Anda di halaman 1dari 21

A.

Pendahuluan
Suatu kegiatan usaha yang di jalankan oleh setiap perusahaan atau
lembaga lainya tentulah harus mempunyai tujuan yang ingin di capai.bagi
pihak manajemen keuntungan yang diperoleh merupakan pencapaian rencaan
(target) yang telah di tentukan sebelumnya.prestasi merupakan ukuran untuk
menilai kesuksesan manajemen dalam mengelola perusahaan atau lembaga
lainya.
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut
prinsip akutansi yang diterima secar umum tentang status keuangan dari
individu asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, dan laporan perubahan ekuitas pemilik.
Laporan keuanagn bank sama saja dengan laopran keuanagn
perusahaan. Neraca bank memperlihatkan gambaran posisi keuanagn suatu
bank pada saat tertentu. Laporan laba rugi memperlihtakan hasil kegiatan
atau oprasional suatu bank selama suatu periode tertentu. Laporan perubahan
posisi keuangan memperlihatkan dari saja sumber dana bank dan kemana saja
dana di salurkan. Laporan ini disusun dari neraca pada dua periode ( tanggal)
dan laporan laba rugi selama periode yang di laporkan.

1
B. Pendahuluan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang di susun secara periodik
menurut prinsip-prinsip akutansi yang di terima secara umum tentang
status keuangan baik dari individu maupun organisasi 1 . pada intinya
laporan keuangan adalah sebuah dokumen yang menyajikan atau
menjelaskan tentang keadaan suatu lembaga keuangan itu sendiri.
Dalam praktinya laporan keuangan oleh perusahaan tidak di buat
secara serampangan,tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan
atau standar yang berlaku. Hal ini perlu di lakukan agar laporan
keuangan mudah di baca atau di menggerti. Denagn kata lain adalah
tugas seorang manajer keuangan adalah mencari dana dari berbagai
sumber dan membuat keputusan tentang sumber dana yang harus dipili.
Di samping itu, seorang manajer keuangan juga harus mampu
mengalokasikan atau menggunakan dana secara tepat dan benar2.
Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap
peusahaan untuk membuat dan melaporkan keuanggan perusahaanya atau
lembaga keuangan pada suatu periode tetentu.hal yangg di laporkan lalu
di analisi untuk mengetahui kondisi dan posisi perusahaan atau lembaga
keuangan terkini. Denagn kata lain laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu3.
2. Pengertian Laporan Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan yang mendapat izin oprasional sebagai lembaga keuangan
syariah. Definisi ini menegaskan bahwa suatu lembaga keuangan syariah

1
Rivai Arviyyan Arivin, Islamic Banking Sebuah Teori Konsep Dan Aplikasi (Jakrta , PT
Bumi Aksara, 2010) Veithzal Cet 1, Hal 876
2
Ibid
3
Kasmir, Analisis Laporan keuangan, (Jakarta ,PT Raja Grafindo Persada ,20112) Cet 5
hal 6-7.

2
harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian syariah islam dan
unsur legalitas oprasi sebagai lembaga keuangan.jadi laporan keuangan
syariah adalah bagaimana lembaga keuangan syariah tersebut menyajikan
laporan keuangan syariah sesuai yang belaku di lembaga keuangan
syariah itu sendiri. Sehinga laporan keuangan syariah adalah laporan
yang dibuat khusus dari pihak lembaga keuangan syariah sesuai dengan
ketentuan standar akutansi syariah yaitu mengacu pada PSAK dan
KDPPLKS4.
3. Tujuan Pembuatan Laporan Keungan
Tujuan pembuatan laporan keuangan, menurut “ Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan” (IAI, 2002), adalah
sebagai berikut:
a. Laporan keungan menyajikan informasi tentang posisi keuangan
(aktiva, utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
b. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi)
perusahaan
c. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan
d. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang
penting dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan
keuangan5.
4. Komponen – Komponen Laporan Keuangan Syari’ah
Selayaknya organisasi, bank syariah juga harus menyusun
laporan keuangan pada akhir periode akuntansinya. Menurut PSAK No.
59 (2002) laporan keuangan berdasarkan syariah yang lengkap terdiri
atas komponen – komponen sebagai berikut :
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas

4
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004), Hal. 38
5
Suwiknya Dwi, Analisis Laporan Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,
2010), hal. 42.

