel 2.1. Program dan kebijakan teknis masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1. 6 – 8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas
setelah 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan:
persalinan rujuk bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
7. Jika seorang bidan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2. 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
setelah berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
persalinan perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda – tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
12
3. Perencanaan
Rencana asuhan nifas secara menyeluruh dengan mengatasi masalah sesuai
kondisi dan kebutuhan klien, memberikan pendidikan kesehatan dan
konseling, serta melakukan kunjungan nifas.
4. Pelaksanaan (dilakukan sesuai dengan kebutuhan ibu)
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana memberikan asuhan
masa nifas seperti pemberian vitamin A, perawatan payudara, senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan, mengatasi masalah sesuai kondisi dan
kebutuhan klien.
5. Evaluasi
a. Penilaian dilakukan pada setiap tindakan.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada klien/keluarga.
c. Jadual kunjungan berikutnya yang sudah disepakati bersama klien.
6. Pencatatan asuhan kebidanan
a. Mencatat seluruh hasil pengkajian diagnose dan atau masalah, dan
kegiatan asuhan sesuai dengan standar yang berlaku (SOAP) dalam status
klien.
b. Mencatat hasil pelayanan dalam buku KIA.
Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian
data terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
(Hani dkk, 2014).
a. Identitas Pasien
Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi (mengenal)
penderita dan menetukan status sosial ekonominya yang harus diketahui,
misalnya untuk menetukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan
diberikan (Hani dkk, 2014).
b. Nama
Digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang
lain (Marmi, 2012). Memanggil ibu sesuai dengan namanya, menghargai
14
dan menjaga martabatnya merupakan salah satu asuhan sayang ibu dalam
masa nifas (Depkes RI, 2012).
c. Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak.
Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun mempredisposisi wanita
terhadap sejumlah komplikasi. Usia di bawah 16 tahun meningkatkan
insiden preeklamsia. Usia di atas 35 tahun meningkatkan insiden
diabetes, hipertensi kronis, persalinan lama, dan kematian janin (Varney
dkk, 2007).
d. Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada
ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2012).
e. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati dan
Diah, 2009).
f. Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan ibu, gunanya untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Diah, 2009).
g. Suku Bangsa
Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya (Marmi, 2012)
h. Alamat
Untuk mengetahui keadaan tempat tinggal (Marmi, 2012).
i. Data mengenai suami/ penanggung jawab
Hal ini akan memberikan jaminan jika saat nifas ibu mengalami
kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus dengan siapa bidan
berunding.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama nifas dan menyusui serta
15
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Tanda- tanda vital (TD, S, N, R)
Suhu badan sekitar hari ke-4 meningkat sekitar 37,2 -37,5 0C
disebabkan oleh aktivitas payudara. Jika sampai 38 oC pada hari
kedua sampai hari berikutnya waspadai adanya infeksi nifas.
Denyut nadi melambat sampai kira-kira 60 -80 x/menit yakni
pada saat setelah persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat
penuh. Jika nadi cepat kira-kira 100 x/menit, waspadai shock
karena infeksi.
Tekanan darah < 140/90 mmHg. TD bisa meningkat 1-3 hari
post partum. Jika tekanan darah menjadi rendah menunjukan
adanya perdarahan. Sebaliknya jika TD tinggi waspadai adanya
tanda preeklampsia.
Respirasi melambat atau bahkan normal. Jika > 30x/mnt
waspadai adanya shock.
b) Berat badan
c) Tinggi badan
2) Status present
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara pandang tetapi sekaligus
dengan rabaan, pemeriksaan diawali dari :
Kepala : mesocephal, rambut hitam, kulit rambut bersih
Muka : simetris pucat, oedema
Kelopak Mata : bengkak/tidak (Apabila kelopak mata seudah
bengkak, kemungkinan terjadi pre eklamsi berat)
Conjungtiva : merah muda/pucat
Sklera : putih/kuning
Hidung : simetris, nafas cuping hidung, polip
Mulut : simetris, bibir kering/tidak, lidah stomatitis/tidak
Gigi : caries denti.
Telinga : simetris, lecet
22
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium sederhana adalah suatu pemeriksaan
yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang umum dan
dikerjakan pada pemeriksaan ibu hamil sebagai pemeriksaan
penunjang untuk mendukung suatu diagnosa.
a) Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urin ada 2 hal yang diperiksa yaitu kadar protein dan
gula dalam urine.
b) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu nifas terutama adalah
pemeriksaan kadar Hb dalam darah. Bila kadar Hb ibu kurang dari
11 g% berarti ibu dalam keadaan anemia, terlebih bila kadar Hb
tersebut kurang dari 8 g% berarti ibu anemia berat. (Baety, 2012)
c. Analisa
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan objektif. Karena keadaan pasien
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut
24
bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam
rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan
interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan tindakan segera (Muslihatun
dkk, 2009).
d. Penatalaksanaan
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
intrepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.Tindakan yang akan
dilaksanakn harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan
harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain antara lain
dokter.
P di SOAP juga mengandung Implementasi dan Evaluasi.
Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan
keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan
tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak
mungkin pasien harus dilibatkan dalam prosese implementasi ini. Bila
kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan
maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau
harus disesuaikan.
Dalam Planning ini juga harus mencantumkan Evaluation/evaluasi,
yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis
hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai
25
kampung karena kandungan protein pada telur ayam kampung ini lebih tinggi.
Putih telur ini aman dikonsumsi oleh ibu nifas yang memiliki luka jahitan
perineum karena efek dari protein ini sangat membantu dalam pembentukan
kembali sel jaringan yang rusak. Dalam telur rebus mengandung zat kolin yang
mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga jaringan baru dan
sehat akan lebih mudah terbentuk menggantikan jaringan yang sudah aus.
Karena itu protein disebut sebagai unsur atau zat pembangun (Azizah, 2018).