3
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Laporan perubahan dana investasi terikat
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shodaqoh
g. Laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan
h. Catatan atas laporan keuangan
Berikut penjelasan secara rinci komponen – komponen laporan
keuangan tersebut :
a. Neraca
Unsur – unsur neraca bank syari’ah meliputi aktiva,
kewajiban, investasi tidak terikat, dan ekuitas.
b. Laporan Laba Rugi
Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK lainnya,
dalam laporan laba rugi mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos
pendapatan dan beban.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas yang menggambarkan arus kas perusahaan
aelama satu periode tertentu dimana transaksi kas dikelompokkan
pada:
1) Transaksi kegiatan operasi
2) Transaksi kegiatan pembiayaan
3) Transaksi kegiatan investasi
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Perubahan ekuitas bank syariah menggambarkan peningkatan
atau penurunan asset bersih atau kekayaan selama periode
bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut
dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Laporan ekuitas berasal dari transaksi dengan pemegang
saham seperti setoran modal dan pembayaran deviden,
menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
kegiatan bank syariah selama periode yang bersangkutan.

4
e. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik
dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai
manajer investasi berdasarkan mudharabah muqayadah atau sebagai
agen investasi. Investasi terikat bukan merupaka aktiva maupun
kewajiban bank karena bank tidak mempunyai hak untuk
menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut serta bank tidak
memiliki kewajiban mengembalikan atau menanggung risiko
investasi.
Dana yang diserahkan oleh pemilik investasi terikat dan
sejenisnya adalah dana yang diterima bank sebagai manager
investasi atau investasi yang disepakati untuk di investasikan oleh
bank baik sebagai pengelola dana maupun sebagai agen investasi.
Dana yang ditarik oleh pemilik investasi terikat adalah dana yang
diambil atau dipindahkan sesuai dengan permintaan pemilik dana.
Keuntungan atau kerugian investasi terikat sebelum
dikurangi bagian keuntungan manajer investasi terikat selain
kenaikan yang berasal dari penarikan.
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah
Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh
pembayaran zakat (muzaki) untuk diserahkan kepada penerima zakat
(mustahiq). Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab dan lainna
terpenuhi dari harta yang memenuhi krikteria wajib zakat adalah
shahibul mal. Bank dapat bertindak sebagai amil zakat.
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana zakat,
infak dan shodaqoh meliputi sumber dana, penggunaan dana selama
suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat, infak, dan shadaqoh pada
tanggal tertentu.
PSAK No. 59 (2002) mengatur tentang laporan sumber dan
penggunaan zakat, infak, dan shadaqah sebagai berikut:

5
1) Sumber dana zakat, infak, dan shadaqah yang berasal dari
penerimaan zakat, meliputi:
a) Zakat dari bank syari’ah
b) Zakat dari pihak luar bank syari’ah
c) Infak
d) Shadaqah
2) Penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah untuk
a) Fakir
b) Miskin
c) Hamba sahaya
d) Orang yang terlilit utang (qharim)
e) Orang yang baru masuk islam
f) Orang yang berjihad (fisabilillah)
g) Orang yang dalam perjalanan (ibnusabil),
h) Amil
3) Saldo awal dana zakat, infak, dan shadaqah
4) Saldo akhir dana zakat, infak dan shadaqoh
g. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qordhul Hasan
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qardhul
hasan meliputi sumber penggunaan dana qardhul hasan selama
jangka waktu tertentu dan saldo dana qardhul hasan pada tanggal
tertentu. Sumber dana qardhul hasan berasal dari bank atau dari luar
bank. Sumber dana qardhul hasan dari luar berasal dari infak dan
shadaqah dari pemilik, nasabah, atau pihak lainnya. Penggunaan
dana qardhul hasan meliputi pemberian pinjaman baru selama jangka
waktu tertentu dan pengembalian dana qardhul hasan temporer yang
disediakan pihak lain. Saldo dana qardhul hasan adalah dana qarhul
hasan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu6.

6
Drs. Wiyoko Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syari’ah, (Jakarta :
PT Grasindo, 2005), hal. 163-173.

6
5. Perbedaan Laporan Keuanagan Syariah dan Konvensional
a. Dari segi pelaporan
Dalam perkembangan perbankan, standar akutansi keuanagn
perbankan sudah diatur dalm undang-undang. Untuk standarisasi
perbankan konvensional telah diatur dalam standar keuangan
Akutansi nomor 31 tentang akutansi perbankan sedang untk
perbankan syariah diatur dalam Akutansi Keuanagn Nomor 59
mengenai akutansi perbankan syariah.
Secara umum perbankan konvensional dan perbankan syariah
memiliki perbedaan prinsip yang mendasar. Perbankan konvensional
lebih menekankan pada bungga, sedangkan syariah lebih kepada
pembagian hasil. Dalam laporan keuangan banka konvensional
memiliki 5 jenis laporan keuangan, sedangkan laporan keuangan
syariah meiliki 8 jenis laporan keuangan. Perbedaan 5 dan 8 jenis
tersebut adalah sebagai berikut:
Perbedaan laopran keuangan
BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH (PSAK 101)
(PSAK 1)
1. Neraca 1. Neraca
2. Laporan laba rugi 2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas 3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Peruubahan Ekuitas
5. Catatan Atas Laporan 5. Laporan Perubahan dana
Keuangan investasi terkait
6. Laporan Rekonsiliasi
Pendapatan dan bagi Hasil
7. Laporan Sumbber dana dan
penggunaan dana Zakat
8. Laporann Dan penggunaan
dana kebaikan.
Acuan peyusunan laporan keuangan

7
Bank Konvensional (PSAK1) Bank Syariah (PSAK 101)
1. Kerangka dasar penyusunan 1. Kerangka Dasar penyusunan
dan penyajian laporan dan penyajian laporan
keuangan (KDPPLK) keuangan syariah
2. PSAK (no 1-58) (KDPPLKS)
3. Pedoman akutansi 2. PSAK Syariah (No.101-109)
perbankan Indonesia 3. PSAK 59: Akutansi
(PAPI) perbankan
4. Pedoman Akutansi
Perbankan Syariah indonesia
(PAPSI)

b. Dari segi akad dan legalitas


Fikih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan
akad. Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada pihak
lainnya, sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak.
Wa’ad hanya mengikat satu pihak, yakni pihak yang memberi janji
berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan pihak
yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak
lainnya. Dalam wa’ad, terms and condition-nya belum ditetapkan
secara rinci dan spesifik (belum well defined). Bila pihak yang
berjanji tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang
diterimanya lebih merupakan sanksi moral.
Akad merupakan suatu kesepakatan yang mengikat kedua
belah pihak yang saling bersepakat, yakni masing-masing pihak
terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang
telah disepakati terlebih dahulu7. Dalam akad, terms and condition-
nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (sudah well-defined).
Bila salah satu atau kedua pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak

7
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004) hal 63.

8
dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka menerima sanksi
seperti yang sudah disepakati dalam akad.
Dalam bank syariah, akad yang yang dilakukan memiliki
konsekwensi duniawi dan ukhrowi, karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum islam. Sehingga kesepakatan dapat
diminimalisir. Selain itu akad dalam perbankan syariah baik dalam
hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus
memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut.
1) Rukun, seperti penjual, pembeli, barang, harga dan ijab qabul.
2) Syarat, seperti:
a) Barang dan jasa harus halal.
b) Harga barang dan jasa harus jelas
c) Tempat penyerahan harus jelas.
d) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan.
Dari uarian diatas akad dan legalitas sebuah lembaga
keungan syariah dan konvensional itu berbeda dimana akad dalam
bank syariah itu memberikan nilai dunia dan ahirat karena disitu
menentukan langkah yang akan dilakukan oleh sesorang. Sementara
dalam konvensional hanya akan memberikan sanki moral sesuai
dengan yang sudah disepakati di awal.
c. Dari segi Oraganisasi
Maksud dari struktur dalam perbankan syariah adalah
lembaga-lembaga eksternal dan internal yang dapat menentukan arah
perkembangan perbankan syariah. Sesuai dengan UU No.21 tahun
2008 tentang perbankan syariah 8. Institusi yang dapat menentukan
arah perbankaan syariah adalah Bank Indonesia, komite perbankan
syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI), DPS dan DSN. Salah satu
perbedaan yang mendasar dalam struktur organisasi bank

8
Zubairi hasan undang-undang perbankan syariah (jakarta, PT Raja Grafindo Persada ,
2009) hal 29.

9
konvensional dan bank syariah adalah kewajiban memposisikan
Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syariah. Sedangkan
di bank konvensional tidak ada aturan yang demikian. Dewan
pengawas syriah terdiri dari 3 orang atau lebih dengan propesi yang
ahli dalam hukum islam, yang di pimpin oleh ketua dewan pengawas
syariah berfungsi memberikan fatwa agama terutama memeberikan
produk-produk bank syariah. Kemudian bersama dengan dewan
komisaris mengawasi pelaksanaanya. Fatwa agama dari hasil
keputusan musyawarah dewan pengawas syariah disampaikan secara
tertulis kepada direksi dengan tindasan dewan komisaris9.
Dewan pengawas syariah (The Shari’a Supervisory Board)
mesti melihat secara teliti bagaimana bentuk-bentuk perikatan / akad
(agrements, appointment and engagement) yang dilaksanakan oleh
institusi keuangan syariah. Dewan ini ditempatkan sejajar dengan
dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin
efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas
Syariah.
Dewan dibolehkan menunjuk beberapa orang pakar ekonomi
untuk membantu tugasnya, namun anggotanya tidak boleh
merangkap sebagai director atau komisaris utama (President
Commissioner atau significant shareholders) dari institusi keuangan
syariah tersebut.2 Pembubaran atau penggantian anggota dewan
syariah mesti mendapat rekomendasi directors dan dikehendaki
mendapat pengesahan dari pemegang saham. 152 (shareholders)
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau general meeting.
Di Indonesia, Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai
peranan yang sangat penting dalam perbankan / institusi keuangan
syariah yaitu:
Ide baru terutama tentang produk-produk bank syariah baik
yang timbul dari dewan pengawas syariah sendiri, komisaris, dari

9
Muhamad Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta, YKPN , 2011) Cet 2, hal 152

10
direksi maupun masyarakat pada umumnya, harus melalui
musyawarah dewan pengawas syariah untuk dijadikan fatwa agama
yang juga disampaikan kepada direksi secara tertulis dengan
10
tindasan kepala dewan komisaris. Tugas utama DPS adalah
mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dari
ketentuan dan prinsip-prinsip syariah yang telah difatwakan oleh
DSN selain itu fungsi DPS adalah Sebagai berikut:
1) Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan
unit usaha syariah dan pimpinan kantor cabag syariah mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariiah.
2) Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
3) Sebagai perwakilan DSN yang di tempatkan pada bank. DPS
wajib melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Bank
syariah yang diawasi sekurang-kurangya satu kali dalam
setahun.
4) Membantu sosialisasi perbankan / institusi keuangan syariah
kepada masyarakat.
5) Memberikan masukan (in-put) bagi pengembangan dan
kemajuan institusi kewangan syariah.
6) Dengan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap Bank
Umum Syariah yang berpusat di ibu kota negara Indonesia-
Jakarta, maka tidak menolak kemungkinan timbulnya berbagai
perbedaan pendapat (ijtihad) tentang beberapa produk
perbankan syariah antara satu bank syariah dengan bank syariah
yang lain. Hal in akan membingungkan para nasabah
(customers) dan menyukarkan untuk menyatukan persepsi umat
Islam terhadap perbankan syariah di Indonesia. Oleh sebab itu

10
Ibid.

11
didirikanlah Dewan Syariah Nasional (DSN) yang mengetuai
semua institusi keuangan syariah di Indonesia.
Fungsi Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah :
1) Memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang kan
duduk sebagai angoota DNS pada suatu lembaga keuuangan
syariah.
2) Mengelurkan fatwa yang mengikat DPS dimasing-masing
lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar hukum pihak
terkait.
3) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah
untuk menghentiakn penyimpangan fatwa yang telah
dikeluarakan DNS.
4) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang
dikeluarkan oleh instasiterkait sperti BI.
5) Mengusulkan kepada pihak yang berwenagn untuk mengambil
tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
dalam masalah keorganisasian antara lembaga keuangan syarah dan
lembaga keuangan konvensional terdapat perbedaan dimana
perbedaan tersebut terletak pada ketersediaan lembaga DSN dan
DPS pada lembaga keuangan syariah, sementara pada lembaga
keuangan konvensioanal tidak ada.
d. Dari segi penyelesain sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada
perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank
dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di
peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan
hukum syariah. Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip
syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arrbitrase
Muamalah Indonesia (BAMUI) yang didirikan secara bersama oleh
Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

12
Menurut UU No.30 tahun 1999 pasal 1 angka 1 arbitase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitase yang dibuat secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa 11 . Dengan kata lain bahwa arbitase
adalah lembaga yang dipilih oleh pihak yang bersengketa dan untuk
memberikan keputusan mengenai sengketa yang mereka persilihkan.
Dalam rekomendasi RAKERNAS MUI tanggal 23-26
Desember 2002, menegaskan bahwa BAMUI adalah lembaga hukam
(arbitrase syariah) satu-satunya dan merupakan perangkat organisasi
MUI. Kemudian sesuai dengan hail pertemuan antara dewan
pimpinan MUI dengan pengurus BAMUI tanggal 26 Agustus 2003
serta memperhatikan isi surat pengurus BAMUI
No.82/BAMUI/07/X/2003, tanggal 7 Oktober 2003, maka MUI
dengan SKnya No.Kep 09/MUI/XII/2003, tanggal 24 Desember
2003, menetapkan:
1) Mengubah nama Badan Arbitrase Muamalat Indoesia (BAMUI)
menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
2) Mengubah bentuk badan dari yayasan menjadi badan yang berada
d bawah MUI dan merupakan perangkat organisasi.
3) BASYARNAS bersifat otonom dan independen.
Tugas dan kewenangan BASYARNAS.
1) Menyelesaikan perselisihan dan sengketa keperdataan dengan
prinsip yang mengutamakan perdamaian.
2) Menyelesaiakan sengketa keperdataan antara bank syariah dengan
nasabahnya yang menjadikan syariah sebagai dasarnya.
3) Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa
muamalat yang timbul dalam bidang perdagangan, industri, jasa
dan lain-lain.

11
Zaeni Asyhadie, hukum bisnis prinsip dan pelaksanaanya di Indonesia,(Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada,2009), hal. 231.

13
4) Atas permintaan pihak-pihak dalam suatu perjanjian, dapat
memberikan suatu pendapat mengenai suatu persoalan berkenaan
dengan perjanjian tersebut.
Mekanisme operasional BASYARNAS:
1) Permohonan untuk mengadakan arbitrasi
2) Penetapan arbiter
3) Acara pemeriksaan
4) Perdamaian
5) Pembuktian dan saksi
6) Berakhirnya pemeriksaan
7) Pengambilan putusan
8) Perbaikan putusan
9) Pembatalan putusan
10) Pendaftaran putusan
11) Pelaksanaan putusan
12) Biaya arbitrase
Mengenai kewenangan kompetensi absolut terhadap
penyelesaian permasalahan hukum antara nasabah dan bank syariah,
telah diatur dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah pasal 55 ayat 1 “Penyelesaian sengketa
Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan
Peradilan Agama”. Hal tersebut telah diperkuat dengan UU No.3
tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama pasal 49.
e. Dari segi usaha yang di biayai
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma bahwa alam
semesta diciptakan oleh tuhan sebagai amanah( kepercayaan illahi)
dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk
mencapai kesejahteraan hakiki secara matterial maupun spiritual.
paradigma dasar ini menekankan bahwa setiap aktivitas umat
manusiab memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah yang

14
menempatkan perangkat syariah dan ahlak sebagai paramenter baik
dan buruk, benar dan salahnya aktifitas usaha. Syariah merupakan
ketentuan hukum islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang
berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan
interaksivertikal dengan tuhan maupun interaksi horizontal dengan
sesama mahluk.
Prinsp syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah
mengikat secar hukum bagi semua pelaku dan pemangku
kepentingan entitas yang melakukan transaksi syariah. Adapun ahlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam
interaksi sesama mahluk agar hubungan tersebut menjadi saling
menguntungkan dan harmonis.
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dibiayai tidak
terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalammnya hal-hal
yang diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak
akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya
sebagai berikut:
1) Usaha yang dibiayai merupakan proyek halal
2) Usaha yang bermanfaat bagi masyarakat
3) Usaha yang menguntungkan bagi bank dan mitra usahanya.
Sebaliknya bank konvensional, tidak mempertimbangkan
jenis investasinya, akan tetapi penyaluran dananya dilakukan untuk
perusahaan yang menguntungkan, meskipun menurut syariah Islam
tergolong produk yang tidak halal. Maka dari peenjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa pada lembaga keuangan syariah selain
tujuan untamanya untuk mendapatkan laba lembaga keuangan
syariah juga harus tetap memperhatikan unsur-unsur yang akan di
biayai karena lembaga keuangan syariah berdasarkan pada prinsip
islam sehingga semua kegiatanya harus benar-benar dalam kategori
halal serta bermanfaat selain untuk pihak lembaga keuangan juga

15
bermanfaat bagi masyarakat terkait. Sehingga tidak merugikan
sebelah pihak.
f. Dari segi pendapatan (laba)
Dari segi pendapatan atau laba bank konvensional
memperoleh laba dari hasil bunga,bunga itu di dapatkan dari hasil
pembiayaan antara pihak bank kepada nasabah . begitu pula dengan
bank syariah hanya saja laba yang di hasilkan bank syariah adalah
hasil dari pembiayaan bank kepada nasabah yanga telah di sepakati
di depan sebelum kegiatan itu di laksanakan atau sering di sebut
juga dengan prinsip bagi hasil. Bank konvensional tidak
memperdulikan apakah usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah itu
berhasil atau tidak, pihak konvesional tetap mengambil keuntungan.
Sedangka bank syariah tetap memperhatikan situai nasabah tersebut.
g. Lingkungan Kerja Dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika misalnya sifat amanah
dan shiddiq harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin
integritas eksekutuf muslim yang baik. Disamping itu karyawan
bank syariah harus skillful dan profesional dan mampu melakukan
tugas-tugas teamwork.
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan shiddiq
yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus memiliki
skill yang baik dan profesional, dan tabhligh. Dalam reward dan dan
punishment pun juga diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan
prinsip syariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para
karyawan juga harus mengikuti syariat Islam12.

12
Muhammad Syafi’i Antinio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2002), cet. 1, hal. 34.

16
6. Contoh Laporan Keuangan syariah
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
(Nama Bank)
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi
Pada Bulan xx Tahun xxxx

(tahun) (tahun)
Uraian Catatan
Unit Moneter Unit
Aktiva
Kas dan setara kas 8 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Piutang penjualan 9 x.xxx.xxx xxx.xxx
Investasi
Investasi dalam surat-surat 10 xx.xxx xx.xxx.xxx
berharga
11 xx.xxx.xxx x.xxx.xxx
Investasi Mudharabah
12 - x.xxx.xxx
Investasi Musyarakah
13 xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
Penyertaan modal
14 - x.xxx.xxx
Persediaan
15 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Investasi pada real estate
16 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aktiva yang disewakan
17 - x.xxx.xxx
Istishna’
Investasi lain-lain
- -
-
- -
-
- -
-
18 xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
Total investasi
19 xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aktiva lainnya
20 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Aktiva tetap (netto)

Total aktiva xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx

17
b. Laporan Laba rugi
(Nama Bank)
Laporan Laba Rugi
Pada tahun yang terakhir (tahun) dengan ( tahun lalu)

xxxx ( tahun
Uraian Catatan ) xxxx ( tahun )
Unit Moneter Unit Moneter
Pendapatan
Penjualan tangguh 29A xx.xxx xx.xxx
Investasi 29B x.xxx.xxx x.xxxx.xxx
28,29 x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Dikurangi
keuntungan rekening investasi tidak terbatas
sebelum
bagian bank sebagai mudharib
Bagian bank sebagai mudharib xxx.xxx xxx.xxx
Keuntungan terhadap rekening ( xxx.xxx ) (xxx.xxx)
investasi tidak terbatas sebelum zakat
bagian bank pada pendapatan dari investasi (
sebagai
mudharib dan sebagai pemilik dana ) ( xxx.xxx ) (xxx.xxx)
Pendapatan bank dari investasi
bagian keuntungan bank dari rekening investasi
terbatas sebagai mudharib
ee bank sebagai agen investasi untuk investasi x.xxx.xxx x.xxx.xxx
terbatas x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Pendapatan dan jasa-jasa perbankan
Pendapatan lain-lain 29B xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Total pendapatan bank
Biaya umum dan administrasi
Depresiasi xxx.xxx xxx.xxx
Pendapatan netto sebelum zakat dan pajak

18
Provisi untuk zakat xxx.xxx xxx.xxx
Pendapatan netto sebelum saham minoritas (
saham 30 x.xxx x.xxx
minoritas ) xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pendapatan netto (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
(x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx x.xxx.xxx

(x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx x.xxx.xxx
(x.xxx) (x.xxx)
x.xxx.xxx x.xxx.xxx

19
C. Penutup
Dapat disimpulkan bahwa Lembaga keuangan syariah menurut Dewan
Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan
produk keuangan syariah dan yang mendapat izin oprasional sebagai lembaga
keuangan syariah.
Tujuan Laporan Keuangan :
1. Laporan keungan menyajikan informasi tentang posisi keuangan (aktiva,
utang, dan modal pemilik) pada suatu saat tertentu.
2. Laporan keuangan menyajikan informasi kinerja (prestasi) perusahaan
3. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan
4. Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan
relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
Perbedaaan laporan keuangan syariah dan laporan keuanga konvensional
hanya saja dalam sistem dan pelaksanaan yang berbeda. Jika bank syariah
berlandaskan pada hukum islam (syariah) sedangkan bank konvensional tidak
menggunakan konsep islam.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004..

Kasmir, Analisis Laporan keuangan, (Jakarta ,PT Raja Grafindo Persada ,20112) Cet 5
hal 6-7.

Muhamad Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, YKPN , 2011.

Muhammad Syafi’i Antinio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2002.

Rivai Arviyyan Arivin, Islamic Banking Sebuah Teori Konsep Dan Aplikasi, Jakrta , PT
Bumi Aksara, 2010.

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004.

Suwiknya Dwi, Analisis Laporan Keuangan Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar,


2010.

Wiyoko Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syari’ah, (Jakarta : PT


Grasindo, 2005.

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia,(Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada,2009.

Zubairi hasan Undang-Undang Perbankan Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada ,


2009.

21

Anda mungkin juga menyukai